BAB I PENDAHULUAN. Bermukim merupakan salah satu cerminan budaya yang. merepresentasikan keseluruhan dari teknik dan objek, termasuk didalamnya cara

dokumen-dokumen yang mirip
SURAT PERNYATAAN KATA PENGANTAR... DAFTAR GAMBAR v DAFTAR TABEL vii ABSTRAK viii ABSTRACT. ix

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memerlukan permukiman untuk pelaksanaan aktivitas kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks,

1 BAB I PENDAHULUAN. Arsitektur rumah tradisional yang tersebar hingga ke pelosok Nusantara

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang terletak di bantaran Sungai Deli, Kelurahan Kampung Aur, Medan. Jika

PENATAAN PEMUKIMAN NELAYAN TAMBAK LOROK SEMARANG

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

BAB I PENGANTAR. keempat di dunia setelah Amerika Serikat (AS), Kanada dan Rusia dengan total

BAB III METODE PERANCANGAN. kualitatif. Dimana dalam melakukan analisisnya, yaitu dengan menggunakan konteks

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini fokusnya adalah unsur arsitektur yang dipertahankan pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Letak wilayah yang strategis dari suatu daerah dan relatif mudah

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan perguruan tinggi disuatu daerah seringkali akan mempengaruhi

Pola pemukiman berdasarkan kultur penduduk

BAB I PENDAHULUAN. pedesaan telah meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang cukup stabil. Teori

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kasus Proyek

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang terkenal akan kekayaannya, baik itu

BAB III METODE PENELITIAN. peneliti melakukan analisa karakter penelitian Fenomena Ruang Usaha. Pada Kampung Inggris, Pare Kediri sebagai berikut :

APLIKASI PARADIGMA NATURALISTIK FENOMENOLOGI DALAM PENELITIAN ARSITEKTUR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

POLA PERMUKIMAN BUGIS DI KENDARI. Irma Nurjannah Program Studi Arsitektur Universitas Halu Uleo Kendari

BAB I PENDAHULUAN spesies tumbuhan, 940 spesies diantaranya merupakan tumbuhan obat dan

BAB I PENDAHULUAN. Definisi perkembangan menurut kamus bahasa Indonesia adalah suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta AM. Titis Rum Kuntari /

BAB I PENDAHULUAN. Nusa Teggara Timur ( ), membangun Keresidenan Timor di

BAB VII KESIMPULAN, SARAN DAN KONTRIBUSI TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 I d e n t i f i k a s i P e r u b a h a n R u m a h T r a d i s i o n a l D e s a K u r a u, K e c. K o b a

Gambar 6.1 Alternatif Gambar 6.2 Batara Baruna. 128 Gambar 6.3 Alternatif Gambar 6.4 Alternatif Gambar 6.

BAB I PENDAHULUAN. Lahan adalah bagian dari sumber daya alam yang makin terbatas

BAB I PENDAHULUAN. seseorang akan mampu menilai banyak hal mengenai budaya seperti gaya hidup,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Wilayah Kabupaten Kepulauan Yapen sebagian besar berbukit dan

KONDISI FISIK WILAYAH

POLA PERMUKIMAN RUMAH BERLABUH MASYARAKAT SERUI ANSUS DI KOTA SORONG

BAB III METODE PERANCANGAN. dengan objek perancangan. Kerangka rancangan yang digunakan dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Penelitian dan Pengembangan Ternak Sapi Bali di Kabupaten Tabanan 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. kota Jakarta pada akhirnya menuntut tersedianya wadah fisik untuk menampung

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. demikian ini daerah Kabupaten Lampung Selatan seperti halnya daerah-daerah

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Geografi merupakan cabang ilmu yang dulunya disebut sebagai ilmu bumi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumber daya alam yang terdapat pada suatu wilayah pada dasarnya merupakan modal

PENDEKATAN TEORITIS. Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Suku bangsa Melayu di Sumatera Timur mendiami daerah pesisir timur

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya tumbuh berbagai Suku, Agama, dan bahasa daerah berbeda sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Darda (2009) dijelaskan secara rinci bahwa, Indonesia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. 1. Menerapkan ilmu geologi yang telah diberikan di perkuliahan.

