GAMBARAN KONSEP DIRI PADA PASIEN YANG MENGALAMI CIDERA TULANG TULANG BELAKANG DI BANGSAL DAHLIA RUMAH SAKIT ORTOPEDI PROF. DR. R. SOEHARSO SURAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
GAMBARAN KONSEP DIRI PADA PASIEN YANG MENGALAMI CIDERA TULANG BELAKANG DI BANGSAL DAHLIA RUMAH SAKIT ORTOPEDI PROF. DR. R. SOEHARSO SURAKARTA

KONSEP DIRI OIeh: Purwanta, S.Kp., M.Kes

Konsep diri, KDK, Sal

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN KONSEP DIRI PADA PASIEN HARGA DIRI RENDAH DI RUMAH SAKIT KHUSUS DAERAH PROV.

GAMBARAN KONSEP DIRI PASIEN POST OP FRAKTUR EKSTREMITAS DI RUANG RAWAT INAP TAHUN 2015

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN PERUBAHAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DENGAN PARALISIS DI RS. ORTHOPEDI PROF. DR. R. SOEHARSO SURAKARTA

PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan dengan orang lain (Stuart & Sundeen, 1998). Potter & Perry. kelemahannya pada seluruh aspek kepribadiannya.

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimental dengan metode diskriptif korelasional dan dengan

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN METODE PENUGASAN DALAM MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL (MPKP) DI RSUD WATES

BAB II KONSEP DASAR. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang utuh untuk kualitas hidup setiap orang dengan menyimak dari segi

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan di zaman global seperti sekarang

BAB III METODE PENELITIAN. yang sedang dilakukan secara obyektif dengan desain penelitian cross sectional

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. S DENGAN GANGGUAN MENARIK DIRI DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP TINGKAT KECEMASAN KEMOTERAPI PADA PASIEN KANKER SERVIKS DI RSUD Dr. MOEWARDI

BAB I PENDAHULUAN. mendekati endemik dan disebutkan bahwa pasien yang mengalami. penyebab utama dari cedera tulang belakang adalah trauma, baik trauma

PENGARUH BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRES PADA PERAWAT PELAKSANA DI RUANG PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT WILLIAM BOOTH SURABAYA

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Harga diri merupakan evaluasi yang dibuat individu dan kebiasaan

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan data berupa angka-angka yang kemudian dianalisa.

TINGKAT KECEMASAN PASIEN PREOPERATIF PADA PEMBEDAHAN SEKSIO SESAREA DI RUANG SRIKANDI RSUD KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Manusia adalah mahkluk biologis, psikologis, sosial,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian tentang persepsi citra tubuh anggota fitness Pesona Merapi

BAB III METODE PENELITIAN. adalah penelitian rancangan Survei Analitik dimana mengetahui hubungan antara

BAB I PENDAHULUAN. berkecepatan tinggi seperti sekarang ini. Selain ltu insidensi trauma

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Metode penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Bermain adalah pekerjaan anak-anak semua usia dan. merupakan kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan, tanpa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. korelasi (Correlation Study), merupakan penelitian atau penelahan

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana. tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain,

Promotif, Vol.4 No.2, April 2015 Hal 86-94

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis multi dimensi yang melanda masyarakat saat. ini telah mengakibatkan tekanan yang berat pada sebagian

SKRIPSI. Diajukan Oleh : PARYANTO J

BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan jumlah penderita gangguan jiwa (Nurdwiyanti,2008),

BAB I PENDAHULUAN. mengalami tindakan invasif seperti pembedahan. Dilaporkan pasien mengalami

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN KONSEP DIRI PADA WANITA PEKERJA SEKSUAL YANG MENGALAMI PENYAKIT MENULAR SEKSUAL

BAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial

BAB II TINJAUAN TEORI. (DepKes, 2000 dalam Direja, 2011). Adapun kerusakan interaksi sosial

LAPORAN PENDAHULUAN (LP) ISOLASI SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain apa adanya dan

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Dalam khususnya Ilmu

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri

GAMBARAN KONSEP DIRI KLIEN DENGAN KANKER LEHER RAHIM DI URJ. ONKOLOGI RSD. DR. SOEGIRI LAMONGAN. Rifai Subagyo

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn. F DENGAN GANGGUAN ISOLASI SOSIAL : MENARIK DIRI DI BANGSAL SRIKANDI RSJD SURAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN. eksprimental yaitu deskriptif korelasional yaitu hubungan antara dua variabel

