PENGARUH UMUR BIBIT TERHADAP PRODUKTIVITAS PADI VARIETAS INPARI 17

dokumen-dokumen yang mirip
UPAYA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI VARIETAS UNGGUL BARU MENUNJANG PENDAPATAN PETANI DI KABUPATEN BANJAR KALIMANTAN SELATAN

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA GALUR PADI TAHAN TUNGRO DI KABUPATEN BANJAR

UJI DAYA HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH DI SUBAK DANGIN UMAH GIANYAR BALI

Komponen PTT Komponen teknologi yang telah diintroduksikan dalam pengembangan usahatani padi melalui pendekatan PTT padi rawa terdiri dari:

PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN VARIETAS UNGGUL PADI RAWA PADA 2 TIPE LAHAN RAWA SPESIFIK BENGKULU

Varietas Unggul Mendukung Usahatani Padi di Lahan Lebak. Morphological Characterization and Content of Sugar Some Sweet Potato Germplasm Local Lampung

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

PENGARUH JUMLAH BIBIT DAN DOSIS PUPUK NPK PHONSKA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN PADI SAWAH (Oryza sativa L.)

UJI ADAPTASI BEBERAPA PADI HIBRIDA DI LAHAN SAWAH IRIGASI BARITO TIMUR, KALIMANTAN TENGAH

PENDAHULUAN. Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi...

PENAMPILAN PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI VARIETAS UNGGUL BARU PADI RAWA PADA LAHAN RAWA LEBAK DI KABUPATEN MERAUKE PAPUA

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

KERAGAAN BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH UMUR SANGAT GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR

PENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI DI LAHAN RAWA LEBAK

Lampiran 1: Deskripsi padi varietas Inpari 3. Nomor persilangan : BP3448E-4-2. Anakan produktif : 17 anakan

SELEKSI POTENSI HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI GOGO DI DESA SIDOMULYO KABUPATEN KULON PROGO

KERAGAAN BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO DI DAERAH ALIRAN SUNGAI BATANGHARI. Mildaerizanti, Desi Hernita, Salwati dan B.Murdolelono BPTP JAMBI BPTP NTT

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

Jurnal online Pertanian Tropik Pasca Sarjana FP USU Vol.1, No.1. Juni 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN

ADAPTASI VARIETAS UNGGUL BARU PADA LAHAN RAWA PASANG SURUT DI PROVINSI BENGKULU ABSTRAK

1) Dosen Fakultas Pertanian Unswagati Cirebon 2) Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Kuningan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

Potensi Hasil : 5-8,5 ton/ha Ketahanan : Tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan 3 Terhadap Hama. Ketahanan. Terhadap Penyakit

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

PENGARUH PEMUPUKAN N, P, K PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI (Oryza sativa L.) KEPRAS

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI GOGO DAN PENDAPATAN PETANI LAHAN KERING MELALUI PERUBAHAN PENERAPAN SISTEM TANAM TANAM DI KABUPATEN BANJARNEGARA

Keragaan Beberapa Varietas Unggul Baru Padi pada Lahan Sawah di Kalimantan Barat

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

Kata kunci : Rhizobium, Uji VUB kedelai, lahan kering

PENGGUNAAN BERBAGAI PUPUK ORGANIK PADA TANAMAN PADI DI LAHAN SAWAH IRIGASI

Inovasi Pertanian Sumatera Selatan Mendukung Swasembada Beras Nasional

Efektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT

Keragaan Beberapa VUB Padi Sawah di Lahan Pasang Surut Mendukung Swasembada Pangan

KAJIAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI GOGO MELALUI PEMANFAATAN LAHAN SELA DI ANTARA KARET MUDA DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU

BAB III METODE PENELITIAN

SISTEM TANAM PADI JAJAR LEGOWO

PENGARUH SISTEM TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI SAWAH VARIETAS IR-66 DI SUMATERA BARAT

KAJIAN ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU PADI SAWAH DI LAHAN PASANG SURUT KABUPATEN SERUYAN. Astri Anto, Sandis Wahyu Prasetiyo

