BAB.IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data analisis kandungan Resin, Wax dan Aspalten di dalam minyak mentah dapat dilihat pada Tabel 4.1.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III. METODE PENELITIAN

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pengaruh Daya Listrik Oven Gelombang Mikro terhadap Pemecahan Emulsi Minyak Mentah Cepu

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN. dicatat volume pemakaian larutan baku feroamonium sulfat. Pembuatan reagen dan perhitungan dapat dilihat pada lampiran 17.

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakterisasi Bahan Baku Karet Crepe

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

FORMULASI SEDIAAN SEMISOLIDA

Pembuatan Minyak Kelapa dengan Pemeraman dan Radiasi Gelombang Mikro

STUDI KARAKTERISTIK DAN KESTABILAN EMULSI MINYAK MENTAH INDONESIA

HASIL DAN PEMBAHASAN

Lemak dan minyak adalah trigliserida atau triasil gliserol, dengan rumus umum : O R' O C

Aspal merupakan bahan perkerasan untuk jalan raya. Tentu "penghuni" jurusan Teknik Sipil mengenalnya. Mari kita bahas bersama mengenai aspal.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini telah dihasilkan homopolimer emulsi polistirena

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4 Hasil dan Pembahasan

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 2 (2013), Hal ISSN :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Teknologi Hasil

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

JURNAL PRAKTIKUM SENYAWA ORGANIK DAN ANORGANIK 12 Mei 2014

D. Tinjauan Pustaka. Menurut Farmakope Indonesia (Anonim, 1995) pernyataan kelarutan adalah zat dalam

16! 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

PENINGKATAN KADAR PATCHOULI ALCOHOL DALAM PEMURNIAN MINYAK NILAM DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI DISTILASI VACUM GELOMBANG MIKRO

PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Kombinasi Protein Koro Benguk dan Karagenan Terhadap Karakteristik Mekanik (Kuat Tarik dan Pemanjangan)

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pengujian Proses Demulsifikasi

PENGARUH KONSENTRASI SANTAN TERHADAP PROSES EKSTRAKSI MINYAK KELAPA DENGAN PERLAKUAN GELOMBANG MIKRO

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangangan Pabrik HPAM dari Monomer Acrylamide Kapasitas ton/tahun

VARIASI PENGGUNAAN IONIZER DAN JENIS BAHAN BAKAR TERHADAP KANDUNGAN GAS BUANG KENDARAAN

BAB 3 IKATAN KRISTAL. 3.1 Macam-Macam Ikatan Kristal

PEMISAHAN DENGAN MEMBRAN

PENGARUH WAKTU UNTUK MENINGKATKAN KADAR PATCHOULI ALCOHOL DALAM PEMURNIAN MINYAK NILAM DENGAN MENGGUNAKAN DISTILASI VAKUM GELOMBANG MIKRO

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMASI FISIKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sampai 10 atom karbon yang diperoleh dari minyak bumi. Sebagian diperoleh

STUDI KESTABILAN BUSA MENGENAI PENGARUH SUHU DAN ELEKTROLITSERTA KONSENTRASI SURFAKTAN DENGAN DAN TANPA MINYAK

Copyright all right reserved

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi

Rendemen APG dihitung berdasarkan berat APG yang diperoleh setelah dimurnikan dengan berat total bahan baku awal yang digunakan.

Bab IV Hasil dan Pembahasan

KISI-KISI UN KIMIA SMA/MA

Struktur atom, dan Tabel periodik unsur,

SIFAT PERMUKAAN SISTEM KOLOID PANGAN AKTIVITAS PERMUKAAN

KISI-KISI PENULISAN SOAL USBN

BAB I PENDAHULUAN. sejumlah kecil bagian bukan karet, seperti lemak, glikolipid, fosfolid, protein,

Tabel 3. Hasil uji karakteristik SIR 20

TUGAS FISIKA FARMASI TEGANGAN PERMUKAAN

ANALISIS KADAR GLUKOSA PADA BIOMASSA BONGGOL PISANG MELALUI PAPARAN RADIASI MATAHARI, GELOMBANG MIKRO, DAN HIDROLISIS ASAM

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Katalis CaO Terhadap Kuantitas Bio Oil

PAKET UJIAN NASIONAL 7 Pelajaran : KIMIA Waktu : 120 Menit

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transesterifikasi parsial minyak kelapa sawit dengan EtOH pada pembuatan digliserida sebagai agen pengemulsi

