BAB II LANDASAN TEORI II.1 Audit II.1.1 Pengertian Audit Ada banyak pengertian yang diberikan oleh para ahli mengenai audit. Salah satunya menurut William F. Messier, Steven M. Glover dan Douglas F. Prawitt yang diterjemahkan oleh Nuri, H (2005:16) yaitu Auditing adalah suatu proses sistematis mendapatkan dan mengevaluasi bukti-bukti secara objektif sehubungan dengan asersi atas tindakan dan peristiwa ekonomi untuk memastikan tingkat kesesuaiaan antara sersi-aasersi tersebut dan menetapkan kriteria serta mengkomunikasikaan kepada pihak-pihak yang berkepentingaan. Menurut Sukrisno Agoes (2004:3) menyatakan Audit adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disususn oleh manajemen, besertcttan-catatan pembukuaan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikaan pendapat mengenai kewajaran laporan keungan tersebut. Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian auditing adalah pengumpulan serta pengevaluasian bukti-bukti atas suatu informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian dari informasi tersebut dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. 8
II.1.2 Jenis-jenis Audit Jenis audit menurut William C. Boynton, Raymon N. Johnson dan Walter G. Kell yang diterjemahkan oleh Budi. S.I (2003:6-7) mengelompokkan audit menjadi 3 jenis, yaitu : 1. Audit laporan keuangan Audit laporan keuangan mencakup perolehan dan pengevaluasian bukti-bukti atas laporan keuangan entitas yang menjadi dasar untuk menyatakan pendapat mengenai apakah laporana keuangan telah disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. 2. Audit kepatuhan Audit kepatuhan mencakup perolehan dan pengevaluasian bukti-bukti untuk menentukan apakah aktivitas keuangan atau aktivitas operasi suatu entitas tertentu telah sesuai dengan persyaratan, peraturan dan perunfang-undangan spesifik. 3. Audit operasional Audit operasional mencakup perolean dan pengevaluasian bukti-bukti mengenai efisiensi dan efektifitas dari aktivitas operasi suatu entitas dalam kaitannya dengan tujuan spesifik. 9
II.2 Audit Operasional II.2.1Pengertian Audit Operasional Ada banyak pengertian yang diberikan oleh para ahli mengenai audit operasional. Salah satunya, menurut Tunggal A. W. (2010): Audit Operasional merupakan audit atas operasi yang dilaksanakan dari sudut pandang manajemen untuk menilai ekonomi, efisiensi, dan efektivitas dari setiap dan seluruh operasi, terbatas hanya pada keinginan manajemen Sedangkan Boynton, Johnson, dan Kell (2007) menyatakan: Audit Operasional adalah audit yang sistematis baik terhadap kegiatan, baik program maupun fungsi suatu organisasi dengan tujuan untuk memulai dan melaporkan apakah sumber daya dan dana digunakan secara ekonomis dan efisien, apakah tujuan kegiatan, program dan fungsi yang telah direncanakan dapat dicapai dengan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dari beberapa pengertian di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa Audit Operasional adalah suatu proses sistematis yang berguna untuk menilai efisiensi, efektivitas, dan ekonomisasi sistem pengendalian manajemen melalui beberapa prosedur dari suatu organisasi, yang bertujuan untuk memberikan rekomendasi perbaikan bagi organisasi tersebut. II.2.2 Tujuan Audit Operasional Tujuan umum dari audit operasional menurut Sukrisno Agoes (2004:175) adalah sebagai berikut : 10
