EFFEKTIFITAS SUBSTITUSI PENGENCER TRIS-SITRAT DAN KOLESTEROL MENGGUNAKAN AIR KELAPA DAN KUNING TELUR TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU SAPI POTONG

dokumen-dokumen yang mirip
PENGGUNAAN TELUR ITIK SEBAGAI PENGENCER SEMEN KAMBING. Moh.Nur Ihsan Produksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang ABSTRAK

PENGARUH PENAMBAHAN CHOLESTEROL DAN KUNING TELUR DI DALAM BAHAN PENGENCER TRIS-SITRAT DAN AIR KELAPA MUDA TERHADAP KUALITAS SEMEN CAIR SAPI POTONG

Pengaruh Pemberian Susu Skim dengan Pengencer Tris Kuning Telur terhadap Daya Tahan Hidup Spermatozoa Sapi pada Suhu Penyimpanan 5ºC

PENGARUH TINGKAT PENGENCERAN TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING PE SETELAH PENYIMPANAN PADA SUHU KAMAR

HASIL DAN PEMBAHASAN. Evaluasi Semen Segar

PENDAHULUAN. sehingga dapat memudahkan dalam pemeliharaannya. Kurangnya minat terhadap

OBSERVASI KUALITAS SPERMATOZOA PEJANTAN SIMMENTAL DAN PO DALAM STRAW DINGIN SETELAH PENYIMPANAN 7 HARI PADA SUHU 5 C

PENGARUH LEVEL GLISEROL DALAM PENGENCER TRIS- KUNING TELUR TERHADAP MEMBRAN PLASMA UTUH DAN RECOVERY RATE SPERMA KAMBING PERANAKAN ETAWAH POST THAWING

I. PENDAHULUAN. Teknologi Inseminasi Buatan (IB) atau dikenal dengan istilah kawin suntik pada

PENGARUH PENGGUNAAN RAK STRAW SELAMA EQUILIBRASI TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU SAPI PERANAKAN ONGOLE

I PENDAHULUAN. dikembangkan di Indonesia. Sistem pemeliharannya masih dilakukan secara

Kualitas semen sapi Madura setelah pengenceran dengan tris aminomethane kuning telur yang disuplementasi α-tocopherol pada penyimpanan suhu ruang

PENGARUH KOMBINASI KUNING TELUR DENGAN AIR KELAPA TERHADAP DAYA TAHAN HIDUP DAN ABNORMALITAS SPERMATOZOA DOMBA PRIANGAN PADA PENYIMPANAN 5 0 C

BAB II TIJAUAN PUSTAKA. penis sewaktu kopulasi. Semen terdiri dari sel-sel kelamin jantan yang dihasilkan

KAJIAN KEPUSTAKAAN. 2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Kambing Peranakan Etawah (PE) Kambing PE adalah hasil persilangan antara Etawah dan kambing kacang.

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. dan sekresi kelenjar pelengkap saluran reproduksi jantan. Bagian cairan dari

Pengaruh Penambahan Streptomycin dalam Skim Kuning Telur Sebagai Pengencer terhadap Kualitas Semen Ikan Mas (Cyprinus Carpio L.)

PERBEDAAN KUANTITATIF DAN KUALITATIF SEMEN SEGAR PADA BERBAGAI BANGSA SAPI POTONG. Candra Aerens D.C, M. nur ihsan, Nurul Isnaini ABSTRACT

Pengaruh Penggunaan Tris Dalam Pengencer Susu Skim Terhadap Resistensi Spermatozoa Sapi Simmental Pasca Pembekuan

BAB I PENDAHULUAN. agar diperoleh efisiensi dan efektifitas dalam penggunaan pejantan terpilih,

OBSERVASI KUALITAS SEMEN CAIR SAPI PERANAKAN ONGOLE TERHADAP PERBEDAAN WAKTU INKUBASI PADA PROSES PEMISAHAN SPERMATOZOA

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pemeriksaan semen segar secara makroskopis meliputi volume, warna,

PENDAHULUAN. kambing Peranakan Etawah (PE). Kambing PE merupakan hasil persilangan dari

KAJIAN KEPUSTAKAAN. dengan kambing Kacang (Devendra dan Burns, 1983). Menurut tipenya, rumpun

PENDAHULUAN. Seiring bertambahnya jumlah penduduk tiap tahunnya diikuti dengan

Dosis Glukosa Ideal pada Pengencer Kuning Telur Fosfat Dalam Mempertahankan Kualitas Semen Kalkun pada Suhu 5 C

Jurnal Pertanian ISSN Volume 2 Nomor 1, April PENGARUH VITAMIN B 2 (Riboflavin) TERHADAP DAYA TAHAN SPERMATOZOA DOMBA PADA SUHU KAMAR

PERBAIKAN TEKNIK PEMBEKUAN SPERMA: PENGARUH SUHU GLISEROLISASI DAN PENGGUNAAN KASET STRAW

PENDAHULUAN. Domba merupakan salah satu ternak penghasil daging yang banyak diminati

Pengaruh Pengencer Kombinasi Sari Kedelai dan Tris terhadap Kualitas Mikroskopis Spermatozoa Pejantan Sapi PO Kebumen

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan protein hewani di Indonesia semakin meningkat seiring dengan

TEHNIK PENGENCERAN PADA PEMBUATAN CHILLING SEMEN SAPI

PENDAHULUAN. masyarakat Pesisir Selatan. Namun, populasi sapi pesisir mengalami penurunan,

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang ada (Mulyono dan Sarwono, 2004). K isaran volume semen per ejakulat