Laporan Kimia Fisika Penentuan Tegangan Permukaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyak fenomena-fenomena alam yang kurang kita perhatikan akan

BAB I PENDAHULUAN. Korosi merupakan fenomena kimia yang dapat menurunkan kualitas suatu

SOAL LATIHAN CHEMISTRY OLYMPIAD CAMP 2016 (COC 2016)

BAB II INJEKSI UAP PADA EOR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

STRUKTUR KIMIA DAN SIFAT FISIKA

METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 2. Prosedur Uji Kinerja Formula Surfaktan APG untuk Enhanced Water Flooding

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji

Gambar 4.1. Perbandingan Kuantitas Produk Bio-oil, Gas dan Arang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat

A. Sifat Fisik Kimia Produk

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI

Bab 4 KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

larutan yang lebih pekat, hukum konservasi massa, hukum perbandingan tetap, hukum perbandingan berganda, hukum perbandingan volume dan teori

Pengaruh Daya Penyinaran Gelombang Mikro Terhadap Karakteristik Pembakaran Droplet Minyak Jarak Pagar

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN. Efek medan magnet pada air sadah. Konsep sistem AMT yang efektif

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. coba untuk penentuan daya serap dari arang aktif. Sampel buatan adalah larutan

BAB 1 PENDAHULUAN. Gelombang adalah energi getar yang merambat. ( di mana gelombang merambat melalui

MODUL PRAKTIKUM SATUAN OPERASI II

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. 1.Permono. Ajar Membuat detergen bubuk, Penebar swadaya. Jakarta.

2016 ACARA I. BLANCHING A. Pendahuluan Proses thermal merupakan proses pengawetan bahan pangan dengan menggunakan energi panas. Proses thermal digunak

KALORIMETRI A. Pendahuluan

Bab IV Hasil dan Pembahasan

KELARUTAN DAN GEJALA DISTRIBUSI. Oleh : Nur Aji, S.Farm., Apt

2.6.4 Analisis Uji Morfologi Menggunakan SEM BAB III METODOLOGI PENELITIAN Alat dan Bahan Penelitian Alat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Memiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin.

BAB 1 PERKEMBANGAN TEORI ATOM

PEMANFAATAN ISOLASI RESIN EPOKSI SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS PENYALURAN ENERGI LISTRIK DITINJAU DARI KARAKTERISTIK HIDROFOBIK

Kesetimbangan Kimia. Kimia Dasar 2 Sukisman Purtadi

METODOLOGI PENELITIAN

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja...

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PANGAN LEMAK UJI SAFONIFIKASI

HASIL ANALISIS KEBENARAN KONSEP PADA OBJEK PENELITIAN. Penjelasan Konsep

STUDI LABORATORIUM PENGARUH KONSENTRASI SURFAKTAN POLIMER TERHADAP RECOVERY FACTOR DENGAN BERBAGAI SALINITAS

4 Hasil dan Pembahasan

REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK

Transkripsi:

BAB.IV HASIL DAN PEMBAHASAN Data analisis kandungan Resin, Wax dan Aspalten di dalam minyak mentah dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1. Analisis kandungan Resin, Wax dan Aspalten. Jenis Persen Minyak Resin Wax Aspalten Blora 7, 2,162 2.381 Cepu 5,65 3,939 2,2 Jambi 4,7,996,548 Prabumulih 16,8 24,1 2.539 Riau 7,4 1,271,44 Data analisis kandungan Resin, Wax dan Aspalten di dalam minyak mentah menunjukkan minyak mentah dari Prabumulih paling banyak persentase kandungan aspalten, resin dan wax yaitu sebesar 2.539, 16,8 dan 24,1 diikuti oleh minyak yang berasal dari Blora, Cepu, Riau dan yang paling sedikit dari Jambi. Data uji stabilitas emulsi dibuat grafik pengaruh waktu terhadap persentase pemisahan air seperti ditunjukkan pada Gambar 4.1. Gambar 4.1 menunjukkan bahwa minyak mentah dari Prabumulih paling stabil, dalam hal ini ditunjukkan persentase air yang terpisah paling sedikit, sedangkan minyak dari Jambi paling tidak stabil ditunjukkan persentase air yang terpisah paling banyak. Hal ini disebabkan minyak mentah yang berasal dari Prabumulih paling banyak mengandung aspalten, resin dan wax, sedangkan minyak yang berasal dari Jambi kandungan aspalten, resin dan wax paling sedikit. 38

