BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. (SKRT, 2004), prevalensi karies di Indonesia mencapai 90,05%. 1 Riset Kesehatan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Karies gigi adalah penyakit infeksi dan merupakan suatu proses

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. indeks caries 1,0. Hasil riset kesehatan dasar tahun 2007 melaporkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. melalui makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Berbagai macam bakteri ini yang

BAB 2 PENGARUH PLAK TERHADAP GIGI DAN MULUT. Karies dinyatakan sebagai penyakit multifactorial yaitu adanya beberapa faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi masalah gigi dan mulut di atas

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. kelenjar saliva, dimana 93% dari volume total saliva disekresikan oleh kelenjar saliva

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rendah (Depkes RI, 2005). Anak yang memasuki usia sekolah yaitu pada usia 6-12

BAB 1 PENDAHULUAN. Saliva merupakan cairan rongga mulut yang kompleks yang terdiri atas

BAB I PENDAHULUAN. dan mulut yang memiliki prevalensi tinggi di masyarakat pada semua

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun prevalensi masalah kesehatan gigi dan mulut penduduk

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelenjar ludah besar dan kecil yang ada pada mukosa oral. Saliva yang terbentuk

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang paling dominan

BAB I PENDAHULUAN. cenderung meningkat sebagai akibat meningkatnya konsumsi gula seperti sukrosa.

Bayyin Bunayya Cholid*, Oedijani Santoso**, Yayun Siti Rochmah***

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bahan baku utamanya yaitu susu. Kandungan nutrisi yang tinggi pada keju

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saliva merupakan cairan rongga mulut yang memiliki peran penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan salah satu penyakit kronis yang paling umum terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan suatu penyakit yang sering dijumpai. Menurut Dr. WD

BAB I PENDAHULUAN. (D = decayed (gigi yang karies), M = missing (gigi yang hilang), F = failed (gigi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam bidang kedokteran gigi, masalah kesehatan gigi yang umum terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas mikroorganisme yang menyebabkan bau mulut (Eley et al, 2010). Bahan yang

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Tabel 1 : Data ph plak dan ph saliva sebelum dan sesudah berkumur Chlorhexidine Mean ± SD

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dapat dialami oleh setiap orang, dapat timbul pada satu permukaan gigi atau lebih dan

Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan oleh penggunaan susu botol atau cairan lainnya yang termasuk karbohidrat seperti

BAB I PENDAHULUAN. Mulut memiliki lebih dari 700 spesies bakteri yang hidup di dalamnya dan. hampir seluruhnya merupakan flora normal atau komensal.

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi atau yang biasanya dikenal masyarakat sebagai gigi berlubang,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. saliva yaitu dengan ph (potensial of hydrogen). Derajat keasaman ph dan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tubuh, baik bagi anak-anak, remaja maupun orang dewasa. 1,2

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dekade terakhir, sebanyak 80% orang didunia bergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. lengkung rahang dan kadang-kadang terdapat rotasi gigi. 1 Gigi berjejal merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. dapat dipisahkan satu dengan lainnya sebab kesehatan gigi dan mulut akan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian. Penelitian tentang perbedaan status karies pada anak Sekolah Dasar yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kismis adalah buah anggur (Vitis vinivera L.) yang dikeringkan dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengetahuan Kesehatan Gigi dan Mulut. Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit yang dapat menyerang manusia

BAB I PENDAHULUAN. setiap proses kehidupan manusia agar dapat tumbuh dan berkembang sesuai

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat dipisahkan satu dan lainnya karena akan mempengaruhi kesehatan tubuh

BAB I PENDAHULUAN. Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2013 menunjukkan urutan pertama pasien

Gambar 1. Kelenjar saliva 19

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. adalah anak yang mengalami gangguan fisik atau biasa disebut tuna daksa.

