PENGARUH JUMLAH BUAH DAN PANGKAS PUCUK (TOPING) TERHADAP KUALITAS BUAH PADA BUDIDAYA MELON (Cucumis melo L.) DENGAN SISTEM HIDROPONIK Oleh : Anna Yuda Norma Sari A34304034 PROGRAM STUDI HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
PENGARUH JUMLAH BUAH DAN PANGKAS PUCUK (TOPING) TERHADAP KUALITAS BUAH PADA BUDIDAYA MELON (Cucumis melo L.) DENGAN SISTEM HIDROPONIK Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Oleh : Anna Yuda Norma Sari A34304034 PROGRAM STUDI HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
RINGKASAN ANNA YUDA NORMA SARI. Pengaruh Jumlah Buah dan Pangkas Pucuk (Toping) terhadap Kualitas Buah pada Budidaya Melon (Cucumis melo l.) dengan Sistem Hidroponik. Dibimbing oleh ANAS D. SUSILA. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh jumlah buah per tanaman dan pangkas pucuk (toping) terhadap kualitas buah tanaman melon yang dilaksanakan di rumah kaca Unit Lapangan Cikabayan, University Farm, Institut Pertanian Bogor pada bulan Maret sampai Juni 2008. Penelitian ini menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak Faktorial (RKLT Faktorial) dengan faktor pertama yaitu jumlah buah per tanaman (1 buah, 2 buah) dan faktor kedua yaitu pangkas pucuk (toping, tanpa toping). Pengelompokkan berdasarkan letak media tanam dalam rumah kaca, yaitu 4 baris sebagai ulangan sehingga terdapat 16 satuan penelitian. Tiap satuan penelitian terdapat 8 polibag. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan jumlah buah berpengaruh nyata pada pertumbuhan buah pada umur 9 MST sampai 11 MST dan variabel kuantitatif (kecuali pada tebal kulit buah). Pada perlakuan 1 buah per tanaman kualitas buah lebih baik dibandingkan pada perlakuan 2 buah per tanaman. Perlakuan 1 buah per tanaman menghasilkan panjang, lingkar dan diameter buah pada umur 9 MST sampai 11 MST lebih tinggi dibandingkan pada perlakuan 2 buah per tanaman. Pada perlakuan 1 buah per tanaman menghasilkan bobot perbuah (686.63 gram), kekerasan kulit buah (12.53 mm/kg/5 s), padatan terlarut total (11.07 Brix), tebal daging buah (22.90 mm), panjang buah (132.52 mm), lingkar buah (31.27 cm) dan diameter buah (96.39 mm). Perlakuan toping menunjukkan pengaruh yang tidak nyata pada pertumbuhan buah pada umur 9 MST sampai 11 MST (panjang buah, lingkar buah dan diameter buah) dan variabel kuantitatif saat panen (bobot per buah, kekerasan kulit buah, padatan terlarut total, tebal daging buah, tebal kulit buah, panjang buah, lingkar buah, diameter buah). Interaksi antar perlakuan jumlah buah per tanaman dan toping menunjukkan pengaruh yang tidak nyata pada pertumbuhan buah pada umur 9 MST sampai 11 MST dan variabel kuantitatif saat panen.
LEMBAR PENGESAHAN Judul Nama NRP : PENGARUH JUMLAH BUAH DAN PANGKAS PUCUK (TOPING) TERHADAP KUALITAS BUAH PADA BUDIDAYA MELON (Cucumis melo L.) DENGAN SISTEM HIDROPONIK : Anna Yuda Norma Sari : A34304034 Menyetujui, Dosen Pembimbing Dr Ir Anas D. Susila, M. Si NIP : 131 669 950 Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian Prof Dr Ir Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019 Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Pacitan, Propinsi Jawa Timur pada tanggal 15 Februari 1986 dengan nama ANNA YUDA NORMA SARI. Penulis merupakan anak pertama dari H. Dawamuri, SH. MM dan Hj. Siti Juwariah. Penulis menyelesaikan pendidikan dasarnya di SDN Baleharjo II Pacitan pada tahun 1998, tamat SLTP I Pacitan pada tahun 2001 dan tamat SMU I Pacitan pada tahun 2004. Tahun 2004 penulis diterima di IPB melalui jalur USMI sebagai mahasiswa Progaram Studi Hortikultura, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian. Dari tahun 2004 hingga 2008 penulis aktif di berbagai organisasi kemahasiswaan. Tahun 2005/2006 sebagai staf Divisi Sumberdaya Manusia di HIMAGRON (Himpunan Mahasiswa Agronomi) Faperta IPB, tahun 2006 sebagai ketua Gelar Olah Raga dan Seni 2006 Departemen AGH (Agronomi dan Hortikultura) Faperta IPB. Tahun 2005/2006 sebagai staf Departemen Potensi Sumberdaya Manusia di UKM UKF (Unit Kegiatan Mahasiswa Uni Konservasi Fauna) IPB. Selanjutnya tahun 2006/2007 sabagai sekretaris 2 UKM UKF IPB. Tahun 2008, penulis berkesempatan menjadi asisten praktikum mata kuliah Dasar-dasar Hortikultura.