PENAMPILAN DELAPAN GALUR PADI DI LAHAN LEBAK TENGAHAN PADA MUSIM KEMARAU ABSTRAK

KERAGAAN PERTUMBUHAN DAN KOMPONEN HASIL EMPAT VARIETAS UNGGUL BARU PADI INPARA DI BENGKULU ABSTRAK

KK : 2.4% Ket: ** ( sangat nyata) tn (tidak nyata) Universitas Sumatera Utara

APLIKASI PUPUK UREA PADA TANAMAN JAGUNG. M. Akil Balai Penelitian Tanaman Serealia

PERCEPATAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI SAWAH MELALUI UMUR BIBIT. Acceleration of Lowland Rice Yield through Seedling Age

III. METODE PENELITIAN

PENERAPAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO JAGUNG HIBRIDA UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DI LAHAN INCEPTISOLS GUNUNGKIDUL

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan

LAMPIRAN B 1 C 4 F 4 A 4 D 1 E 2 G 1 C 1 C 3 G 2 A 1 B 4 G 3 C 2 F 2 G 4 E 4 D 2 D 3 A 2 A 3 B 3 F 3 E 1 F 1 D 4 E 3 B 2

SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO 2 1 MENINGKATKAN HASIL GABAH. Oleh : Drh. Saiful Helmy

PENGARUH PERBAIKAN PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI TERHADAP PENDAPATAN PETANI DI KELURAHAN TABA PENANJUNG KABUPATEN BENGKULU TENGAH ABSTRAK

Kata kunci : kompos, Azolla, pupuk anorganik, produksi

KAJIAN PERBAIKAN USAHA TANI LAHAN LEBAK DANGKAL DI SP1 DESA BUNTUT BALI KECAMATAN PULAU MALAN KABUPATEN KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH ABSTRAK

KAJIAN APLIKASI PEMBERIAN KOMBINASI PUPUK ORGANIK DAN AN- ORGANIK TERHADAP PRODUKSI PADI SAWAH

KAJIAN PADI VARIETAS UNGGUL BARU DENGAN CARA TANAM SISTEM JAJAR LEGOWO

I. PENDAHULUAN. Tanaman padi merupakan tanaman yang termasuk genus Oryza L. yang

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil. Kondisi Umum

PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU

ABSTRAK. Kata Kunci: Padi, Varietas Inpari 13, Pupuk, Jajar Legowo

MENINGKATKAN PROUKSI PADI DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI HEMAT AIR

PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A

HASIL DAN PEMBAHASAN

KELAYAKAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN MELALUI PENDEKATAN PTT

TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI PTT PADI DAN PENDAMPINGAN SL-PTT DI KALIMANTAN TENGAH

PENGGUNAAN PUPUK ORGANIK UNTUK MENGURANGI PUPUK ANORGANIK DAN PENINGKATAN PODUKTIVITAS PADI DI LAHAN PASANG SURUT

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN OMISSION PLOT Kajian Efektifitas Pengelolaan Lahan Sawah Irigasi Pada Kawasan Penambangan Nikel Di Wasile - Maluku Utara

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI SAWAH MELALUI PENGEMBANGAN PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU (PTT) DI PROVINSI JAMBI

III. BAHAN DAN METODE

Kata kunci : pertumbuhan dan hasil, galur harapan dan produksi beras

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Politeknik Negeri Lampung yang berada pada

PELUANG PENINGKATAN PRODUKTIVITAS JAGUNG DENGAN INTRODUKSI VARIETAS SUKMARAGA DI LAHAN KERING MASAM KALIMANTAN SELATAN

PENGAMATAN PERCOBAAN BAHAN ORGANIK TERHADAP TANAMAN PADI DI RUMAH KACA

Pengelolaan Tanaman Terpadu. Samijan, Ekaningtyas Kushartanti, Tri Reni Prastuti, Syamsul Bahri