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia saat ini sedang menggalakkan pemakaian bahan alami sebagai bahan obat,

SATUAN ACARA PENYULUHAN KKEMAMPUAN PENCEGAHAN KARIES

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menyerang jaringan keras gigi seperti , dentin dan sementum, ditandai

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan gigi dan makanan sehat cenderung dapat menjaga perilaku hidup sehat.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gigi dan mulut di Indonesia. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SALIVA SEBAGAI CAIRAN DIAGNOSTIK RESIKO TERJADINYA KARIES PUTRI AJRI MAWADARA. Dosen Pembimbing : drg. Shanty Chairani, M.Si.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. pertumbuhan dan perkembangan fisik serta kognitif, yang memerlukan kesehatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terjadinya kerusakan jaringan yang dimulai dari permukaan gigi (pit, fissures,

BAB I PENDAHULUAN. Madu merupakan salah satu sumber makanan yang baik. Asam amino,

BAB I PENDAHULUAN. dari sisa makanan, menghilangkan plak dan bau mulut serta memperindah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tubuh keseluruhan (Tambuwun et al., 2014). Kesehatan gigi dan mulut tidak

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang kemudian, secara normal, terjadi setiap bulan selama usia reproduktif.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempengaruhi derajat keasaman saliva. Saliva memiliki peran penting dalam

I.PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Permasalahan. bersoda dan minuman ringan tanpa karbonasi. Minuman ringan berkarbonasi

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya. 2 Karies yang terjadi pada anak-anak di antara usia 0-71 bulan lebih dikenal

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Madu adalah pemanis tertua yang pertama kali dikenal dan digunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. seperti kesehatan, kenyamanan, dan rasa percaya diri. Namun, perawatan

BAB I PENDAHULUAN. makanan sehingga membantu pencernaan, untuk berbicara serta untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. anak-anak sampai lanjut usia. Presentase tertinggi pada golongan umur lebih dari

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORETIS. renik dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan. Tandanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Epidemiologi penyakit gigi dan mulut di Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Kerusakan pada gigi merupakan salah satu penyakit kronik yang umum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengetahuan ibu tentang pencegahan karies gigi sulung

Tahun 1999, National Institude of Dental and Craniofasial Research (NIDCR) mengeluarkan

BAB I PENDAHULUAN. Community Dental Oral Epidemiologi menyatakan bahwa anakanak. disebabkan pada umumnya orang beranggapan gigi sulung tidak perlu

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masalah dengan kesehatan gigi dan mulutnya. Masyarakat provinsi Daerah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. terhadap lingkungan dan umpan balik yang diterima dari respons tersebut. 12 Perilaku

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, apalagi di kalangan anak-anak dan remaja. Hal ini disebabkan karena

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gigi dan mulut yang paling umum diderita, dan menggambarkan masalah

BAB I PENDAHULUAN. mulut sejak dini. Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai kebersihan mulut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karies gigi merupakan masalah utama dalam kesehatan gigi dan mulut

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tempat, yaitu PAUD Amonglare, TK Aisyiyah Bustanul Athfal Godegan,

BAB 1 PENDAHULUAN. RI tahun 2004, prevalensi karies gigi mencapai 90,05%. 1 Karies gigi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dalam rongga mulut. Hasil survei Kesehatan Rumah Tangga (2006) menunjukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Karies gigi adalah penyakit infeksi dan merupakan suatu proses demineralisasi yang progresif pada jaringan keras permukaan gigi oleh asam organis yang berasal dari makanan yang mengandung gula. Karies gigi merupakan penyakit yang paling banyak dijumpai di rongga mulut bersama-sama dengan penyakit periodontal, sehingga merupakan masalah utama kesehatan gigi dan mulut. 7 Karies gigi memiliki etiologi multifaktorial, yaitu adanya beberapa faktor utama yang saling mempengaruhi yaitu faktor tuan rumah (gigi dan saliva), faktor agen (mikroorganisme), dan faktor lingkungan yaitu substrat (diet). Selain ketiga faktor ini terdapat faktor waktu yang juga mempengaruhi terjadinya karies. 3,8,9 Untuk terjadinya karies diperlukan tuan rumah yang rentan, mikroorganisme yang kariogenik, substrat yang sesuai, dan waktu yang lama. 8,9 2.1 Risiko Karies Risiko karies merupakan risiko terjadinya sebuah lesi karies pada seseorang. Peningkatan risiko karies merupakan hasil dari beberapa faktor penyebab karies yang sesuai ataupun mekanisme pertahanan yang tidak cukup sehingga mengarah kepada perbedaan prevalensi karies. 10 Berdasarkan definisinya, risiko ditujukan untuk mengukur terjadinya karies pada masa yang akan datang. Hal ini, mungkin dilakukan karena yang diukur hanya gejala awal saat karies muncul atau manifestasi yang telah timbul selama pengukuran. Menurut Hausen et al. (1994), risiko karies adalah peluang seseorang untuk mempunyai beberapa lesi karies selama kurun waktu tertentu. Risiko karies pada setiap orang berbeda, bahkan tidak tetap seumur hidup oleh karena dapat berubah apabila pasien melakukan tindakan pencegahan karies baik oleh dirinya sendiri maupun yang dilakukan dokter gigi. 2 Risiko karies dapat dikelompokkan menjadi dua faktor, yaitu faktor yang mempengaruhi proses karies dan faktor yang berhubungan dengan kejadian karies. 5 Faktor risiko karies adalah hubungan sebab akibat terjadinya karies. Beberapa faktor yang dianggap sebagai faktor risiko adalah pengalaman karies, penggunaan fluor, oral hygiene, jumlah bakteri, saliva, pola makan, serta faktor risiko demografi atau faktor modifikasi karies, seperti umur, jenis kelamin, dan sosial ekonomi. 2,3,11 Beberapa kategori risiko karies : 1. Pengalaman karies Penelitian epidemologis telah membuktikan adanya hubungan pengalaman karies dengan perkembangan karies di masa mendatang. Sensitivitas parameter ini hampir mencapai