1. Untuk menilai kinerja (performance) dari manajemen dan berbagai fungsi dalam perusahaan; 2. Untuk menilai apakah sumber daya (manusia, mesin, dana, dan harta lainnya) yang dimiliki perusahaan telah digunakan secara efisien dan ekonomis; 3. Untuk menilai efektifitas perusahaan dalam mencapai tujuan (objective) yang telah ditetapkan top management; 4. Untuk dapat memberikan rekomendasi kepada top management untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam penerapan pengendalian intern, sistem pengendalian manajemen, dan prosedur operasional perusahaan dalam rangka meningkatkan efisiensi, keekonomisan dan efektivitas dari kegiatan operasi perusahaan. Berdasarkan Tunggal A.W (2010:40), tujuan audit operasional yaitu : 1. Objek dari audit operasional adalah mengungkapkan kekurangan dan ketidakberesan dalam setiap unsur yang diuji oleh auditor operasional dan untuk menunjukan perbaikan apa yang dimungkinkan untuk memperoleh hasil yang terbaik dari operasi yang bersangkutan. 2. Untuk membantu manajemen mencapai administrasi operasi yang paling efisien. 3. Untuk menyusulkan kepada manajemen cara-cara dan alat-alat untuk mencapai tujuan apabila manajemen organisasi sendiri kurang pengetahuan tentang pengelolaan yang efisien. 4. Audit operasional bertujuan untuk mencapai efisien dari pengelolaan 11
5. Untuk membantu manajemen, auditor operasional berhubungan dengan setiap fase dari aktivitas usaha yang dapat merupakan dasar pelayanan kepada manajemen 6. Untuk membantu manajemen pada setiap tingkat dalam pelaksanaan yang efektif dan efisien dari tujuan dan tanggung jawab mereka. II.2.3 Jenis-jenis Audit Operasional Ada 3 jenis audit operasional menurut Arens & Loebbecke yang diterjemahkan Jusuf, A.A. (2006:766) yaitu : 1. Audit Fungsional (Functional Audit) Audit fungsional menyangkut penggolongan kegiatan suatu fungsi atau lebih di dalam organisasi. Audit fungsional memungkinkan auditor melakukan spesialisasi dan dapat mengembangkan keahliannya pada satu bidang tertentu. 2. Audit Organisasional (Organizational Audit) Audit Organisasional menyangkut keseluruhan unit organisasi, seperti departemen, cabang, atau anak perusahaan. Penekanan dalam audit organisasi adalah seberapa efektif dan efisien fungsi-fungsi yang saling berinteraksi. 3. Penugasan Khusus (Special Assignment) Penugasan audit operasional khusus timbul atas permintaan manajemen. Jenias audit ini mencakup penentuan penyebab tidak efektifnya system 12
penyelidikan kemungkinan kecurangan dalam suatu divisi dan membuat rekomendasi untuk mengurangi biaya produksi suatu barang. II.2.4 Tahap-tahap Audit Operasional Menurut Arens et al. yang diterjemahkan Jusuf A.A. (2006:813) tahapan audit operasional terdiri dari : 1. Survei Pendahuluan (Preliminary Survey) Tujuan dari survei pendahuluan adalah untuk mendapatkan informasi umum dan latar belakang dalam waktu relatif singkat, mengenai semua aspek dari organisasi, kegiatan, program, atau sistem yang dipertimbangkan untuk diperiksa, agar dapat diperoleh pengetahuan atau gambaran yang memadai mengenai objek pemeriksaan. 2. Penelaahan dan Pengujian atas Sistem Pengendalian Manajemen (Review and Testing of Manafement Control System) Tujuan dari tahap ini adalah untuk mendapatkan bukti-bukti mengenai tentative audit objective dengan melakukan pengujian terhadap transaskitransaksi perusahaan yang berkaitan dengan sistem pengendalian manajemen. 3. Pengujian Terinci (Detail Examination) Dalam tahap ini, auditor harus mengumpulkan bukti-bukti yang cukup, kompeten, material, dan relevan untuk dapat menentukan penyimpanganpenyimpangan terhadap kriteria dalam firm audit objective, bagaimana efek 13
dari penyimpangan tersebut, dan besar kecilnya efek yang menimbulkan kerugian perusahaan. 