Pengaruh Bobot Badan Terhadap Kualitas dan Kuantitas Semen Sapi Simmental

PENGARUH PENAMBAHAN GLUTATHIONE

PEMBEKUAN VITRIFIKASI SEMEN KAMBING BOER DENGAN TINGKAT GLISEROL BERBEDA

KUALITAS SEMEN SEGAR SAPI PEJANTAN PADA PENYIMPANAN DAN LAMA SIMPAN YANG BERBEDA

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan metode artificial vagaina (AV). Semen yang didapatkan kemudian

PENGARUH JENIS PENGENCER TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU DOMBOS TEXEL DI KABUPATEN WONOSOBO

PERBANDINGAN KUALITAS SEMEN KAMBING KEJOBONG DAN KAMBING KACANG DI JAWA TENGAH ABSTRACT

EVALUASI KUALITAS SPERMATOZOA HASIL SEXING PADA KEMASAN STRAW DINGIN YANG DISIMPAN PADA SUHU 5 C SELAMA 7 HARI

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tatap mukake 8&9. Universitas Gadjah Mada

Pengaruh Level Gliserol dalam Pengencer Tris-Sitrat... Muthia Utami Islamiati

PENDAHULUAN. Latar Belakang. setiap tahunnya, namun permintaan konsumsi daging sapi tersebut sulit dipenuhi.

DAYA HIDUP SPERMATOZOA EPIDIDIMIS KAMBING DIPRESERVASI PADA SUHU 5 C

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di. Balai Inseminasi Buatan Tenayan Raya, Pekanbaru.

PENGGUNAAN KATALASE DALAM PRODUKSI SEMEN DINGIN SAPI

PENGARUH PENGHILANGAN RAFINOSA DALAM PENGENCER TRIS AMINOMETHANE KUNING TELUR TERHADAP KUALITAS SEMEN KAMBING BOER SELAMA SIMPAN DINGIN SKRIPSI

I PENDAHULUAN. berasal dari daerah Gangga, Jumna, dan Cambal di India. Pemeliharaan ternak

STUDI TERHADAP KUALITAS DAN DAYA TAHAN HIDUP SPERMATOZOA CAUDA EPIDIDIMIDIS DOMBA GARUT MENGGUNAKAN BERBAGAI JENIS PENGENCER

PENGARUH AIR KELAPA MERAH YANG MUDA DAN TUA SEBAGAI PENGENCER TERHADAP KUALITAS SEMEN KAMBING BOER SELAMA PENYIMPANAN DINGIN

Motilitas dan Daya Hidup Spermatozoa Ayam Dalam Pengencer Glukosa Kuning Telur Fosfat pada Penyimpanan 3-5 C

Penambahan Sari Kacang Hijau pada Tris sebagai Bahan Pengencer terhadap Motilitas, Daya Hidup dan Abnormalitas Spermatozoa Sapi Kebumen

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal April 2014 di Laboratoium Unit

Pengaruh metode gliserolisasi terhadap kualitas semen domba postthawing... Labib abdillah

KUALITAS SPERMA SAPI BEKU DALAM MEDIA TRIS KUNING TELUR DENGAN KONSENTRASI RAFFINOSA YANG BERBEDA

PENGGANTIAN BOVINE SERUM ALBUMIN PADA CEP-2 DENGAN SERUM DARAH SAPI TERHADAP KUALITAS SEMEN SAPI LIMOUSIN PADA SUHU PENYIMPANAN 3-5 o C

MUHAMMAD RIZAL AMIN. Efektivitas Plasma Semen Sapi dan Berbagai Pengencer

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik semen

PENGARUH BOBOT BADAN TERHADAP KUALITAS DAN KUANTITAS SEMEN SAPI SIMMENTAL THE EFFECT OF WEIGHT ON SIMMENTAL CATTLE SEMEN QUALITY AND QUANTITY

PENGARUH BERBAGAI METODE THAWING TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU SAPI

ANALISIS KUALITAS SEMEN BEKU SAPI SIMMENTAL MENGGUNAKAN PENGENCER ANDROMED DENGAN VARIASI WAKTU PRE FREEZING

HASIL DAN PEMBAHASAN. domba lokal yang digunakan dalam penelitian inibaik secara makroskopis

PENGARUH LAMA SIMPAN SEMEN DENGAN PENGENCER TRIS AMINOMETHAN KUNING TELUR PADA SUHU RUANG TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING BOER

I. PENDAHULUAN. Perkembangan peternakan mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Laju pertambahan penduduk yang terus meningkat menuntut

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Unit Pelayanan Tekhnis Daerah Balai

PENGARUH JENIS PENGENCER TERHADAP DAYA HIDUP DAN KEUTUHAN MEMBRAN PLASMA SPERMATOZOA ITIK RAMBON

PENGARUH JENIS PENGENCER TERHADAP MOTILITAS DAN DAYA TAHAN HIDUP SPERMATOZOA SEMEN CAIR SAPI SIMMENTAL

Effect of Quality Chilled Semen of Cross Bred Goat (Nubian and Ettawa) which Dilluted with Skim Milk and Yolk Citrate Extender

KUALITAS SEMEN SAPI BALI SEBELUM DAN SESUDAH PEMBEKUAN MENGGUNAKAN PENGENCER SARI WORTEL

KUALITAS SEMEN SEGAR SAPI SIMMENTAL YANG DIKOLEKSI DENGAN INTERVAL YANG BERBEDA DI BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG

Animal Agriculture Journal, Vol. 1. No. 2, 2012, p Online at :

PENGARUH SUHU DAN LAMA THAWING TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING PERANAKAN ETAWA

Pengaruh Level Gliserol dalam Pengencer Sitrat... Ayunda Melisa

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Karakteristik Semen Segar Domba Lokal Karakteristik. Volume (ml) 1,54 ± 0,16. ph 7,04±0,8

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Objek yang digunakan adalah semen yang berasal dari lima kambing

Jurnal Nukleus Peternakan (Juni 2014), Volume 1, No. 1: ISSN :

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. pejantan Peranakan Etawah berumur 1,5-3 tahun dan dipelihara di Breeding

MOTILITAS DAN VIABILITAS SEMEN SEGAR KAMBING PERANAKAN ETAWA (PE) DENGAN MENGGUNAKAN PENGENCER CAUDA EPIDIDYMAL PLASMA

APLIKASI IB DENGAN SPERMA HASIL PEMISAHAN DI SUMATERA BARAT

DAFTAR ISI. BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN Kerangka Berpikir Konsep Hipotesis...

