PENGARUH PENGGUNAAN LIMBAH UDANG PRODUK FERMENTASI DALAM RANSUM TERHADAP KONVERSI PROTEIN RANSUM DAN DAGING PADA AYAM LOKAL INFLUENCE SHRIMP WASTE FERMENTATION PRODUCTS IN RATION ON PROTEIN FEED CONVERSION AND MEAT ON LOCAL CHICKEN Arief Wicaksono*, Rachmat Wiradimadja **, Abun ** Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Jalan Raya Bandung Sumedang KM 21 Sumedang 45363 *Alumni Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Tahun 2016 **Staf Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran email: ariefwicaksono50@gmail.com Abstrak Penelitian telah dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi Ternak Unggas, Non Ruminansia dan Industri Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran pada bulan April-Mei 2016. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian limbah udang fermentasi dalam ransum terhadap konversi protein ransum dan daging ayam lokal. Penelitian menggunakan metode eksperimental dan rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan 5 macam perlakuan ransum dan 5 kali ulangan, yaitu R0=0% limbah udang fermentasi, R1=5% limbah udang fermentasi, R2=10% limbah udang fermentasi, R3=15% limbah udang fermentasi, R4=20% limbah udang fermentasi. Data di analisis menggunakan sidik ragam dan perbedaan antar perlakuan dengan uji Duncan. Hasil penelitian diperoleh bahwa produk fermentasi limbah udang sampai dengan tingkat 20% pada perlakuan dalam ransum (R4) menghasilkan konversi protein ransum dan daging yang sama baik dengan ransum kontrol. Kata kunci : limbah udang fermentasi, konversi protein, konversi daging ayam lokal Abstract This research has been conducted at Laboratory of Poultry Nutrition, Non Ruminant Nutrition and Feed Industry Faculty of Animal Husbandry, Padjadjaran University on April-May 2016. The aims of this study was to determine the effect of fermented shrimp waste protein in the local chicken diet to feed and meat protein conversion ratio. This research used complete randomized design with 5 treatments. Each treatment had 5 replications. The treatment was R0 = 0% shrimp waste fermentation in local chcken diet, R1 = 5% shrimp waste fermentation, R2 = 10% of the shrimp waste fermentation, R3 = 15% fermented shrimp waste, R4 = 20% fermented shrimp waste. Data was analyzed using analysis of variance and differences between treatments was tested with Duncan Multiple Range Test. The result showed that the shrimp waste fermentation products can used in local chicken diet up to 20% in treatment (R4) and can resulting feed and meat protein conversion ratio as good as the control diet. Keywords: shrimp waste fermentation, protein conversion, meat conversion local chicken Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 1
PENDAHULUAN Ayam lokal merupakan ayam yang kehidupannya sudah lekat dengan masyarakat, ayam lokal juga dikenal dengan sebutan ayam buras (bukan ras). Ayam lokal mempunyai daya adaptasi tinggi karena mampu menyesuaikan diri dengan berbagai situasi, kondisi lingkungan dan perubahan iklim serta cuaca setempat. Selera konsumen terhadap ayam lokal sangat tinggi, hal itu terlihat permintaan ayam lokal yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Populasi ayam lokal mengalami peningkatan dari tahun 2000 hingga 2014 dengan jumlah pada tahun 2000 sebanyak 259,257 juta ekor menjadi 286,538 juta ekor pada tahun 2014 (Direktorat Jenderal Peternakan, 2014). Mempertimbangkan potensi tersebut, perlu diupayakan peningkatan populasi dan produktivitasnya. Sumber protein yang biasa digunakan dalam ransum ayam unggas salah satunya adalah tepung ikan, namun mahalnya harga bahan pakan tersebut menjadi kendala dalam ketersediaannya, serta lamanya pemeliharaan ayam lokal akan menjadikan tepung ikan sebagai bahan baku penyusun ransum yang perlu diperhitungkan dalam pemeliharaanya. Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk mengatasinya adalah dengan mencari bahan pakan alternatif yaitu limbah udang. Pemanfaatan limbah udang sebagai bahan pakan ransum dalam penggunaannya memiliki faktor pembatas yaitu khitin yang sifatnya mengikat protein dan mineral sehingga berpengaruh terhadap proses pertumbuhan ayam. O leh karenanya limbah udang tersebut perlu diolah agar kandungan khitinnya dapat diminimalisir sehingga dapat digunakan dalam campuran ransum. Salah satu cara untuk menghilangkan atau meminimalisir kandungan khitin limbah udang adalah melalui pengolahan dengan fermentasi. Efisiensi ransum dari pengaruh penggunaan limbah udang produk fermentasi dapat dilihat dari angka konversi protein ransum dan daging, tetapi sejauh ini belum ada informasi terkait mengenai konversi protein ransum dan daging dengan penggunaan limbah udang produk fermentasi pada ransum ayam lokal, sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai penggunaan limbah udang produk fermentasi dalam ransum terhadap konversi protein ransum dan daging pada ayam lokal. Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 2
BAHAN DAN METODE Ternak yang digunakan pada penelitian yaitu DOC (day old chick ) ayam lokal sebanyak 125 ekor, diperoleh dari Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Unggas, Jatiwangi, Majalengka. Ayam dipelihara dari umur 1 hari sampai dengan 8 minggu, tanpa dipisahkan jenis kelaminnya (straight run). Ayam secara acak ditempatkan dalam 25 unit kandang dan masing-masing unit terdapat 5 ekor anak ayam. Kandang terbuat dari bambu dan kawat dengan ukuran panjang 0,7 m, lebar 0,5 m, dan tinggi 0,7 m, dilengkapi pemanas menggunakan lampu pijar 15 watt yang digunakan sampai dengan ayam berumur 3 minggu. Masing masing unit dilengkapi tempat pakan berbentuk round feeder dan tempat minum berbentuk round water, setiap ayam diberi penomoran sesuai perlakuan dan ulangan. Penelitian dilakukan berdasarkan metode eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 macam perlakuan pemberian ransum, diulang sebanyak 5 kali, setiap ulangan terdiri dari 5 ekor ayam, sehingga penelitian terdiri dari 25 unit percobaan. Ransum percobaan yang digunakan terdiri dari R0 (ransum tanpa mengandung limbah udang fermentasi), R1 (ransum yang mengandung 5% limbah udang fermentasi), R2 (ransum yang mengandung 10% limbah udang fermentasi), R3 (ransum yang mengandung 15% limbah udang fermentasi) dan R4 (ransum yang mengandung 20% limbah udang fermentasi). Ransum dibuat dengan kandungan protein kasar 15% dan energi metabolis 2750 kkal/kg (Widodo, 2010). Kandungan nutrien dan energi metabolis bahan pakan penyusun ransum percobaan terdapat pada Tabel 1. Susunan ransum percobaan yang digunakan dalam penelitian terdapat pada Tabel 2. Berdasarkan susunan ransum tersebut didapatkan kandungan nutrien dan energi metabolis ransum percobaan seperti pada Tabel 3. Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 3