Pangkalan Pedaratan Ikan Tambak Mulyo, Semarang TA BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN BAB I. Latar Belakang. Kota Jakarta, ibukota negara sekaligus sebagai pusat ekonomi dan pusat

PENGANTAR GEOGRAFI Oleh: Djunijanto, S.Pd

BAGIAN 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek

2015 ZONASI TINGKAT BAHAYA EROSI DI KECAMATAN PANUMBANGAN, KABUPATEN CIAMIS

4. KARAKTERISTIK DESA. Pertemuan 5

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Kota-Kota Tepian Air di Indonesia Sumber: Heldiyansyah, 2010

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang mempunyai prioritas penting saat ini.

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Data Jumlah Spesies dan Endemik Per Pulau

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendahuluan 1. Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kimparswil Propinsi Bengkulu,1998). Penyebab terjadinya abrasi pantai selain disebabkan faktor alamiah, dikarenakan adanya kegiatan penambangan pasir

BAB I PENDAHULUAN. yang seluas-luasnya. Sebagai bagian dari arsitektur, mesjid merupakan konfigurasi dari

BAB III METODE PERANCANGAN. kualitatif, karena penelitian ini bertujuan membuat deskripsi, gambaran atau

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan sumber daya alam strategis bagi segala pembangunan. Hampir

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman

Wahana Wisata Biota Akuatik BAB I PENDAHULUAN

Gambar 3.1 : Peta Pulau Nusa Penida Sumber :

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini mobilitas penduduk di berbagai wilayah Indonesia sering terjadi bahkan di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kekayaan budaya itu tersimpan dalam kebudayaan daerah dari suku-suku bangsa yang

BELAWAN INTERNATIONAL PORT PASSANGER TERMINAL 2012 BAB I. PENDAHULUAN

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA TIRTO ARGO DI UNGARAN

III. KEADAAN UMUM LOKASI

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak semua kerusakan alam akibat dari ulah manusia. yang berbentuk menyerupai cekungan karena dikelilingi oleh lima gunung

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan :

STUDI PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA TEGAL MELALUI PENDEKATAN MORFOLOGI KOTA TUGAS AKHIR. Oleh : PRIMA AMALIA L2D

II. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hutan hujan tropis yang tersebar di berbagai penjuru wilayah. Luasan hutan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai kekayaan alam dan keragaman yang tinggi dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 3 METODE PERANCANGAN. khas, serta banyaknya kelelawar yang menghuni gua, menjadi ciri khas dari obyek

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam tersebut tersebar di seluruh propinsi yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari pulau dan

BAB I PENDAHULUAN. Kelahirannya dilatarbelakangi oleh norma-norma agama, dan dilandasi adat

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bermukim merupakan salah satu cerminan budaya yang merepresentasikan keseluruhan dari teknik dan objek, termasuk didalamnya cara berfikir, lingkungan, kebiasaan, cara hidup, norma, aturan, tata nilai, dan kepercayaan, dan juga merupakan cara pandang suatu masyarakat terhadap alam semesta yang ditransformasikan dalam bentuk ruang bermukimnya. Tempat ( place) adalah suatu ruang ( space) dengan karakter yang unik. Karakteristik suatu tempat bukan hanya mewadahi kegiatan fungsional, melainkan menyerap dan menghasilkan berbagai kekhasan suatu tempat, antara lain setting, komposisi, konfigurasi bangunan serta kehidupan masyarakat setempat. Begitupun halnya dengan karakteristik suatu lingkungan permukiman adalah kumpulan berbagai artefak yang merupakan gabungan antara tapak (site), peristiwa ( event), sejarah, pola kehidupan sosial masyarakat dan kumpulan berbagai macam elemen fisik lainnya. Sehingga mempelajari ruang dalam suatu permukiman harus dipelajari juga kondisi sosial budaya masyarakatnya untuk membantu memberikan makna terhadap bentukan ruang yang terjadi termasuk didalamnya hal-hal yang menjadi dasar suatu kelompok masyarakat dalam memilih tempat bermukimnya. Keadaan lingkungan alam penting untuk dipelajari dan diperhatikan dalam mempelajari keanekaragaman kebudayaan. Kondisi alam setempat juga mempunyai pengaruh terhadap bentukan fisik lingkungan. Dalam hubungan perubahan budaya, bentuk perubahan lingkungan permukiman tidak berlangsung 1