APLIKASI INSEMINASI SEMEN HASIL SEXING PADA SAPI INDUK PERANAKAN ONGOLE

J. Ternak Tropika Vol. 15, No.1:

HASIL DAN PEMBAHASAN. Volume Semen Domba

SKRIPSI. Oleh FINNY PURWO NEGORO. Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

T.L.Yusuf, R.I. Arifiantini, dan N. Rahmiwati Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor, Bogor ABSTRAK

BAB VI TEKNOLOGI REPRODUKSI

KORELASI KADAR ph SEMEN SEGAR DENGAN KUALITAS SEMEN SAPI LIMOUSIN DI BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. breeding station Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Domba jantan yang

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA. DAYA TAHAN SPERMATOZOA SAPI FRISIEN HOLSTEIN DALAM BERBAGAI BAHAN PENGENCER PADA SUHU 5 o C BIDANG KEGIATAN : PKM-AI

KUALITAS SPERMA HASIL PEMISAHAN YANG DIBEKUKAN MENGGUNAKAN RAK DINAMIS DAN STATIS

MAKALAH BIOTEKNOLOGI PETERNAKAN MEMBRAN PLASMA UTUH. Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret. Surakarta

Pengaruh Lama Thawing terhadap Kualitas Semen Beku Sapi Limousin dan Brahman

Pengaruh Pengencer Sintetis dan Alami Terhadap Motilitas Spermatozoa Sapi Brahman Selama Penyimpanan dalam Suhu Dingin

Transkripsi:

EFFEKTIFITAS SUBSTITUSI PENGENCER TRIS-SITRAT DAN KOLESTEROL MENGGUNAKAN AIR KELAPA DAN KUNING TELUR TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU SAPI POTONG (Effectivity of Diluter Substitution of Tris-Sitrat and Cholesterol Using Coconut Water and Egg Yolk to Beef Cattle Frozen Semen Quality) YENNY NUR ANGGRAENY, LUKMAN AFFANDHY dan AINUR RASYID Loka Penelitian Sapi Potong, Grati, Pasuruan 67184 ABSTRACT One ways the effort to get feeder cattle calves fastly and efficiently in order to increase beef cattle productivity by using alternative technology of optimal semen preparation. Test of substitution effectiveness of tris citrate and cholesterol with coconut water and egg yolk to beef cattle semen quality was done by Beef Cattle Research Station that used three heads of Simmental Cross Bulls. This research used Completely Randomized Design (RCD) with factorially pattern 2 x 2 x 2. The first factor was diluter (tris citrate and cholesterol), the second factor was cholesterol level (0 and 0,5 mg/cc) and the third factor was egg yolk factor (10% and 20%), each treatment was repeated by sixth times. Test to fresh semen quality were conducted for volume, colour, consistentcy, spermatozoa consentration, motility (cluster and individualy), mortality and morfology. Spermatozoa concentration of ech straw was 50 100 bilion/ml and it was stored at 196 o C. The parameters observed were motility, and viability of spermatozoa on diluent proces, after equlibration proces and post thawing proces. The result showed that volume semen of Simmental Cross was 5,8 ± 0,8 ml/ ejaculation. At diluent proces, motility and viability were affected by diluter (P<0.01) and. At equilibration proces, motility was affected by diluter (P<0.01); then viability was affected by interaction of cholesterol and egg yolk. At post thawing process, motility was affected by diluter (P<0,01), while viability was affected by cholesterol, diluter, egg yolk, the interaction of diluter and glycerol and the interaction of diluter and egg yolk (P<0.01). The cost of frozen semen using coconut water was Rp 300/6 ml, while using tris citrate was Rp 800/6 ml. The substitution of coconut water to tris citrate was less effective because of low motility (12.5 17.5%) than of tris citrate (40%). Key words: Frozen semen, coconut water, egg yolk, beef cattle ABSTRAK Usaha mendapatkan bakalan yang cepat dan efisien dalam meningkatkan produktivitas sapi potong salah satunya adalah penggunaan teknologi alternatif pengolahan semen yang optimal. Suatu penelitian yang menguji efektivitas substitusi pengencer tris-sitrat dan kolesterol menggunakan air kelapa dan kuning terhadap kualitas semen beku sapi potong telah dilakukan di Loka Penelitian Sapi Potong menggunakan 3 ekor sapi jantan dewasa peranakan Simmental. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial 2 x 2 x 2. Faktor 1 adalah penggunaan kolesterol (0 dan 5 mg/cc kolesterol), faktor 2 adalah penggunaan pengencer (tris sitrat vs air kelapa) dan faktor 3 adalah penggunaan kuning (10 dan 20%), masing masing perlakuan menggunakan ulangan sebanyak 6 kali. Pengujian kualitas semen segar meliputi volume, warna, konsistensi, konsentrasi spermatozoa, motilitas (massa dan individu), mortalitas dan morfologi spermatozoa. Konsentrasi spermatozoa tiap straw adalah 50 100 juta/ml dan disimpan pada suhu 196 C. Dilakukan pengamatan terhadap motilitas, dan viabilitas spermatozoa pada proses pengenceran, setelah proses equilibrasi dan post thawing. Hasil pengamatan menunjukan bahwa volume semen Sapi peranakan Simmental adalah 5,8 ± 0,8 ml/ejakulasi. Pengamatan kualitas semen pada proses pengenceran menunjukkan bahwa motilitas dan viabilitas spermatozoa dipengaruhi (P<0,05) oleh jenis pengencer. Pengamatan kualitas setelah proses equilibrasi menunjukan motilitas hanya dipengaruhi (P<0,01) oleh pengencer sedangkan viabilitas spermatozoa hanya dipengaruhi (P<0,05) oleh interaksi penambahan kolesterol dan kuning. Pengamatan kualitas pada post thawing menunjukan motilitas hanya dipengaruhi 49