4. Pengembangan Laporan (Report Development) Tahap laporan merupakan penyusunan hasil pemeriksaan, termasuk rekomendasinya. Temuan audit harus dilengkapi dengan kesimpulan dan saran, serta harus di-review oleh manager audit. II.2.5 Karakteristik Audit Operasional Menurut Tunggal A.W (2010:37), Karakteristik Audit Operasional adalah sebagai berikut : 1. Audit Operasional adalah prosedur yang bersifat investigatif 2. Mencakup semua aspek perusahaan 3. Yang diaudit adalah seluruh perusahaan, atau salah satu unitnya (bagian penjualan, bagian perencanaan, produksi dan sebagainya), atau suatu fungsi, atau salah satu subklasifikasinya (pengendalian persediaan, sistem pelaporan, pembinaan pegawai, dan sebagainya) 4. Penelitian dipusatkan pada prestasi atau keefektifan dari perusahaan, unit, atau fungsi yang diaudit dalam menjalankan misi, tanggung jawab, dan tugasnya 5. Pengukuran terhadap keefektifan didasarkan pada bukti atau data dan standar 6. Tujuan utama audit operasional adalah memberikan informasi kepada pimpinan tentang efektif-tidaknya perusahaan, suatu unit, atau suatu fungsi. Diagnosis tentang permasalahan dan sebab-sebabnya, dan rekomendasi tentang langkah-langkah korektifnya merupakan tujuan tambahan. 14
II.2.6 Teknik-teknik Audit Operasional Terdapat beberapa teknik dalam melakukan audit operasional menurut Mulyadi & Puradiredja, K.(2002:23) yaitu : 1. Observasi (observation) Observasi yaitu meninjau objek yang diteliti secara langsung dengan tujuan untuk memperoleh gambaran dan pemahaman yang memadai serta mengidentifikasikan hal-hal yang perlu diperhatikan atau yang tidak memenuhi syarat. 2. Wawancara (interview) Wawancara merupakan usaha untuk mendapatkan informasi tentang objek yang diteliti secara lisan, misalnya dengan melakukan Tanya-jawab dengan personel terkait. 3. Analisis (analysis) Analisis yaitu tinjauan terhadap data yang ada sehingga dapat diketahui unsur-unsur yang penting sesuai dengan objek yang diteliti. 4. Verifikasi (verification) Verifikasi adalah suatu pembuktian untuk mengukuhkan apa yang tertulis dikaitkan dengan fakta yang diperoleh dari pembuktian kebenaran atas suatu pernyataan. 5. Penyelidikan (investigation) 15
Penyelidikan adalah usaha kanjutan dalam melakukan verifikasi, dilakukan terhadap suatu penyimpangan untuk menjabarkan adanya permasalahan. 6. Evaluasi (evaluation) Evaluasi merupakan penilaian untuk dapat menarik kesimpulan tentang bidang yang diaudit berdasarkan informasi yang diperoleh. II.3 Sistem Pengendalian Internal II.3.1 Pengertian Sistem Pengendalian Internal Definisi pengendalian intern (internal control) menurut Messier, Glover, dan Prawitt yang diterjemahkan oleh Budi, Sumiharti (2005:250) adalah sebagai berikut : Pengendalian internal adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen, dan personel entitas lainnya yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tujuan. Sedangkan menurut Warren, Reeves, dan Fees yang diterjemahkan oleh Farahmita, A., Amanugrahani, dan Hendrawan, T. (2006:235) adalah sebagai berikut: Pengendalian internal (internal control) merupakan kebijakan dan prosedur yang melindungi aktiva perusahaan dari kesalahan penggunaan, memastikan bahwa informasi usaha yang disajikan akurat dan memastikan bahwa hukum serta peraturan telah diikuti. 16
II.3.2 Tujuan Sistem Pengendalian Internal Tujuan sistem pengendalian intern adalah sebagai berikut: 1. Menjaga catatan dan kekayaan organisasi Kekayaan fisik suatu perusahaan dapat dicuri, disalahkan atau hancur karena kecelakaan kecuali jika kekayaan tersebut dilindungi dengan pengendalian yang memadai. 2. Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi 3. Manajemen memerlukan informasi keuangan yang teliti dan andal untuk menjalankan kegiatan usahanya. Banyak informasi yang digunakan oleh manajemen untuk dasar pengambilan keputusan penting. Pengendalian intern dirancang untuk memberikan jaminan proses pengolahan data akuntansi akan menghasilkan informasi keuangan yang teliti dan andal. 4. Mendorong efisiensi. 5. Pengendalian intern ditujukan untuk mencegah duplikasi usaha yang tidak perlu atau pemborosan dalam segala kegiatan bisnis perusahaan dan untuk mencegah penggunaan sumber daya perusahaan yang tidak efisien. 6. Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen. Untuk mencapai tujuan perusahaan, manajemen menetapkan kebijakan dan prosedur. Struktur pengendalian intern ditujukan untuk memberikan jaminan yang memadai agar kebijakan manajemen dipatuhi oleh karyawan perusahaan. 17