secara spontan dan menyeluruh, tetapi tergantung pada kedudukan elemen lingkungan tersebut dalam sistem budaya. Hal ini mengakibatkan adanya elemen-elemen yang tidak berubah serta ada elemen-elemen yang berubah mengikuti perkembangan jaman. Keadaan lingkungan alam sangat penting dalam mempelajari keanekaragaman kebudayaan, sehingga kondisi alam setempat memiliki pengaruh yang cukup besar. Suku Muna merupakan salah satu dari tiga etnis terbesar di provinsi Sulawesi Tenggara, dua diantaranya adalah suku Tolaki dan suku Buton. Menurut Ibu (1980), karakteristik ketiga suku tersebut dapat dibedakan atau dikenali berdasarkan kondisi geografis tempat bermukimnya. Suku Tolaki mendiami daratan pulau Sulawesi bagian tenggara, sedangkan suku Muna bermukim dipulau Muna, dan suku Buton dipulau Buton (gambar 1.1) Perkembangan selanjutnya, terjadi perpindahan suku Muna ke kota Kendari (pada waktu itu disebut Kendari Caddi) dengan membentuk pemukiman di lereng pegunungan Nipa-nipa kawasan Gunung Jati, menempati lahan-lahan pemukiman suku Tolaki yang merupakan penduduk asli kota Kendari dan bekas lahan perkebunan pembibitan jati milik Belanda (Tamburaka, 2001). Kawasan Gunung Jati merupakan tanah yang subur, ditetapkan sebagai hutan konservasi dan tidak diperuntukkan sebagai lahan pemukiman. Untuk menghindari pembukaan lahan pemukiman, pemerintah kota Kendari menutup akses ke kawasan tersebut dan menyediakan kawasan siap bangun yang lebih layak di daerah dataran rendah sebagai pemenuhan kebutuhan ruang pemukiman. Namun demikian, komunitas suku Muna di kota Kendari tetap memilih bermukim di kawasan Gunung Jati yang sebagian besar bermata pencaharian sebagai buruh. Hal tersebut sangat berbeda dengan kondisi 2

pemukiman suku Muna di pulau Muna yang berada didataran rendah, pegunungan dengan kondisi tanah tandus dengan tingkat kesuburan yang rendah, dijadikan sumber mata pencaharian hidup sebagai peladang/petani palawija tadah hujan atau membuka perkebunan jati. Saat ini, pemukiman komunitas suku Muna semakin meluas seiring dengan perkembangan wilayah kota. Berdasarkan periodesasi pembentukan pemukimannya dapat dibedakan, yaitu; (i) tahun 1931 awal terbentuknya pemukiman suku Muna, di kelurahan Gunung Jati, (ii) tahun 1964, membentuk pemukiman baru di kelurahan Mangga Dua, (iii) tahun 1987 di kelurahan Sanua, dan (iv) tahun 1999, membentuk pemukiman yang dekat dengan kota baru di kelurahan Labibia. Sebagian besar wilayah ke-empat kelurahan tersebut berada dalam kawasan hutan konservasi pegunungan Nipa-nipa. (gambar 1.1) (a) (b) Gambar 1.1 (a). Peta Wilayah Propinsi Sulawesi Tenggara; (b) Peta Wilayah Kota Kendari dan Kawasan Pemukiman Suku Muna di Pegunungan Nipa-Nipa Sumber : dimodifikasi dari peta tata guna lahan, Dinas Tata Ruang Kota Kendari 2006 3

