BAB 3 METODE PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
6 HASIL DAN PEMBAHASAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan Penelitian 3.3 Metode Penelitian

5 KONDISI AKTUAL PENDARATAN DAN PENDISTRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 44 TAHUN 2013 TENTANG

6 KEMAMPUAN PELELANGAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

3 METODOLOGI PENELITIAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

5 KONDISI AKTUAL FASILITAS DAN PELAYANAN KEPELABUHANAN TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN

6 KEBUTUHAN FASILITAS TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi dan Peran Pelabuhan Perikanan

5 FASILITAS PELAYANAN DI PPS NIZAM ZACHMAN JAKARTA

5 PELELANGAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

6. KINERJA OPERASIONAL PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA

3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian Metode pengumpulan data

BAB 4 GAMBARAN UMUM, PERKEMBANGAN HASIL PERIKANAN DAN PENERIMAAN RETRIBUSI PELELANGAN IKAN DI LOKASI PENELITIAN

6 EFISIENSI PENDARATAN DAN PENDITRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT PELELANGAN IKAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 8 TAHUN 2012

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT PELELANGAN IKAN

BAB III DESKRIPSI AREA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN,

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan Pengertian pelabuhan perikanan

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dirubah yakni dari ikan yang dijual sendiri-sendiri menjadi ikan dijual secara lelang

PENDEKATAN VALUE FOR MONEY UNTUK PENILAIAN KINERJA TEMPAT PELELANGAN IKAN MUARA ANGKE

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

7 TINGKAT PEMANFAATAN KAPASITAS FASILITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 07 TAHUN 2009

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN RETRIBUSI PELELANGAN IKAN PADA PELABUHAN PERIKANAN PANTAI

Tabel 25 Matriks perhitungan persepsi pengguna TPI terhadap kegiatan pelelangan di PPI Muara Angke tahun 2010

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODE PENELITIAN. Gambar 1 Peta lokasi daerah penelitian.

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT PELELANGAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN POSO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 20 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 72 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG

Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2013, hlm ISSN

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 020 TAHUN 2016 TENTANG

4 METODOLOGI PENELITIAN

PETA LOKASI PENELITIAN 105

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 7 TAHUN TENTANG PENYELENGGARAAN DAN RETRIBUSI TEMPAT PELELANGAN IKAN

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG PERIZINAN USAHA PERIKANAN

3 METODOLOGI. 3.1 Lama waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai Maret 2010 di PPI Muara Angke, Jakarta.

PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NOMOR : 19 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT PELELANGAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MEDAN,

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU

Data dan grafik produksi ikan yang didaratkan di PPI Muara Angke tahun

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BREBES. Nomor : 6 Tahun : 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN BONE PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 07 TAHUN 2009 ( DICABUT ) T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT PELELANGAN IKAN DI KABUPATEN TASIKMALAYA

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 63 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 8 TAHUN 2009 SERI C.2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan prasarana perikanan yang berupa Pelabuhan Perikanan (PP)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2002 TENTANG USAHA PERIKANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KOTAWARINGIN BARAT BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PROVINSI KALIMANTANN TENGAH

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan secara optimal dapat menjadi penggerak utama (prime mover)

BUPATI PATI PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN RETRIBUSI PADA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI BANTEN

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 36 TAHUN 2011 TENTANG

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2002 TENTANG USAHA PERIKANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN

6 BESARAN KERUGIAN NELAYAN DALAM PEMASARAN TANPA LELANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PENGEMBANGAN TEMPAT PENDARATAN IKAN KURAU DI KECAMATAN BANTAN KABUPATEN BENGKALIS, RIAU Oleh: Jonny Zain dan Syaifuddin

BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

5 PENGELOLAAN SANITASI TEMPAT PELELANGAN IKAN PPS NIZAM ZACHMAN JAKARTA

PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TENGAH NOMOR 16 TAHUN 2002 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL

PETA LOKASI PENELITIAN 105

Negara Kesatuan Republik lndonesia adalah benua kepulauan,

DISTRIBUSI DAN MARGIN PEMASARAN HASIL TANGKAPAN IKAN TONGKOL (Euthynnus Affinis) DI TPI UJUNGBATU JEPARA

PEMERINTAH KABUPATEN BURU PERATURAN DAERAH KABUPATEN BURU NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT PELELANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

6 PEMETAAN KARAKTERISTIK DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IJIN USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI,

melakukan kegiatan-kegiatan produksinya, mulai dari memenuhi kebutuhan perbekalan untuk menangkap ikan di

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 29 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 45 TAHUN 2011 TENTANG

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 04 TAHUN 2003 TENTANG

JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2000

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

31 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian deskriptif (Umar, 2004). Desain ini bertujuan untuk menguraikan karakteristik dan perkembangan pelelangan ikan di TPI Muara Baru serta menganalisis pelaksanaan pemungutan retribusi untuk mencapai tujuan penelitian yaitu menghitung potensi dan efektivitas retribusi pelelangan ikan. Penelitian ini sangat memerlukan fakta di lapangan dan data dari instansi pemerintah terkait untuk mendukung analisa penerimaan retribusi yang faktual dan akurat. Data dan fakta di lapangan dikumpulkan diantaranya dari pejabat dan pegawai di TPI Muara Baru; PPS Nizam Zachman Jakarta, Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan terkait; dan pihak-pihak yang terkait dengan proses pelelangan ikan. Desain penelitian deskriptif mampu memberikan informasi terbaru mengenai potensi retribusi pelelangan ikan, sehingga bermanfaat bagi pemerintah daerah dalam rangka meningkatkan pendapatan asli daerah yang bersumber dari retribusi pelelangan ikan. Selain itu pemerintah daerah dapat berupaya menemukan cara meningkatkan efektivitas retribusi untuk keperluan kebijakan pemerintahan dan pembangunan daerahnya. 3.2 Jenis dan Sumber Data 3.2.1 Data Sekunder Data sekunder yang dikumpulkan bersumber dari instansi pemerintah terkait yaitu TPI Muara Baru, Koperasi Primer Perikanan di TPI Muara Baru yang diberi kewenangan untuk menyelenggarakan pelelangan ikan yaitu Koperasi Mina Muara, UPT PKP3I Muara Angke; Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan 31

32 Provinsi DKI Jakarta; PPS Nizam Zachman Muara Baru, Jakarta, dan instansi terkait lainnya. Daftar data sekunder yang dibutuhkan untuk penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.1. Tabel 3.1. Data Sekunder dan Sumber Data Yang Diperlukan Dalam Penelitian No. Uraian Data Instansi 1. Data Volume Produksi dan Nilai Ikan Menurut Jenis Ikan dan Asal Ikan (dari laut dan darat) tahun 2004 2008 2. Data Volume Produksi Ikan per Jenis Ikan dan Alat Tangkap tahun 2008 3. Data Volume Produksi Ikan per Bulan dan Alat Tangkap tahun 2008 4. Data Volume Produksi dan Nilai Ikan Menurut Jenis Ikan dan Asal Ikan (dari laut dan darat) tahun 2004 2008 5. Realisasi Penerimaan Retribusi Pelelangan Ikan tahun 2004 2008 6. Realisasi Penerimaan Retribusi Pelelangan Ikan per bulan tahun 2008 PPS Nizam Zachman Jakarta dan TPI Muara Baru PPS Nizam Zachman Jakarta PPS Nizam Zachman Jakarta PPS Nizam Zachman Jakarta TPI Muara Baru TPI Muara Baru 7. Data lainnya yang terkait dengan tujuan penelitian Instansi yang terkait 3.2.2 Data Primer Data primer yang dikumpulkan dimaksudkan untuk mendukung analisa yang dilakukan dengan menggunakan data sekunder. Data dikumpulkan melalui wawancara tidak terstruktur (tidak ada daftar pertanyaan/ kuesioner) terhadap pejabat dan pegawai di TPI Muara Baru; Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan; pedagang, dan pembeli. Data juga dikumpulkan melalui pengamatan di lapangan terhadap proses penyelenggaraan pelelangan ikan di TPI Muara Baru. Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan Kepala TPI Muara Baru, disampaikan bahwa sebagian besar volume produksi ikan yang dilelang di TPI Muara Baru mempunyai kualitas kurang baik. Selain itu diakui bahwa terdapat keterbatasan pada sumber daya manusia (pegawai) di TPI Muara Baru. Pengamatan di lapangan menunjukkan sebagian besar pegawai TPI Muara Baru termasuk yang menjadi petugas pelelangan ikan rata-rata sudah berusia di atas 40 tahun.