II.3.3 Unsur-unsur Sistem Pengendalian Internal Agoes, S. & Wirakusumah, H.R.A. (2003:62) mendeskripsikan lima komponen pengendalian internal yang saling terkait berdasarkan COSO (Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission) antara lain sebagai berikut : 1. Lingkungan Pengendalian (control environment) Lingkungan pengendalian menetapkan corak suatu organisasi, mempengaruhi kesadaran pengendalian orang-orangnya, sehingga merupakan dasar untuk semua komponen pengendalian internal. 2. Penaksiran Risiko (risk assessment) Penaksiran resiko adalah identifikasi entitas dan analisis terhadap risiko yang relevan untuk mencapai tujuannya, menentukan bagaimana risiko harus dikelola. 3. Aktivitas Pengendalian (control activities) Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu menjamin bahwa arah sasaran manajemen dilaksanakan. 4. Informasi dan Komunikasi (information and communication) Proses informasi dan komunikasi adalah pengidentifikasianmm penangkapan, dan pertukaran informasi dalam suatu bentuk dan waktu yang memungkinkan orang-orang melaksanakan tanggung jawab mereka. 5. Pemantauan (monitoring) 18
Pemantauan adalah proses yang menentukan kualitas kinerja pengendalian internal sepanjang waktu. II.4 Fungsi Penjualan II.4.1 Pengertian Penjualan Menurut Arens dan Loebbecke yang diterjemahkan oleh Amir Abadi Jusuf (2003:356), menyatakan Penjualan merupakan proses yang diperlukan untuk mengalihkan kepemilikan atas barang dan jasa yang telah tersedia untuk dijual kepada pelanggan Selain itu Horngren, Harrison, & Robinson yang diterjemahkan Secokusumo, T.H. (2002:222) menjelaskan bahwa Jumlah pendapatan yang dihasilkan oleh seorang pedagang dari penjualan persediaannya disebut pendapatan penjualan, yang biasa disingkat menjadi penjualan. II.4.2 Siklus Penjualan Siklus penjualan adalah urutan kegiatan sejak diterimanya pesanan dari pembeli, pengiriman barang, pembuatan faktur (penagihan) dan pencatatan penjualan. Sistem pencatatan order penjualan memuat prosedur yang tercatat dalam penerimaan dan pengiriman order pelanggan dan dalam menyajikan faktur-faktur yang menguraikan produk, pelayanan dan penilaian bagian-bagian yang nantinya terkait dengan bagian penjualan. Prosedur penjualan melibatkan beberapa bagian 19
dalam dalam perusahaan dengan maksud agar penjualan yang terjadi dapat diawasi dengan baik. Bagian Pesanan Penjualan (sales order department) Dalam perusahaan kecil, fungsi pesanan penjualan dapat dipegang oleh seorang karyawan dalam bagian penjualan. Tetapi dalam perusahaan besar bagian pesanan penjualan merupakan suatu bagian yang berdiri sendiri dibawah bagian penjualan. Untuk kedua keadaan tersebut, bagian pesanan penjualan memiliki fungsi sebagai berikut : 1. Mengawasi semua pesanan yang diterima 2. Memeriksa surat pesanan yang diterima 3. Meminta persetujuan penjualan kredit dari bagian kredit 4. Menentukan tanggal pengiriman 5. Membuat surat perintah pengiriman 6. Membuat catatan mengenai pesanan-pesanan yang diterima 7. Mengadakan hubungan dengan pembeli mengenai retur penjualan 8. Mengawasi pengiriman barang Bagian kredit Dalam prosedur penjualan, setiap pengiriman barang untuk memenuhi pesanan pembeli yang syaratnya kredit, harus mendapatkan persetujuan dari bagian kredit. Agar dapat memberikan persetujuan, bagian kredit menggunakan catatan yang dibuat oleh bagian piutang untuk tiap-tiap langganan mengenai sejarah kreditnya, jumlah 20
