I. PENDAHULUAN. Modal tanah, tenaga kerja dan manajemen adalah faktor-faktor produksi,

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. tahun keuangan mikro (international microfinance year 2005), dimana lembaga

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan dalam banyak hal. Baik itu dari segi pemerintahan, pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi tersebut harus dapat diusahakan dengan kemampuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang berkembang saat ini menghadapi banyak

I. PENDAHULUAN. negaranya, yaitu sebagai pemicu pertumbuhan ekonomi, inovasi, dan progres

BAB I PENDAHULUAN. satunya ialah kredit melalui perbankan. penyediaan sejumlah dana pembangunan dan memajukan dunia usaha. Bank

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelaku bisnis di Indonesia sebagian besar adalah pelaku usaha mikro, kecil

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1

BAB I PENDAHULUAN. domestik bruto (PBD) serta banyak menyerap tenaga kerja. Peran usaha

Perekonomian Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Upaya membangun suatu unit usaha bank mikro yang melayani. masyarakat golongan kecil memerlukan suatu cara metode berbeda dengan

BAB I PENDAHULUAN. Peran perbankan dalam masa pembangunan saat ini sangatlah penting dan

BAB VI PENUTUP 6.1 KESIMPULAN. Berdasarkan hasil empiris penelitian dan analisis pada bab sebelumnya

BAB I PENDAHULUAN. Sebenarnya masalah dan kendala yang dihadapi masih bersifat klasik yang selama

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. konstan sejak tahun 2007 dan selalu diiringi dengan pertumbuhan pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. dan sekaligus menjadi tumpuan sumber pendapatan sebagian besar masyarakat dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. adalah antara lain, bertambah atau berkurangnya penduduk, dan penemuanpenemuan

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Penyaluran Kredit Perbankan Tahun (Rp Miliar).

Dr. Harry Azhar Azis, MA. WAKIL KETUA KOMISI XI DPR RI

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 3/16/PBI/2001 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 3/1/PBI/2001 TENTANG PROYEK KREDIT MIKRO

BAB I PENDAHULUAN. Usaha kecil merupakan basis usaha rakyat. Dari perspektif dunia, diakui bahwa usaha kecil

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB III BERBAGAI KEBIJAKAN UMKM

PNM Permodalan Nasional Madani

Peranan Modal dalam Produksi Pertanian. TIK : Mahasiswa dapat memahami peranan modal dalam produksi pertanian

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Pertumbuhan UMKM dan Usaha Besar. Mikro, Kecil dan Menengah ,55 47, ,93 47, ,75 46,25

BAB II TINJAUAN UMUM USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH

Tabel 1. Perkembangan Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Menurut Skala Usaha Tahun Atas Dasar Harga Konstan 2000

VI. KERAGAAN USAHATANI KENTANG DAN TOMAT DI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan penggerak ekonomi yang fungsinya tidak dapat dipisahkan dari

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Usaha Besar Tahun

BAB I PENDAHULUAN. dibanding usaha besar yang hanya mencapai 3,64 %. Kontribusi sektor

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang didirikan sejak tahun 1895 merupakan salah satu bank yang

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan yang besar akan jasa keuangan di kalangan masyarakat yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 merupakan bab pendahuluan yang berisi latar belakang masalah,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan yang dilaksanakan pemerintah pada saat ini banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemerintah menyadari peranan usaha kecil terhadap pertumbuhan

SMAM 3 LHOKSEUMAWE LEMBAGA KEUANGAN BANK & LEMBAGA KEUANGAN BUKAN JUDUL MATERI LAT. SELESAI BANK (LKBB) Indikator: Membdakan Lembg Keu Bank & LKBB

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan bertujuan untuk memperoleh keuntungan atau laba yang

I.PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia berdasarkan data statistik tahun 2004, dapat dilihat dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)

A B S T R A K S I. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Negara Republik Indonesia ditujukan bagi seluruh

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi adalah sektor UKM (Usaha Kecil Menengah). saat ini para pelaku UKM masih kesulitan dalam mengakses modal.