oleh faktor pengencer (P<0,01), sedangkan viabilitas spermatozoa dipengaruhi oleh penambahan gliserol, jenis pengencer, penambahan kuning, interaksi faktor pengencer dan penambahan gliserol, interaksi faktor pengencer dan kuning (P<0,01). Pembuatan semen beku menggunakan air kelapa berkisar Rp 300/6 ml sedangkan tris sitrat berkisar Rp 800 per 6 ml. Substitusi air kelapa terhadap tris sitrat kurang efektif karena menunjukan motilitas lebih rendah (17,5 12,5%) dibandingkan dengan tris sitrat (40%). Kata kunci: Semen beku, air kelapa, kuning, gliserol, sapi Simmental PENDAHULUAN Kebutuhan sapi potong bakalan yang diperlukan untuk menghasilkan daging bagi keperluan konsumen di Indonesia semakin meningkat, maka diperlukan bibit yang tepat dan teknologi biologi reproduksi yang mendukung seperti program IB maupun alih janin (PUTU et al., 1997). Pengawetan semen dalam bentuk semen beku untuk pelaksanaan IB telah dilakukan secara intensif baik pada sapi potong maupun sapi perah dengan tujuan meningkatkan kemampuan reproduksi sapi pejantan. Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas sperma pada semen beku adalah penggunaan pengencer, karena selama proses pembekuan fungsi pengencer adalah menjamin kebutuhan fisik dan kimia spermatozoa sehingga kualitas spermatozoa dapat dipertahankan khususnya pada kemampuan untuk kapasitasi (PARTODIHARDJO, 1992). Pengenceran semen merupakan salah satu tahap yang penting dalam pengemasan semen dalam bentuk straw atau ampul beku. Diharapakan kualitas semen dan viabilitas spermatozoa selama proses pembekuan dapat dipertahankan selain itu fungsi pengenceran adalah memperbesar volume semen sehingga setiap satu kali ejakulat dapat digunakan untuk ternak betina lebih banyak (SUYADI et al., 1994). Syarat penting yang harus dimiliki oleh pengencer semen menurut TOILEHERE (1981) adalah: (1) murah, sederhana, praktis tapi punya daya preservasi yang tinggi (2) mengandung unsur yang sifat fisik dan kimianya sama dengan semen dan tidak mengandung racun bagi spermatozoa dan saluran kelamin ternak betina (3) tetapi dapat mempertahankan daya fertilitas spermatozoa, tidak kental sehingga tidak menghambat fertilisasi. Sementara itu, menurut PARTODIHARDJO (1992) fungsi pengencer adalah: (1) mempebanyak volume semen; (2) melindungi spermatozoa dari cold shock; (3) menyediakan zat makanan sebagai sumber energi bagi spermatozoa; (4) menyediakan buffer untuk mempertahankan ph, tekanan osmotic dan keseimbangan elektrolit; (5) mencegah kemungkinan terjadinya pertumbuhan kuman. Beberapa bahan pengencer yang telah dilaporkan dari beberapa bahan penelitian adalah kuning sitrat, fosfat kuning, susu masak dan tris amino methan. Tris amino methan telah dipergunakan secara luas sebagai medium buffer di dalam semen guna memperpanjang daya hidup spermatozoa pada suhu 5 sampai dengan 196 o C (BEARDEN dan FUQUAY, 1984), namun harganya mahal Rp 8.400/100 ml (UMIYASIH et al., 1999) dan adanya lesistin yang menghambat motillitas spermatozoa maka pelu pencarian bahan pengencer alternatif sehingga adopsi teknologi IB terutama faktor daya beli dapat diatasi (YUSRAN et al., 2001) Bahan alternatif yang mungkin dapat dipergunakan sebagai bahan campuran pengencer adalah air kelapa (QOMARIYAH et al., 2001; AFFANDHY, 2003). Indonesia merupakan negara penghasil kelapa. Air kelapa tersusun 25% dari berat total kelapa, sehingga potensinya sangat besar digunakan sebagai air kelapa. Air kelapa mengandung senyawa organik yang komplek yaitu 20 macam asam amino bebas, 18 macam asam organik 3 macam gula dan 18 macam vitamin (MONOARFA, 1984); namun air kelapa hanya bersifat sebagai penyangga yang tidak cukup melindungi spermatozoa dari suhu rendah, sehingga perlu ditambahkan bahan-bahan lain yang dapat mengoptimalkan kemampuan air kelapa sebagai pengencer semen. Kuning telah lama digunakan sebagai bahan pengencer semen. Kuning mengandung lipoprotein dan lesitin yang dapat mempertahankan dan melindungi integritas selubung lipoprotein dari sel spermatozoa; selain itu kuning juga banyak mengandung glukosa yang lebih bermanfaat dipergunakan oleh spermatozoa daripada 50