Tabel 1. Kandungan Energi Metabolis dan Nutrien Bahan Pakan Penyusun Ransum Bahan Pakan EM PK LK SK Ca P Lys Meth (kkal/kg) %... LUF* ) 2614 39,29 7,03 7,79 6,81 2,83 3,04 1,46 Dedak Padi 1630 12,00 13,00 12,00 0,12 0,21 0,71 0,27 Jagung Kuning 3370 8,60 3,90 2,00 0,02 0,10 0,20 0,18 Bungkil Kedelai 2240 44,00 0,90 6,00 0,32 0,29 2,90 0,65 Tepung Ikan 2970 58,00 9,00 1,00 7,70 3,90 6,50 1,80 Tepung Tulang 0 0 0 0 23,3 18,0 0 0 CaCO3 0 0 0 0 40,0 0 0 0 Sumber : Widodo (2010), Abun dkk (2015) * ) Hasil analisis Laboratorium Nutrisi Ternak Ruminansia dan Kimia Makanan Ternak, Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran (2015) Keterangan : EM : Energi Metabolis PK : Protein Kasar LK : Lemak Kasar SK : Serat Kasar Ca : Calsium P : Phospor Lys : Lysin Meth : Methionin LUF : Limbah Udang Fermentasi Tabel 2. Susunan Ransum Percobaan Bahan Pakan R0 R1 R2 R3 R4.%... Limbah Udang Fermenasi 0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 Dedak Padi 28,00 26,75 24,75 23,00 18,00 Jagung Kuning 58,00 58,00 58,00 58,00 60,00 Bungkil Kedelai 4,75 2,50 2,25 1,50 0,00 Tepung Ikan 8,00 6,50 3,75 1,25 0,00 Tepung Tulang 0,75 0,75 0,75 0,75 1,00 CaCO3 0,50 0,50 0,50 0,50 1,00 Jumlah 100 100 100 100 100 Sumber : Hasil perhitungan berdasarkan Tabel 2. R0 = Ransum tanpa mengandung limbah udang fermentasi R1 = Ransum yang mengandung 5% limbah udang fermentasi R2 = Ransum yang mengandung 10% limbah udang fermentasi R3 = Ransum yang mengandung 15% limbah udang fermentasi R4 = Ransum yang mengandung 20% limbah udang fermentasi Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 4
Tabel 3. Kandungan Energi Metabolis dan Nutrien Ransum Perlakuan Nutrien R0 R1 R2 R3 R4 Komposisi Ransum* ) Energi Metabolis (kkal/kg) 2755 2770 2781 2792 2838 2750 Protein Kasar (%) 15,08 15,03 15,05 15,03 15,18 15 Lemak Kasar (%) 6,66 6,70 6,54 6,43 6,09 4,0-7,0 Serat Kasar (%) 4,89 4,97 5,08 5,19 4,92 3,0-6,0 Kalsium (%) 1,05 1,27 1,39 1,54 2,03 0,9-1,1 Phospor (%) 0,58 0,65 0,68 0,72 0,84 0,7-0,9 Lysin (%) 0,97 0,95 0,90 0,86 0,86 0,6 Methionin (%) 0,35 0,38 0,40 0,42 0,45 0,25 Sumber : Hasil perhitungan berdasarkan Tabel 1. dan Tabel 2 * ) Widodo (2010) Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 5
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan Terhadap Konsumsi Protein Ransum Perhitungan konversi protein ransum ayam lokal dihasilkan dengan menghitung jumlah konsumsi protein dibagi pertambahan bobot badan sehingga dapat menentukan tingkat efisiensi seekor ternak dalam mengubah setiap gram protein menjadi sejumlah pertumbuhan bobot badan. Hasil konversi protein ransum dari masing-masing perlakuan disajikan pada Tabel 4 Tabel 4. Rataan Konversi Protein Ransum Ayam Lokal Perlakuan Ulangan R0 R1 R2 R3 R4 1 0,660 0,675 0,587 0,625 0,900 2 0,616 0,635 0,661 0,568 0,573 3 0,645 0,602 0,622 0,798 0,602 4 0,616 0,615 0,545 0,668 0,721 5 0,616 0,676 0,584 0,694 0,650 Total 3,153 3,203 2,998 3,354 3,447 Rataan 0,689 0,671 0,600 0,641 0,631 Tampak pada Tabel 4 diatas rataan konversi protein ransum pada setiap pelakuan berkisar antara 0,600 0,689. Ransum tanpa limbah udang fermentasi (R0) menghasilkan konversi protein ransum yang tertinggi yaitu sebesar 0,689, selanjutnya (R1 = 0,671); (R3 = 0,641); (R4 = 0,631) dan yang terendah pada perlakuan (R2 = 0,600). Diyatakan semakin kecil angka konversi protein, maka semakin efisein ayam dalam mengubah protein ransum menjadi pertambahan bobot badan atau produksi ayam (Matram, 1984). Berdasarkan analisis statistik, bahwa konversi protein ransum tidak signifikan. Hal ini menandakan bahwa penggunaan limbah udang fermentasi sampai dengan 20% dalam ransum masih dapat digunakan sebagai bahan pakan alternatif pengganti tepung ikan. Dalam pemenuhan zat makanan dalam ransum limbah udang termasuk bahan pakan dengan harga murah, mudah didapat, kualitasnya baik, bersifat non pangan dan pengolahan dengan proses Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 6
fermentasi tersebut meningkatkan nutrisi serta memperbaiki kualitas limbah udang yang mengandung khitin. Proses fermentasi khitin dalam limbah udang sebagai faktor pembatas dilakukan melalui dua tahapan, yaitu deproteinasi dengan menggunakan Bacillus licheniformis, dan demileralisasi dengan Lactobacillus sp. Kedua mikroorganisme ini merupakan bakteri yang mampu menghasilkan protease dan khitinase dalam jumlah relatif tinggi (Williams dan Shih, 1989;Rahayu dkk, 2004). Lactobacillus sp. merupakan mikroba pengurai glukosa, sukrosa, maltosa, dan laktosa menjadi asam laktat sehingga terjadi endapan mineral (Lee dan Tan, 2002). Saccharomyces cereviseae adalah ragi yang dapat memproduksi enzim amilase, lipase, protease dan enzim lain yang dapat membantu proses pencernaan zat-zat makanan dalam organ pencernaan (Wagstaff 1989). Konsumsi ransum pada pemberian limbah udang fermentasi tidak berpengaruh (menurunkan konversi protein), artinya limbah udang fermentasi tidak berpengaruh terhadap palatabilitas pada ayam lokal. Hal ini disebabkan pemberian limbah udang fermentasi memiliki bau atau aroma yang tidak menyengat serta bentuk ransum dan tingkat kehalusan limbah udang dan tepung ikan sama sehingga keempat ransum perlakuan memiliki palatabilitas yang sama dengan demikian jumlah ransum yang dikonsumsi relatif sama. Sesuai dengan pernyataan Appleby (1992) dan Amrullah (2003) bahwa palatabilitas ransum pada ternak umumnya dipengaruhi oleh bau, rasa, warna dan tekstur. Konsumsi ransum yang tidak signifikan berpengaruh terhadap konsumsi protein ransum. Wahju (1997) menyatakan bahwa konsumsi ransum dalam jumlah besar akan diikuti oleh konsumsi protein yang besar pula. Hal ini disebabkan besarnya konsumsi protein ditentukan oleh jumlah ransum yang dikonsumsi dan kandungan protein dalam ransum. Sesuai dengan pernyataan Iqbal (2012), bahwa konversi protein ransum memiliki keterkaitan dengan konsumsi protein. Artinya, penggunaan limbah udang fermentasi sampai dengan tingkat 20% dalam ransum memberikan rataan konsumsi ransum yang sama besar sehingga menyebabkan konsumsi protein pun memberikan hasil yang sama. Rataan konsumsi protein yang tidak signifikan disebabkan karena tingkat energi dan protein pada kelima ransum perlakuan sama. Hal tersebut menyebabkan konsumsi protein Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 7
tidak berbeda nyata karena konsumsi protein dipengaruhi oleh kandungan energi dan protein dalam ransum. Sejalan dengan pendapat Tillman dkk (1998), bahwa konsumsi protein dipengaruhi oleh kandungan energi metabolis dan protein ransum. Energi metabolis yang diberikan sama dalam ransum akan menghasilkan konsumsi ransum yang sama, dengan kata lain ransum yang mengandung protein yang sama sehingga konsumsi protein sama. Kandungan energi metabolis serta protein ransum berkisar 2775 2838 kkal/kg dan 15,03 15,18%. Pendapat lain menyatakan bahwa lingkungan yang panas dapat menurunkan konsumsi pakan sehingga protein yang dikonsumsi juga mengalami penurunan. Notrh and Bell (1990). 4.2. Pengaruh Perlakuan terhadap Konversi Protein Daging Perhitungan konversi protein daging pada ayam lokal dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pemberian limbah udang fermentasi terhadap kandungan protein daging dari masing-masing perlakuan. Perhitungan konversi dilakukan dengan cara membagi konsumsi protein ransum oleh produksi daging yang dikalikan dengan kandungan protein kasar daging yang dihasilkan. Rataan konversi protein daging dari masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Tabel 5. Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 8
