KAJIAN PUSTAKA. Secara etimologi, metode berasal dari kata method yang artinya suatu cara kerja

dokumen-dokumen yang mirip
JURNAL HUBUNGAN PENERAPAN METODE BERCERITA DENGAN KEMAMPUAN MENGUNGKAPKAN BAHASA PADA ANAK USIA DINI. Oleh DWI MARLIAWITA ( )

METODE PENGENALAN BAHASA UNTUK ANAK USIA DINI*

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan media berkomunikasi dengan orang lain. Tercakup semua

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), saat ini sedang mendapat perhatian

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 0486/UI/1992 tentang Taman Kanak-

II. KAJIAN PUSTAKA. dikembangkan. Anak memiliki karakteristik tertentu yang khas dan tidak sama

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang dapat mempengaruhi proses serta hasil pendidikan pada

BAB II LANDASAN TEORI. terampil dan cekatan. Kata mampu mendapat imbuhan ke-an menjadi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah pembinaan yang ditujukan kepada

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Nuraeni, 2014 Meningkatkan kemampuan berbicara melalui Penggunaan media puzzle

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan

BAB I PENDAHULUAN. alamiah untuk beradaptasi dengan lingkungannya, sebagai alat. bersosialisasi, bahasa juga merupakan suatu cara merespon orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas sehingga mampu memajukan dan mengembangkan bangsa atau negara,

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang lain. Usia dini merupakan awal dari pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Erni Nurfauziah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan dasar yang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pengetahuan, nilai, sikap, dan kemampuan terhadap empat

II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Salah satu bidang pengembangan dalam pertumbuhan keterampilan dasar

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan ilmu pengetahuan dari guru dalam proses belajar-mengajar. membimbing dan memfasilitasi siswa dalam kegiatan belajar.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengingat, berpikir, bahasa, sosial emosional dan fisik, sehingga dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membaca dan keterampilan menulis. Anak-akan dituntut untuk dapat berbicara,

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBAHASA MELALUI METODE CERITA BERGAMBAR DI KELOMPOK B TK PERTIWI MOJAYAN I KLATEN TENGAH TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. masa ini sering kali disebut dengan masa keemasan the Golden Age, masa-masa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan bentuk pendidikan

PENTINGNYA PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA ANAK USIA DINI MELALUI METODE BERCAKAP-CAKAP

BAB I PENDAHULUAN. sendiri, orang lain, dan lingkungan anak dalam dunia bermain.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa usia Taman Kanak-kanak (TK) atau masa usia dini merupakan masa

I. PENDAHULUAN. mencerdaskan dan meningkatkan taraf hidup suatu bangsa. Bagi bangsa Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Ia memiliki dunia dan karakteristik sendiri yang jauh berbeda dari orang dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan sikap positif terhadap bahasa Indonesia yang berfungsi sebagai. berbicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek yang

PERANAN METODE BERCERITA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANAK BERBAHASA LISAN DI KELOMPOK B1 TK TUNAS BANGSA DESA SIDERA KABUPATEN SIGI

Santi E. Purnamasari, M.Si., Psikolog UMBY

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Bab ini menyajikan simpulan hasil penelitian tentang penerapan

BAB I PENDAHULUAN. pentingnya kemampuan bahasa bagi kehidupan manusia, tidak terkecuali bagi

PERKEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK PRASEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. lahir sampai dengan usia enam tahun. Pemberian rangsangan pendidikan tersebut

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Berbicara Pengertian Kemampuan Berbicara

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan dengan pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. (2001: 289), bercerita merupakan salah satu bentuk tugas kemampuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hesti Pratiwi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini tumbuh dan berkembang lebih pesat dan fundamental pada awalawal

BAB II PEMBELAJARAN BERBICARA DAN METODE ROLE PLAYING (BERMAIN PERAN) Para ahli mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian berbicara di

2015 PENGGUNAAN METODE SHOW AND TELL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS V SEKOLAH DASAR

2015 PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA SEKOLAH DASAR

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Bahasa adalah suatu sistem simbol untuk berkomunikasi yang meliputi Fonologi (Unit

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai perencanaan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pengetahuan bila anak mengadakan hubungan dengan orang lain. Anak yang

OPTIMALISASI KEMAMPUAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK MELALUI MEDIA GAMBAR DI TK KARTIKA 1-18 AMPLAS. Yenni Nurdin 1) dan Umar Darwis 2) UMN Al Washliyah

BAB I PENDAHULUAN. usia Taman Kanak-kanak memiliki karakteristik yaitu rasa ingin tahu dan antusias

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

K A R M I NIM. A53B111043

BAB I PENDAHULUAN. salah satu faktor hakiki yang membedakan manusia dari makhluk lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. lukisan, dan mimik muka. (Syamsu Yusuf, 2000:118)

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam rangka menghasilkan sumber daya manusia indonesia seutuhnya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia bukan mata pelajaran eksak, namun

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. formal, non-formal dan informal. Pendidikan anak usia dini jalur pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. bidang studi Bahasa dan Sastra Indonesia, pembelajaran keterampilan menyimak

BAB 2 TEKNIK SNOWBALL THROWING DALAM PEMBELAJARAN BERBICARA. Kiranawati (dalam /2007/11/19/snowballthrowing/)

2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI METODE MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. gerakan menjadi ujaran. Anak usia dini biasanya telah mampu. mengembangkan keterampilan berbicara melalui percakapan yang dapat