33 Dari hasil survei ke TPI Muara Baru, kegiatan pelelangan ikan secara ringkas dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Proses Bongkar - Kapal nelayan membongkar ikan hasil tangkapannya sekitar jam 06.00 07.00; - Nelayan/pemilik kapal mengelompokkan ikan berdasarkan jenis dan kualitas ikan. 2. Pengangkutan dan Penimbangan Ikan - Ikan yang telah dikelompokkan menurut jenis dan kualitasnya dimasukkan ke dalam keranjang plastik (tris) dan kemudian diangkut ke tempat pelelangan ikan; - Ikan-ikan di dalam tris ditimbang dan diberi label kertas yang menunjukkan berat dan kualitas ikan oleh petugas TPI; - Petugas koperasi Mina Muara Makmur (koperasi primer perikanan yang menyelenggarakan kegiatan pelelangan ikan di TPI Muara Baru) yang melaksanakan proses lelang ada 3 orang yaitu 1 orang petugas yang menaikkan dan menurunkan ikan dalam tris ke timbangan, 1 orang bertugas menimbang dan memberi label ikan dalam tris, dan seorang petugas pencatat dalam pembukuan; - Proses penimbangan ikan berlangsung dari sekitar jam 07.00-08.00. 3. Pelelangan Ikan - Ikan-ikan dalam tris yang telah ditimbang diletakkan dan diatur berjajar, tetapi terdapat pengelompokkan pengaturan tris-tris tersebut ke dalam beberapa kumpulan tris yang terpisah; - Terdapat 5 kumpulan ikan dalam tris dan ternyata setiap kumpulan tris tersebut adalah milik dari seorang pedagang besar. Para pedagang besar tersebut membeli ikan dari nelayan/ pemilik kapal ikan tradisional secara borongan (seluruh hasil tangkapan yang diperoleh). Para nelayan tidak mempunyai pilihan lain karena ikan yang didaratkan di dermaga harus dilelang di TPI, tetapi faktanya ikan hasil tangkapannya harus dijual ke para pedagang besar yang ada di TPI;