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan di RS Islam Surakarta, pada tahun 2013 pasien kanker

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui

BAB II TINJAUAN TEORI

TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA DAN KESIAPAN KELUARGA DALAM MERAWAT ANGGOTA KELUARGA YANG MENDERITA STROKE DI DESA KEBAKKRAMAT KARANGANYAR

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa (Mental Disorder) merupakan salah satu dari empat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan adalah Deskriptif korelasional yaitu penelitian yang bermaksud

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang

BAB I PENDAHULUAN. Diperkirakan 80% populasi akan mengalami nyeri punggung bawah pada

BAB III METODA PENELITIAN A. JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN. Rancangan penelitian ini adalah discriptive correlation, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Hakekat pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN DOSEN PEMULA

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN TINGKAT KECEMASAN WANITA PRAMENOPAUSE DI DESA BANGSALSARI KECAMATAN BANGSALSARI JEMBER

BAB II TINJAUAN TEORI. (dalam Setiadi, 2008).Menurut Friedman (2010) keluarga adalah. yang mana antara yang satu dengan yang lain

BAB I PENDAHULUAN. Padahal deteksi dini dan penanganan yang tepat terhadap depresi dapat

BAB III METODE PENELITIAN. secara objektif (Notoatmodjo, 2005). mahasiswa semester akhir Fakultas Psikologi dan Kesehatan.

BAB III METODE PENELITIAN

yang disampaikan perawat dapat diterima dengan baik oleh pasien (Alex, 2010). Sasongko (2010), dalam penelitiannya yang berjudul perbedaan tingkat

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MEKANISME KOPING PENDERITA GASTROENTERITIS KRONIK DI RSUD. DR. HAULUSSY AMBON TAHUN *Dewiyusrianti Lina

IKRIMA RAHMASARI J

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan

INTISARI HUBUNGAN PERAN SERTA KELUARGA PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN PERAWATAN PASCA HOSPITALISASI DI DESA GEDANGAN GROGOL SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akibat gangguan fungsional otak fokal maupun global dengan gejala-gejala yang

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA YANG DILAKUKAN HOME CARE

HUBUNGAN PENGGUNAAN MEKANISME KOPING DENGAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI FRAKTUR FEMUR DI UNIT ORTHOPEDI RSU ISLAM KUSTATI SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. operasi melalui tiga fase yaitu pre operasi, intraoperasi dan post. kerja dan tanggung jawab mendukung keluarga.

BAB 1 PENDAHULUAN. pasien melalui berbagai aspek hidup yaitu biologis, psikologis, sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. motorik maupun sensoris. Di Amerika sekitar 8000 kasus spinal cord injury (SCI)

BAB III METODE PENELITIAN. desain deskriptif korelatif, yaitu mencari hubungan antara variabel bebas

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan cross sectional, yaitu data variabel bebas (caring perawat) dengan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. yang menyeluruh dalam menjalankan fungsi-fungsinya, karena keluarga

TITIN KUSRINI J

Kesimpulan: Terdapat hubungan yang signifkan antara tingkat pengetahuan perawat dengan kepatuhan perawat dalam pelaksanaan SOP pemasangan urin.

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU VERBAL ABUSE ORANG TUA PADA ANAK DI DUSUN KUWON SIDOMULYO BAMBANGLIPURO BANTUL YOGYAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL. A. Gambaran Umum Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. Soeharso Surakarta. pertama (1945 s/d 1971) merintis dari tahun 1946 s/d 1971.

BAB III METODEOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif korelasi

BAB I PENDAHULUAN. menduduki rangking ke 4 jumlah penyandang Diabetes Melitus terbanyak

BAB I PENDAHULUAN. tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan keterbaruan penelitian.

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG GATHOTKOCO RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG.