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI KABUPATEN TAKALAR

RINGKASAN. I. Pendahuluan. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tanaman pangan adalah segala jenis tanaman yang di dalamnya terdapat

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Penggunaan varietas unggul baru padi ditentukan oleh potensi hasil,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Abstrak

Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang

Efisiensi Penggunaan Pupuk dan Lahan dalam Upaya Meningkatkan Produktivitas Padi Sawah

Andi Ishak Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian km. 6,5 Kota Bengkulu HP:

KERAGAAN TANAMAN PADI BERDASARKAN POSISI TANAMAN TERHADAP KOMPONEN HASIL PADA SISTEM TANAM LEGOWO 4:1 ABSTRAK

PERANAN UREA TABLET DAN VARIETAS UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI PADI DI LAHAN RAWA LEBAK

Sumber : Nurman S.P. (

TINJAUAN PUSTAKA. A. Budidaya Padi. L.) merupakan tanaman pangan golongan Cerealia

Lampiran 1. Deskripsi padi varietas Ciherang (Supriatno et al., 2007)

RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PADI VARIETAS MEKONGGA TERHADAP KOMBINASI DOSIS PUPUK ANORGANIK NITROGEN DAN PUPUK ORGANIK CAIR

Pengkajian Beberapa Varietas Unggul Baru (Vub) Padi Di Lahan Rawa Lebak Kabupaten Ogan Ilir Sumatera Selatan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi

PENGEMBANGAN PERBENIHAN (UPBS) PADI DI SUMATERA UTARA. Tim UPBS BPTP Sumatera Utara

Keragaan Varietas Inpari Pada Lahan Lebak Tengahan di Desa Epil Kabupaten Musi Banyuasin Sumatera Selatan

Transkripsi:

PENGARUH UMUR BIBIT TERHADAP PRODUKTIVITAS PADI VARIETAS INPARI 17 Khairatun Napisah dan Rina D. Ningsih Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Selatan Jl. Panglima Batur Barat No. 4 Banjarbaru, Kalimantan Selatan e-mail : khairatun.napisah@yahoo.co.id ABSTRAK Produksi padi ditentukan oleh berbagai aspek, termasuk umur bibit tanaman padi. Bibit yang berasal dari varietas unggul dengan pengelolaan yang baik sejak dini, akan mampu menghadapi hambatan dan persaingan di lapangan, sehingga dapat menghasilkan produksi yang tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan umur semaian padi sawah yang tepat serta mengetahui pengaruh dari beberapa umur bibit terhadap produktivitas padi Inpari 17. Pengkajian dilaksanakan di tiga lokasi yaitu desa Sungai Besar (Kecamatan Karang Intan), desa Pejambuan (Kecamatan Sungai Tabuk), dan desa Karamat Mina (Kecamatan Simpang Empat) Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, dari bulan Mei sampai dengan Agustus 2013. Varietas padi yang digunakan dalam pengkajian adalah Inpari 17. Sistem tanam yang digunakan adalah sistem tanam jajar legowo 2 : 1 dengan jarak tanam (40 x 20 cm x 10 cm). Pemupukan berdasarkan hasil analisis Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS). Percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 6 ulangan. Perlakuannya adalah 3 tingkat umur pindah bibit setelah semai, yaitu 10 hari setelah semai (U1), 15 hari setelah semai (U2), dan 20 hari setelah semai (U3). Hasil pengujian menunjukkan bahwa produktivitas tertinggi adalah pada umur bibit 15 hari setelah semai (HSS) yaitu 7,53 t /ha GKG, di ikuti pada umur 20 HSS yaitu 6,30 t/ha GKG. Sedangkan yang terendah adalah pada umur bibit 10 HSS yaitu 5,78 t/ha GKG. Umur bibit 15 HSS merupakan umur pindah tanam yang lebih dapat beradaptasi dengan lingkungan. Kata kunci : umur bibit, produktivitas padi, Inpari 17 Pendahuluan Tanaman padi (Oryza Sativa L.) merupakan tanaman pangan paling penting di negara-negara berkembang dan merupakan makanan pokok di Indonesia sehingga beras merupakan komoditas strategis. Untuk mencukupi kebutuhan pangan masyarakat yang dibutuhkan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia masih dipenuhi dari komoditas padi. Karena bahan pangan khususnya beras memberikan sumber energi dan protein cukup tinggi. Menurut Ahmad (2000), dalam Sularno, et al. (2011), kelompok padi-padian dapat menyumbang energi sekitar 62-66% dan protein sekitar 56-61 %. Di lain pihak terjadinya penciutan lahan sawah subur akibat konservasi lahan untuk kepentingan selain pertanian, juga terjadinya fenomena produktivitas padi sawah irigasi cenderung turun (Badan Litbang Pertanian, 2008). Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi padi sawah adalah dengan menerapkan pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi sawah. Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi, Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 127

Budidaya padi model PTT pada prinsipnya memadukan berbagai komponen teknologi yang saling menunjang (sinergis) guna meningkatkan efektivitas adan efisiensi usahatani. Salah satu komponen teknologi PTT adalah pemakaian bibit muda (<21 hari setelah semai), kecuali pada daerah-daerah yang endemis keong mas (Badan Litbang Pertanian, 2004). Menurut Djafar (2002), bibit merupakan salah satu faktor penting dalam usaha budidaya tanaman padi. Bibit yang berasal dari varietas unggul dengan pengelolaan yang baik sejak dini, akan mampu menghadapi hambatan dan persaingan di lapangan, sehingga dapat menghasilkan produksi yang tinggi. Mutu bibit yang ditanam salah satunya dipengaruhi umur bibit dipersemaian sebelum ditanam. Penggunaan bibit padi yang berumur sekitar 30 hari akan memberikan hasil yang kurang baik, karena bibit yang digunakan relatif tua sehingga lambat untuk beradaptasi dengan lingkungan, mempunyai anakan yang tidak seragam, perakaran dangkal dan selanjutnya pertumbuhan tanaman kurang sempurna (Abdullah et al., 2000). Sedangkan umur bibit yang muda lebih cepat beradaptasi terhadap lingkungan, membentuk perakaran lebih dalam, sehingga tanaman lebih tahan rebah, toleran kekeringan, dan mampu memanfaatkan hara lebih efektif (Guswara dan Kartaatmadja, 2001). Di Kalimantan Selatan, khususnya kabupaten Banjar, umumnya petani masih melakukan penanaman bibit padi sawah pada umur yang relatif tua (21-35 HSS). Hal ini disebabkan masih kurangnya hasil penelitian/informasi mengenai umur bibit yang baik pada padi sawah, serta kondisi curah hujan yang berfluktuasi. Varietas Inpari 17 adalah varietas unggul baru yang dihasilkan oleh Balai Besar Penelitian Padi Sukamandi dan dilepaskan pada tahun 2011. Varietas ini memiliki tektur nasi yang pera dengan kadar amilosa 26% dan potensi hasil 7,9 t/ha. Pada umumnya masyarakat Banjar menyukai tekstur nasi yang pera. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan umur bibit padi sawah yang tepat serta mengetahui pengaruh dari beberapa umur bibit terhadap produktivitas padi Inpari 17. Metodologi Kegiatan pengkajian ini dilaksanakan di tiga lokasi yaitu Desa Sungai Besar (Kecamatan Karang Intan), Desa Pejambuan (Kecamatan Sungai Tabuk), dan Desa Karamat Mina (Kecamatan Simpang Empat) Kabupaten Banjar dari bulan Mei sampai dengan Agustus 2013. Tanaman padi yang digunakan adalah varietas Inpari 17. Sistem tanam yang digunakan adalah sistem tanam jajar legowo 2 : 1 dengan jarak tanam (40 x 20 cm x 10 cm). Pemupukan diberikan berdasarkan rekomendasi pupuk dari hasil uji tanah menggunakan Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS). Pemeliharaan tanaman dilaksanakan dengan pengendalian gulma dan pengendalian hama dan penyakit tanaman secara terpadu. Pengendalian gulma dilakukan 2 kali, yang pertama dilakukan pada umur sekitar 21 hari setelah tanam dan yang kedua dilakukan pada umur sekitar 42 hari setelah tanam. Penyiangan pertama dilakukan dengan menggunakan herbisida dan penyiangan kedua secara manual dengan tangan. Sedang pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan monitoring populasi hama secara priodik. Apabila terjadi serangan hama, maka dilaksanakan penyemprotan dengan menggunakan insektisida sesuai dosis anjuran. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 6 ulangan. Perlakuannya adalah 3 tingkat umur pindah bibit setelah semai, yaitu 10 hari setelah semai (U1), 15 hari setelah semai (U2), dan 20 hari setelah semai (U3). Khairatun Napisah dan Rina D. Ningsih : Pengaruh umur bibit 128

Parameter tanaman padi yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah anakan, panjang malai, jumlah gabah isi, persentase gabah hampa, bobot 1000 biji dan hasil. Data yang diperoleh dari hasil pengamatan dianalisis dengan menggunakan sidik ragam, dan dilanjutkan uji LSD untuk melihat perbedaan masing-masing varietas terhadap parameter yang diamati. Karakteristik Lahan Hasil dan Pembahasan Secara umum, para petani di lokasi pengkajian masih banyak menggunakan cara bertani tradisional yang mengacu kepada kondisi dan perubahan alam dan topografinya atau kondisi fisik lahan dengan kendala utama kekeringan, kebanjiran dan kesuburan tanah yang cukup bervariasi dari rendah sampai dengan sedang. Untuk menentukan dosis pemupukan spesifik lokasi digunakan Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS). Dari hasil analisa tanah dengan PUTS terlihat bahwa kesuburan tanah disemua lokasi berbeda. Hasil analisa tanah dan dosis pemupukan yang direkomendasikan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Kesuburan Tanah lokasi Pengkajian dan Rekomendasi Pemupukan Kriteria kandungan Rekomendasi dosis pupuk Lokasi Sifat Kimia hara tanah (kg/ha) Sungai Besar N Sangat Tinggi 200 Urea P Rendah 100 SP-36 K Sedang 100 KCl ph Agak masam Pejambuan N Sangat Tinggi 200 Urea P Tinggi 50 SP-36 K Sedang 50 KCl ph Agak masam Karamat Mina N Sangat Tinggi 200 Urea Pertumbuhan dan Hasil Tanaman P Rendah 100 SP-36 K Sedang 100 KCl ph Agak masam Pengamatan terhadap tinggi tanaman dilakukan pada saat akhir penelitian. Pengukuran dimulai dari pangkal batang yang berbatasan dengan tanah sampai malai yang terpanjang. Data pengamatan yang diperoleh kemudian dilanjutkan dengan analisis keragaman Tabel 2 berikut: Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi, Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 129

Tabel 2. Hasil analisa sidik ragam terhadap pertumbuhan, komponen hasil dan hasil padi varietas Inpari 17 pada MK 2013, Kabupaten Banjar Sumber Keragaman Tinggi tan Jlh anakan /rpn Parameter Pengamatan Pjg malai Jlh gabah isi/malai % gabah hampa Bobot 1000 butir Ulangan tn tn tn tn * tn * Umur tn ** tn tn * tn ** Hasil t/ha KK% 7.04 12.83 4.19 10.99 23.58 12.90 9.61 Ket. : tn = tidak nyata, * = nyata, ** sangat nyata Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan umur benih memberikan pengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman, panjang malai, jumlah gabah isi per malai, dan bobot 1000 butir, akan tetapi berpengaruh sangat nyata terhadap komponen lainnya (Tabel 2). Menurut Hermawati, T (2009), semakin panjang malai berpengaruh terhadap jumlah gabah per malai. Tabel 3. Rata-rata tinggi tanaman dan jumlah anakan produktif varietas Inpari 17 pada MK 2013, Kabupaten Banjar Perlakuan (Umur bibit) Tinggi tanaman (cm) Jumlah anakan/rpn (btg) Umur 10 hari 89.20a 9.90b Umur 15 hari 90.63a 13.07a Umur 20 hari 96.93a 11.63ab Keterangan : angka sekolom yang diikuti huruf sama dibelakangnya tidak berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan uji LSD. Hasil analisis statistik terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa pertumbuhan tanaman tertinggi pada umur bibit 20 hari setelah semai (HSS) yaitu 96,93 cm, sedangkan tinggi tanaman terendah tampak pada umur bibit 10 HSS yaitu 89,20 cm (Tabel 3). Terlihat bahwa tinggi tanaman pada perlakuan umur bibit tidak berbeda nyata. Hal ini bisa disebabkan oleh faktor genetis, sehingga memberikan pengaruh yang hampir sama terhadap tinggi tanaman padi. Keadaan faktor genetis memberikan pengaruh yang hampir sama pula terhadap tinggi tanaman padi (Hermawati T., 2009). Selanjutnya Gani (2003) menyatakan bahwa penggunaan bibit padi sawah dengan umur yang relative muda (umur 12-15 HSS) akan membentuk anakan baru yang lebih seragam ada aktif serta berkembang lebih baik karena bibit yang lebih muda mampu beradaptasi dengan lingkungan yang baru setelah tanaman dipindah. Hasil analisis keragaman di atas menunjukkan bahwa perlakuan umur bibit 15 HSS memberikan hasil tertinggi dengan rata-rata jumlah anakan 13,07 btg/rpn dan berbeda nyata dengan umur bibit 10 HSS yaitu 9,90 btg/rpn (Tabel 3). Hal tersebut disebabkan oleh kondisi perakaran di persemaian yang makin kuat dan dalam sehingga waktu pemindahan mengalami kerusakan cukup berat. Jumlah anakan yang produktif yang banyak selain Khairatun Napisah dan Rina D. Ningsih : Pengaruh umur bibit 130

ditentukan oleh suatu varietas juga dipengaruhi oleh jarak tanam atau ruang lingkup tempat tumbuh suatu tanaman. Tabel 4. Perlakuan (Umur bibit) Rata-rata panjang malai, jumlah gabah hampa, jumlah gabah isi, berat 1000 biji dan hasil padi varietas Inpari 17 pada MK 2013, Kabupaten Banjar Panjang malai (cm) Jumlah gabah isi/ malai Persentase gabah hampa (%) 10.96b Bobot 1000 butir (gr) Hasil t/ha (GKG) Umur 10 hari 24.14a 104.70a 27.98a 5.78b Umur 15 hari 25.01a 112.10a 13.39ab 29.73a 7.53a Umur 20 hari 25.46a 108.57a 16.18a 27.10a 6.30b Keterangan : angka sekolom yang diikuti huruf sama dibelakangnya tidak berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan uji LSD. Hasil analisis keragaman diatas menunjukkan bahwa perlakuan umur bibit memberikan pengaruh tidak nyata terhadap panjang malai (Tabel4). Rata-rata panjang malai berkisar antara 24,14 25,46 cm. Analisis statistik terhadap jumlah gabah isi per malai (tabel 4) terlihat bahwa jumlah gabah isi permalai tidak berpengaruh nyata. Jumlah gabah isi permalai tertinggi adalah pada umur bibit 15 HSS yaitu 112,10 butir per malai, sedangkan jumlah gabah isi per malai terendah adalah umur bibit 10 HSS yaitu 104,70 butir per malai. Jumlah gabah isi yang banyak selain ditentukan oleh suatu varietas juga dipengaruhi oleh lingkungan tumbuh seperti ketersediaan hara dalam tanah dan juga dipengaruhi oleh serangan hama dan penyakit tanaman. Dari hasil pengamatan terlihat bahwa umur bibit 15 HSS memberikan pertumbuhan vegetatif yang tertinggi dibandingkan dengan umur 10 HSS dan 20 HSS. Umur bibit 15 HSS merupakan umur pindah tanam yang lebih dapat beradaptasi dengan lingkungan baru, sehingga semakin memadai periode untuk perkembangan anakan dan akar. Hasil analisis statistik terhadap persentase gabah hampa menunjukkan perbedaan yang nyata. Persentase gabah hampa pada umur bibit 10 HSS lebih sedikit yaitu sebesar 10,96%, sedangkan yang tertinggi pada umur bibit 20 HSS yaitu sebesar 16,18% (Tabel 4). Bobot seribu butir bahwa jumlah gabah isi permalai tidak berpengaruh nyata. Bobot seribu butir tertinggi adalah pada umur bibit 15 HSS yaitu 27,73 gram, sedangkan bobot seribu butir terendah adalah umur bibit 20 HSS yaitu 27,10 gram. Dari hasil analisis statistik terlihat bahwa hasil produktivitas tertinggi adalah umur bibit 15 HSS yaitu 7,53 t /ha GKG, di ikuti pada umur 20 HSS yaitu 6,30 t/ha GKG. Sedangkan yang terendah adalah pada umur bibit 10 HSS yaitu 5,78 t/ha GKG. Tingginya produktivitas pada umur bibit 15 HSS didukung oleh kondisi bibit yang sudah cukup kuat untuk dapat dipindahkan ke lahan pertanaman. Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi, Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 131