SEKTOR MONETER, PERBANKAN DAN PEMBIAYAAN BY : DIANA MA RIFAH

I. PENDAHULUAN. produksi hanya diterima petani setiap musim sedangkan pengeluaran harus

BAB I PENDAHULUAN. energi, serta untuk mengelola lingkungan hidupnya. Tidak perlu di ragukan lagi

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan usaha yang tergolong besar (Wahyu Tri Nugroho,2009:4).

PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK UNIT PALSIGUNUNG, DEPOK.

PENDAHULUAN Latar Belakang

PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun Pada tahun 2012 hingga 2013 UMKM menyumbang kan. tahun 2013 sektor ini mampu 97,16% dari total tenaga kerja.

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Program Pembiayaan Pertanian

BAB I PENDAHULUAN. (UMKMK), penciptaan lapangan kerja, dan penanggulangan kemiskinan,

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibiayai, perbankan lebih memilih mengucurkan dana untuk kredit ritel dan

TINJAUAN PUSTAKA. manusia. Kegiatan usaha ini harus diiringi oleh perhatian terhadap keseimbangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian bank menurut Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor

I. PENDAHULUAN. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. sektor riil yang sangat penting keberadaannya adalah Usaha Mikro Kecil dan

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki sumber daya alam yang

BAB I PENDAHULUAN. makmur yang merata secara material dan spiritual seperti yang tertuang pada

mempermudah dalam mengidentiflkasi suatu jenis usaha apakah tergolong UMKM atau usaha besar. Ada beberapa karakteristik UMKM, yaitu: 1.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dunia perbankan merupakan salah satu institusi yang sangat berperan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terkadang UMKM seolah tidak mendapat dukungan dan perhatian dari. selama memiliki izin usaha dan modal cukup.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan penyediaan dana untuk perkembangan pembangunan atau untuk

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PERAN KELEMBAGAAN PERBANKAN DALAM PENGEMBANGAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH NASIONAL BANK MANDIRI

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 189/PMK.05/2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. turunnya daya beli masyarakat tetapi juga karena tingginya inflasi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pasar belum tentu dapat dimanfaatkan oleh masyarakat yang kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada bank telah mendorong munculnya bank-bank baru dan. menimbulkan persaingan antar bank dalam memperebutkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. suatu bank adalah untuk pencapaian profitabilitas yang maksimal, maka perlu

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak yang surplus

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian yang sedang dihadapi dan dijalankan pada saat

o Kesulitan pemasaran o Kesulitan Finansial o Kesulitan SDM o Masalah Bahan Baku o Keterbatasan Teknologi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan perbankan Indonesia. Adanya rentang waktu pengembalian pinjaman

BAB I. PENDAHULUAN. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Peran strategis UMKM dalam

BAB I PENDAHULUAN. hancur akibat krisis multi dimensi yang berkepanjangan. Salah satu usaha

I. PENDAHULUAN. Sistem keuangan terdiri dari lembaga keuangan, pasar keuangan, serta

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan menjadi Undang Undang Nomor 10 Tahun 1998,

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan meningkatnya pendapatan ekonomi masyarakat membuat rasa

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari setiap individu, perusahaan-perusahaan dan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pertanian, peternakan serta jasa sangat erat kaitan dan apabila telah terjalin kerjasama yang

V. GAMBARAN UMUM UKC CABANG KARAWANG

I. PENDAHULUAN. Pertambangan. Industri Pengolah-an (Rp Milyar) (Rp Milyar) na

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi dunia usaha termasuk Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) saat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di segala sektor diharapkan dapat mewujudkan struktur ekonomi yang

BAB I PENDAHULUAN. perbankan. Sektor perbankan memiliki peran sangat vital antara lain sebagai