fruktosa yang terdapat dalam semen. Kuning juga banya mengandung protein, vitamin yang larut dalam air dan minyak sehingga ideal digunakan sebagai pengencer. Namun karena harga mahal maka penggunaan kuning terbatas. Penggunaan kuning pada bahan pengencer air kelapa diharapkan dapat mempertahankan dan melindungi intensitas slubung lipoprotein dan sel spermatozoa dari keadaan penurunan suhu dingin yang tiba-tiba pada saat pembekuan. Proses pembekuan pada pembuatan semen beku menyebabkan penurunan kualitas spermatozoa sehingga dapat mematikan spermatozoa hingga 30% (GOLDMAN et al., 1991). Penggunaan kuning pada bahan pengencer air kelapa diharapkan dapat mempertahankan dan melindungi intensitas selubung lipopotein dan sel spermatozoa dari keadaan penurunan suhu dingin yang tiba-tiba pada saat pembekuan; sehingga penggunaan kuning harus dikombinasikan dengan krioprotektan. Kriprotektan merupakan agen kimia yang ditambahkan dalam proses pembekuan untuk mengurangi kerusakan mekanik akibat proses pembekuan (PARK dan GRAHAM, 1993). Gliserol merupakan bahan krioprotektan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas penggunaan air kelapa, kuning dan kolesterol terhadap kualitas semen beku pada sapi potong. MATERI DAN METODE Penelitian ini menggunakan tiga ekor Sapi peranakan Simmental (Simmental X Peranakan Ongole) jantan dewasa dengan gigi seri tetap satu pasang (I i ) bobot badan 387,3 ± 32,0 kg. Rancangan percobaan menggunakan rancangan percobaan acak lengkap pola faktorial 2 x 2 x 2. Faktor ke-1 adalah bahan pengencer yaitu tris-sitrat dan air kelapa, level faktor ke 2 adalah level kuning (10 dan 20%) dan faktor ketiga adalah level kandungan gliserol (0 dan 0,5 mg gliserol/ml pengencer). Sumber kolesterol yang digunakan pada penelitian ini adalah gliserol ulangan masing-masing perlakuan sebanyak enam (6) kali. Penampungan semen sapi dilakukan menggunakan vagina buatan satu kali seminggu. Pengujian semen segar meliputi volume, warna, konsistensi, konsentrasi spermatozoa, ph, motilitas (massa dan individu) dan morfologi spermatozoa (normal dan abnormal). Peubah yang diamati adalah motilitas dan viabilitas spermatozoa. Masing masing peubah diamati pada proses pengenceran, setalah proses ekuilibrasi (4 jam) dan post thawing. Data yang diperoleh kemudian dianalisis melalui analisis sidik ragam dan dilanjutkan dengan least square design bila terdapat pengaruh perlakuan. Tiap 100 ml pengencer tris sitrat mengandung 3,028 g larutan tris, 1,675 g asam sitrat, 1,25 g fruktosa, 0,0525 g penicilin dan 0,075 g streptomycin. Pengencer kelapa dilakukan penyaringan dan penetralan ph menggunakan NaOH 0,1 N; penambahan penicillin dan streptomycin ditambahkan dalam jumlah yang sama dengan pengencer tris sitrat. Konsentrasi permatozoa adalah 100 juta/ml atau 25 juta/dosis straw. Pembekuan dilakukan secara bertahap dari suhu kamar ke 5 o C selama 40 60 menit, setelah itu dilakukan equilibrasi pada suhu 5 o C selama 3 4 jam, kemudian diuapkan diatas N 2 cair selama 10 menit dan selanjutnya disimpan dalam kontainer yang berisi N 2 cair. HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas semen segar Evaluasi terhadap kualitas semen segar pada Pejantan Turunan Simmental PO dilakukan secara makroskopis dan mikroskopis. Pemeriksaan secara makroskopis meliputi volume, warna, konsistensi dan ph. Sedang secara mikroskopis meliputi gerakan massa, gerakan individu, konsentrasi, viabilitas dan abnormalitas spermatozoa. Evaluasi kualitas semen secara makroskopis dan mikroskopis (Tabel 1). Kualitas semen segar telah memenuhi persyaratan standar pejantan sapi potong untuk ditampung sebagai semen beku yaitu konsentrasi spermatozoa lebih dari 1000 juta/ml, gerakan masa ++ sampai dengan +++ dan spermatozoa hidup 70%. 51

Karakteristik semen selama pendinginan dan pembekuan Motilitas Rataan semen segar sapi peranakan PO Simental yang dipakai pada penelitian ini adalah 80,7 ± 0,1% (Tabel 1). Pengaruh jenis pengencer, penambahan kuning dan kolesterol terhadap motilitas spermatozoa pada berbagai tahap proses pembuatan semen beku (Tabel 2). Tabel 1. Kualitas semen segar sapi pejantan turunan Simmental Uraian Volume Nilai 5,8 ± 0,8 ml/ejakulasi Warna Putih kekuningan cream Konsistensi Sedang kental Konsentrasi 1428,3 ± 574,9 spermatozoa (juta/ml) Gerakan massa ++ sd +++ Gerakan individu/ 80,7 ± 0,1 motilitas (%) ph semen 7,0 ± 0,1 Viabilitas 79,8 ± 6,6 spermatozoa (%) Abnormalitas (%) 4,3 ± 6,8 Tahap pengenceran menyebabkan terjadinya penurunan motilitas spermatozoa. Motilitas spermatozoa dipengaruhi secara nyata (P<0,05) oleh jenis pengencer. Motilitas spermatozoa menggunakan pengencer air kelapa adalah 78,05% lebih rendah dari semen yang menggunakan pengencer tris sitrat (80,15%). Proses equilibrasi menyebabkan terjadi penurunan motilitas spermatozoa menjadi 70,7 75,5% dan motilitas pada tahap ini dipengaruhi secara nyata oleh jenis pengencer dan interaksi antara jenis pengencer dan penambahan kuning. Spermatozoa menggunakan pengencer air kelapa mempunyai motilitas 64% lebih rendah dibandingkan yang menggunakan pengencer tris sitrat (68,3%). Tahap Post Thawing menyebabkan penurunan yang drastis pada motilitas spermatozoa yaitu menjadi 15,2-42,5%. Motilitas spermatozoa setelah thawing hanya dipengaruhi jenis pengencer. Motilitas merupakan salah satu acuan dalam penilaian kualitas semen beku, karena mudah dan cepat ditentukan. Daya gerak progresif (motilitas) mempunyai peranan penting untuk keberhasilan fertilisasi. Motilitas spermatozoa dipengaruhi oleh spesies ternak, kondisi medium dan suhu lingkungan Tabel 2. Pengaruh jenis pengencer, penambahan kuning dan kolesterol terhadap motilitas spermatozoa pada berbagai tahap proses pembuatan semen beku Bahan pengencer Rataan Tahapan proses Penambahan Air kelapa Tris sitrat penambahan pembuatan semen gliserol Penambahan kuning (%) gliserol 10 20 10 20 Pengenceran 0 64,2±9,2 67,5±5,2 66,7±5,2 70,0±5,5 67,10±2,39 a 0,5 65,8±4,9 68,3±5,2 72,5±7,6 73,3±8,2 69,97±3,54 b Rataan pengencer 66,45±1,83 70,63±2,97 67,3±3,62 69,75±2,57 Setelah ekuilibrasi 0 61,0±7,4 66,0±5,5 69,0±2,2 67,0±4,5 65,8±3,4 a 0,5 63,0±4,5 66,0±5,5 71,0±8,9 66,0±5,5 66,5±3,32 b Rataan pengencer 64±2,45 68,3±2,21 66±4,76 (10%) 66,3±0,5 (20%) Post thawing 0 16,7±8,8 16,7±7,5 39,2±18,3 41,7±11,3 28,6±13,75 a 0,5 16,7±12,1 29,2±19,8 32,5±20,7 36,7±12,1 28,8±8,61 b Rataan pengencer 19,28±6,25 37,5±3,92 26,3±11,40 (10%) 31,1±10,87 (20%) 52

(TOELIHERE, 1981). Pada penelitian ini terjadi penurunan motilitas spermatozoa pada setiap tahap proses pembuatan semen beku. Waktu yang diperlukan pada setiap tahap pada proses pembekuan semen berkorelasi negatif dengan motilitas kemampuan hidup spermatozoa (TOELIHERE, 1981). Penggunaan pengencer air kelapa menghasilkan motilitas spermatozoa lebih rendah hal ini disebabkan karena air kelapa hanya bersifat sebagai penyangga (QOMARIYAH et al., 2002), meskipun dalam penelitian ini telah dilakukan pengayaan air kelapa dengan penambahan kuning dan gliserol. Penambahan kuning dan gliserol tidak memberikan pengaruh nyata terhadap motilitas spermatozoa pada setiap tahap proses pembekuan. Penambahan kuning bertujuan untuk mempertahankan dan melindungi integritas selubung lipoprotein dari sel spermatozoa. Penambahan gliserol sebagai krioprotektan adalah untuk mencegah terjadinya cold shock dan kerusakan sel akibat terbentuknya kristal es pada saat terjadi pembekuan (KUSUMANINGRUM et al., 2002). Viabilitas spermatozoa Rataan semen segar sapi peranakan Simental sebesar 79,8 ± 6,6% (Tabel 1). Pengaruh jenis pengencer, penambahan kuning dan kolesterol terhadap motilitas spermatozoa pada berbagai tahap proses pembuatan semen beku ditampilkan pada Tabel 3. Rataan viabilitas spermatozoa semen segar pada sapi turunan PO Simmental adalah 79,8 ± 6,6%. Tahap pengenceran menyebabkan penurunan viabilitas spermatozoa menjadi 50,3 74,7%. Viabilitas spermatozoa pada tahap pengenceran dipengaruhi secara nyata (P<0,05) oleh jenis pengencer. Viabilitas spermatozoa pada semen menggunakan pengencer air kelapa lebih rendah (62,58%) dibandingkan dengan semen yang menggunakan tris-sitrat (72,25%). Tahap equilibrasi menyebabkan penurunan viabilitas spermatozoa menjadi 61 79,5%. Jenis pengencer berpengaruh secara nyata (P<0,01) terhadap viabilitas spermatozoa. Tabel 3. Pengaruh jenis pengencer, penambahan kuning dan kolesterol terhadap viabilitas spermatozoa pada berbagai tahap proses pembuatan semen beku Bahan pengencer Rataan Tahapan proses Penambahan Air kelapa Tris sitrat penambahan pembuatan semen gliserol Penambahan kuning (%) gliserol 10 20 10 20 Pengenceran 0 66,3±12,6 68,7±11,7 72,5±7,6 71,3±10,0 69,7±2,77 b 0,5 50,3±18,6 65,0±13,1 70,5±7,6 74,7±10,4 65,13±10,65 a Rataan pengencer 62,58±8,33 72,25±1,83 64,9±0,7 (10%) 69,93±4,10 Ekuilibrasi 0 73,0±13,1 61,0±13 79,5±8,6 78,3±5,6 73±8,45 0,5 79,5±14,7 76,3±14,5 69,3±6,3 66,8±13,7 73±6,36 Rataan pengencer 72,5±8,08 73,5±6,37 75,3 (10%) 70,6 (20%) Post thawing 0 24,3±10,1 a 51,3±4,2 bc 61,5±4,5 d 70,5±8,5 e 51,9±20,02 b 0,5 32,3±9,0 b 61,5±4,5 d 53±9,5 c 58,0±9,5 d 51,2±13,07 a Rataan pengencer 42,4±17,06 a 60,8±7,37 b 42,8±17,38 (10%) a 60,3±7,99 (20%) b 53

