GAMBARAN UMUM Wilayah Sulawesi Tenggara Letak dan Administrasi Wilayah Sulawesi Tenggara terdiri atas Jazirah dan kepulauan terletak antara 3 o - 6 o Lintang selatan dan 12 45' bujur timur, dengan total luas wilayah daratan 38,14 km 2 dan wilayah laut 11. km 2. Propinsi Sulawesi Tenggara berbatasan dengan sebelah utara Propinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tengah sebelah selatan Propinsi NTT, sebelah timur Propinsi Maluku dan sebelah barat berbatasan dengan Sulawesi Selatan. Secara administrasi dibagi atas 1 kabupaten dan dua kota yang meliputi 184 kecamatan dan 1.486 desa/kelurahan. o Keadaan Geografi Topografi Jazirah dan kepulauan Sulawesi Tenggara sebagian besar (49%) terdiri dari pegunungan dan selebihnya (26%) merupakan dataran sampai berombak serta (25%)merupakan tanah berbukit. Dari aspek geologi 67,64% merupakan batuan sediment (sediment stone), 19,78% batuan metamorfosis tanah berbukit dan 12,58% batuan beku. Sebagian besar (66,3 %) jenis tanah di Sulawesi Tenggaraa dalah Podsolik Merah Kuning, selebihnya terdiri dari jenis Organosol (3,4%), Alluvial (3,4%) Grumosol (,52%), Mediteran (23,57%) dan latosol (9,17%). Keadaan lklim Secara umum keadaan iklim di Sulawesi Tenggara dibedakan atas musim hujan antara bulan November hingga Maret dan musim kemarau antara bulan Mei Oktober. Secara umum curah hujan di Sulawesi Tenggara dapat dibedakan atas curah hujan > 2.mm, untuk wilayah Kabupaten Kolaka dan Utara Kabupaten Konawe, Utara Pulau Buton dan pulau Wawonii. Sedang untuk wilayah dan curah hujan< 2. mm, meliputi bagian selatan jazirah dan kepulauan sulawesi Tenggara. Keadaan curah hujan di Sulawesi Tenggara disajkan pada Lampiran 1 rata-rata suhu udara tertinggi di Sulawesi Tenggara pada tahun 1999 adalah 31 o C, dan rata-rata suhu udara terendah adalah 25 o C,dengan rata-rata kelembaban udara
33 83 %. Rata-rata tekanan udara adalah 1.9,6 milibar. Rata-rata kecepatan angin adalah 8 m/detik. Demografi Jumlah penduduk Sulawesi Tenggara (hasil Sesunas, 28) berjumlah 2.18.879 jiwa, terdiri dari 574.257 rumah tangga, tersebar sebanyak tercatat sebanyak 29.358 jiwa di Kabupaten Muna, 271.657 jiwa di Kabupaten Buton, 273.168 jiwa di Kabupaten Kolaka, 265.646 jiwa di Kabupaten Konawe, 244.586 jiwa di Kota Kendari, 234.4 jiwa di Kabupaten Konawe Selatan, 122.339 jiwa di Kota Bau-Bau, 17.294 jiwa di Kabupaten Bombana, 94.19 jiwa di Kabupaten Kolaka Utara, 95.876 jiwa di Kabupaten Buton Utara dan 98.18 jiwa di Kabupaten Wakatobi. Penggunaan Lahan Ada 12 jenis penggunaan lahan di Sulawesi Tenggara yaitu : sawah, kebun/tegalan, ladang/huma, tambak/kolam, perkebunan (estate), pekarang, padang rumput, lahan tanaman kayu, hutan, rawa, lahan yang dimanfaatkan, lainlain. Hutan masih merupakan lahan yang terluas yaitu 1.863.689 ha (48,86%), perkebunan 418.66 ha (1,98%) dan tanah yang tidak diusahakan seluas 28.546 ha (7,36%) Hasil sensusnam senunjukkan bahwa konversi lahan dari lahan hutan untuk budidaya pertanian cukup besar. Lahan sawah terjadi pertambahan seluas 8.77 ha, lahan tegalan/kebun terjadi pertambahan seluas 4.576 ha dan lahan ladang/huma terjadi pertambahan seluas 22.789 ha. Secara rinci data penggunaan lahan di Sulawesi Tenggara disajikan pada lampiran. Produksi Pertanian dan Kehutanan Tanaman Pangan Ada delapan jenis tanaman pangan yang diusahakan petani yaitu: padi sawah dan padi ladang, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kacang kedelai dan kacang hijau. Produktivitas padi sawah 4,213 ton/ha dan produktivitas padi