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Modal tanah, tenaga kerja dan manajemen adalah faktor-faktor produksi, baik di sektor pertanian/usahatani maupun di luar sektor pertanian. Tanpa salah satu faktor produksi maka tidak akan ada produksi yang terjadi. Salah satu persoalan yang mendasar yang selalu dibahas berbagai pihak baik itu dalam sektor manapun adalah mengenai permodalan. Modal dapat diartikan sebagai dana/uang yang dipergunakan untuk menjalankan usaha agar dapat berlangsung umurnya. Dalam pertanian, modal diperlukan untuk membangun pertanian agar berkembang maupun untuk memulai baru. Biasanya, modal dengan dana sendiri memberikan arti bahwa dana tersebut dipersiapkan sendiri petani/ pengusaha baik dengan cara diambil dari tabungan sendiri, menggadaikan barang, dengan meminjam dari koperasi/ bank, bermitra dengan lembaga/perusahaan lain maupun cara lain yang dianggap layak untuk dilakukan. Kenyataan ini mengharuskan petani untuk mencari dana tambahan guna melaksanakan kebijakan penambahan modal tersebut. Dana tersebut dapat diperoleh dengan meminjam kepada pihak lain, yang salah satunya adalah lembaga keuangan seperti bank. Usaha mikro, kecil dan menengah di Indonesia seperti juga negara-negara sedang berkembang lainnya, secara spesifik memiliki ciri ciri:(1) Jumlah unit usaha sangat besar dan tersebar di seluruh pelosok perdesaan, (2) Umumnya bersifat padat karya, sehingga berpotensi menumbuhkan kesempatan kerja yang

sangat besar, (3) Menggunakan teknologi yang sesuai dengan kondisi lokal setempat, yaitu sumberdaya alam dan tenaga kerja berpendidikan rendah yang jumlahnya berlebih, (4) Mempunyai kegiatan produksi yang umumnya berbasis pertanian, dan (5) Umumnya membiayai kegiatan produksinya dengan tabungan pribadi, ditambah pinjaman atau bantuan dari kerabat, atau dari pemberi kredit informal, pemasok bahan baku, dan pembayaran di muka dari konsumen (Tambunan, 2009). Dari sisi modal, kebanyakan usaha mikro dan kecil memulai usahanya dengan modal sendiri dan sebagian kecil yang telah melakukan pendekatan terhadap lembaga keuangan dalam rangka memperoleh pinjaman usahanya. Masih rendahnya tingkat pinjaman usaha mikro dan kecil kepada lembaga keuangan formal disebabkan beberapa permasalahan antara lain: (1) kurangnya aksesibilitas usaha mikro dan kecil kepada lembaga keuangan formal terutama informasi dan persyaratan kredit, (2) tidak adanya agunan kredit, (3) kurangnya kemampuan manajemen keuangan, (4) rendahnya kualitas sumberdaya manusia, dan (5) terbatasnya kompetensi kewirausahaan dan permodalan (Bank Indonesia, 2005). Dengan tidak adanya modal, petani hortikultura akan sulit menjalankan usahatani. Kenyataan ini mengharuskan petani untuk mencari dana tambahan guna melaksanakan kebijakan penambahan modal tersebut. Dana tersebut dapat diperoleh dengan meminjam kepada pihak lain, yang salah satunya adalah lembaga keuangan seperti bank yang disebut dengan kredit. Kredit bukan merupakan salah satu faktor produksi, melainkan suatu alat untuk memperoleh modal. Dalam arti aslinya kredit adalah suatu transaksi antara dua fihak, yang pertama disebut kreditor dan pihak kedua disebut debitor.