34 - Pedagang besar orangnya tertentu dan relatif tidak berubah dari waktu ke waktu. Mereka mengatur transaksi lelang atau lebih tepat sebagai transaksi jual beli ikan di TPI; - Pembeli ikan dapat berasal dari konsumen langsung dan pedagang pengecer. Biasanya tawar-menawar nilai ikan dalam tris terjadi antara pedagang besar dengan pedagang pengecer. Setiap orang yang membeli ikan di TPI Muara Baru harus melalui pedagang besar tersebut, sehingga pedagang besar dapat menguasai dan menentukan harga ikan; - Ikan yang dilelang di TPI pagi hari, sebagian besar adalah ikan-ikan hasil tangkapan nelayan lokal DKI Jakarta; - Proses pelelangan ikan dimulai sekitar jam 08.00 dan berakhir sekitar jam 09.00. Proses tawar-menawar nilai ikan memang dilakukan oleh pedagang besar dan pedagang pengecer, tetapi ada kecenderungan agar ikan tersebut tetap menjadi milik pedagang besar. Harga nilai ikan tertinggi sering merupakan harga yang diajukan oleh pedagang yang merupakan anak buah pedagang besar. Dari pengamatan terhadap proses lelang ikan yang terjadi di TPI Muara Baru tersebut dapat diketahui bahwa pedagang besar mempunyai peran yang besar. Para pedagang besar berperan menampung ikan hasil tangkapan nelayan dan dapat bertindak sebagai price maker. Mereka sangat menentukan nilai ikan di pelelangan dan proses pelelangan yang ada cenderung menguntungkan mereka. Adapun nelayan/ pemilik kapal dan pedagang pengecer berada pada pihak yang kurang diuntungkan/ dirugikan. Nelayan memperoleh harga ikan yang lebih rendah dari harga ikan seharusnya di pasar (di tingkat nelayan) dan pedagang pengecer membeli ikan dengan harga yang lebih tinggi dari harga ikan seharusnya. Setelah proses pelelangan ikan selesai diselenggarakan dapat diketahui bahwa ikan-ikan yang dimiliki oleh pedagang besar langsung diangkut dengan mobil untuk dipasarkan. Biasanya ikan-ikan tersebut dibawa ke Pusat Pemasaran Ikan (PPI) yang masih berlokasi di dalam area PPS Nizam Zachman untuk diperdagangkan. Dengan mekanisme pelelangan yang ada dimana harga ikan ditentukan oleh beberapa pedagang besar maka harga ikan akan cenderung di bawah harga

35 pasar seharusnya di tingkat nelayan sehingga nilai transaksi pelelangan ikan pun akan lebih rendah dari harga yang seharusnya terjadi. Harga yang rendah akan mengakibatkan nilai ikan yang rendah pula. Rendahnya harga dan nilai ikan (dari yang seharusnya) yang digunakan sebagai dasar penarikan retribusi akan mempengaruhi penerimaan retribusi pelelangan ikan berada di bawah kondisi optimal (yang seharusnya diperoleh). Menurut informasi dari salah seorang pedagang pengecer, sampai dengan tahun 2003 aktivitas pelelangan ikan di TPI Muara Baru masih ramai. Hal ini ditandai dengan produksi ikan yang cukup tinggi, banyaknya peserta lelang dan penyelenggaraan proses lelang yang cukup fair. Sejak tahun 2004 sampai dengan tahun 2008 TPI Muara Baru cenderung sepi dari kegiatan pelelangan. Salah satu penyebabnya mungkin karena penyelenggaraan proses lelang tidak fair. Hal ini juga bisa menjadi penjelasaan mengapa penerimaan retribusi pelelangan ikan di TPI Muara Baru cenderung menurun (tumbuh negatif). 3.3 Definisi Operasional Variabel Penelitian Beberapa variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dapat didefinisikan sebagai berikut: 1. Retribusi dalam penelitian ini termasuk ke dalam golongan retribusi jasa usaha untuk jenis pemakaian tempat pelelangan ikan yang selanjutnya disebut retribusi pelelangan ikan menurut Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 1 Tahun 2006; 2. Tempat pelelangan ikan adalah bangunan atau komplek bangunan yang permanen dengan sarana-sarananya yang dipergunakan untuk kegiatan pelelangan ikan dan ditetapkan oleh Gubernur Kepala Daerah; 3. Potensi penerimaan retribusi didefinisikan sebagai kemampuan yang dapat dikembangkan dari penerimaan retribusi yang seharusnya dapat dipungut pada suatu periode tertentu berdasarkan peraturan undang-undang yang berlaku yang mengatur pungutan retribusi tersebut; 4. Tarif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tarif retribusi pelayanan pemakaian tempat pelelangan ikan sesuai dengan Peraturan Daerah No. 1 Tahun 2006 tentang Retribusi Daerah;

36 5. Produksi dan nilai ikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah produksi dan nilai ikan yang tercatat di PPS Nizam Zachman Jakarta dan TPI Muara Baru; dan 6. Pada penelitian ini yang dimaksud produksi ikan adalah volume produksi ikan (dalam ton atau kg) dan yang dimaksud dengan nilai ikan adalah nilai produksi ikan (Rp). 3.4 Metode Penghitungan Potensi dan Efektivitas Retribusi 3.4.1 Pengukuran Tingkat Penggunaan Jasa dan Tarif Retribusi Pemakaian Tempat Pelelangan Ikan Cara mengukur tingkat penggunaan jasa pemakaian tempat pelelangan ikan telah diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2006 Pasal 36 ayat 6. Dalam peraturan tersebut dinyatakan bahwa tingkat penggunaan jasa pemakaian tempat pelelangan ikan diukur berdasarkan persentase volume dan harga transaksi. Tarif retribusi pemakaian tempat pelelangan ikan merupakan tarif proporsional (sepadan), yaitu tarif dengan persentase tetap tidak berubah, tetapi jika jumlah yang menjadi dasar pengenaan retribusi berubah maka jumlah retribusi yang harus dibayar juga berubah. Struktur dan besarnya tarif retribusi pemakaian tempat pelayanan pelelangan ikan diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2006 Pasal 38 huruf j. 3.4.2 Cara Penghitungan Potensi Retribusi Pelelangan Ikan Untuk mengetahui potensi penerimaan retribusi pelelangan ikan di TPI Muara Baru dapat dilakukan dengan menghitung potensi penerimaan retribusi ikan dari PPS Nizam Zachman (ikan yang didaratkan dari kapal melalui laut) dan ikan dari luar PPS Nizam Zachman (ikan yang datang melalui darat). Terdapat perbedaan harga ikan yang digunakan sebagai dasar penarikan retribusi dan besarnya tarif retribusi yang dikenakan. Selengkapnya formula yang digunakan untuk menghitung potensi penerimaan retribusi ikan dari PPS Nizam Zachman dan ikan dari luar PPS Nizam Zachman adalah sebagai berikut :

37 a. Ikan dari PPS Nizam Zachman (Ikan dari laut) (i) PRPI lelang = TR x (Volume x Harga Lelang Ikan) (ii) PRPItanpa lelang = TR x (Volume x Harga Pedoman Ikan) dimana: PRPI lelang (Rp); PRPItanpa lelang = Penerimaan retribusi dari penjualan ikan dengan pelelangan = Penerimaan retribusi dari penjualan ikan tanpa pelelangan (Rp); TR = Tarif retribusi adalah sebesar 5%; Volume = Jumlah ikan yang dikenai retribusi (Kg); Harga = Harga lelang atau pedoman ikan (Rp/ Kg). b. Ikan dari luar PPS Nizam Zachman (Ikan dari darat) PRPItanpa lelang = TR x (Volume x Harga Pedoman) dimana: PRPI tanpa lelang = Penerimaan retribusi dari penjualan ikan tanpa pelelangan (Rp); TR = Tarif retribusi adalah sebesar 1%; Volume = Jumlah ikan yang dikenai retribusi (Kg); Harga = Harga pedoman ikan (Rp/ Kg). 3.4.3 Efektivitas Pungutan Retribusi Pelelangan Ikan Efektivitas adalah membandingkan antara realisasi penerimaan retribusi pemakaian kekayaan daerah dengan potensi yang telah ditetapkan sebelumnya. Efektivitas penerimaan retribusi pemakaian tempat pelelangan ikan merupakan gambaran kemampuan dari unit organisasi pemerintah untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan yang dalam hal ini adalah target dan potensi penerimaan retribusi. Apabila hasil perhitungan menunjukkan nilai efektivitas semakin besar, berarti semakin baik atau efektif pemungutan retribusi tersebut, kalau sebaliknya berarti kurang/ tidak efektif.

38 Perhitungan efektivitas retribusi pelelangan ikan menggunakan rumus perhitungan sebagai berikut: Efektivitas = Realisasi penerimaan retribusi pelelangan ikan x 100% Potensi penerimaan retribusi pelelangan ikan