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayahnya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengaruh Jumlah Buah dan Pangkas Pucuk (Toping) terhadap Kualitas Buah pada Budidaya Melon (Cucumis melo L.) dengan Sistem Hidroponik. Skripsi ini merupakan bagian dari tugas akhir sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Pertanian dari Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui pengaruh jumlah buah per tanaman dan pangkas pucuk (toping) terhadap kualitas buah tanaman melon. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret hingga Juni 2008 di rumah kaca Unit Lapangan Cikabayan, University Farm, Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Dr Ir Anas D. Susila, M. Si, yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama kegiatan penelitian hingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. 2. Dr Ir Winarso D. Widodo, M. S dan Dr Ir Darda Efendi, M. Si, selaku dosen penguji atas bantuan saran dan masukannya dalam perbaikan skripsi ini. 3. Prof. Dr Ir Slamet Susanto, MSc sebagai dosen pembimbing akademik selama penulis menempuh perkuliahan di IPB. 4. Seluruh staf dan karyawan Unit Lapangan Cikabayan, University Farm, Institut Pertanian Bogor atas segala fasilitas dan bantuan yang diberikan selama penulis melakukan penelitian. 5. Bapak, Ibu dan adik, terimakasih atas doa yang tak pernah berhenti, cinta yang tak pernah habis dan semangat juang mendapatkan impian. 6. Anita, Novi dan Prima teman seperjuangan selama penelitian serta hortifamily angkt. 41 atas persahabatannya selama ini, terimakasih. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya. Bogor, Februari 2009 Penulis
PENDAHULUAN Latar Belakang Melon (Cucumis melo L.) merupakan salah satu buah yang dikonsumsi segar. Pada perusahaan makanan dan minuman, melon digunakan sebagai bahan penyedap rasa dan memberikan aroma yang khas pada produk seperti sirup, permen dan sabun. Pada tahun 2005 produksi melon di Indonesia meningkat dari 58 440 ton menjadi 59 814 ton pada tahun 2007 (Direktorat Jenderal Hortikultura, 2009). Menurut Dinas Pertanian Propinsi DIY (2009) konsumsi buah melon akan mencapai 1.34 1.50 kg/kapita/tahun pada tahun 2005 2008. Oleh karena itu, diperlukan buah melon dengan kualitas yang baik. Kualitas buah melon ditentukan oleh rasa manis (kandungan gula), tekstur daging buah, aroma daging buah dan penampakan buah (bentuk buah, bobot buah dan netting bagi varietas yang memiliki net) (Harjadi, 1989). Pencapaian kualitas buah yang baik dapat dilakukan dengan mengoptimalkan lingkungan tumbuh, seperti penggunaan sistem hidroponik. Sistem hidroponik merupakan teknologi budidaya tanaman tanpa tanah dengan pemberian larutan hara yang dibutuhkan tanaman (Jones, 1930). Sistem hidroponik tersebut dapat mengontrol kebutuhan hara tanaman sehingga kualitas buah yang dihasilkan optimal. Selain sistem hidroponik, penjarangan buah dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas buah. Kualitas buah pada tanaman yang diberi perlakuan penjarangan buah lebih baik dibandingkan tanaman yang tidak diberi perlakuan penjarangan buah (Poerwanto, 2003). Penjarangan buah dilakukan dengan mengurangi jumlah buah per tanaman sehingga kompetisi dalam memperoleh fotosintat antar buah menjadi rendah. Budidaya melon hidroponik di rumah kaca memerlukan pemeliharaan khusus, salah satunya adalah dengan perlakuan pangkas pucuk. Pangkas pucuk dilakukan karena tinggi tanaman melon dibatasi oleh tinggi rumah kaca. Pangkas pucuk dapat dilakukan dengan memangkas batang utama setelah buah terpilih. Perlakuan tersebut kemungkina dapat mempengaruhi kualitas buah melon karena buah memperoleh asilmilat lebih banyak dibandingkan organ tanaman yang lain.
Rendahnya tingkat persaingan antar buah dalam memperoleh suplai makanan disebabkan oleh perlakuan jumlah buah, sedangkan perlakuan pangkas pucuk menyebabkan distribusi asimilat lebih diarahkan untuk perkembangan buah daripada perkembangan vegetatif. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh penjarangan buah dan pangkas pucuk terhadap kualitas buah. Apabila pangkas pucuk tidak mempengaruhi kualitas buah, maka teknik ini dapat direkomendasikan pada budidaya melon dalam rumah kaca. Tujuan Mengetahui pengaruh jumlah buah per tanaman dan pangkas pucuk (toping) terhadap kualitas buah tanaman melon. Hipotesis 1. Terdapat pengaruh jumlah buah per tanaman terhadap kualitas buah, satu buah per tanaman memilki kualitas buah lebih baik dibanding dua buah per tanaman. 2. Terdapat pengaruh pangkas pucuk (toping) terhadap kualitas buah, kualitas buah lebih baik pada perlakuan toping dibanding tanaman yang tanpa toping. 3. Terdapat pengaruh interaksi antara jumlah buah per tanaman dengan pangkas pucuk (toping) terhadap kualitas buah.