Viabilitas spermatozoa menggunakan pengencer air kelapa lebih rendah (72,5%) daripada pengencer tris sitrat (73,5%). Tahap thawing menyebabkan penurunan viabilitas spermatozoa menjadi 24,3-70,5%. Viabilitas spermatozoa pada tahap thawing dipengaruhi oleh secara nyata oleh pengencer (P<0,05), gliserol (P<0,05), kuning (P<0,01) dan interaksi antara ke tiga faktor tersebut diatas (P<0,05). Nilai viabilitas spermatozoa pada penelitian ini lebih tinggi dibandingkan dengan nilai motilitas spermatozoa, menurut KOSTAMAN et al., (2000) hal ini merupakan suatu fenomena banyaknya spermatozoa yang hidup tapi tidak motil. Penurunan viabilitas spermatozoa diatas suhu 5 o C disebabkan terjadinya defisit energi dan kerusakan membran sebagai hasil reaksi peroksida dari lemak dan sekitar 30% spermatozoa akan mati selama pembekuan (GOLDMAN et al., 1991) dan spermatozoa yang lolos hidup sangat sensitif terhadap lingkungan dan mempunyai daya hidup yang pendek saat post thawing dan fertilitasnya akan rendah (PARK dan GRAHAM, 1992). Salah satu syarat penting bagi pengencer semen adalah dapat menyediakan makanan sebagai sumber energi bagi spermatozoa. Glukosa adalah sumber energi yang lebih utama dimanfaatkan oleh spermatozoa dibandingkan dengan jenis gula yang lain seperti fruktosa atau sukrosa (VAN TIENHOVEN, 1952 dalam TOELIHERE, 1981). Sediaan sumber energi pada air kelapa berupa karbohidrat adalah sukrosa (SUTARMININGSIH, 1999) sehingga hal ini yang perlu diperhatikan dalam penggunaan air kelapa sebagai pengencer semen beku, mengingat kerusakan sel pada saat pembekuan lebih banyak disebabkan oleh defisit energi (GOLDMAN et al., 1991) dan spermatozoa tidak dapat mensintesa energi serta tidak dapat memperbaiki kerusakan yang terjadi selama penyimpanan maupun pendinginan (HAMMERSTED dan HAY, 1980; HAMMERSTED dan LARDY, 1983; INSKEP dan HAMMERSTED, 1983). Pemberian fosfolipid, gliserol dan kuning telah terbukti dapat meningkatkan viabilitas spermatozoa selama pendinginan dan pembekuan (SITUMORANG, 2003), tetapi hal ini tidak terjadi pada pengencer air kelapa. Pengayaan air kelapa sebagai pengencer dengan menggunakan kuning dan gliserol tidak memberikan pengaruh nyata, meskipun dalam kuning terdapat glukosa yang merupakan sumber energi utama bagi spermatozoa (TOILEHERE, 1981). SITUMORANG et al. (2002) melaporkan bahwa penambahan kolesterol sampai 0,5 mg/ml pada pengencer tris yang mengandung 10% dan 20% kuning tidak menyebabkan peningkatan viabilitas spermatozoa dan bila ditingkatkan menjadi 1 mg/ml menyebabkan penurunan motilitas dan viabilitas spermatozoa. Perhitungan biaya bahan pengencer Biaya produksi pembuatan semen beku masing-masing perlakuan pada penelitian ini ditampilkan pada Tabel 4. Rataan biaya pengencer semen beku menggunakan air kelapa adalah Rp. 265 sedangkan menggunakan tris sitrat adalah Rp. 795, jadi biaya pengencer semen beku menggunakan tris sitrat adalah 3 kali lipat bila menggunakan air kelapa. Efektivitas air kelapa dan tris sitrat pada pembuatan semen beku Penggunaan air kelapa sebagai bahan pengencer pada pembuatan semen beku kurang efektif digunakan meskipun biaya bahannya murah. Kualitas semen beku menggunakan air kelapa menurun pada saat post thawing (mempunyai motilitas 19,8% dan viabilitas spermatozoa hanya 42,4%), sedangkan untuk keberhasilan IB diperlukan motilitas minimal 40% dan viabilitas spermatozoa 60 80% (HEDAH, 1992). KESIMPULAN Pengayaan air kelapa menggunakan gliserol dan kuning belum mampu memperbaiki kualitas semen beku pada sapi potong. Penggunaan air kelapa pada pembuatan semen beku kurang efektif digunakan karena mempunyai kualitas yang jelek terutama sesudah thawing. Perlu dilakukan penelitian pembuatan semen beku menggunakan air kelapa dengan penambahan sumber energi berupa gula sederhana 54