Kreditor menyediakan uang, barang atau jasa dengan membuat perjanjian bahwa debitor akan membayar kembali pinjamannya pada waktu yang sudah ditentukan. Petani merupakan salah satu yang memakai fasilitas kredit. Petani memiliki keputusan untuk tidak memakai/meminjam kredit atau memakai modal sendiri. Kredit yang dikucurkan oleh perbankan mempunyai banyak jenis, dan pemanfaatan yang berbeda. Salah satu dari jenis kredit yang disalurkan ini dikenal dengan sebutan kredit mikro. Jenis kredit ini diberikan bank kepada petani/ pengusaha yang memiliki usaha relatif kecil. Petani hortikultura juga termasuk salah satu dalam pihak yang menerima kredit ini. Dimana petani hortikultura adalah petani yang mengusahakan jenis tanaman yang cepat menghasilkan hasil produksinya. Oleh karena itu dalam sektor pertanian maka petani hortikulturalah paling banyak meminta kredit mikro ke bank. Kebutuhan petani hortikultura untuk mendapat modal sungguh sudah merupakan hal yang biasa. Kebutuhan modal ini didasari akan pemahaman petani untuk melanjutkan usaha taninya. Selain itu petani yang akan meminjam baik itu pada lembaga perbankan resmi maupun non resmi harus memperhatikan pengembalian yang dapat dilakukan oleh petani. Pengembalian ini dapat dilihat dari jumlah pendapatan petani yang diperoleh. Dari pendapatan petani akan membagi antara uang yang dipakai untuk memenuhi kebutuhan sehari- hari, biaya hidup dan untuk pengembalian kredit yang dipinjam. Kredit mikro dan kecil yang diperuntukkan khusus untuk Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang difasilitasi pemerintah telah lama ada sejak akhir tahun 1960-an, berupa: pola kredit bimas, Kredit Investasi Kecil (KIK) dan Kredit Modal Kerja Permanen (KMKP). Namun demikian masih banyak usaha mikro

dan kecil yang belum terjangkau lembaga keuangan formal, dimana sumber modal usaha mikro dan kecil, terbesar bukan dari lembaga kredit, tetapi dari modal sendiri. Kondisi lainnya juga digambarkan bahwa pasar usaha mikro dan kecil yang digarap oleh perbankan baru sekitar 30 persen saja secara nasional, dan 70 persen sisanya, belum tergarap oleh perbankan nasional. Hal ini merupakan peluang bagi lembaga keuangan mikro, baik bank maupun non bank untuk terus menggarap usaha mikro dan kecil, terutama usaha yang belum bankable (Abdullah, 2006). Pemberian kredit dari lembaga keuangan/ perbankan diharapkan dapat menambah kekuatan bagi petani. Modal yang dibutuhkan diharapkan tidak lagi menghambat petani untuk berproduksi. Sehingga peran penting lembaga keuangan akan terlihat. Pemberian kredit kepada petani usaha kecil dapat digolongkan ke dalam kredit usaha mikro. Adapun jumlah aliran dan kredit/ baki debet Usaha Menengah Kredit Mikro (UMKM) yang dikeluarkan oleh perbankan di Indonesia menurut lembaga keuangan yang ada di Indonesia sebagai berikut: Tabel 1. Perkembangan Baki Debet Penyaluran Kredit UMKM Menurut Lembaga Keuangan dari Tahun 2010-2012, di Indonesia, Dalam Miliar Rupiah No. Uraian Tahun 2010 2011 2012 1 Bank Persero 172.915,60 222.645,10 242.861,10 2 Bank Swasta Nasional Devisa 149.831,20 176.924,80 205.731,20 3 Bank Swasta Nasional non Devisa 11.401,30 17.308,80 23.259,70 4 BPD 31.340,10 31.313,90 45.081,80 5 Bank Campuran 7.905,70 6.651,30 8.750,10 6 Bank Asing 3.255,80 3.320,00 712,60 7 BPR BPRS 17.649,20 21.722,50 25.829,50 Total 394.298,90 479.886,40 552.226,00 Sumber: Statistik Bank Indonesia (Data diolah), 2013.