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN GANGGUAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG SHINTA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. kadar gula darah, dislipidemia, usia, dan pekerjaan (Dinata, dkk., 2015). Angka

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah descriptive correlational yaitu

2025 (Sandra, 2012). Indonesian Renal Registry (IRR) tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. dalam dirinya dan lingkungan luar baik keluarga, kelompok maupun. komunitas, dalam berhubungan dengan lingkungan manusia harus

BAB II TINJAUAN TEORI. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Dari berbagai kasus klien dengan gangguan jiwa yang ada, salah satu

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT KEPDA PASIEN DI RS AISYIYAH BOJONEGORO. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. langsung, kelelahan otot, atau karena kondisi-kondisi tertentu seperti

Transkripsi:

GAMBARAN KONSEP DIRI PADA PASIEN YANG MENGALAMI CIDERA TULANG TULANG BELAKANG DI BANGSAL DAHLIA RUMAH SAKIT ORTOPEDI PROF. DR. R. SOEHARSO SURAKARTA Daryanti, Mawardi & Supardi 1 Peningkatan angka kecelakaan dapat menyebabkan trauma yang mendekati bentuk endemik. Pasien dengan kecelakaan yang berat dapat diikuti dengan trauma multi organ diantaranya cidera tulang belakang. Seseorang dengan cidera tulang belakang akan memasuki dunia baru, dimana muncul masalah yang kompleks baik fisik maupun psikologis. Orang yang mengalami psikologi shock akan terjadi gangguan dalam tingkah laku, suasana hati pikiran dan kognitif, hal ini akan mempengaruhi konsep dirinya. Masalah lain yang berpengaruh terhadap konsep dirinya yaitu adanya kelumpuhan baik tetraplegi, para plegi dan klinikal syndrome. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran diri, ideal diri, harga diri, identitas diri, penampilan peran serta gangguan konsep diri yang paling menonjol dialami oleh pasien cidera tulang belakang. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional dan jenisnya deskriptif yang dilaksanakan pada pasien cidera tulang belakang di Bangsal Dahlia Rumah Sakit Ortopedi Prof. DR. R. Soeharso Surakarta. Alat ukur yang digunakan adalah yang sudah pernah digunakan oleh peneliti sebelumnya yaitu Imron (2000) dalam peneliti ini dimodifikasi menjadi favorable dan

unfavorable, jumlah 46 butir soal, jawaban diberi skor dengan skala Linkert, kemudian dikategorikan jelek, kurang, cukup dan baik menurut Sugiono. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa sebagian besar pasien dengan gambaran diri yang kurang (47%), kategori yang jelek dan baik dengan prosentase yang sama untuk ideal diri (37%), sebagian besar harga dirinya cukup (47%) dan baik (40%), identitas diri pasien cukup (33%) dan baik (57%) serta prosentase yang sama yaitu 33% untuk penampilan peran pasien cukup dan baik. Gangguan konsep diri yang paling banyak dialami oleh pasien adalah gambaran diri. Gambaran secara umum adalah cukup positif berada dalam rentang adaptif. Sebagai saran agar adanya komunikasi yang baik dari berbagai pihak, saling menghargai, memberikan peran yang sesuai sehingga stressor yang ada tidak menjadi faktor predisposisi dan presipitasi yang dapat mempengaruhi konsep dirinya. Kata kunci : Konsep diri, cidera tulang belakang I. LATAR BELAKANG Peningkatan angka kecelakaan dapat menyebabkan trauma mendekati endemik dan disebutkan bahwa pasien yang mengalami kecelakaan berat sebagian besar mendapat trauma kapitis dan ikuti oleh trauma organ lain diantaranya trauma thorak, trauma abdomen, trauma genitourianria, trauma tulang belakang, trauma sendi dan trauma tulang lainnya ( Aston, 1996 ).

