BAB II KAJIAN TEORI. Lord John Russell. Pada usia empat tahun ibunya meninggal dunia, dan setelah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS DATA. A. Kaitan Logika Formal dalam metode kebahasaan Ushul Fiqh. hukum yang terinci dalam berbagai cabangnya. Sedangkan Ushul Fiqh

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia adalah munculnya al-maudhu at al-lughawiyyah (beberapa

NATURALISME (1) Naturalisme 'natura' Materialisme

PERKEMBANGAN FILSAFAT ANALITIKA BAHASA: DARI G.E MOORE HINGGA J.L AUSTIN

Akal dan Pengalaman. Filsafat Ilmu (EL7090)

Penelitian : Rumit? Sulit? Prosedur dan alat yang digunakan terstandar.

Filsafat Umum. Kontrak Perkuliahan Pengantar ke Alam Filsafat 1. Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

Peranan Filsafat Bahasa Dalam Pengembangan Ilmu Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Pengertian Logika. B. Tujuan Penulisan

SILABUS : FILSAFAT ILMU

ANALITIK (1) Analitik:

PRINSIP VERIFIKASI: POKOK PIKIRAN ALFRED JULES AYER DALAM KHASANAH FILSAFAT BAHASA

MAKALAH RUANG LINGKUP FILSAFAT ILMU

BAB I PENDAHULUAN. metafisika pada puncaknya. Kemudian pada pasca-pencerahan (sekitar abad ke-

PERANAN FILSAFAT BAHASA DALAM PENGEMBANGAN ILMU BAHASA

BAGIAN I ARTI PENTING LOGIKA

ILMU DAN FILSAFAT SOSIAL

FILSAFAT ILMU OLEH SYIHABUDDIN SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

IDEALISME (1) Idealis/Idealisme:

FILSAFAT BAHASA SEBAGAI FUNDAMEN KAJIAN BAHASA. Basyaruddin

Pengenalan Logika Informatika. Pertemuan 1 Viska Armalina, ST.,M.Eng

FILSAFAT SEJARAH BENEDETTO CROCE ( )

Etika dan Filsafat. Komunikasi

KE ARAH PEMIKIRAN FILSAFAT

FILSAFAT ILMU. Irnin Agustina D.A.,M.Pd

FILSAFAT PENGANTAR TERMINOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. dari proses berpikir. Berpikir merupakan suatu proses mempertimbangkan,

BAB VI. FILSAFAT ANALITIK (Bahan Pertemuan Ke-7)

MAKALAH FILSAFAT ILMU Silogisme dan Proposisi Kategoris. Disusun oleh : Nama : NPM :

Bab 3 Filsafat Ilmu. Agung Suharyanto,M.Si. Psikologi - UMA

1. Seseorang yang menerima ukuran moral yang tinggi, estetika, dan agama serta menghayatinya;

PENGERTIAN FILSAFAT (1)

Filsafat Ilmu dan Logika

EPISTEMOLOGI MODERN DALAM TRADISI BARAT DAN TIMUR

LOGIKA BAHASA DAN KETERAMPILAN MENULIS* * Oleh Dali S. Naga

FILSAFAT????? Irnin Agustina D.A, M.Pd

ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK: FILSAFAT, TEORI DAN METODOLOGI

HAKIKAT DAN MAKNA NILAI

PEMIKIRAN LUDWIG WITTGENSTEIN DALAM KERANGKA ANALITIKA BAHASA FILSAFAT BARAT ABAD KONTEMPORER

ILMU DAN MATEMATIKA. Ilmu berasal dari bahasa Arab alima, bahasa Inggris science, bahasa latin scio dan di Indonesiakan menjadi sains.

MEMBANGUN ILMU PENGETAHUAN DENGAN KECERDASAN EMOSI DAN SPIRITUAL

Suatu Pengantar Untuk Memahami Filsafat Ilmu

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

PSIKOLOGI UMUM 1. Pertemuan II: Pengaruh Filsafat Terhadap Perkembangan Ilmu Psikologi

Filsafat Ilmu dan Logika

Tinjauan Ilmu Penyuluhan dalam Perspektif Filsafat Ilmu

Sebuah Pengantar Populer Karangan Jujun S. Sumantri Tentang Matematika Dan Statistika