2014 UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIDATO DENGAN PENERAPAN PENDEKATAN KOMUNIKATIF PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENERAPAN TEKNIK BERCERITA DALAM MENENTUKAN UNSUR INTRINSIK DONGENG SISWA KELAS V SDN 1 SUWAWA KABUPATEN BONE BOLANGO

memperoleh pengetahuan dan keterampilan sehingga timbul adanya suatu

BAB I PENDAHULUAN. apabila ingin memenuhi kebutuhan anak dan memenuhi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. lain dan meningkatkan kemampuan intelektual. Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat yang penting untuk berkomunikasi bagi setiap

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK PADA ANAK USIA DINI 5-6 TAHUN DENGAN METODE BERCERITA MELALUI WAYANG KERTAS DI TK MAKEDONIA

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa tidak hanya berasal dari kata-kata yang dikeluarkan oleh ucapan (vokal)

BAB I PENDAHULUAN. dari orang tua, guru, dan orang dewasa lainya yang ada disekitarnya. Usaha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Taman Kanak-Kanak adalah pendidikan anak usia dini jalur formal

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI ANAK MELALUI METODE BERCAKAP CAKAP PADA KELOMPOK B DI RA NURUL HIKMAH RINGINHARJO SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini merupakan pendidikan yang. diselenggarakan untuk mengembangkan kepribadian, pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan dalam Munthe (2013:1), dalam silabus pada KD 13.1 disebutkan, bahwa salah satu kompetensi yang harus

HUBUNGAN PENGGUNAAN METODE BERCAKAP-CAKAP DENGAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK USIA 4-5 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Maslah

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENCERITAKAN KEMBALI ISI CERITA MELALUI TEKNIK FADING PADA ANAK TK PELITA KECAMATAN SUWAWA KABUPATEN BONE BOLANGO

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi pada fisik maupun non-fisik, merupakan

melakukan hubungan komunikasi dengan orang lain. 11

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan materi agar pembelajaran berlangsung menyenangkan. Pada saat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tia Setiawati, 2013

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA ANAK MELALUI PERMAINAN MAZE KATA DI TAMAN KANAK-KANAK PADANG ARTIKEL

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK MELALUI METODE BERMAIN PERAN USIA 5 6 TAHUN DI TK 011 PERMATAKU MERANGIN KABUPATEN KAMPAR

BAB I PENDAHULUAN. didik (siswa), materi, sumber belajar, media pembelajaran, metode dan lain

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari pengetahuan secara mendasar (Taringan, 2008).

Transkripsi:

8 II. KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Metode Bercerita Secara etimologi, metode berasal dari kata method yang artinya suatu cara kerja yang sistematis untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan dalam mencapai suatu tujuan hal ini dikemukakan oleh Fadillah (2012:161). Metode pembelajaran ialah suatu cara atau sistem yang digunakan dalam pembelajaran yang bertujuan agar anak didik dapat mengetahui, memahami, mempergunakan dan menguasai bahan pelajaran tertentu. Dalam pendidikan penggunaan metode pembelajaran sangat diperlukan, sebab dapat berpengaruh dalam mencapai keberhasilan pembelajaran. Terkait Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), ada beberapa metode yang dapat diterapkan dan digunakan dalam proses pembelajaran. Metode-metode ini sudah disesuaikan dengan kondisi dan karakteristik anak usia dini. Salah satu metode yang dapat digunakan yaitu metode bercerita Bercerita menumbuhkan kemampuan merangkai hubungan sebab akibat dari suatu peristiwa dan memberikan peluang bagi anak untuk belajar menelaah kejadiankejadian disekelilingnya. Berbagai macam cerita, ungkapan berbagai perasaan

9 sesuai dengan apa yang dialami, dirasakan, dilihat berdasarkan pengalaman yang diperoleh. Tarigan (1981:35) menyatakan bahwa cerita merupakan salah satu keterampilan berbicara yang bertujuan untuk memberikan informasi kepada orang lain. Dikatakan demikian karena bercerita termasuk dalam situasi informatif yang ingin membuat pengertian atau makna dengan jelas. Dengan bercerita seseorang dapat menyampaikan suatu informasi kepada orang lain. Tokoh lain berpendapat bercerita adalah sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan atau kejadian dan disampaikan secara lisan dengan tujuan membagikan pengalaman dan pengetahuan kepada orang lain menurut Bachtiar (2005:10). Sedangkan metode bercerita merupakan salah satu pemberian rangsangan pengalaman belajar bagi anak usia dini dengan membawakan cerita secara lisan. Menurut Moeslichatoen (2004:157), bahwa metode bercerita merupakan salah satu pemberian pengalaman belajar bagi anak dengan membawakan cerita kepada anak secara lisan. Cerita yang dibawakanpun harus menarik dan mengundang perhatian tetapi tidak terlepas dari tujuan pembelajaran anak usia dini. Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran di PAUD metode bercerita dilaksanakan dalam upaya memperkenalkan, memberi keterangan, atau penjelasan tentang hal baru dalam rangka menyampaikan pembelajaran yang dapat mengembangkan berbagai aspek pada anak. Pendapat lain dikemukakan oleh Fadlillah (2012:172), metode bercerita ialah metode yang mengisahkan suatu peristiwa atau kejadian kepada peserta didik. Kejadian atau peristiwa tersebut disampaikan melalui tutur kata, ungkapan dan mimik wajah yang unik. Metode bercerita berarti penyampaian cerita dengan cara