Pemukiman suku Muna di daerah Gunung Jati kota Kendari dalam hubungannya dengan pemukiman didaerah asalnya di pulau Muna terdapat keunikan dan perbedaan, yaitu; (i) pemukiman komunitas suku Muna dipulau Muna berada didataran rendah sedangkan di kota Kendari berada di pegunungan, (ii) keadaan tanah di pulau Muna, tandus dan berkapur tetapi sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani, sedangkan di kawasan Gunung Jati dengan tingkat kesuburan tanah yang tinggi, sebagian besar bermata pencaharian hidup sebagai buruh, baik buruh tani, buruh bangunan dan buruh pelabuhan. (iii) status tanah suku Muna di pulau Muna sebagian besar berstatus hak milik namun kondisi rumah bersifat semi permanen atau non permanen, berbeda dengan pemukim suku Muna di kawasan Gunung Jati yang sebagian besar status tanah merupakan tanah negara dan berada dalam kawasan hutan konservasi, tetapi pada umumnya kondisi fisik rumah bersifat permanen. (iv) biaya membangun rumah di dataran rendah lebih murah dibandingkan dengan membangun rumah di dataran tinggi karena bahan material diangkut dengan menggunakan tenaga manusia, tetapi suku Muna tetap bertahan untuk bermukim di kawasan tersebut. Keteguhan suku Muna yang selalu memilih bermukim di kawasan Gunung Jati yang berdasarkan dengan periodesasi perkembangan pemukiman suku Muna di Kota Kendari, memunculkan fenomena tentang adanya keunikan dan perbedaan dengan tempat bermukimnya di pulau Muna yang berada di dataran rendah. Keunikan dan perbedaan tersebut perlu dilakukan pendalaman tentang hubungan emosional suku Muna dan ruang bermukimnya, dimungkinkan terkandung suatu nilai tertentu, nilai-nilai tersebut perlu digali dalam fenomena 4

yang terjadi. Nilai apa yang ada, mengapa dan bagaimana pemukim suku Muna mempertahankan nilai tersebut, dalam konteks keteguhan suku Muna tetap bertahan untuk membentuk pemukiman di pegunungan yang berbeda dengan pemukiman di pulau Muna. Hal ini diduga terdapat tata nilai ruang ( space) bermukim yang diyakini komunitas suku Muna dalam menentukan tempat (place) sebagai kawasan bermukimnya. Penelitian ini penting dilakukan, karena merupakan salah satu bagian yang esensial dalam mengungkap secara menyeluruh tentang tata nilai ruang bermukim suku Muna sebagai khasanah dan warisan budaya yang belum digali secara mendalam. 1.2 Rumusan Permasalahan Manusia dalam membentuk wadah bermukimnya sangat dipengaruhi oleh budaya yang telah berakar dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupannya. Selain itu aspek sosial menjadi faktor berikutnya yang sangat dipertimbangkan dan biasanya selalu beriringan dalam proses pembentukan wadah hunian bagi masyarakat tertentu. Aspek-aspek lain seperti iklim, kondisi geografis, akan menjadi faktor pengubah yang mengikuti aspek-aspek budaya dan sosial. Menurut Jayadinata (1992), bahwa didalam kawasan kota terdapat dua faktor yang tidak dapat dipisahkan yaitu lahan dan ruang, sebab didalam penggunaan lahan terdapat nilai-nilai sosial yang kuat yang menunjukkan ikatan lahan secara emosional dengan manusianya. Penggunaan lahan menunjukkan pengaruh budaya yang besar dalam adaptasi ruang, dan ruang merupakan lambang bagi nilai-nilai sosial dan budaya. 5

Pemukiman suku Muna di kawasan Gunung Jati di satu sisi tidak menyimpang dari konsep bermukim secara umum, namun disisi lain dengan latar belakang bermukim suku Muna di daerah asal dan pengembangan kawasan permukiman siap bangun oleh pemerintah kota Kendari didataran rendah, serta ditinjau dari biaya pembangunan rumah yang relatif mahal di pegunungan, diduga suku Muna meyakini suatu konsep nilai ruang bermukim yaitu adanya keterkaitan budaya bermukim, ruang bermukim dengan tata nilai bermukim, atau adanya hubungan antara nilai-nilai yang teraga (fisik /tangible) dan tak teraga (non fisik/intangibel). Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan suatu kajian khusus tentang nilai-nilai yang mendasari pemukim suku Muna memilih ruang bermukim di kawasan Gunung Jati kota Kendari. Dari uraian diatas, timbul keinginan peneliti untuk mengetahui dan mendeskripsikan tata nilai ruang bermukim suku Muna di kawasan Gunung Jati Kota Kendari. Hal ini menimbulkan pertanyaan penelitian, yaitu : Mengapa suku Muna tetap teguh memilih bermukim di daerah Gunung Jati yang merupakan kawasan hutan konservasi dan membutuhkan biaya mahal untuk membangun rumah, sedangkan didaerah asalnya bermukim pada daerah dataran rendah? Pertanyaan tersebut diatas merupakan pertanyaan besar, lebih rinci diuraikan menjadi 2 (dua) sub pertanyaan, yaitu : 1. Adakah nilai-nilai bermukim yang diyakini oleh suku Muna sebagai dasar dalam memilih tempat bermukimnya? 2. Apa penyebab sehingga suku Muna tidak memilih bermukim dikawasan siap bangun yang telah disediakan oleh pemerintah kota Kendari didataran rendah? 6

1.3 Keaslian Penelitian Berdasarkan penelusuran peneliti, belum pernah dilakukan penelitian yang sejenis baik lokus dan fokus tentang tata nilai ruang bermukim suku Muna. keaslian penelitian ini didasarkan pada : (i) fokus penelitian yaitu nilai ruang bermukim, (ii) lokus (kawasan Gunung Jati kota Kendari) dan (iii) metoda yang akan digunakan adalah metoda eksploratif- fenomenologi. Namun demikian, terdapat beberapa penelitian yang membahas mengenai permukiman dan nilai ruang, seperti : Tabel I.1 Rangkuman Penelitian Sebelumnya No Peneliti,. Tahun 1. Mastutie 2001 Thesis 2. Irma Nurjannah 2003 Thesis 3. Rimadewi 2007 Disertasi Ampel. Sumber : Peneliti, 2014 Fokus Penelitian Keragaman Perubahan Rumah di Permukiman Nelayan Biringkanaya Mengetahui bagaimana perubahan rumah dan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan. Fokus amatan dalam penelitian ini adalah fisik lingkungan hunian dan non fisik (menyangkut aktifitas penghuninya) Karakteristik Arsitektur Permukiman Bugis Mengetahui arsitektur permukiman bugis serta faktor-faktor pembentuknya Nilai Ruang di Kawasan Ampel Membangun Konsep Nilai Ruang di Kawasan Lokus Permukiman Nelayan Biringkanaya Makassar Kelurahan Mata dan Puunggaloba Kendari Kawasan Ampel, Surabaya 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah mengeksplorasi, menemukan dan mendeskripsikan tata nilai ruang bermukim suku Muna yang merupakan budaya bermukim turun-temurun, sehingga dimanapun suku Muna bermukim tetap memegang teguh nilai-nilai bermukim sebagai masyarakat tradisional, walaupun terdapat pengaruh iklim, geografis dan sumber mata pencaharian hidup pada 7

tempat bermukim yang berbeda, namun tetap dalam tatanan nilai bermukim yang sama. Berdasarkan tujuan penelitian tersebut, maka dapat dijabarkan hubungan antara pemukim (su ku Muna) dan ruang bermukimnya ( kawasan Gunung Jati) sehingga dapat ditransformasikan dan diskripsikan informasi empiri etik dan transendental ke dalam sebuah konsep tentang nilai-nilai ruang bermukim yang diyakini suku Muna dalam menentukan kawasan bermukimnya. Dalam hal ini, nilai-nilai tersebut akan membangun perilaku bermukim sebagai bentuk tuntutan akan kebutuhan penggunaan ruang bermukim, sehingga akan nampak kepermukaan adanya hubungan emosional pemukim dengan ruang bermukimnya. 1.5 Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi kepentingan ilmu pengetahuan maupun kepentingan praktis. Untuk kepentingan ilmu pengetahuan, diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang nilai-nilai ruang bermukim dan memperluas cakrawala pengetahuan tentang makna suatu ruang (space) yang didalamnya terkandung nilai-nilai yang diyakini oleh pemukimnya sebagai kawasan bermukim. Kepentingan praktis diharapkan dapat menjadi masukan bagi pemerintah daerah sebagai penentu kebijakan dalam upaya perbaikan kualitas permukiman perkotaan, dan disesuaikan dengan latar belakang budaya pemukimnya. Pengungkapan pandangan suku Muna terhadap ruang bermukimnya diharapkan pemerintah kota Kendari akan lebih bijak dalam menentukan fungsi-fungsi kawasan sehingga kehidupan bermukim menjadi lebih manusiawi. 8