TINJAUAN PUSTAKA Botani Melon (Cucumis melo L.) Melon (Cucumis melo L.) tergolong ordo Cucurbitales suku Cucurbitaceae genus Cucumis (Tjitrosoepomo, 2004). Rubatzky dan Yamaguchi (1999) menyatakan bahwa tanaman melon merupakan tanaman semusim (annual), herbacious, batang berbentuk segi lima tumpul dengan panjang 1,5 m 3 m, berbulu, bersulur tunggal, sebagian besar kultivar merambat dan lunak. Daun melon berbentuk bulat bersudut dengan diameter 8 cm 15 cm, memiliki 5 7 lekukan yang dangkal dan permukaan daunnya berbulu. Sistem perakaran termasuk akar tunggang dengan ujung akar yang mampu menembus tanah sedalam 1 m (Siemonsma dan Piluek, 1994). Ashari (2006) menyatakan bahwa tanaman melon bersifat polimorfik, yang memiliki bunga jantan, betina atau hermafrodit. Sistem pembungaan pada tanaman melon termasuk monoecious (berumah satu atau berkelamin tunggal) atau andromonoecious (satu tanaman menghasilkan bunga jantan dan hermafrodit). Siemonsma dan Piluek (1994) menyatakan bahwa bunga jantan terbentuk pada ketiak daun, sedangkan bunga hermafrodit tumbuh pada cabang lateral. Menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1999), melon termasuk dalam buah pepo, yaitu pada biji terdapat lapisan tipis yang menyelimutinya (lendir). Lendir tersebut terasa manis, kenyal dan tidak banyak mengandung air. Buah melon menghasilkan biji dalam jumlah yang banyak (300-500 biji), berwarna putih atau kusam, berbentuk elips dan licin. Panjang biji berkisar dari 5 15 mm, rata rata sekitar 30 biji per buah dengan bobot 1 gram per biji. Bentuk buah bervariasi antara bulat, bulat lonjong atau silindris. Bobot buah rata rata 0,4 2,0 kg/buah. Siemonsma dan Piluek (1994) menyatakan bahwa warna daging buah berkisar antara jingga, merah muda, kuning, hijau, putih sampai putih kehijauan. Buah yang telah masak berubah warna, mengeluarkan aroma harum dan buah terasa lebih lunak. Paje dan van der Vossen (1994) menyatakan bahwa melon merupakan tanaman hortikultura yang dapat digunakan sebagai buah segar (sweet melon) dan sebagai sayuran. Jenis melon yang digunakan sebagai buah segar seperti,
Cantalupensis (Cantaloupe Melon), Inodorus (Winter Melon), Oriental Sweet Melon dan Chinese Hami. Sedangkan jenis melon yang digunakan sebagai sayuran seperti, Flexuous (Snake Melon), Conomon (Oriental Pickling Melon) Chito (Garden Melon) dan Dudaim (Pomegranate Melon). Syarat Tumbuh Melon Tanaman melon dapat tumbuh pada daerah tropik dan subtropik. Menurut Tjahjadi (1987), tanaman melon dapat ditumbuh pada ketinggian diatas 300 m dpl. Whitaker dan Davis (1962) menyatakan bahwa tanaman melon memerlukan curah hujan antara 2.000 3.000 mm/tahun). Suhu optimum untuk pertumbuhan rata rata berkisar antara 18 0 C 28 0 C, pertumbuhan akan terhambat apabila melon ditanam pada suhu dibawah 12 0 C. Siemonsma dan Piluek (1994) menambahkan bahwa kelembaban yang tinggi dapat mempengaruhi pertumbuhan, kualitas buah dan kendala penyakit. Tanah yang ideal untuk pertumbuhan melon, jenis tanah andosol/berpasir yang memiliki porositas dan aerasi yang baik dengan ph 6 7 (Siemonsma dan Piluek, 1994). Harjadi (1989) menyatakan bahwa tanah yang masam akan menyebabkan terjadinya Acid Yellowing yang memiliki gejala seperti tanaman kerdil, pertumbuahan terhambat dengan daun berwarna kuning, sehingga diperlukan pengapuran sebelum ditanami melon. Tanah gambut, tanah liat berat atau tanah cadas tidak disarankan untuk ditanami melon. Melon Genotipe H-52 Direktorat Jendral Bina Produksi Hortikultura (2004) menyatakan bahwa genotipe H-52 merupakan salah satu hasil persilangan Pusat Kajian Buah-buahan Tropika, IPB. Hasil persilangan tersebut merupakan melon jenis inodorus yang tidak memiliki net atau jala pada permukaan kulit buah. Genotipe H-52 memiliki beberapa kelebihan yaitu tahan terhadap embun bulu (Pseudoperonospora cubensis), embun tepung (Erysiphe cichoracearum), kulit berwarna kuning cerah dan daging buah berwarna hijau cerah. Genotipe H-52 jika ditanam di rumah kaca berbeda dengan jika ditanam di lapang. Genotipe H-52 yang dibudidayakan di rumah kaca, memiliki umur panen