10 bertutur yang membedakan antara bercerita dengan metode penyampaian cerita lain adalah lebih menonjol aspek teknis penceritaan lainnya. Berdasarkan hal tersebut maka disimpulkan bahwa metode bercerita adalah salah satu strategi pembelajaran dimana penyampaiannya melalui tutur kata secara lisan dengan menceritakan kisah atau suatu peristiwa dan informasi tanpa meninggalkan tujuan dari pembelajaran tersebut. 1. Tujuan Metode Bercerita Kegiatan bercerita merupakan salah satu cara yang ditempuh guru untuk memberikan pengalaman belajar agar anak memperoleh penguasaan isi cerita yang disampaikan lebih baik. Menurut Moeslichatoen (2004:170) tujuan kegiatan bercerita bagi anak adalah sebagai berikut : a. Memberikan informasi atau menanamkan nilai-nilai sosial, moral dan keagamaan, pemberian informasi tentang lingkungan fisik dan lingkungan sosial. b. Anak menyerap pesan-pesan yang dituturkan melalui kegiatan bercerita. c. Anak mampu mendengarkan dengan seksama terhadap apa yang disampaikan oleh orang lain. d. Anak dapat bertanya apabila tidak memahaminya. e. Anak dapat menjawab pertanyaan. f. Anak dapat menceritakan dan mengekspresikan terhadap apa yang didengarkan dan diceritakannya,sehingga hikmah dari isi cerita dapat dipahami dan lambat laun didengarkan, diperhatikan, dilaksanakan dan diceritakannya pada orang lain. Pendapat lain dikemukakan Abdul Aziz (2002:64), bahwa ada tujuan dari metode bercerita yaitu untuk menghibur anak dan menyenangkan mereka dengan bercerita yang baik, menambah pengetahuan anak. Berdasarkan uraian diatas maka metode bercerita bertujuan untuk melatih anak berkomunikasi dengan baik, mendengarkan apa yang disampaikan dengan

11 seksama, mengerti pesan dari cerita dan mampu menambah wawasan dan pengetahuan secara luas. 2. Fungsi Metode Bercerita Metode bercerita dapat menjadikan suasana belajar menyenangkan dan menggembirakan dengan penuh dorongan dan motivasi sehingga pembelajaran yang disampaikan dapat dengan mudah dipahami oleh anak. Tampubolon (1991:50) menjelaskan bahwa bercerita kepada anak memainkan peranan penting bukan saja dalam menumbuhkan minat dan kebiasaan membaca, tetapi juga dalam mengembangkan bahasa dan pikiran anak. Dengan demikian, fungsi kegiatan bercerita bagi anak usia 4-6 tahun adalah memberikan stimulasi pada aspek perkembangan anak. Pendapat diatas menegaskan bahwa metode bercerita dapat membantu mengoptimalkan kemampuan mengungkapkan bahasa, dengan menambah perbendaharaan kosa kata, kemampuan mengucapkan kata-kata, melatih merangkai kalimat sesuai tahap perkembangannya, dan selanjutnya anak dapat mengekspresikan dirinya. 3. Manfaat Metode Bercerita Metode bercerita dalam kegiatan pengajaran anak di TK mempunyai beberapa manfaat yang dikemukakan oleh Moeslichatoen (2004:168) tujuan pendidikan TK antara lain: a. Dapat memberikan sejumlah pengetahuan sosial, nilai-nilai moral, dan keagamaan. b. Kegiatan bercerita memberikan pengalaman belajar untuk berlatih mendengarkan. c. Anak memperoleh bermacam informasi tentang pengetahuan, nilai dan sikap untuk dihayati dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

12 d. Mengembangkan kemampuan kognitif, afektif maupun psikomotor yang dimiliki oleh anak. e. Melatih anak untuk menjadi pendengar yang kreatif dan kritis, sehingga anak kreatif dalam melakukan pemikiran-pemikiran baru berdasarkan apa yang didengar. f. Kegiatan bercerita dapat memberikan pengalaman belajar yang unik dan menarik, serta dapat menggetarkan perasaan, membangkitkan semangat dan dan menimbulkan keasyikan tersendiri maka kegiatan bercerita memungkinkan mengembangkan dimensi perasaan anak. g. Melatih daya serap anak h. Melatih daya pikir anak i. Melatih daya konsentrasi anak Berdasarkan penjelasan tersebut ada banyak manfaat dari metode bercerita. Maka dari itu metode bercerita dijadikan salah satu referensi dalam pemilihan metode pembelajaran pada anak usia dini, karena banyak nilai positif yang terkandung. 4. Macam-Macam Metode Bercerita Ada beberapa macam teknik bercerita yang dikemukakan oleh Moeslichatoen (2004:158-160) yang dapat dipergunakan antara lain sebagai berikut : a. Membaca langsung dari buku cerita b. Bercerita degan menggunakan ilustrasi gambar dari buku c. Menceritakan dongeng d. Bercerita dengan menggunakan papan flannel e. Bercerita dengan menggunakan media boneka f. Dramatisasi suatu cerita g. Bercerita sambil memainkan jari-jari tangan Berdasarkan penjelasan tokoh tersebut, macam-macam metode bercerita dapat dijadikan salah satu pilihan, sehingga penggunaan metode ini tidak membosankan bagi anak.

13 5. Bentuk-Bentuk Metode Bercerita Penggunaan metode bercerita di Pendidikan anak usia dini dapat disajikan dengan berbagai cara. Media pembelajaran yang digunakan bertujuan untuk mengoptimalkan penyampaian materi pembelajaran. Menurut Surtati dan Rejeki dalam Nurbiana (2009:6.12) media pendidikan dalam pengertian luas adalah semua benda, tindakan atau keadaan yang dengan sengaja diusahakan/diadakan untuk memenuhi kebutuhan anak usia dini dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan sarana adalah merupakan media pendidikan untuk mencapai tujuan yang dimaksud. Salah satu sari sarana tersebut adalah alat peraga atau alat bermain. Oleh karena itu metode bercerita dibagi menjadi 2 bentuk dalam penyajiannya agar anak tidak bosan dalam mendengarkan cerita dan juga lebih bervariatif. Bentuk-bentuk metode bercerita tersebut terbagi dua, yaitu : a. Bercerita tanpa alat peraga Bercerita tanpa alat peraga adalah bentuk cerita yang mengandalkan kemampuan pencerita dengan menggunakan mimik (ekspresi muka), pantomin (gerak tubuh), dan vokal pencerita sehingga yang mendengarkan dapat menghidupkan kembali dalam fantasi dan imajinasinya. b. Bercerita dengan alat peraga Bercerita dengan menggunakan alat peraga adalah bentuk bercerita yang mempergunakan alat peraga bantu untuk menghidupkan cerita. Fungsi alat peraga ini untuk menghidupkan fantasi dan imajenasi anak sehingga terarahsesuai dengan yang diharapkan si pencerita. Bentuk bercerita dengan alat peraga terbagi dua, yaitu alat peraga langsung dan alat peraga tak langsung.

14 Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan bahwa metode bercerita merupakan salah satu metode yang dilakukan dalam menyampaikan informasi, peristiwa atau kejadian secara lisan dengan membawakan cerita kepada anak tanpa meninggalkan tujuan dari pembelajaran tersebut. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam metode bercerita. Cerita yang disampaikan harus dikemas secara menarik sehingga dapat memberi kesempatan anak untuk bertanya dan menanggapi isi dari cerita tersebut. B. Kemampuan Berbahasa Bahasa merupakan alat yang penting untuk berkomunikasi bagi setiap orang. Seorang anak akan mudah mengembangkan kemampuan bergaul (social skill) dengan orang lain melalui komunikasi yang dilakukannya. Penguasaan keterampilan bergaul dalam lingkungan sosial dimulai dengan penguasaan kemampuan berbahasa. Tanpa bahasa seseorang tidak akan dapat berkomunikasi dengan orang lain. Anak dapat mengekspresikan pikirannya menggunakan bahasa, sehingga orang lain dapat menangkap apa yang dipikirkan oleh anak. Melalui bahasa, komunikasi antar anak dapat terjalin dengan baik sehingga anak dapat membangun hubungan. Tidak heran bahasa dianggap sebagai salah satu indikator kesuksesan seorang anak. Anak yang dianggap banyak berbicara, kadang merupakan cerminan anak yang cerdas. Selanjutnya Badudu dalam Nurbiana (2005:1) berpendapat bahwa bahasa adalah alat penghubung atau merupakan komunikasi antar anggota masyarakat yang terdiri dari individu-individu yang menyatakan pikiran, perasaan dan

15 keinginannya. Bahasa dapat dipelajari secara teratur tergantung pada kematangan serta kesempatan belajar yang dimiliki seseorang. Bahasa merupakan alat berkomunikasi dengan orang lain dan kemudian berlangsung dalam suatu interaksi sosial. Belajar bahasa yang sangat krusial terjadi pada anak sebelum enam tahun. Oleh karena itu, Pendidikan anak usia dini merupakan wahana yang sangat penting dalam mengembangkan kemampuan berbahasa pada anak. Dalam mengembangkan kemampuan tersebut hendaknya guru memperhatikan sifat-sifat kegiatan belajar PAUD yang berlangsung dengan cara-cara sederhana, kongkrit, dan kontekstual. Optimalisasi penguasaan kemampuan berbahasa ini tentunya akan sangat didukung dengan metode pembelajaran yang tepat sehingga apa yang diinginkan akan berkembang sesuai dengan perkembangan anak. 1. Kemampuan Berbahasa Anak Usia Dini Salah satu bidang pengembangan dalam pertumbuhan kemampuan dasar di Pendidikan anak usia dini adalah pengembangan bahasa. Dalam Depdiknas (2007:1) dijelaskan bahwa kemampuan berbahasa merupakan salah satu dari bidang pengembangan kemampuan dasar yang disiapkan oleh guru untuk meningkatkan kemampuan dan kreativitas anak sesuai dengan tahap perkembangannya. Bahasa merupakan landasan bagi seorang anak untuk mempelajari hal-hal lain. Sebelum dia belajar pengetahuan-pengetahuan lain, dia perlu menggunakan bahasa agar dapat memahami dengan baik. Anak akan dapat mengembangkan kemampuannya dalam bidang pengucapan bunyi, menulis, membaca yang sangat