Kesimpulan 1. Hasil produktivitas tertinggi adalah pada umur bibit 15 HSS yaitu 7,53 t /ha GKG, di ikuti pada umur 20 hari setelah semai yaitu 6,30 t/ha GKG. Sedangkan yang terendah adalah pada umur bibit 10 hari setelah semai yaitu 5,78 t/ha GKG. 2. Umur bibit 15 hari setelah semai memberikan pertumbuhan dan hasil yang tertinggi dibandingkan dengan umur 10 HSS dan 20 hari setelah semai. Umur bibit 15 hari setelah semai merupakan umur pindah tanam yang lebih dapat beradaptasi dengan lingkungan. Daftar Pustaka Abdullah. S, R.Munir, Z. Hamzah, S.Zen dan Azwir. 2000. Laporan tahunan hasil pengkajian intensifikasi padi sawah dalam pola labor lapang. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sukarami. 116 hal. Anthofer, J., 2004. The potential of the system of rice intensification (SRI) for powerty reduction in Cambodia. In: Paper Presented in Conference on International Agricultural Re- search for Development, Deutscher Tropentag, Berlin, October 5 7. Djafar. Z. R, 2002. Pengembangan dan pengelolaan lahan rawa untuk ketahanan pangan yang berkelanjutan. Pelatihan Nasional Manajemen daerah Rawa Untuk Pembangunan Berkelanjutan. Palembang, April 2002. Gani, A. 2003. Sistem Intensifikasi Padi (System of Rice Intensification). Pedoman Praktis Bercocok Tanam Padi Sawah dengan Sistem SRI. 6 hal. Gomez and Gomez. 1984. Statistical Procedures for Agricultural Research. Second Edition. An International Rice Research Instute Book. A Wiley Interscience Publ. John Wiley and Sons. New York. 680 p Guswara, A dan S. Kartaatmadja. 2001. Hubungan antar umur bibit dan jumlah bibit per rumpun dan populasi tanaman pada penelitian tanaman padi terpadu. Makalah disampaikan pada Seminar Superimpose Penelitian dan Demonstrasi Pengelolaan Tanaman Padi Terpadu (PTT), Balitpa Sukamandi, Subang 15 Januari 2001. Hermawati, T. 2009. Keragaman Padi Varietas Indragiri Pada Perbedaan Umur Bibit Dengan Metode SRI (System Of Rice Intensification). Percikan : Vol.99 Edisi April 2009. Zulkifli, Z., W.S Diah, dan S. Mahyuddin,2004. Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi Sawah. Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Balai Penelitian Tanaman Padi. IRRI. Khairatun Napisah dan Rina D. Ningsih : Pengaruh umur bibit 132