1.6 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan disusun sebagai berikut : Bab I. Pendahuluan Mendeskripsikan tentang latar belakang dan tangkapan fenomena yang akan diteliti berdasarkan tangkapan fakta empiri dan dilanjutkan dalam merumuskan permasalahan. Selanjutnya membahas mengenai keaslian penelitian dan penelitian sejenis yang pernah dilakukan dan mengungkapkan tujuan dan manfaat penelitian. Bab II. Tinjauan Pustaka Bab ini membahas mengenai beberapa pandangan tentang kisikisi teori, konsep-konsep yang berkaitan dengan lingkup penelitian. Pemahaman konsep-konsep yang telah ada sebelumnya disusun menjadi sebuah konsepsi, hal ini dimaksudkan agar menyatukan pemahaman pada pengertian-pengertian tertentu untuk mengarahkan pada fokus penelitian. Fungsi dari konsepsi-konsepsi maupun kisi-kisi teori tersebut sebagai background knowledge peneliti digunakan sebagai perbendaharaan pengetahuan tentang konteks penelitian, menentukan posisi penelitian, yang menyangkut : konsepsi nilai konsepsi nilai ruang konsepsi ruang dalam arsitektur, konsepsi ruang dalam konteks tempat (place) konsepsi ruang ( space), konsepsi hubungan space dan place, konsepsi manusia dan ruang, konsepsi ruang sebagai tempat bermukim, konsepsi ruang bermukim dalam konteks manusia dan budaya, konsepsi permukiman dan kebudayaan, konsepsi pengaruh sosial budaya terhadap bentukan ruang bermukim, konsepsi ruang bermukim dalam masyarakat 9

tradisional. Selanjutnya, menberikan gambaran umum tentang pola kehidupan masyarakat suku Muna di daerah asalnya yaitu di pulau Muna, menyangkut : sejarah singkat suku Muna, sistem pelapisan sosial, penggunaan bahasa dalam pelapisan sosial, sistem kekerabatan, pola pemukiman dan sistem mata pencaharian. Bab III. Cara dan Langkah-langkah Penelitian Menjelaskan pendekatan penelitian yang akan digunakan dan langkah-langkah penelitian, menerangkan sumber-sumber data, jenisjenis data dan informasi yang akan diekplorasi, materi amatan, penentuan lokasi penelitian, cara dan teknik informasi, teknik observasi, teknik wawancara, alat yang akan digunakan dalam proses penelitian dan proses wawancara. Bab ini juga menjelaskan teknik analisa yang akan digunakan yaitu teknik analisa induksi dalam membangun pengetahuan, menjelaskan pula langkah-langkah penelitian dalam memproses data, mengkategorisasi kasus, membangun tema dan pada akhirnya merumuskan makna dan nilai pada objek penelitian. Bab IV. Pemukiman Suku Muna Gunung Jati Kota Kendari Mengulas dan mendeskriskan hasil amatan, mengekplasi pemukiman suku Muna di kawasan Gunung Jati, mengali pola kehidupan masyarakat, merekam dan menganalisa fenomena masyarakat, menganilisa keterkaikat anatar fenomena dan ungkapan masyarakat. Mengamati pola keruangan kawasan, sehingga akan tertangkap tema- 10

tema yang menguat dalam membangun suatu konsep-konsep lokal yang tumbuh dan lahir dalam pola kehidupan masyarakat suku Muna di Gunung Jati. Bab V. Nilai Ruang Bermukim Suku Muna di Kawasan Gunung Jati Membangun sebuah konsepsi nilai ruang berdasarkan temuan tema-tema yang menguat untuk merumuskn suatu nilai ruang bermukim dalam msyarakat Muna Gunung jati. Menemukan konsep-konsep lokal yang tumbuh dlam kehidupan masyarakat dan menggali fungsi dan peranan konsep-konsep lokal tersebut dalam pola kehidupan masyarakat Bab VI. Kesimpulan dan Saran Uraian hasil penelitian yang merupakan suatu kesimpulan dari seluruh proses penelitian, dibagi dalam : kesimpulan temuan penelitian dan saran berupa sumbangan pemikiran bagi penelitian lebih lanjut, pemerintah daerah dan masyarakat suku Muna di kawasan Gunung Jati. 11