ANALISIS KEPATUHAN WAJIB PAJAK SEBELUM DAN SESUDAH PELAKSANAAN SUNSET POLICY DI BADAN PELAYANAN PAJAK DAERAH KOTA MALANG. Lailatul ilma Aulia,

dokumen-dokumen yang mirip
Arief Himawan Sutanto Universitas Negeri Surabaya Abstract

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemerintah selalu ingin mensejahterakan rakyatnya dan ini dapat dilihat

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang tidak bisa hanya

BAB I PENDAHULUAN. sumber penerimaan merupakan satu hal yang sangat wajar. Berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan penerimaan dari sektor pajak sangatlah penting, karena dana

ABSTRAK. Kata-kata kunci: kebijakan sunset policy 2015, keterlambatan pembayaran pajak, pembetulan SPT

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).

BAB 1 PENDAHULUAN. pelaksanaan dan pembangunan nasional tersebut serta bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Sumber penerimaan negara berasal dari berbagai sektor, baik sektor internal

BAB I PENDAHULUAN. membiayai pengeluaran rutin dan juga membiayai pembangunan. Oleh karena

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Sunset Policy Terhadap Jumlah Wajib Pajak Terdaftar

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber dana luar negeri, misalnya pinjaman luar negeri dan hibah ( grant),

BAB II LANDASAN TEORI. bukunya Mardiasmo (2011 : 1) :

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat. Pengertian pajak adalah iuran kepada kas negara

BAB 1 PENDAHULUAN. pajak dapat memperbaiki hal tersebut dan menjadi solusi yang efektif.

BAB I PENDAHULUAN. agar keuangan negara dapat berjalan dengan lancar dan baik. Karena sektor pajak

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah mengandalkan berbagai pemasukan negara sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan, dan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang terus-menerus berlangsung secara

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan pada tingkat nasional, regional, maupun lokal. Pajak Bumi dan


BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu sumber kas negara yang digunakan untuk pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. terpengaruh dengan perubahan-perubahan kondisi dari dampak globalisasi. Sektor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila

BAB II LANDASAN TEORI. pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A. Adriani

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. Self assessment system ini baru akan berhasil dengan baik apabila syaratsyarat diatas dapat dipenuhi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Menurut Andriani (1991) dalam Waluyo (2011), pajak adalah iuran kepada negara

BAB I PENDAHULUAN. menjadi prioritas utama pemerintah. Berdasarkan data APBN tahun pajak

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumber penerimaan negara di peroleh dari berbagai sektor, baik sektor

I. PENDAHULUAN. Indonesia saat ini sedang mengalami berbagai permasalahan di berbagai sektor

BAB I PENDAHULUAN. tujuan tersebut, maka pemerintah perlu banyak memperhatikan masalah

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui. Berbeda dengan pajak yang mempunyai umur tidak terbatas, dengan melihat semakin bertambahnya jumlah penduduk.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dilaksanakan untuk mewujudkan tujuan Nasional, di

BAB I PENDAHULUAN. untuk membayar pengeluaran umum (Mardiasmo, 2011). Pembahasan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undangundang

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu instrumen suatu negara termasuk Indonesia dalam. memperoleh pendapatan untuk melaksanakan kegiatan pemerintahan adalah

Optimalisasi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi pada KPP Pratama Makassar Utara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. yang berasal dari dalam negeri, salah satunya berupa pajak.

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Ekstensifikasi Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. Objek dalam penelitian ini diperoleh dari dua sumber, diantaranya : a. Sejarah Direktorat Jendral Pajak

BAB I PENDAHULUAN. infrastruktur dan lainnya, tidak terkecuali dengan Negara Indonesia. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pemungutan pajak di Indonesia mengacu pada sistem self assessment. Self assessment

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan pajak dari tahun ke tahun, hal ini dilakukan agar program-program

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai tujuan nasional, yaitu mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 bertujuan mewujudkan tata. Tujuan yang luhur demikian itu hanya dapat diwujudkan melalui

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Dalam pembangunan, tidak akan tercapai apabila tidak ada kerja

BAB 1 PENDAHULUAN. negara Indonesia saat ini bersumber dari dalam negeri yaitu pajak. yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak

EFISIENSI APLIKASI TAX AMNESTY SEBUAH PILIHAN (Studi Kasus Wajib Pajak Orang Pribadi dan Badan)