Melihat perkembangan angka angka dari tabel diatas dapat dilihat bahwa penyaluran kredit UMKM meningkat setiap tahunnya. Sektor ini merupakan sektor yang paling banyak ditemukan dalam masyarakat baik itu petani, pengrajin usaha kecil, pemilik kedai kelontong kecil dan jasa jasa lainnya. Kredit ini memberikan bantuan finansial kepada masyarakat untuk memperoleh tambahan modal. Kebutuhan modal ini diperoleh dari pinjaman bank, koperasi, pegadaian dan lembaga perbankan lainnya. Di Sumatera Utara sendiri peningkatan kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) meningkat tiap tahunnya. Pada tahun 2011 terjadi peningkatan sebanyak 140,36% jika dibandingkan dengan kenaikan pada tahun 2012 yang hanya sebanyak 117,80%. Tabel 2. Perkembangan Baki Debet Penyaluran Kredit UMKM Di Sumatera Utara tahun 2010 2012. Tahun Baki debet (miliar Rp.) Kenaikan (%) 2010 19.345,20-2011 27.153,90 140,36 2012 31.989,70 117,80 Sumber: Statistik Bank Indonesia(Data diolah), 2013 Pada Bank Mandiri wilayah penelitian, diperoleh data kreditur dan jumlah kredit UMKM yang dikucurkan berupa pinjaman kredit mikro sejak tahun 2011 sampai dengan April 2013 dapat dilihat pada Tabel 3 sebagai berikut. Tabel 3. Jumlah Kredit UMKM dan Jumlah Creditor Menurut Bank Mandiri di Wilayah Penelitian dari Tahun 2011-April 2013

No. Tahun Nilai Kredit Creditor Rp. 000 % orang % 1 2011 2.780,00 21,35 295 35,67 2 2012 7.810,00 59,98 350 42,32 3 Apr-13 2.430,00 18,66 182 22,01 Total 13.020,00 100,00 827 100 Sumber: Bank Mandiri (Persero) tbk, (Data diolah) 2013 Dari Tabel 3 dapat diketahui bahwa setiap tahun bertambah jumlah kredit dan jumlah kreditur. Peningkatan ini dapat dirata ratakan per tahunnya diperoleh jumlah kredit yang disalurkan pada Bank Mandiri di wilayah penelitian selama periode tersebut adalah Rp. 4.340 dan rata - rata jumlah kreditur adalah 276 orang. Petani hortikultura di semua daerah pasti memerlukan modal dalam melakukan usaha taninya. Permasalahan paling mendasar yang dihadapi oleh petani hortikultura adalah masalah keterbatasan modal usaha yang dimiliki oleh si petani. Tetapi dalam kenyataannya, masih banyak dari masyarakat golongan ekonomi lemah yang merasa kesulitan dalam mencari atau mendapatkan modal usaha mikro dengan suku bunga pinjaman modal yang ringan. Untuk itu perlu dilihat faktor-faktor apa saja berpengaruh terhadap jumlah peminjaman kredit mikro. Selanjutnya akan dilihat bila ada perbedaan pendapatan antara petani yang meminjam kredit mikro dengan petani yang tidak meminjam. Oleh karena itu dilakukan penelitian ini dengan judul: Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Peminjaman Kredit Mikro Bagi Petani Hortikultura di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo. 1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dikemukakan sebelumnya maka dirumuskan masalah sebagai berikut : 1. Apakah ada pengaruh faktor faktor (suku bunga kredit, luas tanaman, jumlah tanggungan, pendapatan) terhadap peminjaman kredit mikro di lembaga perbankan di tempat penelitian? 2. Apakah ada perbedaan pendapatan antara petani yang meminjam kredit mikro dan yang tidak meminjam kredit mikro? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan hasil perumusan masalah di atas maka dapat disimpulkan tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk menganalisis pengaruh antara faktor faktor (suku bunga kredit, luas tanaman, jumlah tanggungan, pendapatan) terhadap peminjaman kredit mikro pada petani hortikultura di lembaga perbankan pada tempat penelitan. 2. Untuk melihat perbedaan pendapatan petani hortikultura yang meminjam kredit mikro dengan petani hortikultura yang tidak meminjam kredit mikro. 1.4. Kegunaan Penelitian Kegunaan yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah: 1. Memberikan informasi yang dapat menambah pengetahuan mengenai faktor faktor yang berpengaruh terhadap permintaan kredit mikro pada petani. 2. Bagi lembaga perbankan sebagai bahan untuk masukan mengenai kebutuhan dan manfaat kredit yang telah diberikan kepada petani.

3. Bagi penulis sebagai bahan tambahan wawasan dan pengetahuan mengenai dampak pemberian kredit dan kriteria kredit yang terbaik bagi petani. 4. Bagi pembaca, sebagai bahan referensi dan tambahan informasi tentang pemberian kredit kepada petani.