Tabel 5. Rataan Konversi Protein Daging Ayam Lokal Perlakuan Ulangan R0 R1 R2 R3 R4 1 8,500 6,992 6,237 9,588 7,374 2 8,290 7,766 8,118 10,359 9,039 3 8,514 8,223 8,795 7,302 10,255 4 8,553 7,614 9,770 10,167 9,090 5 8,204 7,463 9,773 7,547 9,266 Total 42,061 38,058 42,692 44,962 45,024 Rataan 8,412 7,612 8,538 8,992 9,005 Rataan konversi protein daging diperoleh antara 7,612 sampai dengan 9,005. Rataan konversi protein daging pada perlakuan ransum tanpa penambahan limbah udang fermentasi (R0 = 8,412), selanjutnya untuk perlakuan ransum mengandung 5% limbah udang fermentasi (R1 = 7,612), ransum mengandung limbah udang fermentasi 10% (R2 = 8,538), ransum yang mengandung 15% limbah udang fermentasi (R3 = 8,992), dan pelakuan ransum yang mengandung 20% limbah udang fermentasi (R4 = 9,055). Rataan konversi protein daging ayam lokal menunjukkan perlakuan pemberian limbah udang fermentasi yang tidak signifikan. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada pengaruh limbah udang fermentasi terhadap konversi protein daging. Hal ini disebabkan karena ayam diberi ransum limbah udang fermentasi yang relatif tidak berbeda jauh dengan kandungan protein dan energi. Anggorodi (1985) menyatakan bahwa jumlah konsumsi ransum ditentukan oleh kandungan energi dalam ransum. Apabila kandungan energi dalam ransum tinggi maka konsumsi ransum akan turun dan sebaliknya apabila kandungan energi ransum rendah, maka konsumsi ransum akan naik guna memenuhi kebutuhan akan energi. Tinggi rendahnya kandungan protein dalam daging dapat dilihat dari kandungan air. Daya mengikat air daging dipengaruhi oleh kandungan protein daging, kandungan protein daging yang tinggi akan diikuti dengan semakin tingginya daya mengikat air (Ockerman, 1983). Pengaruh perlakuan terhadap rataan konversi protein daging ayam lokal menunjukkan bahwa penggunaan limbah udang fermentasi tidak memberikan pengaruh yang signifikan. Hal ini disebabkan karena konversi protein daging dipengaruhi oleh dua hal yaitu Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 9
pertambahan bobot badan dan konsumsi protein sesuai dengan pendapat Rizal dkk (2003), bahwa jumlah konsumsi protein berpengaruh terhadap pertambahan bobot badan karena konversi protein daging diperoleh dari perkalian produksi daging dan kandungan protein daging. Tidak adanya pengaruh signifikan dari kelima perlakuan ransum tersebut, menandakan bahwa penggunaan limbah udang fermentasi sampai dengan tingkat 20% memiliki kualitas protein yang sama dengan perlakuan ransum tanpa penggunaan limbah udang fermentasi. Hasil ini membuktikan proses fermentasi pada limbah udang dengan mikroorganisme Bacillus licheniformis, Lactobacillus sp., dan ragi Saccharomyces cereviseae dapat memperbaiki kualitas protein limbah udang yang mengandung khitin dengan meningkatnya kelengkapan dan keseimbangan asam amino esensial serta memiliki daya cerna yang optimal, sehingga limbah udang fermentasi dapat digunakan sebagai pengganti tepung ikan dalam ransum yang merupakan sumber protein pakan ternak. Soeparno (1998), menyatakan bahwa peningkatan kualitas protein dalam pakan akan meningkatkan protein dalam tubuh. Bahan yang mengalami proses fermentasi mempunyai nilai gizi yang lebih tinggi dari bahan asal. Hal ini disebabkan fermentasi menghasilkan enzim-enzim tertentu yang dapat menguraikan protein menjadi asam amino sehingga lebih mudah diserap tubuh (Winarno dan Fardiaz, 1980). KESIMPULAN Tingkat pemberian ransum mengandung limbah udang produk digunakan sampai dengan tingkat 20% dalam rasum ayam lokal. Limbah udang produk fermentasi oleh Bacillus licheniformis, Lactobacillus sp, dan Saccharomyces cereviseae dapat dijadikan sebagai salah satu bahan pakan alternatif sumber protein hewani pengganti tepung ikan dalam formulasi ransum ayam lokal. Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 10