60%. Prevalensi karies pada gigi bercampur dapat memprediksi karies pada gigi permanennya. 2,3 2. Penggunaan fluor Berbagai macam konsep tentang mekanisme kerja fluor yang berkaitan dengan pengaruhnya pada gigi sebelum dan sesudah erupsi. 2,3 Pemberian fluor yang teratur baik secara sistemik maupun lokal merupakan hal yang penting diperhatikan dalam mengurangi terjadinya karies oleh karena dapat meningkatkan remineralisasi. Namun demikian, jumlah kandungan fluor dalam air minum dan makanan harus diperhitungkan pada waktu memperkirakan kebutuhan tambahan fluor, karena pemasukan fluor yang berlebihan dapat menyebabkan fluorosis. 4 3. Oral higiene Salah satu komponen pembentukan karies adalah plak. Insidens karies dapat dikurangi dengan melakukan penyingkiran plak secara mekanis dari permukaan gigi, namun banyak pasien tidak melakukannya secara efektif. 2,3 Peningkatan oral higiene dapat dilakukan dengan menggunakan alat pembersih interdental yang dikombinasi dengan pemeriksaan gigi secara teratur. Pemeriksaan gigi rutin ini dapat membantu mendeteksi dan memonitor masalah gigi yang berpotensi menjadi karies. Plak yang berada di daerah interdental dan sulit dibersihkan melalui penyikatan gigi dapat disingkirkan dengan menggunakan pembersih interdental. Penyingkiran plak dapat juga dilakukan secara kimia menggunakan obat kumur (oral rinse). 2 4. Jumlah bakteri Segera setelah lahir, ekosistem oral pada bayi terdiri atas berbagai jenis bakteri. Kolonisasi bakteri di dalam mulut disebabkan transmisi antar manusia, yang paling banyak dari ibu atau ayah. Bayi yang memiliki S. mutans yang banyak, maka usia 2-3 tahun akan mempunyai risiko karies yang lebih tinggi pada gigi susunya. Walaupun laktobasillis bukan merupakan penyebab terjadinya karies, tetapi bakteri ini ditemukan meningkat pada orang yang mengonsumsi karbohidrat dalam jumlah banyak. 2,3 5. Saliva Saliva dapat mempengaruhi proses karies dengan berbagai cara, yaitu: 12 a. Aliran saliva dapat menurunkan akumulasi plak pada permukaan gigi dan juga menaikkan tingkat pembersihan karbohidrat dari permukaan rongga mulut. b. Difusi komponen saliva seperti kalsium, fosfat, ion H - dan F - ke dalam plak dapat menurunkan kelarutan enamel dan meningkatkan remineralisasi.

c. Sistem bufer asam karbonat-bikarbonat serta kandungan ammonia dan urea dalam saliva dapat menyangga dan menetralkan penurunan ph yang terjadi saat bakteri plak sedang memetabolisme gula. d. Beberapa komponen saliva yang termasuk dalam komponen non imunologi seperti lisozyme, lactoperoxydase, dan lactoferrin mempunyai daya anti bakteri langsung terhadap mikroflora tersebut sehingga derajat asidogeniknya dapat berkurang. e. Molekul immunoglobin A (IgA) disekresi oleh sel-sel plasma yang terdapat dalam kelenjar liur, sedangkan komponen protein lainnya diproduksi di lapisan epitel luar yang menutup kelenjar. Kadar keseluruhan IgA di saliva berbanding terbalik dengan timbulnya karies. 6. Pola makan Pengaruh pola makan dalam proses karies biasanya lebih bersifat lokal daripada sistemik, terutama dalam hal frekuensi mengonsumsi makanan. Setiap kali seseorang mengonsumsi makanan dan minuman yang mengandung karbohidrat, maka beberapa bakteri penyebab karies di rongga mulut akan mulai memproduksi asam sehingga terjadi demineralisasi yang berlangsung selama 20-30 menit setelah makan. Di antara periode makan, saliva akan bekerja menetralisir asam dan membantu proses remineralisasi. Namun, apabila makanan dan minuman berkarbonat terlalu sering dikonsumsi, maka enamel gigi tidak akan mempunyai kesempatan untuk melakukan remineralisasi dengan sempurna sehingga terjadi karies. 3 7. Umur Penelitian epidemologis menunjukkan terjadi peningkatan prevalensi karies sejalan dengan bertambahnya umur. Gigi yang paling akhir erupsi lebih rentan terhadap karies. Kerentanan ini meningkat karena sulitnya membersihkan gigi yang sedang erupsi sampai gigi tersebut mencapai dataran oklusal dan beroklusi dengan gigi antagonisnya. Anak-anak mempunyai risiko karies yang paling tinggi ketika gigi mereka telah erupsi sedangkan orang dewasa lebih berisiko terhadap terjadinya karies akar. 4 8. Jenis kelamin. Selama masa kanak-kanak dan remaja, wanita menunjukkan nilai DMF yang lebih tinggi daripada pria. Walaupun demikian, umumnya oral higiene wanita lebih baik sehingga komponen gigi yang hilang M (missing) yang lebih sedikit daripada pria. Sebaliknya, pria mempunyai komponen F (filling) yang lebih banyak dalam indeks DMF. 2,3 9. Sosial ekonomi. Karies dijumpai lebih banyak pada kelompok sosial ekonomi rendah daripada kelompok sosial ekonomi tinggi. Hal ini dikaitkan dengan lebih besarnya minat hidup sehat pada kelompok sosial ekonomi tinggi. Ada dua faktor sosial ekonomi yaitu pekerjaan dan

pendidikan. 2,3 Menurut Tirthankar, pendidikan adalah faktor kedua terbesar dari faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi status kesehatan. Seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi akan memiliki pengetahuan dan sikap yang baik tentang kesehatan sehingga akan mempengaruhi perliakunya untuk hidup sehat. 4 2.2 Pengukuran Risiko Karies 2 Ada beberapa metode pengukuran risiko karies, yaitu uji Streptokokus mutans, kariostat, dan Traffic Light Matrix Model (TL-M). Uji S. mutans merupakan indikator yang layak digunakan dalam pengukuran karies, namun uji ini kurang sensitif untuk memprediksi karies dini. S. mutans memiliki beberapa karakteristik yang dapat meningkatkan potensi kariogenik dan merupakan mikroorganisme asidogenik yang pertama berkolonisasi pada permukaan gigi. Uji ini dilakukan dengan menggunakan 1 ml spesimen saliva yang ditempatkan pada agar mitis salivarius yang sudah ditambahkan sukrosa dan bacitracin kemudian diinkubasi selama 4 hari. Metode kariostat dirancang oleh Professor Tsitomo Shimono. Metode ini dapat membuat bakteri penghasil asam merubah warna media dari biru kehitaman menjadi biru, hijau, dan kuning yang menggunakan cairan semi-sintesis yang mengandung 20% sukrosa dan indikator ph sebagai pengukuran risiko karies. Traffic Light Matrix Model (TL-M) adalah suatu model tabel pemeriksaan seperti lampu lalu lintas dengan warna merah, kuning, dan hijau yang hasilnya akan ditulis pada kolom yang tersedia. Kekurangan dari model ini adalah tidak memprediksi insiden karies tetapi lebih sebagai suatu peringatan dini sehingga mengingatkan dokter gigi adanya faktor risiko pada pasien untuk kunjungan berulang. Pada tahun 1997, kariogram diperkenalkan oleh Dr. Bratthal untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang karies gigi sebagai penyakit multi-faktorial. Kariogram pertama kali diluncurkan dalam versi bahasa Swedia, kemudian kariogram diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa yang digunakan beberapa negara untuk kepentingan studi penelitian termasuk bahasa Indonesia. 11 Kariogram adalah sebuah program perangkat lunak pada komputer yang bertujuan untuk menunjukkan latar belakang multi-faktorial karies gigi dengan menggambarkan interaksi yang berhubungan dengan sepuluh faktor karies. 6 Kariogram memiliki beberapa tujuan, yaitu mengilustrasikan hubungan karies dengan beberapa faktor, mengilustrasikan pencegahan karies, menunjukkan grafik risiko karies, merekomendasikan upaya pencegahan (preventif), sehingga dapat digunakan di klinik, dan dimasukkan sebagai program pendidikan. 12 Faktor risiko karies yang terdapat pada kariogram : 1. Pengalaman karies Untuk mengetahui rata-rata pengalaman karies pada masa lalu yang dihitung dengan indeks DMFT.