34 ladang l,774 ton/ha. Untuk tanaman ubi kayu produktivitasnya adalah 14,21 ton/ha dan produktivitas jagung 2,42 ton/ha. Tanaman Buah-Buahan Jenis buah-buahan yang dikembangkan di Sulawesi Tenggara adalah mangga, rambutan, langsat, jeruk, jambu, durian, pepaya, pisang, nenas, salak, nangka dan lain-lain. Pisang merupakan komoditas yang paling menonjol total produksi dalam tahun 28 sebesar 31.114 ton, dengan sentra produksi di Kabupaten Kolaka yaitu 12,957 ton (45,6%), Kabupaten Konawe 7.4 ton (24,78%), Kabupaten Muna 5.311 ton (18,69%), Kabupaten Buton 2.888 ton (l,l6%) dan Kota Kendari.51 ton (,77%) Selain itu jenis buah-buahan yang cukup potensial adalah rambutan, durian, mangga dan langsat. Tanaman Sayuran Jenis sayuran yang banyak diusahakan petani adalah kacang panjang, cabe, tomat, terung, buncis, ketimun, labu, kangkung, bayam dan bawang merah. Produksi sayuran yang paling banyak adalah kacang panjang, pada tahun 28 tercacat sebanyak 5.462 ton, dengan sentra produksi. di Kabupaten Konawe 1.596 ton (48,8%), Kolaka,727 ton (21,9%), Kabupaten Muna,67 ton (2,18%), Kabupaten Buton,725 ton (8,28%) dan Kota Kendari,51 ton (1,56%). Tanaman Perkebunan Jenis tanaman perkebunan yang banyak terdapat adalah kelapa dalam, kopi, kapuk, lada, pala, cengkeh, jambu mete, kemiri, kakao, enau, tembakau, kelapa hibrida, kapas, jahe dan tebu. Produksi tanaman perkebunan yang cukup menonjol adalah kelapa dalam, kakao dan jambu mete. Dalam tahun 1998 produksi kelapa dalam mencapai 37.815 ton dalam bentuk kopra, dengan sentra produksi di Kabupaten Konawe dan Buton. Produksi kakao pada tahun 1998 mencapai 75.766 ton dengan sentra produksi di Kabupaten Kolaka dan produksi jambu mete mencapai 14.421 ton dengan sentra produksi di Kabupaten Buton dan Muna. Ketiga komoditas ini sebagian besar berasal dari perkebunan rakyat.
35 Peternakan Jenis ternak yang banyak dikembangkan adalah sapi, kerbau, kuda, kambing, domba, babi dan unggas (ayam kampung, ayam ras dan itik). Jenis ternak besar yang paling banyak adalah sapi. Pada tahun 1998 tercacat 292.46 ekor, jumlah terbanyak di Kabupaten Konawe yaitu 142.52 ekor (48,8%) Kabupaten Kolaka 86.4 ekor (29.58%), Kabupaten Buton 32.172 ekor (11,1), kabupaten Muna (9,59%) dan Kota Kendari 5.967 ekor (1,2). Populasi ternak kecil yang menonjol adaiah kambing. Padat ahun 1998 tercatat popuiasi kambing 121.967 ekor, dengan populasi terbanyak di Kabupaten Buton yaitu 46.825 ekor (38,39%), Kabupaten Konawe 37.548 ekor (3,86%), Kabupaten Kolaka 27.561 ekor(22,59%), Kabupaten Muna 7.344 ekor( 6,2%) dan Kota Kendari 2.589 ekor (2,14%). Produksi ternak kecil lainnya yang cukup menonjol yaitu ternak babi. Pada tahun 1998 tercatat 22.56 ekor, dengan sentra produksi di Kabupaten Konawe yaitu tercatat 14.819 ekor (67,18%), di Kabupaten Kolaka 5.954 ekor (26,99%), Kabupaten Buton 1.259 ekor (5,7l%) dan Kabupaten Muna 24 ekor (,12%). Di Kota Kendari tidak ada peternakan babi. Populasi temak unggas yang terbanyak adalah ayam kampung yaitu 5.511.864 ekor, kemudian itik 273.672 ekor dan ayam ras yaitu 173.17 ekor atau total 7.58.76 ekor. Populasi unggas terbanyak di Kabupaten Konawe yaitu 2.45.86 ekor atau (34,8%), kemudian di Kabupaten Buton 1.537.16 ekor (21.17%), Kabupaten Muna 1.353.76 ekor (19,16%) Kabupaten Kolaka 1.165.649 ekor (16,51%) dan Kota Kendari 596.961 ekor (8.48%). Kehutanan Kawasan hutan di Sulawesi Tenggara dibedakan atas hutan produksi biasa, hutan produksi terbatas, hutan produksi yang dapat dikonversi, hutan lindung dan hutan wisata/ppa. Total luas hutan adalah 2.6.137 ha (68,17%) dari total luas daratan. Kabupaten Konawe memiliki hutan yang terluas yaitu 1.179.153 ha (45,35%), Kabupaten Kolaka 746.765,16 ha (29.41%), Kabupaten Buton 42 46 ha (16,17%) dan Kabupaten Muna 235.759 ha (9,7%). Produksi kayu di Sulawesi Tenggara meliputi kayu jati logs sebanyak 3.74,99 m 3, kayu jati gergajian 1.98,15 m 3, kayu rimba logs 81.313,24 m 3 dan kayu rimba gergaijan 1.515,31 m 3.
36 Gambaran Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Talumbinga Kecamatan Landono Kabupaten Konawe. Desa ini merupakan desa yang dikembangkan dari pemukiman transmigrasi Sabulakoa II, yang telah menjadi desa definitif pada tahun 1977, terletak pada ketinggian 5 dpl. Luas Desa Talumbinga 538,25 ha, dengan jumlah penduduk jiwa dari 178 kepala keluarga. Tanah Sebagian besar wilayah Desa Talumbinga terletak pada lahan dengan topografi bergelombang (8-2%) dan berbukit (15-3%). Berdasarkan peta tanah dan kesesuaian lahan lokasi Kabupaten Konawe, jenis tanah diwilayah ini adalah podsolik merah kuning dari bahan induk sedimen. Tanah bertekstur liat. Sangat masam (ph 4-5,5), struktur tanah gumpal halus sampai kasar, solum tanah dangkal (< 6 cm), dengant ingkat kesesuaian lahan S 3, (lahan hampir sesuai). Iklim Berdasarkan peta iklim Sulawesi Tenggara (Oldeman dan Darmyaty, 1977), lokasi penelitian termasuk pada tipe iklim D. dengan 3-4 bulan basah dan 3-5 bulan kering. Kategori bulan basah bila curah hujan > 2 mm/bulan dan bulan kering bila curah hujan < 2 mm/bulan. Hasil pengukuran curah hujan di lokasi penelitian dan pengukuran pada stasiun penakar terdekat (Desa Mowila Kecamatan Landono) disajikan pada Tabel 3.
37 Tabel 3 Curah hujan di lokasi penelitian desa talumbinga dan penakar hujan terdekat desa Mowila Talumbinga Mowila * Bulan JH HH JH HH Januari 176 14 189 18 Februari 185 23 143 16 Maret 1 12 11 14 April 166 18 13 13 Mei 151 13 122 11 Juni 193 2 179 18 Juli 117 1 18 12 Agustus 99 8 67 6 September 29 3 Oktober November 32 9 27 7 Desember 19 11 9 11 Sumber : * Unit Hidrologi Sub Dinas Pengairan Sulawesi Tenggara 1997. Penggunaan Lahan Sebagian besar lahan 35 ha (64,96%) di Desa Talumbinga merupakan lahan usaha pertanian, 43,75 ha (8,12%) pekarang dan selebihnya 15 ha (2,78%) lahan fasilitas umum dan 13 ha (24,14%) masih berupa hutan. Pencaharian Sebahagian besar mata pencaharian penduduk Desa Talumbinga adalah petani. Dari 178 KK tercatat 151 KK (84,83%) sebagai petani dan selebihnya 27 KK (15,17%) pegawai negeri. Umumnya mereka bertani sambil beternak. Penguasaan lahan rata-rata 1,25 ha (hasil pembagian pemerintah/dep. Trans). Komoditas yang diusahakan adalah ubikayu, jugung, padi ladang, kedelai. Tanaman buah-buahan yang banyak dikembangkan adalah rambutan, nangka dan pisang.
38 Pendapatan Sumber pendapatan utama petani di lokasi penelitian berasal dari komoditas ubi kayu, ternak (penggemukan sapi) dan buah-buahan. Pendapatan pertahun yang diperoleh dari ketiga jenis komoditas tersebut berkisar antara Rp 9.5.,- sampai Rp 12.8.,-. Kondisi Sosial Budaya Desa penelitian ini merupakan perpaduan dari desa transmigrasi dan desa dengan penduduk setempat. Sebelumnya desa ini bernama Desa Sabulakoa yang penduduk setempatnya adalah suku Tolaki, yang merupakan penduduk asli Jaziah Sulawesi Tenggara. Sebagian besar penduduk setempat sebelum masuknya warga transmigrasi merupakan peladang. Maksudnya warga transmigrasi tidak sepenuhnya merubah kebiasaan mereka, terutama kegiatan mengumpulkan hasil hutan seperti rotan dan madu. Bahkan pada masa paceklik warga transmigrasi juga melakukan pengumpulan hasil hutan seperti yang dilakukan oleh penduduk setempat.