BAB V METODE-METODE KEILMUAN

EKSPLORASI PEMIKIRAN TENTANG PARADIGMA, KONSEP, DALIL, DAN TEORI

BAB V PENUTUP. 1. Filsafat Perennial menurut Smith mengandung kajian yang bersifat, pertama, metafisika yang mengupas tentang wujud (Being/On) yang

NATURALISME Naturalisme 'natura' naturalisme supernaturalisme

BAB IV. PENUTUP. Universitas Indonesia. Estetika sebagai..., Wahyu Akomadin, FIB UI,

PENGENALAN LOGIKA INFORMATIKA

PERKEMBANGAN FILSAFAT ANALITIKA BAHASA: DARI RUSSEL HINGGA AUSTIN

Modul Ilmu Mantiq/Logika. Dosen: Ahmad Taufiq MA

BAB I PENGERTIAN FILSAFAT INDONESIA PRA MODERN

Filsafat dan Teori Pendidikan. Oleh. Fauzan AlghiFari / / TP-B

WITTGENSTEIN Siska Nurfitri

FILSAFAT ILMU DAN LOGIKA

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP)

Tugas Filsafat. Mohamad Kashuri M

SPINOZA; Biografi dan Pemikiran Esti

PERKEMBANGAN ILMU PADA MASA MODERN

Filsafat Ilmu dalam Perspektif Studi Islam Oleh: Maman Suratman

ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT ANALITIK

Teori-teori Kebenaran Ilmu Pengetahuan. # Sesi 9, Kamis 16 April 2015 #1

LOGIKA SIMBOLIK. Bagian II. September 2005 Pengantar Dasar Matematika 1

10FDSK. Studio Desain 1. Denta Mandra Pradipta Budiastomo, S.Ds, M.Si. Hapiz Islamsyah

A. LOGIKA DALAM FILSAFAT ILMU

KONTRIBUSI FILSAFAT TERHADAP PERKEMBANGAN ILMU BAHASA

BAB II LANDASAN TEORITIS. terminologi, Ali Badri mengatakan bahwa syi ir adalah suatu kalimat yang

BAB I PENDAHULUAN. filsafat. Setiap tradisi atau aliran filsafat memiliki pemikiran filosofis masingmasing

BAB V PENUTUP. kalangan masyarakat, bahwa perempuan sebagai anggota masyarakat masih

BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN

Bapak Dr. Rulam Ahmadi, M.Pd

BAB V PENUTUP V. 1. KESIMPULAN

TUGAS FILSAFAT ILMU ILMU PENGETAHUAN, FILSAFAT, AGAMA MENEMUKAN LANDASAN UNTUK KE DEPAN DI SUSUN OLEH: 1. FRIDZ EZZA ABIGAIL KETUA

Para Filsuf [sebahagian kecil contoh] Oleh Benny Ridwan

Mulyo Wiharto Axiology Keilmuan AXIOLOGY KEILMUAN. Oleh: Mulyo Wiharto Dosen Fisioterapi UIEU

Filsafat Umum. Pengantar ke Alam Filsafat 2. Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

MAZHAB FILSAFAT PENDIDIKAN. Imam Gunawan

Dosen : Nuansa Bayu Segara, M.Pd

LANDASAN ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN. Oleh Agus Hasbi Noor

ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN DI AS

ETIKA & FILSAFAT KOMUNIKASI

Tiga Filsuf pertama Ada tiga orang, berasal dari Miletos (sebuah kota perantauan Yunani, terletak di pesisir Asia kecil) yang digelari sebagai filsuf

SIL/PKP241/01 Revisi : 00 Hal. 1 dari 5 Gasal Judul praktek: - Jam: SILABUS. Menjelaskan epistemologi sebagai bagian dari cabangcabang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Sek Se i k las tentang te filsafat Hendri Koeswara

MAKALAH FILSAFAT ILMU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penulisan Makalah D. Metode Penulisan Makalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dewasa ini telah mendapat perhatian yang

FILSAFAT ILMU DAN METODE FILSAFAT. H. SyahrialSyarbaini, MA. Modul ke: 04Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

MAZHAB FILSAFAT PENDIDIKAN. Imam Gunawan

Maind map rangkuamn ke 2

Dr. Sri Anggraeni, MSi

Sejarah Perkembangan Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Generasi Santun. Buku 1B. Timothy Athanasios

Etika dan profesi humas

Transkripsi:

BAB II KAJIAN TEORI A. Biografi Bertrand Russell (1872-1970 M) Bertrand Russell dilahirkan di Cambridge pada abad ke-19 M dia dilahirkan setahun sebelum kematian John Stuart Mill. Ibunya adalah anak Lord Stanley dari Arderley, ayahnya Viscount Amberley adalah anak tertua Lord John Russell. Pada usia empat tahun ibunya meninggal dunia, dan setelah itu ia diasuh oleh neneknya secara ketat hingga ia masuk Trinity Collage Cambridge, dengan beasiswa dalam bidang matematika. Kemajuan intelektualnya segera mulai berkembang. Ia perlahan-lahan pindah dari matematika kepada filsafat dan terus tinggal sampai tahun keempat di Trinity untuk membaca bagian kedua Moral Science Tripos. Pada tahun 1895 ia memperoleh beasiswa pada Trinity. Pada bulan Juli 1909 dalam kongres filsafat yang bertempat di Paris ia bertemu dengan ahli logika Itali, Peano, dan melalui pertukaran gagasannya ia mengembangkan pikirannya mengenai identitas yang mungkin dari matematika dan logika. 17 Hasil akhir dari ini adalah kolaborasinya dengan Whitehead yang menguji dalam program doktor di Trinity untuk menyusun principia mathematic. Karya detail daripada bukunya secara luas dimuat dalam penulisan ulang dalil-dalil yang dilakukan dengan susah payah oleh Russell. 18 17 Diane Collingson, Fifty Major Philosoper, terj. Ali Mufty dan Ilzamuddin, Lima Puluh Filosof Dunia yang Mempengaruhi, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2001), 197 18 Ibid., 198. 15

16 Dalam bukunya mengenai Russell, Ayer mengatakan bahwa sejak tahun 1907 sampai tahun 1910 Russell menulis buku itu kira-kira selama 8 bulan setiap tahun, 10-12 jam sehari. Ayer meneruskan: Ketika buku itu selesai ditulis, Syindics dari Cambridge University memperkirakan bahwa penerbitannya akan merugikan mereka sebanyak P600, yang sebagian darinya mereka tidak mau menanggung lebih banyak. Russell meninggal dunia pada usia 98 tahun di North Wales dengan membuat kecaman terhadap perang yang dilakukan oleh Israel-Arab. B. Pemikiran Bertrand Russell Bertrand Russell termasuk dalam kelompok filosof kontemporer yang pokok kajiannya adalah persoalan logosentris, yakni pengkajian filsafat melalui analisis aturan-aturan kesesuaian kebahasaan. Pemikirannya mengenai tata bahasa logis yang digunakan sehari-hari merupakan suatu paradox terhadap para pemikir-pemikir Inggris yang cenderung mengedepankan ajaran idealisme. Maka dari itu ia menegaskan bahwa kesadaran adalah akses manusia terhadap dunia dan pengetahuan manusia berasal daripada pengalaman sehingga dapat dipahami dengan cepat dan tanggap dengan bantuan logika yang sesuai dengan realitas. Karenanya realitas dapat dirasakan dengan adanya sensor atas fakta-fakta yang berupa sensasi-sensasi yang berasal inderawi. 19 1. Atomisme Logis 19 Robert C. Solomon dan Kathleen M. H., A Short History of Philosophy, terj. Saut Pasaribu, Sejarah Filsafat, (Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, 2000), 491.

17 Pada saat pemikiran filsafat di Inggris didominasi oleh tradisi-tradisi idealisme membuat Russell tergugah untuk memberikan tantangan terhadap tradisi yang dinilai konservatif. Ia menciptakan gagasan pemikiran filsafat yang berbeda dengan pemikir yang lain, yakni atomisme logis. Melalui konsep ini ia telah dinilai berhasil mensintesakan pemikiran para filosof sebelumnya. Atomisme logis merupakan sebuah ajaran yang menyatakan bahwa semua entitas bersifat kompleks yang hanya dapat dianalisis melalui namanama yang secara logika tepat dan berupa keadaan partikular-partikular. 20 Menurutnya, bahwa dunia memuat berbagai fakta yang sesuai dengan wujudnya tersendiri seperti yang terpikir oleh akal. Dalam teorinya terlihat jelas bahwa Russell termasuk ke dalam golongan empirisme. Atomisme logis Russell telah berhasil memberikan sebuah konsepsi logis mengenai realitas yang terjadi sehari-hari. Pemikirannya merupakan sebuah reaksi terhadap para Hegelian Inggris yang dinilainya sebagai sebuah pemahaman yang salah mengenai realitas. Idealisme Hegel dikatakannya sebagai sebuah ajaran yang tidak perlu untuk dikaji karena dalam sistem ajarannya Hegel menyatakan bahwa realitas adalah satu dan realitas seluruhnya berupa pikiran. Misalnya, ketika seseorang melihat orang lain kelaparan, maka selamanya orang tersebut akan tetap merasa lapar apabila tidak diberikan makanan untuknya. Ini persis seperti apa yang telah diajarkan oleh Hegel, maka ketika melihat orang kelaparan akan bisa merasakan kenyang dengan dikatakan 20 Diane Collingson, Fifty Major Philosoper, terj. Ali Mufty dan Ilzamuddin, Lima Puluh Filosof Dunia yang Mempengaruhi, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2001), 197.