2. Penyakit yang berpengaruh Penyakit umum atau kondisi yang berhubungan dengan karies gigi, yaitu penyakit mulut kering dan penyakit gula. 3. Kandungan makanan Untuk mengetahui makanan yang mengandung karbohidrat yang dibedakan atas tingkat rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi. 4. Frekuensi makan Untuk mengetahui frekuensi makan atau jajan dalam 1 hari. 5. Skor plak Untuk mengetahui skor kebersihan gigi dengan menggunakan Indeks Plak. 6. Streptokokus mutans gigi. Untuk mengetahui banyaknya jumlah bakteri Streptokokus mutans pada permukaan 7. Program fluor Untuk mengetahui frekuensi dan bentuk pemakaian fluoride. 8. Sekresi saliva Untuk mengetahui rata-rata sekresi saliva yang dibedakan atas tingkat normal, rendah, lebih rendah, dan sangat rendah selama 1 menit. 9. Kapasitas buffer Untuk mengetahui asam, basa dan netralnya saliva dalam rongga mulut. 10. Penilaian klinik Penilaian dan pemberian skor secara langsung oleh peneliti berdasarkan faktor sosial ekonomi pasien. 2.3 Klasifikasi Kariogram 11 Kariogram, sebuah diagram lingkaran, seperti yang terlihat pada gambar, dibagi menjadi lima sektor dalam beberapa warna, yaitu hijau, biru tua, merah, biru muda, dan kuning yang mengindikasikan kelompok faktor yang berbeda-beda yang berhubungan dengan karies gigi. Sektor hijau menunjukkan sebuah perkiraan mengenai kemungkinan untuk menghindari timbulnya kavitas baru. Sektor biru tua menunjukkan diet berdasarkan

kombinasi kandungan dan frekuensi diet. Sektor merah menunjukkan sektor bakteri berdasarkan kombinasi skor plak dan Streptococcus mutans. Sektor biru muda menunjukkan kerentanan berdasarkan kombinasi program fluoride, sekresi saliva, dan kapasitas buffer saliva. Sektor kuning menunjukkan faktor keadaan yang berdasarkan kombinasi pengalaman karies masa lalu dan penyakit yang terkait. 3 Gambar 1. Diagram lingkaran kariogram 11 2.4 Cara Penggunaan Kariogram 11 Terdapat beberapa tahapan menggunakan kariogram, yaitu: 1. Start program Program kariogram hanya dapat digunakan pada komputer berbasis Windows. Kemudian ikuti petunjuk yang diberikan pada halaman tersebut dan dilanjutkan dengan mengklik simbol start pada kariogram. 2. Fungsi Dengan cara mengklik ikon yang terdapat pada ujung kiri atas layar terdapat beberapa informasi yang memiliki fungsi sebagai berikut:

Gambar 2. Ikon fungsi pada kariogram 11 a. Keluar, digunakan jika ingin menutup program. b. Pasien baru, digunakan jika ingin membuat halaman (pasien) baru. c. Mengenai, digunakan untuk mengetahui tujuan program. d. Bantuan, digunakan untuk mendapatkan informasi lebih lanjut tentang penggunaan program. e. Catatan, digunakan untuk mendaftar dan menulis komentar pasien. f. Rekomendasi secara umum, digunakan untuk mengetahui tindakan preventif dan klinis yang berdasarkan nilai yang telah dimasukkan. g. Cetak, digunakan untuk mencetak kariogram. Dua ikon yang terakhir tidak dapat digunakan hingga kariogram tampil di layar. 3. Mendaftar pasien Untuk mendaftar pasien baru, dapat dilakukan dengan mengklik ikon catatan yang terdapat pada ujung kiri atas program. Untuk mendaftar pasien, diperlukan beberapa data, yaitu nama, nomor, tanggal, dan pemeriksa. Gambar 3. Cara mendaftar pasien 11 Untuk memasukkan informasi data pasien pada program, dapat dilakukan dengan mengklik ikon catatan. Kemudian mengisi informasi data pasien dan dapat juga memberi beberapa komentar pada halaman tersebut. Apabila ingin menutup halaman catatan dengan mengklik 'OK'

Gambar 4. Pengisian data siswa pada kariogram 11 Informasi rincian data pasien yang telah dimasukkan akan muncul di sudut kiri layar seperti gambar di bawah ini. Informasi data pasien tidak dapat disimpan dalam program ini. Oleh karena itu, disarankan untuk mencetak informasi data dan komentar tersebut. 4. Warna pada beberapa sektor Gambar 5. Data yang telah diisi 11 Pada bagian bawah kiri layar, terdapat beberapa sektor kariogram. Setiap sektor kariogram tersebut, memiliki warna dan memiliki faktor tersendiri.

Gambar 6. Sektor warna pada kariogram 11 5. Pengaturan untuk 'negara/daerah' Faktor risiko karies pada setiap negara atau daerah berbeda-beda, bergantung pada latar belakang negara tersebut. Terdapat beberapa pilihan dalam menentukan 'negara/daerah', yaitu 'standar', 'risiko rendah', dan 'risiko tinggi'. Untuk negara dan daerah industri tanpa fluoridasi air minum, digunakan pilihan standar. Pilihan risiko rendah dan risiko tinggi disesuaikan terhadap negara/daerah yang berisiko rendah atau tinggi. Gambar 7. Pilihan risiko karies pada negara/daerah 11 6. Pengaturan 'kelompok' Seorang pasien mungkin dikategorikan dalam kelompok risiko yang lebih tinggi atau lebih rendah. Contoh: pasien lanjut usia dengan permukaan akar gigi yang terbuka, maka memiliki risiko yang lebih tinggi. Oleh karena itu, pasien lanjut usia tersebut dapat dikatergorikan dalam kelompok risiko tinggi. Gambar 8. Pilihan risiko karies pada kelompok 11

7. Memberi skor pada beberapa faktor yang berbeda Untuk membentuk sebuah kariogram, diharuskan memberi skor (0-2) atau (0-3) sedikitnya tujuh dari sepuluh parameter yang sesuai dengan kriteria pasien yang terdapat pada kotak kosong dengan mengklik tanda panah ke atas atau ke bawah. Setiap skor memiliki prevalensi yang berbeda-beda. Gambar 9. Hasil pemberian skor pada 7 parameter 11 8. Rekomendasi secara umum Kariogram dapat memberikan interpretasi umum dan beberapa tindakan yang perlu dilakukan dengan mengklik ikon Rekomendasi secara umum, setelah hasil kariogram dari data-data yang dimasukkan muncul. Rekomendasi yang dihasilkan bergantung pada skor yang kurang baik pada parameter kariogram. Gambar 10. Rekomendasi secara umum pada kariogram 10

9. Cetak Gambar 11. Interpretasi awal dan tindakan yang diusulkan 11 Program kariogram ini dapat mencetak dalam dua pilihan warna, yaitu cetakan berwarna dan cetakan berwarna hitam putih. Program ini juga dapat mencetak komentar dan interpretasi awal dan tindakan yang diusulkan. Gambar 12. Pemilihan cetak 11 Risiko karies rendah menandakan sektor hijau (peluang untuk menghindari karies baru) diatas 75%, maka dapat disimpulkan bahwa pasien memiliki peluang yang besar terhindar dari karies baru dengan catatan bahwa kondisi tidak berubah. Apabila sektor hijau

bernilai 25% - 75% menandakan risiko karies sedang dan apabila sektor hijau dibawah 25%, menandakan bahwa risiko karies sangat tinggi.