Hamilton ( 1992 ) menyebutkan bahwa penyebab utama dari cidera tulang belakang adalah trauma, baik trauma kecelakaan lalulintas maupun trauma olahraga. Manifestasi yang muncul tergantung dari luas dan lokasi terjadinya kerusakan pada tulang belakang. Cidera tulang belakang adalah terjadinya kerusakan di tulang belakang baik bagian vertebra servikal, vertebra toraka, vertebra lumbal, sacrum dan coccygeus ( Michael, 1998 ) Akibat dari cidera ada dua yaitu akibat langsung dimana terjadi gangguan fisik dan akibat tak langsung yaitu Shock psikologi dimana orang mengalami cacat yang tiba tiba dan tergantung dalam pemenuhan kebutuhan sehari hari ( Bromley, 1985 ) Orang yang mengalami psikologo shock akan terjadi gangguan dalam tingkah laku, suasana hati, pikiran, dan kognitif. Dimana hal tersebut mempengaruhi dalam penilaian terhadap diri sendiri atau penilaian terhadap konsep diri ( Michael, 1998 ) Berdasarkan studi pendahuluan di Bangsal Dahlia Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta di dapatka data dari buku pasien bahwa terdapat pasien dengan gangguan pada tulang belakang yaitu tahun 2001 jumlah pasien 255 orang, tahun 2002 jumlah pasien 301 orang dan tahun 2003 bulan Januari sampai April sebanyak 89 orang. Masalah kompleks yang muncul pada pasien dengan cidera tulang belakang yang dapat berpengaruh terhadap konsep dirinya diantaranya yaitu : terjadinya kelumpuhan baik tetraplegi atau kuadriplegi dan

paraplegi serta clinical syndrome. Terjadi juga disfungsi bebagai organ dianitaranya organ organ pencernaan, organ perkemihan, disfungsi seksual dan masalah masalah lain yang timbul brdasar dari tempat dan luas terjadinya kerusakan tulang belakang ( Hamilton, 1992 ). Data lain yang di dapat penulis adalah hasil penelitian yang dilakukan oleh kristyawati (2000) di dapatkan bahwa 50% pasien cidera tulang belakang mengalami depresi yang lama dan 50 % lagi mengalami depresi yang lebih singkat. II. METODE PENELITIAN Jenis penilitian ini adalah deskriptif dengan metode cross sectional. Metode cross sectional bertujuan untuk mendapatkan gambaran umum dari suatu fenomena tertentu (Arikunto, 1998). Sampel dalam penelitian ini adalah pasien yang menderita cidera tulang belakang yang sedang mengalami program pengobatan perawatan di bangsal Dahlia Rumah Sakit Ortopedi Prof.Dr.R.Suharso Surakarta selama bulan agustus sampai September 2003. Metode pengambilan sampel dengan teknik Purposive Sampling dengan pertimbangan tertentu yang di buat oleh peneliti sendiri (Notoatmojo, 2002). Dalam hal ini peneliti membuat kriteria inklusi untuk sampel yang akan diambil adalah sebagai berikut : 1. Bersedia menjadi responden 2. Pasien mengalami cidera tulang belakang yang termasuk kuadriplegi 3. Bisa berkomunikasi atau berbicara dengan baik

4. Tingkat pendidikan minimal sekolah dasar Alat ukur yang digunakan adalah alat ukur yang pernah digunakan oleh peneliti sebelumnya yaitu Imron (2000) untuk meneliti konsep diri pasien fraktur ekstremitas bawah bentuk pertanyaaan dengan 8 butir pertanyaan untuk konsep diri dan 10 butir pertanyaan yang telah di bakukan oleh Rosenberg (Anwar, 2003) dimana dalam penelitian telah dimodifikasi menjadi 46 butir pertanyaan favorable dan unfavorable yaitu 10 pertanyaan untuk gambaran diri, 8 pertanyaan untuk ideal diri, 19 pertanyaan untuk komponen harga diri, 5 pertanyaan untuk identitas diri dan 4 pertanyaan untuk komponen peran diri. Pengolahan data menggunakan nilai mean yang merupakan rangkaian uji validitas dan reabilitas dengan menggunakan rumus mean oleh Suharyanto (2000). Untuk mengetahui bagaimana keadaaan tip komponen konsep diri pasien maka peneliti menentukan nilia menurut Sugiyono (1999) yaitu apabila mendapat rerata : 1 s.d 1,75 = jelek 1,76 s.d 2,50 = kurang 2,51 s.d 3,25 = cukup 3,26 s.d 4,00 = baik

III. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran konsep diri pasien dilihat dari 5 komponen nya adalah sebagai berikut : Tabel 1 Distribusi konsep diri berdasar lima komponen No Komponen Konsep Diri Nilai Rerata 1. 2. 3. 4. 5. Gambaran diri Idela diri Harga diri Identitas diri Penampilan peran Jumlah Rerata 2,53 2,85 2,47 3,4 2,97 14,22 2,84 Berdasarkan tabel diatas rerata dari konsep diri adalah 2,84. Sesuai dengan kategori yang ditentukan oleh Sugiyono (1999), maka gambaran konsep diri pasien cidera tulang belakang yaitu berada dalam rentang cukup positif. Dalam rentang respon individu terhada konsep diri kategori cukup positif berada dalam respon adaptif. Sesuai dengan Stuart dan Sundeen (1988) bahwa konsep diri yang positif adalah kemampuan individu untuk berfungsi lebih efektif yang dilihat dari pengusaaan lingkungan yang mempengaruhi.