1 1 1 Riau Jambi Prabumulih Cepu Blora.1 2 4 6 Gambar 4.1. Pengaruh waktu terhadap persentase pemisahan air pada berbagai jenis minyak mentah Aspalten, resin dan wax merupakan emulsifier alam yang mana aspalten dan resin keduanya akan menurunkan tegangan antar-muka dan gaya tolak menolak antara molekul minyak terhadap air. Rasio resin terhadap aspalten di dalam emulsi menambah stabilitas dari pada aspalten saja apalagi rasio lebih dari tiga (Adel, et. al., 28). Aspalten adalah molekul poliaromatik dengan berat molekul antara 1 sampai 1. g/mol. Aspalten merupakan zat penstabil emulsi minyak-air jika konsentrasinya lebih dari 5 ppm. Aspalten beraksi sebagai zat aktiv permukaan yang akan menurunkan tegangan muka molekul minyak dan air (Borges, et. al. 29). Resin merupakan polimer yang mempunyai berat molekul antara 5 sampai 1 g/mol, penambahan resin ke dalam emulsi yang mengandung aspalten menjadi promotor dan penyebab emulsi lebih stabil terutama pada senyawa polar. Air dan aspalten adalah senyawa polar. Resin merupakan zat aktiv permukaan dimana akan mencapai film antar muka air-minyak lebih dulu dari pada aspalten. Resin bersama dengan aspalten menurunkan gaya tolak menolak antara air dengan minyak. 39

Tegangan antar muka dan gaya tolak menolak antara air dengan minyak turun menyebabkan emulsi lebih stabil (Adel, et. al., 28). Wax merupakan polimer dengan berat atom 31 sampai 1 mempunyai ikatan rangkap 5 sampai 5 setiap 1 atom karbon yang mudah membentuk ikatan atau bercampur dengann 3 sampai 25 bagian berat molekul hidrokarbon. Wax merupakan surfaktan non ionik dan agen pembasahan yang akan menyebabkan melekul air dan minyak membentk emulsi (Sahaff, et. al., 28). Hasil percobaan pengaruh salinitas terhadap persentase pemisahan minyak dan air dengan daya 54 W dan waktu sampai 4 menit dibuat grafik. Grafik dapat dilihat pada Gambar 4.2, 4.3, 4.4, 4.5, 4.6. 12 1 12 1 8 6 4 2 8 6 4 2 1 2 3 4 Keterangan : Warna gelap adalah minyak, warna terang adalah air Salinitas, Salinitas 5, salinitas 1, salinitas 2 Gambar 4.2. Pengaruh salinitas terhadap % air dan minyak terpisah pada emulsi minyak mentah dari Jambi 4

12 1 8 6 4 2 1 8 6 4 2 Keterangan : 1 2 3 4 Warna gelap adalah minyak, warna terang adalah air Salinitas, Salinitas 5, salinitas 1, salinitas 2 8 Gambar 4.3. Pengaruh salinitas terhadap % air dan minyak terpisah pada emulsi minyak mentah dari Riau 12 1 12 1 8 6 4 2 8 6 4 2 1 2 3 4 Keterangan : Warna gelap adalah minyak, warna terang adalah air Salinitas, Salinitas 5, salinitas 1, salinitas 2 6 Gambar 4.4. Pengaruh salinitas terhadap % air dan minyak terpisah pada emulsi minyak mentah dari Cepu 41

6 5 4 3 2 1 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 Keterangan : Warna gelap adalah minyak, warna terang adalah air Salinitas, Salinitas 5, salinitas 1, salinitas 2 Gambar 4.5. Pengaruh salinitas terhadap % air dan minyak terpisah pada emulsi minyak mentah dari Blora 6 5 4 3 2 1 6 5 4 3 2 1 2 4 6 Keterangan : Warna gelap adalah minyak, warna terang adalah air Salinitas, Salinitas 5, salinitas 1, salinitas 2 Gambar 4.6. Pengaruh salinitas terhadap % air dan minyak terpisah pada emulsi minyak mentah dari Prabumulih 42

Gambar 4.2, 4.3, 4.4, 4.5 dan 4.6, menunjukkan semakin besar salinitas pemecahan emulsi semakin cepat. Sebagai contoh dalam waktu 6 menit, demulsifikasi minyak dari Blora pada salinitas permil air yang terpisah sebesar 1 %, sedangkan pada salinitas 2 permil air yang terpisah sebesar 3 %. Hal ini karena dengan salinitas naik mengakibatkan senyawa polar yang berputar bertambah banyak. Harga salinitas setara dengan kandungan garam di dalam larutan. Garam merupakan senyawa polar yang akan berputar jika mendapat pancaran gelombang elektromagnetik berdiri sedangkang minyak tidak berputar (Lee, 2). Putaran garam tersebut menambah jumlah molekul yang putaran dan menyebabkan molekul air mudah lepas dari emulsi atau membantu demulsifiksi emulsi dan menimbulkan panas yang akan membantu dalam pemecahan emulsi. Air yang lepas dari ikatan emulsi bersama dengan molekul air lainya akan berkelompok kemudian molekul air bersama molekul air lainya berkoalisi. Koalisi bertambah besar seiring dengan semakin banyak air yang lepas. Koalisi yang besar mempercepat terjadinya pengendapan air. Air yang lepas dari emulasi dan kecepatan pengendapan dipercepat oleh penurunan viskositas akibat suhu naik. Pengaruh salinitas terhadap suhu emulsi pada microwave pada daya 11 W. Ditunjukkan pada Gambar 4.7. 43

9 8 7 Suhu ( C) 6 5 4 3 2 1 2 3 4 Keterangan : Salinitas, Salinitas 5, salinitas 1, salinitas 15, X salinitas 2 Gambar 4.7. Pengaruh salinitas terhadap suhu emulsi air dan minyak mentah dari Cepu Gambar 4.7 menunjukkan semakin besar salinitas menyebabkan suhu bertambah tinggi, hal ini karena dengan salinitas naik mengakibatkan senyawa polar yang berputar bertambah banyak. Besar dan kecilnya salinitas setara dengan kandungan garam di dalam larutan. Garam merupakan senyawa polar yang akan berputar jika dikenakan radiasi gelombang elektromagnetik berdiri. Putaran molekul garam menimbulkan panas karena gesekan dengan molekul minyak. Panas yang timbul akan menaikkan suhu larutan. Hasil percobaan pengaruh daya listrik terhadap persentase pemisahan minyak dan air pada salinitas 2 permil untuk waktu maksimum 4 menit dapat dilihat pada Gambar 4.8, 4.9, 4.1, 4.11, dan 4.12. 44

12 1 98 96 94 92 9 88 2 4 6 8 1 Keterangan : Salinitas, Salinitas 5, salinitas 1, salinitas 15, X salinitas 2 Gambar 4.8. Pengaruh daya listrik terhadap % air terpisah pada emulsi minyak dari Jambi 12 1 8 6 4 2 5 1 15 Keterangan : Daya 54 W.,daya 11 W., daya 168 W, daya 33 W. X daya 432 W Gambar 4.9. Pengaruh daya listrik terhadap % air terpisah pada emulsi minyak dari Riau 45

12 1 8 6 4 2 5 1 15 2 Keterangan : Daya 54 W.,daya 11 W., daya 168 W, daya 33 W. X daya 432 W Gambar 4.1. Pengaruh daya listrik terhadap % air terpisah pada emulsi minyak dari Cepu 12 1 8 6 4 2 2 4 6 Keterangan : Daya 54 W.,daya 11 W., daya 168 W, daya 33 W. X daya 432 W Gambar 4.11. Pengaruh daya listrik terhadap % air terpisah pada emulsi minyak dari Blora 46

12 1 8 6 4 2 1 2 3 4 Keterangan : Daya 54 W.,daya 11 W., daya 168 W, daya 33 W. X daya 432 W Gambar 4.12. Pengaruh daya listrik terhadap % air terpisah pada emulsi minyak dari Prabumulih Hasil percobaan pengaruh daya listrik terhadap demulsifikasi pada salinitas tetap terlihat bahwa semakin besar daya listrik demulsifikasi semakin cepat. Seperti yang ditunjukan pada Gambar 4.8, 4.9, 4.1, 4.11, dan 4.12. Sebagai contoh pada eulsi minyak dari Blora, pada waktu 1 menit dengan daya 54 W, air terpisah sebesar 1 %, sedangkan dengan daya 432 W air terpisah mencapai 1 %. Hal ini disebabkan jika daya listrik naik maka putaran senyawa polar semakin kuat, air merupakan senyawa polar, dengan putaran semakin kuat mengakibatkan emulsi mudah pecah, disamping itu dengan daya putar semakin kuat menyebabkan temperatur cepat naik, panas yang ditimbul membantu mempercepat demulsifikasi. Energi gelombang mikro dapat memperlemah ikatan antara molekul hidrokarbon dengan molekul air sehingga dengan pancaran gelombang mikro dapat menyebabkan ikatan molekul hidrokarbon dengan molekul air menjadi pecah (Halek, et., al., 24). Daya listrik semakin besar menyebebkan medan listrik pada pancaran 47