16 mendukung kemampuan keaksaraan di tingkat yang lebih tinggi. Pada aspek pengembangan bahasa, kompetensi dan hasil yang diharapkan adalah anak mampu menggunakan bahasa sebagai pemahaman bahasa pasif dan dapat berkomunikasi secara efektif yang bermanfaat untuk berfikir dan belajar dengan baik. Anak usia dini berada dalam fase perkembangan bahasa ekspresif. Hal ini berarti bahwa anak telah dapat mengungkapkan keinginannya, penolakannya, maupun pendapatnya dengan menggunakan bahasa lisan. Pemerolehan bahasa pada anakanak memang merupakan salah satu prestasi manusia yang paling hebat dan sangat menakjubkan, dimana kita bisa mengetahui bagaimana anak-anak berbicara, mengerti dan menggunakan bahasa tetapi sangat sedikit sekali yang kita ketahui adalah bahwa pemerolehan bahasa sangat banyak ditentukan oleh interaksi rumit aspek-aspek kematangan biologis, kognitif dan sosial. Jamaris (2004:27) menjelaskan bahwa pada tahap ini bahasa lisan sudah dapat digunakan anak sebagai alat berkomunikasi. Ada beberapa aspek yang berkaitan dengan perkembangan bahasa pada anak yang meliputi penggunaan kosa kata, sintak (tata bahasa), semantik (penggunaan kata sesuai tujuannya) dan fonem (bunyi kata). Berbahasa mencakup 4 aspek terpisah tetapi saling berhubungan satu sama lain. Karena saling berkaitan, kegagalan menguasai salah satunya akan membahayakan keseluruhan pola berbahasa anak. Berdasarkan pendapat para tokoh maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan berbahasa anak usia dini yaitu bahasa lisan yang digunakan seseorang untuk menyampaikan, mengekspresikan, menyatakan atau mengkomunikasikan keinginan, pikiran, pendapat, penolakan kepada orang lain dengan tujuan lawan

17 bicara dapat mengerti maksud yang disampaikan. Pengembangan bahasa diarahkan agar anak mampu menggunakan dan mengekspresikan pemikirannya dengan menggunakan kata-kata. 2. Tahap Kemampuan Berbahasa Anak Usia Dini Kemampuan bahasa anak tidak saja dipengaruhi oleh perkembangan neurologis tetapi juga oleh perkembangan biologisnya. Ada keterkaitan antara perkembangan biologi dengan kemampuan berbahasa. Lenneberg dalam Yamin,dkk (2013:103) menjelaskan bahwa terdapat beberapa tahap dalam bahasa ekspresif anak yaitu: Ketika bayi, ia bicara dalam bahasa tangis. Pada usia 6 minggu-3 bulan, bayi mulai mengembangkan sistem komunikasinya menjadi cooing (ocehan tanpa arti yang jelas). Babbling, atau keluarnya suara mirip suku kata, tampak pada usia 6-10 bulan. Memasuki usia 1 tahun, anak telah dapat mengucapkan kata pertamanya. Tidak lama setelah itu, mereka mulai menggabungkan dua kata untuk berbicara. Anak usia 2 tahun telah dapat melakukan komunikasi engan kalimat sederhana. Di usianya yang ketiga anak telah mampu menceritakan tentang kejadian pada saat itu. Anak usia 4-6 tahun telah berbicara dan berbahasa seperti layaknya orang dewasa. Pemerolehan bahasa anak dapat dikatakan mempunyai ciri dan khas kesinambungan, memiliki suatu rangkaian kesatuan yang bergerak dari ucapan satu kata sederhana menuju gabungan kata lebih rumit. Dengan demikian, bahasa termasuk hal esensial di dalam perkembangan anak untuk mengoptimalkan potensi dan beradaptasi dengan dunia sekitar. Sedangkan Vygosky dalam Yamin (2010:145), bahwa ada 3 tahap perkembangan bahasa anak yang menentukan tingkat perkembangan berfikir, yaitu tahap eksternal, egosentris dan internal. Tahap eksternal yaitu tahap berfikir anak berasal dari luar dirinya, sumber eksternal tersebut terutama berasal dari orang dewasa yang memberi pengarahan kepada anak dengan cara tertentu. Tahap

18 egosentris merupakan suatu tahap ketika pembicaraan orang dewasa tidak lagi persyaratan, dengan suara khas, anak berbicara seperti jalan pikirannya. Selanjutnya tahap internal adalah suatu tahap ketika anak dapat menghayati proses berfikir. Menurut Steinberg dan Gleason dalam Suhartono (2005: 49) bahwa perkembangan bicara atau bahasa ekspresif anak dibagi menjadi tiga tahap, yaitu: perkembangan pra sekolah, perkembangan kombinatori, dan perkembangan masa sekolah. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut: a. Tahap penamaan bicara pra sekolah, disebut juga dengan perkembangan bicara anak sebelum memasuki masa sekolah, terbagi menjadi tiga, yaitu 1) Tahap penanaman, anak baru mulai mampu mengujarkan urutan bunyi kata tertentu dan ia belum mampu memaknainya. Urutan bunyi yang diucapkannya biasanya terbatas dalam satu kata 2) Tahap telegrafis, anak sudah mulai dapat menyampaikan peran yang diinginkannya dalam bentuk urutan bunyi yang berwujud dua atau tiga kata untuk mengganti kalimat yang berisi maksud tertentu dan ada hubungannya dengan makna. 3) Tahap transformasial, anak mulai berani mentransformasikan idenya kepada orang lain dalam bentuk kalimat yang beragam b. Pekembangan bicara kombinatori, pada tahap ini anak sudah mulai mampu berbicara secara teratur dan terstruktur. Bicara anak dapat dipahami oleh orang lain dan anak sanggup merespon dengan baik positif maupun negatif atas pembicaraan lawan bicaranya.

19 c. Perkembangan bicara masa sekolah, merupakan perkembangan bicara anak sejak memasuki sekolah dasar. Perkembangan bicara ini sudah dapat dibedakan menjadi tiga bidang, yakni struktur bahasa, pemakaian bahasa dan kesadaran metalinguistik. Dengan melihat beberapa tahap perkembangan tersebut, maka anak harus selalu mendapatkan stimulus sesuai dengan tahap perkembangannya, agar kemampuan berbahasa anak dapat memenuhi target yang sesuai dengan usia perkembangannya. Guru juga harus memberikan stimulus berupa pembelajaran yang sesuai dengan tahapan perkembangan anak. 3. Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Berbahasa Anak Usia Dini Bahasa dapat berkembang cepat jika anak memiliki kemampuan dan didukung oleh lingkungan yang baik. kemampuan berbahasa dapat berkembang dengan baik apabila ada faktor yang dapat mendukungnya. Yamin (2010:144) menjelaskan ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan bahasa yaitu : 1. Anak berada di dalam lingkungan yang positif dan bebas dari tekanan. Lingkungan yang positif akan menstimulasi perkembangan bahasa anak. Stimulasi tersebut akan optimal jika anak tidak merasa tertekan. Anak yang mengalami tekanan dapat menghambat kemampuan berbicaranya. 2. Menunjukkan sikap dan minat yang tulus pada anak. Anak usia dini emosinya masih kuat karena itu guru harus menunjukkan minat dan perhatian tinggi kepada anak. Orang dewasa perlu memberikan respon kepada anak yang tulus. 3. Menyampaikan pesan verbal diikuti dengan pesan nonverbal. 4. Dalam bercakap-cakap dengan anak, orang dewasa perlu menunjukkan ekspresi yang sesuai dengan ucapannya. Perlu diikuti dengan gerakan, mimik muka dan intonasi yang sesuai sehingga anak dapat mengetahui dengan jelas apa yang dimaksudkan. 5. Melibatkan anak dalam berkomunikasi. Orang dewasa perlu melibatkan anak untuk ikut membangun komunikasi. Kita menghargai ide-idenya dan memberikan respon yang baik terhadap bahasa anak.

20 Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa dalam kemampuan berbahasa anak usia dini, ada beberapa faktor yang mempengaruhinya. Lingkungan sekitar anak sangat menentukan dalam keberhasilan anak, selain itu komunikasi yang dilakukan anak dengan orang dewasa akan menstimulasi kemampuan berbahasa anak usia dini. 4. Kemampuan Mengungkapkan Bahasa pada Anak Usia Dini Kemampuan berbahasa untuk anak usia dini berdasarkan acuan standar pendidikan anak usia dini yang tercantum pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.58 Tahun 2009, terdapat tiga lingkup perkembangan yaitu menerima bahasa (represif), mengungkapkan bahasa (ekspresif) dan keaksaraan. Anak usia dini berada dalam fase bahasa ekspresif. Hal ini sesuai dengan pendapat Moeslichatoen (2004:55) bahwa bahasa ekspresif adalah kemampuan yang dimiliki anak untuk mengungkapkan apa yang menjadi keinginannya. Anakanak dapat berbicara sesuai dengan aturan-aturan tata bahasa, dapat memahami kosa kata yang didengarkan dalam percakapan yang umum dikenal. Anak-anak belajar berbahasa, sebagaimana mereka memperoleh pengetahuan lainnya, yakni melalui pengalaman. Sejalan dengan pendapat tersebut maka kemampuan mengungkapkan bahasa termasuk kedalam bahasa ekspresif. Pada kemampuan mengungkapkan bahasa ada beberapa tingkat pencapaian perkembangan yang harus dicapai oleh anak yang meliputi mengulang kalimat sederhana, menjawab pertanyaan sederhana,

21 mengungkapkan perasaan dengan kata sifat, menyebutkan kata-kata yang dikenal, mengutarakan pendapat kepada orang lain, menyatakan alasan terhadap sesuatu yang diinginkan atau ketidak setujuan dan menceritakan kembali sesuatu yang diperdengarkan. Standar inilah yang dijadikan tolak ukur keberhasilan anak terhadap kemampuan mengungkapkan bahasa. Dikarenakan keterbatasan waktu dan beberapa faktor lainnya maka dari beberapa tingkat pencapaian perkembangan tersebut penelitian ini memfokuskan pada aspek mengulang kalimat sederhana, menjawab pertanyaan sederhana dan mengutarakan pendapat kepada orang lain. Dengan demikian kemampuan mengungkapkan bahasa sangat berperan penting dalam menyiapkan anak untuk dapat berkomunikasi dengan baik kepada orang disekitarnya maka perlu adanya stimulus yang diberikan agar dapat berkembang secara optimal sesuai tahapan usia anak. Pada kemampuan mengungkapkan bahasa terdapat beberapa hal yang dapat dijadikan landasan dalam mengukur sejauh mana kemampuan yang anak miliki. 5. Karakteristik Kemampuan Mengungkapkan Bahasa Anak Usia Dini Pada bahasa ekspresif terdapat beberapa karakteristik yang harus diketahui sehingga mampu menstimulus kemampuan bahasa ekspresif secara optimal. Menurut Jamaris (2004:29) bahwa terdapat beberapa karateristik dalam kemampuan bahasa ekspresif anak pada usia 4-6 tahun yaitu: a. Terjadi perkembangan yang cepat dalam kemampuan bahasa anak ia telah dapat mengemukakan pendapat kepada orang lain. b. Telah menguasai 90% dari fonem dan sintak bahasa yang digunakan. c. Dapat berpartisipasi dalam suatu percakapan. Anak sudah dapat mendengarkan orang lain berbicara dan menanggapi pembicaraan tersebut. d. Sudah dapat mengucapkan lebih dari 2500 kosa kata.