18 kepadanya makan, makan, dan makan. Akan tetapi, pada kenyataannya manusia lapar tidak membutuhkan kata-kata seperti itu melainkan mereka butuh pada makanan. Pemikiran Russell merupakan pertukaran gagasan G.E. Moore, yang mengemukakan konsep filsafat analitik bahasa, yaitu teman seperjuangan dengannya. Rusell dan Moore memiliki gagasan bahwa seorang filosof mempunyai tugas untuk menganalisis proposisi-proposisi kebahasaan, yaitu: suatu pemikiran yang dinyatakan dalam bentuk kalimat yang dapat dinilai benar tidaknya kalimat tersebut. 21 Meskipun mereka berdua memiliki persamaan, namun mereka memiliki perbedaan yang mendasar. Yaitu Moore, menggunakan analisa berdasarkan commonsence. Moore beranggapan bahwa bahasa alamiah yang digunakan sehari-hari dinilai telah memadai dalam filsafat. Sedangkan Rusell mengatakan bahwa bahasa sehari-hari tidak cukup memadai dalam filsafat karena menurutnya bahasa sehari-hari sering kali memilki makna dasar yang ambigu sesuai dengan konteks yang terjadi. Atas dasar inilah maka Rusell menciptakan pemikrannya melalui bahasa yang berdasarkan formulasi logika. Dalam hal ini Rusell ingin mewujudkan realitas yang akurat yang sesuai dengan fakta berdasarkan formulasi logika. Namun ia juga mengakui bahwa untuk dapat mengimplementasikan bahasa logis itu banyak terpengaruh oleh 21 Mundiri, Logika, (Jakarta: Rajawali Press, 2011), 54.

19 logika Gothlob Frege. Secara mendasar Russell mengemukakan alasan sebagai dasar pemikirannya adalah; 1. Logika Frege yang baru itu hanya cocok diterapkan pada ilmu itu hitung (aritmatika), tidak untuk diterapkan pada cabang matematika yang lain. 2. Premis Frege tidak dapat meniadakan berbagai kontradiksi yang terdapat dalam sistem logika formal tradisional. Dengan teori atomisme bahasa ini, Russell menawarkan dasar-dasar logico-epistemologik untuk bahasa, artinya Russell mengetengahkan antara fakta, logika formal dan bahasa ideal. Dengan ini Russell sebenarnya hendak menyatakan bahwa antara fakta dan bahasa harus sepadan, bahasa digunakan sesuai dengan fakta-fakta yang ada. Fakta-fakta ini dijelaskan olehnya bahwa fakta bukanlah benda-benda melainkan adalah totalitas keberadaan indera dalam mempersepsikan. Baginya realitas sesungguhnya merupakan totalitas fakta-fakta yang terbagi menjadi dua yaitu fakta universalia (kesadaran akan alam semesta) dan fakta partikular (benda-benda). 22 Russell mengemukakan teori kebahasaan yang di era post-modern ini dinilai sangat berharga dalam perkembangan filsafat, yakni bahwa antara fakta dan bahasa memiliki unsur isomorphisme yaitu semacam kesetaraan antara realitas atau fakta dengan bahasa yang diungkapkan. Akan tetapi, realitas yang 22 Noeng Muhadjir, Filsafat Ilmu: Positivisme, Post-Positivisme, dan Post-Modernisme, (Yogyakarta: Rakesarasin, 1998), 99.