maksimum dan ketetapan waktu pembayarannya. Persetujuan dari bagian kredit biasanya ditunjukkan dalam formulir surat perintah pengiriman yang diterima dari bagian pesanan penjualan. Bagian gudang Dalam hubungannya dengan penjualan, bagian gudang bertugas untuk menyiapkan barang seperti yang tercantum dalam surat perintah pengiriman. Barang-barang ini diserahkan ke bagian pengiriman untuk di bungkus dan dikirimkan ke pembeli. Bagian pengiriman barang Bagian pengiriman barang bertugas untuk mengirim barang-barang kepada pembeli. Pengiriman ini hanya boleh dilakukan apabila ada surat perintah pengiriman yang sah. Bagian billing (pembuatan faktur atau penagihan) Tugas bagian pembuatan faktur adalah : 1. Membuat (menerbitkan) faktur penjualan dan tembusan-tembusannya. (Kadang-kadang tidak membuat faktur tetapi melengkapi daftar harga dan perkalian dalam faktur). 2. Menghitung biaya kirim penjualan dan PPn 3. Memeriksa kebenaran penulisan dan perhitungan-perhitungan dalam faktur. II.4.3 Siklus Penjualan Kredit Menurut Arens & Loebbecke (2003:359-361) siklus penjualan kredit penerimaan kas adalah sebagai berikut : 21
a. Pemrosesan pesanan pelanggan Permintaan barang oleh pelanggan merupakan permintaan untuk membeli barang dengan ketentuan tertentu. Permintaan pesanan pelanggan menghasilkan pesanan penjualan. b. Persetujuan Penjualan secara Kredit (Granting Credit) Seebelum barang dikirimkan, seorang yang berwenang dalam perusahaan harus menyetujui penjualan secara kredit ke pelanggan atas penjualan kredit tersebut. Seleksi yang tidak ketat dalam persetujuan kredit sering kali menyebabkan besarnya piutang tak tertagih. c. Pengiriman barang Kebanyakan perusahaan mengakui penjualan saat barang dikirimkan. Nota pengiriman disiapkan pada saat pengiriman dan dokumen pengiriman diperlukan untuk kepastian untuk penagihan atas pengiriman ke pelanggan. d. Penagihan ke pelanggan dan pencatatan penjualan Aspek terpenting dalam penagihan adalah meyakinkan bahwa seluruh pengiriman diperlukan untuk kepantasan penagihan atas pengiriman ke pelanggan mencakup pembuatan faktur penjualan rangkap dan secara simultan memutakhirkan berkas transaksi penjualan dan berkas induk piutang usaha. e. Pemrosesan dan pencatatan penerimaan kas Dalam pemrosesan dan pencatatan penerimaan kas, perhatian utama adalag memungkinkan dicuri sebelum penerimaan kas dicatat. Pertimbangan utama 22
dalam penerapan penerimaan kas adalah seluruh kas disetor ke bank dalam jumlah yang benar dengan tepat waktu dan dicatat di berkas termasuk penerimaan kas, yang digunakan untuk membuat jurnal kas memperbaharui berkas induk piutang usaha. II.4.4 Aktivitas Pengendalian Internal atas Fungsi Penjualan Menurut Arens dan Loebbecke yang diterjemahkan Jusuf A.A (2003), Pengendalian intern atas penjualan meliputi: a. Pencatatan penjualan yang didukung dokumen pengiriman yang terotorisasi dan order pelanggan yang disetujui. b. Faktur penjualan prenumbered dan dipertanggungjawabkan dengan semestinya. c. Dokumen pengiriman prenumbered dan dipertanggungjawabkan. d. Mendapat persetujuan tentang penentuan harga, syarat penjualan dan potongan harga dengan semestinya. e. Rekening bulanan dikirim ke pelanggan, keluhan mendapatkan tindak lanjut yang independen. f. Prosedur yang diperlukan dalam penagihan dan pencatatan penjualan setiap hari sedekat mungkin dari saat kejadian. II.4.5 Tujuan Audit Operasional atas Fungsi Penjualan Menurut Arens dan Loebbecke yang diterjemahkan Jusuf A.A (2003) menyatakan bahwa tujuan audit operasional atas penjualan adalah: 23
1. Penjualan tercatat adalah untuk pengiriman aktual yang dilakukan kepada pelanggan non fiktif (keberadaan). 2. Penjualan yang ada telah dicatat (kelengkapan). 3. Penjualan yang dicatat adalah untuk jumlah barang yang dikirim dan ditagih serta dicatat dengan benar (akurasi). 4. Transaksi penjualan diklasifikasikan dengan pantas (klasifikasi) 5. Penjualan dicatat dalam waktu yang tepat (tepat waktu) 6. Transaksi penjualan dimasukan dengan pantas dalam berkas induk dan diikhtisarkan dengan benar (posting dan pengikhtisaran). 24