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional dinegara-negara berkembang pasti memerlukan biaya yang. kebutuhan pembiayaan pembangunan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. dengan melihat semakin bertambahnya jumlah penduduk. perpajakan, Indonesia menganut system self assessment yang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, pemerintah mengandalkan sumber-sumber penerimaan negara. Nota Keuangan dan APBN Indonesia tahun 2015 yang diunduh dari

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang sedang giat melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat baik materiil maupun spirituil. Untuk dapat. mendapatkan dukungan dari masyarakat (Waluyo dan Ilyas, 2000: 1)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. dimana semua hasil penerimaan tersebut akan digunakan untuk membiayai

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kemakmuran rakyat, dan memelihara fakir miskin dan anak-anak

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Pajak merupakan sektor pemasukan terbesar kas Negara, penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional yang sedang dilaksanakan dalam rangka mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam menyelenggarakan pemerintahan, negara berkewajiban mendahulukan dan

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia pajak merupakan bagian dari sumber penerimaan negara yang

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan secara bertahap, terencana dan berkelanjutan. Menurut Waluyo

BAB III PEMBAHASAN. A. Pembahasan Masalah. Tahun 2015 ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB III GAMBARAN DATA PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERDESAAN DAN PERKOTAAN. A. Ketentuan Umum Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Kondisi yang Melatarbelakangi Kesalahan atas Kewajiban Pemotongan PPh 23

BAB I PENDAHULUAN. pajak dan juga petugas pajak agar pembangunan dapat terwujud.

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan negara Republik Indonesia adalah negara hukum yang

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan sebuah pemerintahan, Negara membutuhkan dana

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam penerimaan negara. Perkembangan kontribusi penerimaan pajak terhadap. Tabel 1. 1

BAB I PENDAHULUAN. Sumber penerimaan Negara Indonesia berasal dari bermacam-macam sektor,

EVALUASI PELAKSANAAN PEMERIKSAAN PAJAK DALAM RANGKA OPTIMALISASI PENERIMAAN PAJAK DI KPP PRATAMA JAKARTA KEBAYORAN BARU TIGA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB 1 PENDAHULUAN. dan dalam perkembangan ekonomi, khususnya dalam pembangunan karena

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan salah satu sektor penerimaan negara yang sangat utama. Hal ini

BAB 4 ANALISIS EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PBB DAN TINJAUAN PERANAN PBB SEBAGAI PAJAK DAERAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Indonesia sebagai salah satu negara yang dikategorikan berkembang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Sebagian masyarakat telah menganggap pajak sebagai

BAB I. Pajak merupakan sumber dana bagi pemerintah dalam rangka menjalankan. pemerintah dalam memungut pajak dari masyarakat, yaitu sebagai berikut:

LAMPIRAN I : PROSEDUR PENDAFTARAN OP BARU FUNGSI PENDATAAN DAN PENGUKURAN FUNGSI PERHITUNGAN, VERIFIKASI DAN PENETAPAN

Transkripsi:

ANALISIS KEPATUHAN WAJIB PAJAK SEBELUM DAN SESUDAH PELAKSANAAN SUNSET POLICY DI BADAN PELAYANAN PAJAK DAERAH KOTA MALANG Lailatul ilma Aulia, Afifudin dan M. Cholid Mawardi Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Malang Abstract This study aims to analyze how the impact of sunset policy of taxpayer compliance especially in Badan Pelayanan Pajak Daerah Kota Malang. The data used is the amount of taxpayers and Payer of tax. Data analysis technique used is descriptive analysis. The results have shown the amount of taxpayers and the payer of tax, experience the difference in the form of an increase between before and after sunset policy. Finally it can be conclude that the linkage sunset policy implementation in 2016 and 2017 of taxpayer compliance in Badan Pelayanan Pajak Daerah Kota Malang is influential on taxpayer compliance. Keywords : Sunset Policy, Taxpayer Compliance

PENDAHULUAN Latar Belakang Setiap negara memiliki wewenang dan kebijakan untuk mengenakan dan memungut pajak kepada warga negaranya sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang dibuat oleh negara pajak. Pajak memiliki arti yang sangat penting bagi suatu negara, karena saat ini pemerintah lebih mengandalkan penerimaan dari sektor pajak untuk membiayai pembangunan nasional. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik materiil maupun moril. Usaha memandirikan bangsa atau negara dalam pembiayaan pembangunan adalah dengan menggali sumber dana yang berasal dari dalam negeri yang berwujud pajak. Pajak merupakan penerimaan negara yang akan digunakan untuk pembiayaan umum dari segala kegiatan pemerintahan. Bahkan pajak juga merupakan salah satu tolok ukur dari keberhasilan perekonomian suatu negara. Pajak juga merupakan salah satu sumber penerimaan utama negara yang digunakan untuk membiayai pembangunan dan pengeluaran pemerintah. Pemerintah telah melakukan berbagai upaya dalam bidang perpajakan melalui penyempurnaan atas pelaksanaan sistem perpajakan, yaitu dengan reformasi pajak. Hal ini berkaitan erat dengan kenyataan bahwa penerimaan kas negara sebagian besar berasal dari pajak yang dibayarkan oleh wajib pajak orang pribadi maupun wajib pajak badan kepada negara. Reformasi perpajakan ini dilaksakan untuk memperkuat upaya penerimaan pajak yang semakin menjadi tulang punggung dalam pembiayaan keuangan negara. Selain itu, dengan reformasi perpajakan ini pemerintah berharap dapat meningkatkan jumlah wajib pajak yang terdaftar dan dapat meningkatkan jumlah penerimaan pajak dari waktu ke waktu. Kesadaran dan kepatuhan yang tinggi dari wajib pajak merupakan faktor terpenting dari pelaksanaan sistem perpajakan. Dalam kaitannya dengan upaya menciptakan kepatuhan wajib pajak, maka pemerintah diantaranya mengeluarkan suatu kebijakan yang disebut sunset policy. Pada dasarnya sunset policy bertujuan untuk membantu pemerintah dalam hal penerimaan pajak agar terus meningkat dan mendorong wajib pajak agar lebih jujur, patuh, dan konsisten dalam meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak di masa yang akan datang dan

sukarela dalam melaksanakan kewajiban pajaknya. Namun, pada kenyataannya masih ada Wajib pajak yang belum /tidak memanfaatkan program sunset policy tersebut secara maksimal, karena masih ada keragu-raguan dari Wajib pajak atas sunset policy itu sendiri, masih adanya Wajib Pajak yang belum patuh sehingga memang tidak mau mengikuti program sunset policy, dan masih adanya Wajib Pajak yang belum mengetahui adanya sunset policy ini. Berdasarkan uraian diatas maka penelitian ini mengambil judul Analisis Kepatuhan Wajib Pajak Sebelum Dan Sesudah Sunset Policy Di Badan Pelayanan Pajak Daerah Kota Malang. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana tingkat kepatuhan Wajib Pajak sebelum dan sesudah pelaksanaan Sunset Policy di Kota Malang? Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian adalah untuk menganalisis bagaimanakah dampak program sunset policy terhadap kepatuhan Wajib Pajak khususnya di Badan Pelayanan Pajak Daerah Kota Malang. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Pajak Pajak memiliki peranan penting bagi suatu negara. Pajak merupakan penerimaan negara yang paling utama dan paling besar bagi negara. Pajak sangat penting dalam usaha peningkatan pembangunan nasional bagi suatu negara. Menurut Andriani, pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan. Sunset Policy Sebagaimana diketahui bahwa salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak adalah dengan mengeluarkan kebijakan Sunset Policy. Direktorat

Jendral Pajak pada tahun 2008 telah mengeluarkan kebijakan pengampunan pajak yang dikenal dengan sunset policy. Sunset Policy adalah penghapusan sanksi administrasi pajak sebagai bentuk pemberian fasilitas perpajakan. Menurut Peraturan Walikota Malang Nomor 7 Tahun 2016 pasal 2, penghapusan sanksi administrasi dimaksudkan agar dapat memberikan kesempatan pada Wajib Pajak untuk melakukan pembayaran tunggakan PBB Perkotaan Masa Pajak sampai dengan Tahun 2012 tanpa dikenakan sanksi administrasi. Keuntungan memanfaatkan sunset policy adalah : a. Sanksi pajak berupa bunga atas keterlambatan pembayaran pajak masa lalu yang harus dibayar dalam periode sunset policy dihapuskan dengan cara tidak ditagih. b. Apabila wajib pajak sedang diperiksa dan pemeriksa belum menyampaikan Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan (SPHP) kepada wajib pajak, pemeriksaan tersebut dihentikan. Kepatuhan Wajib Pajak Menurut Nasucha (2004) dalam Widjaya (2011), kepatuhan wajib pajak dapat didefinisikan dari kepatuhan Wajib Pajak yang mendaftarkan diri, kepatuhan untuk menyetorkan kembali Surat Pemberitahuan (SPT), kepatuhan dalam menghitung dan membayar pajak terutang, dan kepatuhan dalam pembayaran tunggakan. Kiryanto (2000) dalam Pramushita dan Siregar (2011) menyebutkan suatu iklim kepatuhan terbentuk apabila wajib pajak paham dan berusaha memahami Undang-Undang perpajakan, mengisi formulir pajak dengan benar, menghitung pajak dengan jumlah yang benar, dan membayar pajak tepat waktunya. Menurut Ardani (2010), angka-angka yang berkaitan dengan kepatuhan wajib pajak, misalnya angka perolehan sunset policy, jumlah SKP, jumlah Wajib pajak, disamping itu juga data berasal dari hasil wawancara dengan responden yang meliputi para Wajib pajak maupun petugas pajak, juga daftar pertanyaan yang disampaikan kepada beberapa Wajib Pajak. Dengan adanya kepatuhan Wajib Pajak, maka secara tidak langsung penerimaan pajak akan berjalan dengan lancar karena kepatuhan Wajib pajak telah menunjukkan bahwa Wajib Pajak telah melaksanakan kewajiban perpajakan dengan baik (Soraya, 2010). Susanto (2012) melakukan penelitian yang berjudul Analisis Kepatuhan Wajib Pajak Sebelum dan Sesudah Pelaksanaan Sunset Policy pada KPP Pratama di Lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jendral Pajak Jawa Timur II. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa kebijakan Sunset Policy telah memberikan pengaruh terhadap peningkatan kepatuhan Wajib Pajak METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Yang menjadi populasi sekaligus menjadi sampel dalam penelitian ini adalah Wajib Pajak yang terdaftar di Badan Pelayanan Pajak Daerah Kota Malang. Definisi Operasional Variabel Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sunset policy dan kepatuhan wajib pajak. Metode Analisis Data Dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Karena penelitian ini ditujukan untuk mambandingkan kepatuhan wajib pajak sebelum dan sesudah adanya sunset policy. Kepatuhan wajib pajak dalam penelitian ini diidentifikasi berdasarkan jumlah wajib pajak dan jumlah penerimaan dari sunset policy. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan langkah-langkah : 1. Pengumpulan Data Kegiatan pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan wawancara dan sudi dokumentasi yang dilakukan di Badan Pelayanan Pajak Daerah (BP2D) Kota Malang. 2. Display Data Display data adalah pendeskripsian sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Data kualitatif disajikan dalam bentuk teks naratif. 3. Verifikasi dan Penegasan Kasimpulan Penarikan kesimpulan berupa interpretasi, yaitu menemukan makna data yang telah disajikan merupakan kegiatan akhir analisis data. MODEL PENELITIAN

Sunset Policy Kepatuhan Wajib Pajak HASIL Gambar 2.1 Kerangka Konseptual PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Tabel 4.1 Rekapitulasi Berkas Pelayanan PBB No Jenis Pelayanan Masuk Selesai Dalam Proses % 1 Pengurangan PBB 791 790 1 3,01 2 Data Baru PBB 447 285 162 1,09 3 Mutasi SPPT PBB 2.319 1.250 1.069 4,77 4 Pembetulan SPPT PBB 388 201 187 0,77 5 Keberatan PBB 18 15 3 0,06 6 Restitusi PBB 3-3 0,00 7 SK. NJOP PBB 1.759 1.759-6,71 8 Salinan SPPT PBB 3.045 3.045-11,62 9 Surat Ket. Lunas PBB - - - 0,00 10 Print Out Pembayaran PBB 16.206 16.206-61,84 11 Penghapusan NOP PBB 3 3-0,01 12 Penilaian Individu PBB - - - 0,00 13 Fasum 13 13-0,05 14 Penghapusan Denda PBB/ Sunset Policy 1.213 1.213-4,63 JUMLAH 26.205 24.780 1.425 95 Sumber : Data BP2D Kota Malang Bidang PBB Dari tabel 4.1, dapat diketahuai bahwa terdapat banyak cara yang dilakukan pemerintah dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam membayar PBB. 95% telah selesai dilakukan, dan 5% masih dalam proses penyelesaian. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak dengan melakukan penghapusan denda PBB atau yang lebih dikenal dengan sunset policy. Program sunset policy yang dilakukan Pemerintah Kota Malang ini setidaknya memberikan kontribusi sebesar 4,63% dari keseluruhan jumlah wajib pajak yang memanfaatkan pelayanan PBB. Yaitu sebesar 1.213 wajib pajak. Artinya jumlah wajib pajak di Badan Pelayanan Pajak Daerah (BP2D) Kota

Malang mengalami peningkatan setelah sunset policy. Hal ini disebabkan oleh adanya pelaksanaan sunset policy yang diberlakukan di Kota Malang mulai tanggal 17 Agustus 2016 sampai dengan 31 Oktober 2016, sehingga masyarakat banyak yang memanfaatkan program pemerintah tersebut untuk mendaftarkan diri sebagai wajib pajak di Kota Malang. Analisis Deskriptif Penerimaan PBB Program Sunset Policy di Kota Malang Jumlah penerimaan PBB program SP jumlah penerimaan jumlah WP 1.410.015.527 1107 587.254.343 539 SP tahap I SP tahap II Grafik 4.1 Jumlah Penerimaan PBB dari Program Sunset Policy Berdasarkan grafik 4.1, diketahui bahwa jumlah penerimaan sunset policy di Kota Malang pada tahap I sebesar Rp 1.410.015.527 dan tahap II sebesar Rp 587.254.343. Dengan jumlah wajib pajak untuk tahap I sebanyak 1.107 wajib pajak, dan di tahap II sebanyak 539 wajib pajak. Dari jumlah penerimaan dan jumlah wajib pajak tersebut, dapat dihitung tingkat keefektifan dari tahapan sunset policy. jumlah penerimaan SP I sunset policy I = jumlah WP SP I Rp 1.410.015.527 = 1.107 = Rp 1.273.727 / WP sunset policy II = jumlah penerimaan SP II jumlah WP SP II = Rp 587.254.343 539

= Rp 1.089.526 / WP Dari perhitungan tersebut, tingkat keefektifan sunset policy tahap I adalah dirata-rata sejumlah Rp 1.273.727 per wajib pajak. Sedangkan sunset policy tahap II sejumlah Rp 1.089.526 per wajib pajak. Dapat disimpulkan bahwa dari kedua tahap sunset policy tersebut, tahap I lebih efektif dilakukan dibanding tahap II dengan nilai rata-rata Rp 1.273.727 per wajib pajak. Tabel 4.2 Penerimaan PBB Sunset Policy Tahap I &II Program Jumlah WP Jumlah Penerimaan Sunset Policy tahap I 1.107 Rp 1.410.015.527 Sunset Policy tahap II 539 Rp 587.254.343 Total 1.646 Rp 1.997.269.870 Sumber : Data BP2D Kota Malang Bidang PBB Tabel 4.2 menunjukkan bahwa jumlah keseluruhan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dari program sunset policy yang dilakukan di Kota Malang adalah sebesar Rp 1.997.269.870. Dengan total wajib pajak sebanyak 1.646 wajib pajak yang telah mendaftarkan diri dan memanfaatkan program sunset policy. Analisis Deskriptif Penerimaan PBB Program Sunset Policy Tahap I Tabel 4.3 Penerimaan PBB dari Program Sunset Policy Tahap I Jumlah NOP yang mengajukan Sunset Policy Nilai Nominal Jumlah NOP yang telahmembayar Nilai Nominal %

1213 NOP Rp 1.591.563.783 1107 NOP Rp 1.410.015.527 88,6 Sumber : Data BP2D Kota Malang Bidang PBB Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa jumlah NOP yang mengajukan Sunset Policy di Kota Malang sampai dengan tanggal 30 Nopember 2016 sebanyak 1213 NOP dengan nilai nominal sebesar Rp 1.591.563.783,-. Kemudian jumlah NOP yang telah membayar sampai dengan tanggal 30 Nopember 2016 sebanyak 1107 NOP yang artinya masih terdapat 106 NOP yang telah mengajukan Sunset Policy namun belum membayar. Besar penerimaan PBB yang telah diterima Badan Pelayanan Pajak Daerah (BP2D) Kota Malang sebesar Rp 1.410.015.527,- atau hanya sebesar 88.6% dari nominal yang seharusnya diterima yaitu sebesar Rp 1.591.563.783. Analisis Deskriptif Penerimaan PBB Program Sunset Policy Tahap II 250 200 150 100 jumlah wajib pajak 50 0 januari februari maret april Grafik 4.2 Jumlah Wajib Pajak Program Sunset Policy Tahap II Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui bahwa jumlah wajib pajak pada program Sunset Policy tahap II di Kota Malang pada bulan Januari sebesar 17 wajib pajak, kemudian pada bulan Februari mengalami peningkatan sebesar 103 wajib pajak, pada bulan Maret 226 wajib pajak, dan pada bulan April mengalami penurunan sebesar 193 wajib pajak. Sehingga total jumlah wajib pajak pada program Sunset Policy tahap II di Kota Malang sebanyak 539 wajib pajak. Dari bulan Januari sampai dengan bulan Maret, jumlah wajib pajak mengalami kenaikan. Namun di bulan April, jumlah wajib pajak mengalami penurunan. Dari yang sebelumnya di bulan Maret jumlah wajib pajaknya 226 WP, menjadi 193 di bulan Maret. Peningkatan jumlah wajib pajak di bulan Maret bisa disebabkan karena pada bulan Maret

dalam ratusan juta juga bertepatan dengan pelaporan SPT OP. Sehingga banyak wajib pajak yang melaporkan pajaknya pada bulan tersebut. 300 250 200 150 100 jumlah penerima 50 0 januari februari maret april Grafik 4.3 Jumlah Penerimaan PBB Program Sunset Policy Tahap II Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui bahwa jumlah penerimaan pada program Sunset Policy tahap II di Kota Malang pada bulan Januari hingga April 2017 selalu mengalami peningkatan. Pada bulan Januari jumlah penerimaan PBB dari program Sunset Policy sebesar Rp 18.493.871,-, kemudian pada bulan Februari mengalami peningkatan sebesar Rp 132.679.820,-, pada bulan Maret memperoleh penerimaan PBB sebesarrp 179.621.393,-, dan pada bulan April sebesar Rp 256.459.259,-. Sehingga total penerimaan PBB pada program Sunset Policy tahap II di Kota Malang sebanyak Rp 587.254.343,-. Dapat diketahui sebelumnya dalam grafik 4.2 bahwa jumlah wajib pajak di program sunset policy tahap II meningkat dari bulan Januari sampai bulan Maret, namun mengalami penurunan di bulan April. Akan tetapi dalam grafik 4.3 diketahui bahwa jumlah penerimaan dari program sunset policy tahap II mengalami peningkatan setiap bulannya. Jumlah wajib pajak yang menurun di bulan April dan jumlah penerimaan yang tetap meningkat di bulan April dapat disebabkan karena kecenderungan wajib pajak yang memanfaatkan pelayanan PBB program sunset policy pada akhir periode program, yakni bulan April. Ada kemungkinan juga bahwa jumlah aset yang dilaporkan wajib pajak besar nominalnya, sehingga jumlah penerimaan di bulan April juga meningkat.

Analisis Deskriptif Kepuasan Pelayanan PBB dan BPHTB Bulan Desember 2016 Tabel 4.4 Kepuasan Pelayanan PBB No Indikator Jumlah (lembar) Persentase 1. Puas 34 69.4% 2. Biasa 13 26.5% 3. TidakPuas 2 4.1% Jumlah 49 100% Sumber : Data BP2D Kota Malang Bidang PBB Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa, dari 49 wajib pajak yang memasukkan kartu indeks kepuasan pelayanan PBB dan BPHTB Bulan Desember 2016 terdapat 69.4% wajib pajak yang menyatakan puas dengan pelayanan PBB dan BPHTB di Kantor Pelayanan Pajak Daerah Kota Malang. Kemudian terdapat 26.5% wajib pajak yang menyatakan biasa saja dengan pelayanan PBB dan BPHTB di Kantor Pelayanan Pajak Daerah Kota Malang. Dan hanya terdapat 4.1% wajib pajak yang menyatakan tidak puas dengan pelayanan PBB dan BPHTB di Kantor PelayananPajak Daerah Kota Malang. Jumlah indikator kepuasan pelayanan PBB tersebut cukup besar. Kepuasan pelayanan PBB tersebut dapat ditingkatkan lagi dengan berbagai cara seperti dengan meningkatkan skill personel. Jika skill personel ditingkatkan, wajib pajak akan lebih puas dengan pelayanan PBB di Badan Pelayanan Pajak Daerah Kota Malang. Sehingga banyak wajib pajak yang akan memanfaatkan program-program yang dilakukan pemerintah Kota Malang untuk membayar PBB. Cara lain untuk meningkatkan kepuasan terhadap pelayanan PBB adalah dengan menyederhanakan sistem pembayaran PBB. Sehingga wajib pajak akan lebih mudah untuk mengurus kewajiban pajaknya sendiri. Memberikan pengetahuan mengenai PBB juga penting untuk meningkatkan kepuasan pelayanan di Badan Pelayanan Pajak Daerah Kota Malang.

dalam milyar rupiah Analisis Deskriptif Perbandingan Target dan Realisasi Penerimaan PBB tahun 2015 dan 2016 80 70 60 50 40 30 20 10 0 perbandingan penerimaan PBB pokok ketetapan target realisasi 2015 2016 Grafik 4.4 Perbandingan target dan realisasi penerimaan PBB Tabel 4.5 Target dan Realisasi Penerimaan PBB Tahun PokokKetetapan Target Realisasi % 2015 74.840.208.184 53.869.267.940,29 58.002.450.437 107.67% 2016 75.551.719.643 56.869.268.000,00 62.038.334.267 109.09% Sumber : Data Badan Pelayanan Pajak Daerah Kota Malang Bidang PBB Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa pada tahun 2015 target penerimaan PBB sebesar Rp53.869.267.940,29 dan dapat terealisasi sebesar Rp58.002.450.437. Sehingga pada tahun 2015 penerimaan PBB di Kota Malang sudah memenuhi target yaitu sebesar 107.67%. Kemudian pada tahun 2016 target penerimaan PBB sebesar Rp56.869.268.000,00 dan dapat terealisasi sebesar Rp62.038.334.267. Sehingga pada tahun 2016 penerimaan PBB di Kota Malang sudah memenuhi target yaitu sebesar 109.09%. Jika kepuasan wajib pajak meningkat, maka jumlah target dan realisasi PBB juga akan meningkat.

Penetapan target pajak bumi dan bangunan Kota Malang untuk setiap tahun ditetapkan dengan rumus realisasi sebagai berikut : Pertumbuhan ekonomi yang ditetapkan di Kota Malang sebesar 6%, sedangkan untuk konfiden level ada tiga ketegori yaitu level optimis sebesar 90%, level moderat sebesar 80%, level pesimis sebesar 70%. Penentuan konfiden level yang digunakan pada tahun yang bersangkutan dapat dipertimbangkan dari beberapa faktor seperti tinggi rendahnya tingkat inflasi, tingkat pengangguran, tingkat kemiskinan, produk Daerah Regional Bruto. Untuk mengetahui berapa jumlah persentase penerimaan sunset policy dari keseluruhan jumlah penerimaan PBB tahun 2016, kita dapat menggunakan rumus : Persentase Sunset Policy Dari persentase tersebut dapat kita ketahui bahwa program sunset policy yang dilakukan pemerintah Kota Malang memberikan kontribusi sebesar 2,27% dari jumlah keseluruhan penerimaan PBB di tahun 2016 yang terealisasi. Jumlah penerimaan PBB secara keseluruhan tahun 2016 sebesar Rp 62.038.334.267,-. Artinya jumlah penerimaan PBB di Kota Malang mengalami peningkatan setelah adanya sunset policy. Hal ini dipengaruhi oleh adanya program sunset policy yang diberlakukan di Kota malang, sehingga banyak wajib pajak yang memanfaatkan program pemerintah Kota Malang tersebut karena sanksi administrasi berupa bunga dihapuskan. Jumlah piutang PBB yang dilimpahkan ke pemerintah Kota Malang adalah ± pr110.000.000.000,- (Seratus Sepuluh Milyar Rupiah). Jumlah keseluruhan penerimaan PBB dari program sunset policy adalah sebesar Rp 1.997.269.870,- dengan jumlah wajib pajak sebanyak 1.646 WP. Dari program sunset policy, pemerintah berhasil menagihkan piutang sebesar 1,82% dari keseluruhan jumlah piutang PBB. Dari jumlah tersebut tentu belum sepenuhnya mengurangi jumlah piutang PBB, karena program sunset policy ini bukanlah satu-satunya cara untuk menagihkan piutang PBB. Masih banyak program pemerintah yang lain untuk dapat menagihkan piutang PBB. Pemerintah Kota Malang tidak perlu melakukan program sunset policy lanjutan. Karena hasilnya kurang efektif atau tidak banyak pengaruhnya untuk menagihkan piutang PBB. Jika pemerintah Kota Malang masih ingin

menjalankan program sunset policy lanjutan, maka pemerintah bisa melakukan peningkatan terhadap kepuasan wajib pajak terlebih dahulu. maka hasil penerimaan akan lebih banyak dibanding sebelumnya. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan, disimpulan bahwa pelaksanaan sunset policy tahap I (17 Agustus-31 Oktober 2016) dan tahap II (Januari-April 2017) yang diprogramkan pemerintah kota Malang terhadap kepatuhan wajib pajak di Badan Pelayanan Pajak Daerah (BP2D) adalah berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Keterbatasan Keterbatasan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Indikator kepatuhan wajib pajak dalam penelitian ini hanya diukur dari jumlah wajib pajak dan jumlah penerimaan PBB. 2. Objek pajak dalam penelitian ini hanya dari sektor Pajak Bumi dan Bangunan Saran Berdasarkan pembahasan pada hasil penelitian dan analisis, maka peneliti memberikan saran sebagai bahan evaluasi antara lain sebagai berikut : 1. Bagi pemerintah. Mengingat penerimaan pajak masih minim, maka program sunset policy dapat diadakan kembali oleh pemerintah kota guna menambah wajib pajak, meningkatkan kepatuhan wajib pajak, dan meningkatkan penerimaan pajak. Sehingga pembangunan nasional dapat berjalan dengan lancar. 2. Bagi peneliti selanjutnya. Diharapkan penelitian dengan topik yang serupa di masa yang akan datang dapat dilakukan kembali dengan menambah indikator-indikator kepatuhan wajib pajak yang lain.

DAFTAR PUSTAKA Ardani, Mira Novana. 2010. Pengaruh Kebijakan Sunset Policy Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Kasus di Kanwil Direktorat Jenderal Pajak Jawa Timur I Surabaya). Tesis. Universitas Diponegoro Semarang. Direktorat Jenderal Pajak. 2007. Sunset Policy. http://www.pajak.go.id. Pramushinta dan Baldric Siregar, 2011, Pengaruh Layanan Fiskus dan Pelaksanaan Sunset Policy Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dalam Upaya Peningkatan Pajak, Jurnal Ekonomi & Bisnis, vol. 5, no. 2, pp. 173-189. Nugroho, Riyadi Fitra. 2010. Keterkaitan Sunset Policy Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Penghasilan di Kota Semarang. Tesis. Universitas Diponegoro Semarang Soraya, 2010, Penerapan Sunset Policy Dalam Meningkatkan Kepatuhan Formal Wajib Pajak Orang Pribadi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Cilandak, Karya Ilmiah Tidak Dipublikasikan, Universitas Komputer Indonesia, Bandung. Susanti, Cristina. 2011. Pengaruh Kebijakan Sunset Policy Terhadap Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemauan Membayar Pajak. Skripsi. Universitas Jember. Waluyo dan Wirawan B.Ilyas, Pengantar Perpajakan Indonesia, Salemba Empat, Jakarta, 2000, Hal. 1 Widjaya, Annisa Gama, 2011, Studi Evaluasi Kepatuhan Wajib Pajak Sebelum dan Sesudah Reformasi Perpajakan 2008 dan Implikasinya Terhadap Penerimaan Pajak pada KPP Pratama Kota Semarang di Lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jendral Pajak Jawa Tengah I, Karya Ilmiah Tidak Dipublikasikan, Universitas Diponegoro, Semarang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perpajakan. 2007 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi daerah

Peraturan Walikota Malang Nomor 7 Tahun 2016 tentang Penghapusan Sanksi Administrasi atas Keterlambatan Pembayaran PBB Perkotaan untuk Masa Pajak Sampai Dengan 2012