Tabel 4. Biaya produksi pembuatan semen beku pada berbagai perlakuan Penambahan kuning dan kolesterol Jenis pengencer Air kelapa Tris-sitrat Tanpa gliserol + 10% kuning terlur Rp. 249 Rp. 779 0,5 mg/cc gliserol + 20% kuning Rp. 261 Rp. 791 Tanpa gliserol + 10% kuning terlur Rp. 269 Rp. 799 0,5 mg/cc kolesterol + 20% kuning Rp. 281 Rp. 811 Rataan biaya produksi Rp. 265 Rp. 795 DAFTAR PUSTAKA AFFANNDHY, L. 2003. Penambahan cholesterol dan kuning di dalam bahan pengencer Tris sitrat dan air kelapa muda terhadap kualitas semen cair sapi potong. Unpublished. BEARDEN, H.J. and J. FUQUAY. 1984. Applied Animal Reproduction. A Prentice-Hall. Co. Preston. Virginia. GOLDMAN, E.E., J.E. ELLINGTON, F.B. FARREL and R.H. FOOTE. 1991. Use of Fresh and Frozen Thawed Bull Sperm In-Vitro. Theriogenologi 35: 204. HAMMERSTED, R.H., and S.R. HAY. 1980. Effect of Incubation Temperature on Motility and camp Content of Bovine Serum. Archives Biochemistry Biophysiology. 266: 111 123. HAMMERSTED, R.H. and H.A.LARDY. 1983. The effect of substrat cycling on the ATP Yield of sperm glycolysis. J. Biology and Biochemistry. 258: 8759 8768. HEDAH, D. 1992. Peranan Balai Inseminasi Buatan Singosari dalam meningkatkan mutu sapi Madura melalui inseminasi buatan. Pros. Pertemuan dan Pembahasan Hasil Penelitian Seleksi Bibit Sapi Madura. Sub Balai penelitian Ternak. Puslitbangnak. Badan Litbang Pertanian. Grati INSKEEP, P.B. and R.H., HAMMERSTED. 1985. Endogenous metaboilism in response to altered celullar ATP requirements. J. of Cell Physiology. 123: 180 190. KUSUMANINGRUM, D.A., P. SITUMORANG, A.R. SETIOKO, E. TRIWULANINGSIH, T. SUGIARTI, dan R.G. SIANTURI. 2002. Pengaruh jenis dan aras krioprotektan terhadap daya hidup spermatozoa. JITV 7(3). KOSTAMAN, T., I-K. SUTAMA., P. SITUMORANG dan I- G.M. BUDIARSANA. 2000. Pengaruh jenis pengencer dan waktu equilibrasi terhadap kualitas semen beku kambing Peranakan Etawah. Pros. Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Badan Litbang Pertanian. Bogor. MONOARFA. D.B. 1984. Mempelajari pengaruh Penambahan Glukosa pada Pembuatan asam Asetat dari Air Kelapa dengan Menggunakan Kultur Acetobacter. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Malang PARK, J.E. and J.K. GRAHAM. 1992. Effect of Cryopreservation Prosedures on Sperm Membran. Theriogenology 38: 209 222. PARTODIHARDJO, S. 1992. Ilmu Reproduksi Hewan. Cetakan ke-3 Fakultas Kedokteran dan Veteriner. IPB. Mutiara Sumber Wijaya. Jakarta. PUTU, I.G., DIWYANTO, K., SITEPU, P., dan SOEDJANA, T.D. 1997. Ketersediaan dan kebutukan teknologi produksi sapi potong. Pros. Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Badan Litbang Pertanian. Bogor. QOMARIYAH, S, MIHARDJA dan R. IDI. 2001. Pengaruh kombinasi kuning dengan air kelapa terhadap daya tahan hidup dan abnormalitas spermatozoa domba Priangan pada penyimpanan 5 o C. Pros. Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Badan Litbang Pertanian. Bogor. SITUMORANG, P. 2003. The effect of inclusion of exogenous phospholipid in tris diluent containing different level of egg yolk on viability of bull spermatozoa. JITV 7 (3). SITUMORANG, P., A.R. SETIOKO, T. SUGIARTI.,E. TRIWULANINGSIH, D.A. KUSUMANINGRUM, R.G. SIANTURI., I.G. PUTU dan A. LUBIS. 2002. Pengaruh penambahan kolesterol terhadap daya hidup spermatozoa sapi, itik dan entog. Pros. Seminar Nasional Peternakan dan 55

Veteriner. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Badan Litbang Pertanian. Bogor. SUTARMININGSIH, 1999. Peluang Usaha Nata de Coco. Teknologi Pengolahan Pangan. Penebar Swadaya. Jakarta. SUYADI, NURYADI dan M. INSANURROHMAN.1994. Kualitas semen setelah pembekuan dengan Tris sari kacang hijau sebagai pengencer. Pros. Pertemuan Ilmiah pengolahan dan Komunikasi Hasil Penelitian Sapi Perah. Sub Balai Penelitian Ternak Grati. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Badan Litbang Pertanian. Grati, Pasuruan. TOILEHERE, M. R. 1981. Inseminasi Buatan Pada Ternak. Angkasa. Bandung. UMIYASIH, U., L. AFFANDHY., dan D.B. WIJONO. 1999. Pengaruh beberapa bahan pengencer terhadap kualitas spermatozoa. Pros. Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Badan Litbang Pertanian. Bogor. YUSRAN, M.A., L. AFFANDHY dan SUYAMTO. 2001. Pengkajian keragaan, permasalahan dan alternatif solusi program IB sapi potong di Jawa Timur. Pros. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor. DISKUSI Pertanyaan: 1. Apakah fungsi kolesterol pada makalah yang saudara paparkan? 2. Bagaimana analisa ekonomi pada pembuatan semen beku dengan menggunakan air kelapa dan Tris sitrat? Jawaban: 1. Kolesterol dalam penelitian ini berfungsi sebagai agen kimia yang ditambahkan dalam proses pembekuan untuk mengurangi kerusakan mekanik akibat pembekuan. Penggunaan kolesterol dikombinasikan dengan kuning untuk dapat mempertahankan dan melindungi intensitas selubung lipoprotein dan sel spermatozoa dari keadaan penurunan suhu dingin yang tiba-tiba pada saat pembekuan. Rp. 300/6 ml sedangkan tris-sitrat berkisar Rp. 800/6 ml perlu dijelaskan kembali. Hal ini mengingat bahwa harga bahan tris sitrat sangatlah mahal. 2. Biaya bahan Tris sitrat dan air kelapa analisa ekonominya akan dicek kembali oleh penulis. 56