gelombang elektro magnetik semakin besar. Medan listrik membantu pemecahan emulsi. Emulsi yang pecah mengakibatkan air terlepas dan air bersama air lainya akan berkelompok selanjutnya membentuk koalisi. Koalisi dipercepat dengan naiknya suhu. Koalisi yang besar memudahan terjadinya pengendapan dan dipercepat oleh penurunan viskositas cairan sebab kenaikan suhu (kokal, 25). Hasil perbandingan demulsifiksi disajikan dalam bentuk grafik seperti ditunjukkan pada Gambar 4.13, 4.14, 4.15, 4.16 dan 4.17. 15 1 95 9 85 8 75 7 65 6 1 2 3 4 Keterangan : oven biasa, oven gelombang mikro Gambar 4.13. Perbandingan demulsifikasi antara oven biasa terhadap microwave pada minyak dari Jambi pada suhu 83 C 48

12 1 8 6 4 2 1 2 3 4 5 Keterangan : oven biasa, oven gelombang mikro Gambar 4.14. Perbandingan demulsifikasi antara oven biasa terhadap microwave pada emulsi minyak dari Riau pada suhu 83 C 12 1 8 6 4 2 1 2 3 4 Keterangan : oven biasa, oven gelombang mikro Gambar 4.15 Perbandingan demulsifikasi antara oven biasa terhadap microwave pada emulsi minyak dari Cepu pada suhu 83 C 49

12 1 8 6 4 2 2 4 6 8 1 12 Keterangan : oven biasa, oven gelombang mikro Gambar 4. 16. Perbandingan demulsifikasi antara oven biasa terhadap microwave pada minyak dari Blora pada suhu 9 C 12 1 8 6 4 2 2 4 6 8 1 12 Keterangan : oven biasa, oven gelombang mikro Gambar 4. 17. Perbandingan demulsifikasi antara oven biasa terhadap microwave pada rmulsi minyak dari Prabumulih pada suhu 9 C 5

Perbandingan demulsifikasi antara oven biasa terhadap oven gelombang mikro terlihat bahwa demulsifikasi menggunakan oven gelombang mikro pemisahan emulsi lebih cepat. Sebagai contoh demulsifikasi minyak dari Prabumulih pada salinitas 2 permil menggunakan oven gelombang mikro dengan daya 432 W pemecahan emulsi 1 % diperlukan waktu 2 menit. Sedangkan demulsifikasi menggunakan oven biasa dalam waktu 12 menit pemisahan air baru mencapai 2 %. Hal itu disebabkan demulsifikasi menggunakan oven gelombang mikro pemecahan emulsinya disebabkan oleh putaran molekul polar dan panas. Sedangkan demulsifikasi menggunakan oven biasa pemecahan emulsinya hanya disebabkan oleh panas saja. 51

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan 5.1.1. Emulsi minyak mentah dari Prabumulih adalah emulsi yang paling stabil diikuti emulsi minyak dari Blora, Cepu, Riau dan Jambi. 5.1.2. Salinitas air di dalam emulsi berpengaruh terhadap demulsifikasi emulsi menggunakan oven gelombang mikro. Semakin tinggi salinitas demulsifikasi akan semakin cepat. 5.1.3. Daya listrik berpengaruh terhadap demulsifikasi emulsi menggunakan oven gelombang mikro. Semakin besar daya, demulsifikasi akan semakin cepat. 5.1.4. Demulsifikasi menggunakan oven gelombang mikro lebih cepat dan efektiv dibanding demulsifikasi menggunakan oven biasa. 5.2. Saran 5.2.1. Percobaan pengaruh persentase kandungan aspalten sekalian perbandingan resin terhadap aspalten pada demulsifikasi emulsi minyak mentah-air dapat dilakukan dengan menambahkan aspalten ke dalam minyak mentah sampai persentase yang diinginkan. Aspalten diambil dari minyak mentah dengan cara seperti pada analisis kandungan aspalten. Resin bias diapisahkan menggunakan campuran n.pentan dan toluene. 52

6 % 5 A4 i 3 r2 1 Rio Jambi 1 2 % A i r / C r u d 3.5 3 2.5 2 1.5 1.5 Prabu (air) Cepu(air) Blora(myk) 5 Waktu (Jam) 1 53