22 e. Lingkup kosa kata yang diucapkan anak menyangkut: warna, rasa, bau, kecantikan, kecepatan, suhu, perbedaan, perbandingan jarak, permukaan (kasar dan halus). f. Dapat berpartisipasi dalam sebuah percakapan. Anak sudah dapat mendengarkan orang lain, berbicara dan menanggapi pembicaraan tersebut. g. Percakapan yang dilakukan anak usia 4-6 tahun telah menyangkut komentarnya terhadap apa yang dilakukan oleh dirinya sendiri dan orang lain serta apa yang dilihatnya. Karakteristik dalam kemampuan bahasa ekspresif dapat dijadikan landasan untuk mengukur sejauh mana perkembangan yang telah dicapai oleh anak. Sehingga tujuan dari pembelajaran dapat menstimulus kemampuan bahasa ekspresif yang anak miliki secara optimal. Karakteristik dari bahasa ekspresif inilah yang dapat dijadikan sebagai landasan dari kemampuan mengungkapkan bahasa. Dengan kata lain karakteristik kemampuan mengungkapkan bahasa yaitu kemampuan yang memiliki tahap-tahap tersendiri yang saling berkesinambungan antara satu dengan yang lainnya sehingga pengembangan bahasanya sesuai dengan tahapan usia anak. Tahapan tersebut dijadikan landasan dalam upaya menstimulus kemampuan mengungkapkan bahasa. Sehingga stimulus yang diberikan tidak terlepas dari tujuan pembelajaran. 6. Prinsip Pengembangan Kemampuan Mengungkapkan Bahasa Anak Usia Dini Ada beberapa prinsip kemampuan berbahasa yang dapat dijadikan landasan dalam pengembangan kemampuan mengungkapkan bahasa sebagaimana yang disajikan oleh Depdiknas (2001:14), sebagai berikut : 1. Sesuai dengan tema kegiatan dan lingkungan terdekat. 2. Pembelajaran harus berorientasi pada kemampuan yang hendak dicapai sesuai dengan potensi anak. 3. Tumbuh kebebasan dalam mengungkapkan pikiran dan perasaan dikaitkan dengan spontanitas. 4. Diberikan alternatif pikiran dalam mengungkapkan isi hatinya. 5. Komunikasi guru dan anak akrab dan menyenangkan.

23 6. Guru menguasai pengembangan bahasa. 7. Guru bersikap normatif, model, contoh penggunaan bahasa yang baik dan benar. 8. Bahan pembelajaran membantu pengembangan kemampuan dasar anak. 9. Tidak menggunakan huruf satu-satu secara formal. Selanjutnya Vygotsky dalam Santrock (2002:241) menjelaskan bahwa terdapat kaitan antara kognitif dengan bahasa. pada awalnya pikiran dan bahasa berkembang secara terpisah dan tidak saling mempengaruhi. Jadi mula-mula pikiran berkembang tanpa bahasa dan bahasa mula-mula berkembang tanpa pikiran, lalu pada tahap berikutnya keduanya saling bertemu dan bekerjasama serta saling mempengaruhi. Menurut Vygotsky pikiran dan berbahasa berkembang melalui beberapa tahap. Mula-mula anak mengucapkan kata untuk dipahami. Kemudian bergerak ke arah untuk dimengerti. Langkah selanjutnya adalah mampu memisahkan kata-kata yang berarti dan tidak berarti. Sesuai dengan pendapat Vygotsky yang dikutip dalam Jamaris (2004:28) tersebut diatas relevan dengan prinsip zone of proximal yaitu zona yang berkaitan dengan perubahan dari potensi yang dimiliki oleh anak menjadi kemampuan aktual maka prinsip-prinsip pengembangan bahasa anak berupa interaksi anak dengan lingkungan sekitarnya dapat membantu anak memperluas kosa katanya dan memperoleh contoh-contoh dalam menggunakan kosa kata tersebut secara tepat, selanjutnya mengekspresikan kemampuan berbahasa. Ekspresi kemampuan berbahasa anak dapat disalurkan melalui pemberian kesempatan pada anak untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya secara tepat. Dari uraian yang telah dijelaskan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa kemampuan berbahasa adalah bahasa lisan yang digunakan untuk menyampaikan

24 keinginan, pendapat, gagasan, ide, maupun penolakan kepada orang lain sehingga apa yang disampaikan dapat dipahami oleh lawan bicara. Dalam kemampuan berbahasa terdapat 3 lingkup perkembangan salah satunya yaitu kemampuan mengungkapkan bahasa. Kemampuan mengungkapkan bahasa yaitu kemampuan yang dimiliki anak untuk mengungkapkan apa yang menjadi keinginannya. Kemampuan ini digunakan untuk menjalin komunikasi secara lisan dengan baik kepada orang lain. 7. Teori Belajar Bahasa Teori belajar bahasa merupakan penjelasan sistematis tentang fakta belajar sesuai dengan asumsi, penalaran, dan bahan bukti yang diberikan. Konsep belajar tersebut dapat dijadikan landasan dalam proses pembelajaran. Ada beberapa teori belajar yang dapat dikemukakan berkaitan dengan yaitu sebagai berikut : a. Teori Behaviorisme Behaviorisme dikembangkan oleh Ivan Pavlov (1849-1936). Teori ini berangkat dari pemahaman bahwa stimulus yang dilihat juga dapat menyebabkan adanya respons yang dapat dilihat. Stimulus yang bermakna dapat menghasilkan respons yang bermakna pula. untuk memperoleh respons yang bermakna diperlukan kondisi tertentu. Pemberian kondisi tersebut perlu memperhitungkan kesesuaian antara stimulus dengan gambaran pembiasaan yang dihasilkan. Burrhus Frederic Skinner (1904-1990) memperluas psikologi belajar ke dalam teori belajar, bagi nya pemahaman sebagai hasil belajar berlangsung melalui pengamatan dan pemerolehan pengalaman secara langsung. Belajar bahasa merupakan bentuk