20 dimaksud Russell tidak hanya terarah kepada fenomena empirik melainkan merupakan ke-periada-an sifat universal. 23 Agaknya memang membingungkan, bagaimana seorang Russell dengan pandangannya mengenai realitas fakta memiliki kaitan erat dengan bahasa. Kattsoff dalam bukunya Pengantar Filsafat mengatakan bahwa pemikiran Russell didominasi oleh fakta-fakta yang berupa kejadian-kejadian, tidak berupa kebendaan. Dalam memahami Russell, Kattsoff menjelaskan bahwa Russell memakai istilah minimal events sebagai sebuah kejadiankejadian terkecil yaitu kejadian-kejadian yang menempati lingkungan berhingga tertentu dalam gerak, ruang, dan waktu. Misalnya, meja sesungguhnya bukanlah sebuah realitas melainkan campuran proses penyerapan inderawi manusia terhadap warna, bangun dan pengalaman. 24 Jadi terlihat jelas bahwa tidak ada yang benar-benar bersifat material di dunia karena adanya indera menerima berbagai sensor dari kualitas dan kuantitas yang bersifat substansial. Materi baginya hanya merupakan sebuah reaksi inderawi belaka sehingga yang tinggal hanyalah kejadian-kejadian yang disebut fakta-fakta. 2. Proposisi Atomik dan Proposisi Majemuk Dalam pembahasan proposisi atomik dan proposisi majemuk Russell menyatakan adanya kaitan erat antara struktur realitas dan struktur bahasa. Suatu proposisi disebut proposisi atomic apabila berupa proposisi yang berdiri 23 Ibid., 100. 24 Louis O. Kattsoff, Pengantar Filsafat, (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2004), 267

21 dalam satu kalimat yang mengandung ralitas sederhana, tidak memuat unsurunsur majemuk. Proposisi atomik yang telah digabungkan dengan proposisi lain dengan kata penghubung, misalnya yang, atau, dan dan sebagainya. 25 Untuk dapat lebih memahami proposisi atomik dan proposisi majemuk sebaiknya kita sajikan misal sebagai berikut; Socrates adalah seorang warga Athena yang bijaksana. Contoh proposisi ini terdiri dari dua unsur proposisi atomik yaitu: a. Socrates adalah seorang warga Athena, dan b. Socrates adalah seorang bijaksana. Menurut Russell, kebenaran suatu pernyataan atau ketidakbenaran suatu pernyataan dalam suatu proposisi majemuk ialah tergantung pada kebenaran atau ketidakbenaran proposisi atomiknya. Karena proposisi majemuk ialah fungsi yang utama dalam proposisi Atomik. Didamana proposisi atomik tidak dapat dinyatakan benar atau salah, karena hal tersebut hanya bahasa yang dapat menentukan kesalahan atau kebenarannya, karena proposisi atomik hanya bisa mengutarakan bahasa dengan unsur-unsur realita yang sederhana. Misalnya seperti contoh di atas, kata Socrates, bijaksana, dan Athena, ketiga kata ini merupakan objek yang terkandung dalam proposisi atomik. 26 25 Rizal Mustansyir, Filsafat Analitik, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1995), 48-49. 26 Ibid., 50.

22 C. Kelemahan Atomisme Logis Bertrand Russell Atomisme logis yang disusun Russell memiliki kelemahan yang tampak dari ketidakkonsistennya dalam menolak metafisika. Karena tak dapat disangkal, atomisme logis mengandung suatu metafisika, sebab teori ini ingin menjelaskan struktur hakiki dari bahasa dan dunia. Atau dengan kata lain, teori ini mau mengatakan bagaimana akhirnya dengan realitas seluruhnya. Mengatakan bahwa dunia ini diasalkan pada fakta-fakta atomis, jelas sekali merupakan suatu pendapat metafisis. Pendapat Russell tersebut juga terlihat jelas, tidak berdasar pada data-data empiris, melainkan suatu analisis tentang bahasa. Atomisme logis juga menggunakan suatu kriteria untuk menentukan makna. Suatu proposisi disebut bermakna hanya jika dapat ditunjukkan suatu fakta atomis yang sepadan dengannya. Tapi sudah jelas bahwa proposisi yang dirumuskan dalam atomisme logis itu sendiri tak dapat disamakan dengan jenis proposisi lain. Tak ada fakta atomis yang membuat proposisi-proposisi yang membentuk teori atomisme logis itu menjadi benar atau salah. Akibatnya, perlu disimpulkan bahwa proposisi-proposisi atomisme logis itu sendiri tidak bermakna. 27 27 K. Bertens, Filsafat Barat Kontemporer (Inggris-Jerman, Gramedia, Jakarta,2002), 32.