Tabel 2 Distribusi Responden Berdasar Gambaran Diri Pasien No Kategori F Persentase 1. Jelek 4 13 2. Kurang 14 47 3. Cukup 6 20 4. Baik 6 20 Jumlah 30 100 Berdasarkan tabel di atas persentase terbesar gambaran diri pasien adalah kurang. Gambaran diri berkaitan erat dengan tipe kepribadian, tergantung dari bagian tubuh yang nyata. Secara umum seseorang tidak dapat beradaptaasi dengan cepat apabila terdapat perubahan fisik sdari tubuhnya. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi gambaran diri adalah perubahan struktur dan fungsi tubuh dan proses tumbuh kembang yang tidak sempurna (Achiryani, 1998). Tabel 2 Distribusi Responden Berdasar Ideal Diri Pasien No Kategori F Persentase 1. Jelek 1 4

2. Kurang 11 37 3. Cukup 7 23 4. Baik 11 37 Jumlah 30 100 Berdasarkan tabel di atas ideal diri pasien sebagian besar (37%) kurang dan sebagian (37%) adalah baik. Ideal diri kurang diinterprestasikan pasien berperilaku tidak sesuai standard dan ideal baik dapat diinterprestasikan pasien berperilaku sesuai dengan standar, cita-cita atau nilai yang diharapkan. Ideal diri yang ditetapkan tidak lebih tinggi dari kemampuan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi ideal diri (Keliat, 1999) yaitu kecenderungan individu menetapkan ideal diri pada batas kemampuannya, kebudayaan, norma masyarakat serta ambisi dan keinginan untuk melebihi dan berhasil, kebutuhan yang realitas, kebutuhan untuk menghindari kegagalan, perasaan cemas dan rendah diri. Tabel 3 Distribusi Responden Berdasar Harga Diri Pasien No Kategori F Persentase 1. Jelek 1 3 2. Kurang 3 10 3. Cukup 14 47 4. Baik 12 40

jumlah 30 100 Berdasar tabel di atas dapat diketahui sebagian besar pasien mempunyai harga diri yang cukup, yaitu pasien sudah cukup bisa menerima diri sendiri, merasa berharga dan dihargai oleh orang lain. Ada empat elemen yang berperan untuk meningkatkan harga diri (Stanwyck cit Oliver, 1995), yaitu pengertian dari orang lain, peran sosial yang diharapkan,perkembangan krisis psikologi dan komunikasi dalam bentuk koping. Faktor predisposisi yangf mempengaruhi harga diri (Achiryani, 1998) yaitu penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan yang berulang kali, kurang memiliki tanggung jawab personal dan ketergantungan pada orang lain. Ada beberapa stressor yang memp[engaruhi harga diri di antaranya hilangnya bagia tubuh, tindakan operasi, proses patologi penyakit, perubahan fungsi dan struktur tubuh, proses tumbuh kembang prosedur tindakan dan pengobatan. Tabel 4 Distribusi Responden Berdasar Identitas Diri Pasien No Kategori F Persentase 1. Jelek 0 0 2. Kurang 3 10 3. Cukup 10 33 4. Baik 17 57 Jumlah 30 100