25 pemberian tanggapan atas stimulus kebahasaan. Belajar bahasa harus difokuskan pada aspek tertentu yang juga menuntut pemberian tanggapan dan keterampilan. b. Teori Kognitivisme Kognitivisme dalam psikologi Gestal dipelopori oleh Jean Piaget (1896-1980). Dalam wawasan kognitivisme dunia pengalaman dan pengetahuan yang telah ada sebelumnya dimanfaatkan untuk menerima pengetahuan baru. Untuk memperoleh pengetahuan, anak dapat saja tidak harus mengatur dan mengubah skematanya karena sudah ada sehingga pengetahuan dapat dipahami dan terjadilah proses asimilasi. Tetapi tidak menutup kemungkinan, anak harus mengubah dan menyesuaikan skematanya ketika pengetahuan baru datang terjadilah proses akomodasi. Ditinjau dari sudut pandang kognitivisme, belajar juga dapat disikapi sebagai asimilasi dan akomodasi yang bermakna, sehingga dapat menghasilkan pemahaman, penghayatan dan keterampilan. Berdasarkan teori belajar bahasa yang dipaparkan, dalam penelitian ini mengacu pada teori belajar behaviorisme dan kognitivisme. Hal ini dikarenakan melalui penerapan metode bercerita anak mendapatkan pengetahuan baru, pengalaman langsung dan membangun rasa ingin tahu anak yang tinggi terhadap sesuatu sehingga adanya respons yang baik yang membuat kemampuan mengungkapkan bahasa dapat terstimulus.

26 C. Kerangka Berfikir Bahasa merupakan alat komunikasi untuk menyampaikan sesuatu kepada orang lain yang berada di sekelilingnya. Salah satu kemampuan berbahasa yaitu kemampuan mengungkapkan bahasa. Kemampuan mengungkapkan bahasa yang dimaksud meliputi menjawab pertanyaan sederhana yang diberikan, mengungkapkan pendapatnya tentang cerita sehingga nantinya anak dapat mengulangi kembali isi dari cerita yang diperdengarkan. Pada umumnya dalam proses belajar mengajar guru lebih aktif bertindak dalam memberi informasi sedangkan anak hanya menerima informasi dengan cara menyimak dan mendengarkan, sehingga anak cenderung tidak aktif dan merasa bosan. Anak tidak diberi kesempatan dalam mengungkapkan pikiran dan perasaannya, terlihat dari banyaknya anak yang masih malu-malu dalam menjawab pertanyaan. Bahkan ada anak yang hanya diam saja saat diminta untuk bercerita didepan kelas. Sehingga kemampuan mengungkapkan bahasa anak belum berkembang secara optimal. Upaya guru dalam mengembangkan kemampuan mengungkapkan bahasa anak yaitu dengan menciptakan suasana belajar yang kondusif dan komunikatif agar tercipta suasana yang menyenangkan dan mampu mencapai tujuan dalam proses belajar mengajar tersebut. Pemilihan metode pembelajaran harus disesuaikan dengan karakteristik, tujuan pembelajaran dan kebutuhan anak usia dini, untuk itu peran guru sangatlah penting dalam proses pembelajaran. Dari beberapa metode atau kegiatan yang dapat digunakan guru dalam mengembangkan kemampuan mengungkapkan bahasa salah satunya yaitu dengan metode bercerita. Cerita

27 yang dikemas secara menarik dapat memberi kesempatan anak untuk mengungkapkan pikiran dan perasannya dan guru tak lupa melibatkan peran serta anak dalam pembelajaran dengan metode bercerita. Anak yang terlibat secara langsung dapat dilihat dari bagaimana cara anak mendengarkan dengan seksama terhadap apa yang disampaikan oleh orang lain sehingga anak dapat menyimak isi dari cerita, dan kemudian dapat menceritakan kembali isi cerita yang diperdengarkan. Dengan demikian kegiatan bercerita yang dilakukan dalam proses pembelajaran berkaitan dengan indikator pencapaian perkembangan anak yang sesuai dengan tahapan usia. Cerita yang akan disampaikan pun disesuaikan dengan kemampuan mengungkapkan bahasa pada anak usia dini. Sehingga penerapan metode bercerita dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan bahasa pada anak usia 4-5 tahun sesuai dengan standar Pendidikan Anak Usia Dini. Penerapan Metode Bercerita Kemampuan mengungkapkan bahasa pada anak usia 4-5 tahun Gambar 1 Kerangka Berfikir Penelitian D. Hipotesis Ho : Tidak ada hubungan antara penerapan metode bercerita dengan kemampuan mengungkapkan bahasa pada anak usia dini. Ha : Ada hubungan antara penerapan metode bercerita dengan kemampuan mengungkapkan bahasa pada anak usia dini.