SARAN Limbah udang produk fermentasi oleh Bacillus licheniformis, Lactobacillus sp, dan Saccharomyces cereviseae dapat dijadikan sebagai salah satu bahan pakan alternatif sumber protein hewani pengganti tepung ikan dalam formulasi ransum ayam lokal. Penggunaan limbah udang produk fermentasi dapat digunakan sampai dengan 20% dalam campuran ransum. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih disampaikan seluruh rekan penelitian yang telah memberikan dukungan selama penelitian ini sehingga penelitian ini bisa berjalan dengan lancar.. DAFTAR PUSTAKA Amrullah, I. K. 2003. Nutrisi Ayam Broiller. Cetakan Ke-1. Lembaga Satu Gunung Budi. Bogor. Hal : 319-320 Anggorodi. 1985. Kemajuan Mutakhir Dalam Ilmu Makanan Ternak Unggas. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta Appleby,C.M,Hughet O.B,Elson A.H. 1992. Poultry Production System Behavior, Management and Walfare. CBA International, Englannd. Direktorat Jenderal Peternakan, 2014. Populasi Ternak (000 ekor), 2000 2014. Tersedia : http://www. bps. go. id/linktabelstatis/view/id/1506. Diakses Tanggal 07 April 2016, Pukul 14.49 WIB Iqbal, F., Atmomarsono, U. Dan Muryani, R. 2012. Pengaruh Berbagai Frekuensi Pemberian Pakan dan Pembatasan Pakan terhadap Efisiensi Penggunaan Protein Ayam Broiler. Animal Agricultural 1 no 2: 4-8. Lee, V and E. Tan. 2002. Enzymatic Hydrolisis of Prawn Shell Waste for the Purification of Chitin. Departement of Chemical Engineering, Loughborough University North, M.O. And D,D. Bell. 1990. Commercial Chicken Production Manual. 4th Ed. Van Nostrand Reinhold. New York Ockerman. 1983. Chemistry of Meat Tissue. 10 th Ed. Departemen of Animal Sc. The Ohio State University and The Ohio Agricultural research and Development Center Rahayu, S., F. Tanuwidjaya, Y.Rukayadi, A.Suwanto, M.T.Suhartono, J.K. Hwang dan Y.R. Pyun. 2004. Study of Thermostable Chitinase Enzymes from Indonesian Bacillus K29-14. J. Microbiol. Biotechnol. 14 (4): 647 652. Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 11
Rizal, Y., D. Tami, E. Suryanti dan I. Hayati. 2003. Kecernaan serat kasar, retensi nitrogen dan rasio efisiensi protein ayam broiler yang diberi ransum mengandung daun ubi kayu yang difermentasi dengan Aspergillus niger. J. Ilmiah Ilmu-ilmu Peternakan. IX(I): 60 69. Soeparno. 1998. Ilmu dan Teknologi Daging. Cetakan 3. GMU Press,Yogyakarta. Tillman, A.D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo, dan S. Lebdosukojo. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Cetakan ke-4. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Wagstaff, R.K. 1989. Improved Digestibility of Feeds by Enzyme Addition. Kemin Industries, Inc. Des Moines. Lowa, USA Wahju J. 1997. Ilmu Nutrisi Unggas. Cetakan ke empat. Gadjah Mada University Press Yogyakarta Widodo W. 2010. Bahan Pakan Unggas Nonkonvensional. Buku Ajar Fakultas Peternakan Universitas Muhammadiyah. Malang. http://wahyuwidodo.staff.umm.ac.id/files/2010/ 01/.pdf Williams, C.M., J.C.H. Shih. 1989. Enumeration of Some Microbial Groups In Thermophilic Poultry Waste Disasters and Enrichment of a Feather- Degrading Culture. J. Appl. Bacteriol 67 : 25 35 Winarno, F.G. dan O. Fardiaz. 1980. Pengantar Teknologi Pangan. Jakarta: PT Gramedia. Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 12