Berdasar tabel di atas diketahui identitas diri pasien 57% berada dalam kategori baik, sehingga dapat diinterprestasikan bahwa pasien dapat mengenal dirinya sendiri. Dengan baik saebagai organisme yang utuh dan terpisah dari orang lain, mempunyai tujuan yang bernilai dan dapat di realiasasikan. Sesuai dengan yang di sampaikan oleh Meier (cit Stuart dan Sundeen, 1998) yang mengklaswifikasikan lima ciri identitas diri yaitu mengenal diri swndiri sebagai orgaanisme yang utuh dan terpisah dari orang lain, mengakui jenis kelamin sendiri, memandand semua aspek dalam dirinya sebagai suatu keselarasan nilai diri sendiri sesuai dengan nilai masyarakat dan mempunyai tujuan yang bernilai dan dapat direalisasikan. Tabel 5 Distribusi Responden Berdasar Penampilan Peran Pasien No Kategori F Persentase 1. Jelek 1 4 2. Kurang 9 30 3. Cukup 10 33 4. Baik 10 33 Jumlah 30 100 Berdasar tabel di atas 33% penampilan peran pasien cukup, dimana dapat diinterprestasikan pasien cukup baik dalam menjalankan perannya tidak ada

konflik peran dan peran yang diberikan sesuai dengan kondisinya saat ini. Sedangkan 33% penampilan peran pasien baik, dimana dapat di interprestasikan peran yang dilaksanakn klien sesuai dan dapat dilaksanakan dengan baik. Sesuai dengan yang di sebutkan Beck cit Keliat (1999) bahwa peran adalah pola, sikap, perilaku, nilai dan tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi individu dalam menyesuaikan diri dalam perannya, diantaranya kejelasan perilaku dan pengetahuan yang sesuai peran, konsistensi respon yang berarti terhadap peran yang dilakukan, kesesuaian dan keseimbangan antar peran yang diemban, keselaran budaya dan harapan individu terhadap perilaku peran dan pemisahan situasi yang akan menciptakan ketidaksesuaian peran. Berdasarkan hasil distribusi komponen konsep diri di atas maka untuk mengetahui gangguan konsep kompenen diri yang paling banyak dialami pasien yaitu dengan melihat jumlah pasien dan persentase tiap hasil distribusi komponen konsep diri yang berada pada kategori jelek dan kurang. Sehingga dapat diinterprestasikan bahwa gangguan komponen konsep diri yang paling banyak doialami pasien yaitu gambaran diri dengan 18 pasien (60%) yang berada dalam kategori jelek dan kurang.

IV. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan 1. Sebagian besar pasien patah tulang belum bisa menerima 2. Didapatkan persentase yang sama antara pasien yang berperilaku tidak sesuai standart dengan pasien yang berperilaku sesuai standar, cita-cita atau nilai yang ingin dicapai. 3. Sebagian pasien sudah menerima keadaannya, merasa berharga dan dihargai oleh orang lain. 4. Sebagian pasien sudah menerima diri sendiri dengan baik sebagai organisme yang utuh, terp[isah dari orang lain mempunyai tujuan yang bernilai dan dapat direalisasikan. 5. Sebagian pasien sudah cukup baik menjalankan perannya, tidak ada konflik peran serta peran yang diberikan sesuai. 6. Gangguan komponen konsep diri yang paling banyak dialami oleh pasien adalah gambaran diri. Dimana didapatkan hasil 47% pasien berada dalam gambaran diri kurang dan jelej. 7. Secara umum gambaran konsep diri pasien cukup positif dimana dalam rentang respon berada dalam rentang respon adaptif. B. Saran Perlu adanya komunikasi yang baik dari berbagai pihak, saling menghargai memberikan peran yang sesuai pada pasien

cidera tulang belakang sehingga stressor yang ada tidak menjadi faktor predisposisi dan presipitasi yang dapat mempengaruhi pasien dalam memandang dirinya sendiri secara utuh baik fisik, emosi, intelektual, sosial dan spiritual. DAFTAR PUSTAKA: Achir Yani, S. 1998, Buku Saku : Keperawatan Jiwa. Edisi 3 EGC. Jakarta Aston, J.N, 1996, Kapita Selekta Traumatologik dan Ortopedik, Edisi ketiga, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Azwar, S.MA. 2003, Penyusunan Skala Psikologi, Cetakan ke empat, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Imron, Suryadi, 2000, Konsep Diri Pasien dengan Fraktur Ekstrimitas Bawah di Ruang rawat Inap Anggrek dan Bougenvile RSOP Surakarta, Laporan Penelitian tidak dipublikasikan, UGM, Yogyakarta. Keliat, 1992, Gangguan Konsep Diri, EGC, Jakarta. Stuart dan Sundeen, 1998, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi Tiga, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta