TINGKAT PREVALENSI ESCHERICHIA COLI DALAM DAGING AYAM BEKU YANG DILALULINTASKAN MELALUI PELABUHAN PENYEBERANGAN MERAK

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL DAN PEMBAHASAN

ASPEK MIKROBIOLOGIS DAGING AYAM BEKU YANG DILALULINTASKAN MELALUI PELABUHAN PENYEBERANGAN MERAK MELANI WAHYU ADININGSIH

Analisa Mikroorganisme

JUMLAH CEMARAN Escherichia coli PADA DAGING AYAM BROILER DI PASAR RUKOH, BANDA ACEH

TINGKAT PREVALENSI Escherichia coli DALAM DAGING AYAM BEKU YANG DILALULINTASKAN MELALUI PELABUHAN PENYEBERANGAN MERAK GALUH INDRO DEWANTORO

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei - Juni 2015 di Kota

I. PENDAHULUAN. dan semua produk hasil pengolahan jaringan yang dapat dimakan dan tidak

Deteksi Salmonella sp pada Daging Sapi dan Ayam

I. PENDAHULUAN. diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Januari 2015 di Laboratorium

MATERI DAN METODA Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Penelitian Susu Bubuk Skim Impor

JIMVET. 01(4): (2017) ISSN :

HASIL DAN PEMBAHASAN

15 Penanganan telur yang dilakukan oleh para pedagang di pasar tradisional di Provinsi Jawa Barat tidak menyimpan telur dengan pendinginan. Semua peda

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. perhitungan bakteri coliform ikan bandeng (Chanos chanos) yaitu : Hasil Tabung Reaksi Setelah Uji Pendugaan

Mutu karkas dan daging ayam

Cemaran Coliform pada Daging Ayam Pedaging yang Dijual di Swalayan di Denpasar

Angka Lempeng Total Bakteri pada Broiler Asal Swalayan di Denpasar dan Kabupaten Badung

BAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat merupakan salah satu indikator harapan hidup

BAB III METODE PENELITIAN. observasi kandungan mikroorganisme Coliform dan angka kuman total pada susu

I. PENDAHULUAN. Penyakit yang ditularkan melalui makanan (foodborne disease) merupakan

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

MATERI DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA. 18,20 Lemak (g) 25,00 Kalsium (mg) 14,00 Fosfor (mg) 200,00 Besi (mg) 1,50 Vitamin B1 (mg) 0,08 Air (g) 55,90 Kalori (kkal)

TOTAL MIKROBA DAN KOLIFORM DALAM DAGING ITIK DI WILAYAH KABUPATEN BOGOR NINDITYA ANGGIE WIYANI PUTRI

Palembang Zuhri, Tangerang Christiyanto, 2002

DEKONTAMINASI SALMONELLA SP. PADA KARKAS AYAM MENGGUNAKAN ASAM ORGANIK DAN KLORIN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Penelitian Susu UHT Impor Bahan Media dan Reagen Alat

Kualitas Susu Kambing Peranakan Etawah Post-Thawing Ditinjau dari Waktu Reduktase dan Angka Katalase

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian

BAB II MATERI DAN METODE PENELITIAN

ISSN No Jurnal Sangkareang Mataram 19

ASPEK MIKROBIOLOGIS DAGING AYAM BEKU YANG DILALULINTASKAN MELALUI PELABUHAN PENYEBERANGAN MERAK MELANI WAHYU ADININGSIH

EVALUASI JUMLAH BAKTERI KELOMPOK KOLIFORM PADA SUSU SAPI PERAH DI TPS CIMANGGUNG TANDANGSARI

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2013 di. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Riau.

Cemaran Salmonella Pada Daging Ayam Dibeberapa Rumah Potong Ayam Dan Pasar Tradisional Kota Samarinda Dengan Metode Compact Dry

Buletin Veteriner, BBVet Denpasar, Vol. XXVI, No. 84, Juni 2014 ISSN : X

TINGKAT KEAMANAN SUSU BUBUK SKIM IMPOR DITINJAU DARI KUALITAS MIKROBIOLOGI UTI RATNASARI HERDIANA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

ANALISIS BAKTERI PADA DAGING DAN JEROAN KERBAU YANG DIJUAL DI PASAR

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Metode Penelitian Sampel

PERANAN NOMOR KONTROL VETERINER (NKV) SEBAGAI PERSYARATAN DASAR UNTUK PRODUKSI PANGAN HEWANI YANG AMAN, SEHAT, UTUH DAN HALAL (ASUH)**

SUMBER-SUMBER KONTAMINASI BAKTERI PADA DANGKE DI KABUPATEN ENREKANG, SULAWESI SELATAN ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. oleh manusia. Sumber protein tersebut dapat berasal dari daging sapi,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan pada April 2014 di Tempat Pemotongan Hewan di Bandar

KANDUNGAN Escherichia coli PADA DAGING BROILER DI PASAR-PASAR TRADISIONAL KABUPATEN TANGGAMUS

TINGKAT MIKROOR. aureus,

Identifikasi Salmonela sp pada ayam potong

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan di Kabupaten

BAB I PENGANTAR. alami Salmonella sp adalah di usus manusia dan hewan, sedangkan air dan

IV. MACAM DAN SUMBER PANGAN ASAL TERNAK

PERLAKUAN KOMBINASI ANTARA PENCELUPAN AIR PANAS DAN IRADIASI GAMMA PADA BAKSO SAPI TERHADAP JUMLAH TOTAL BAKTERI

BAB I PENDAHULUAN. Makanan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia dan merupakan hak

BAB 1 PENDAHULUAN. bila dikonsumsi akan menyebabkan penyakit bawaan makanan atau foodborne

METODOLOGI PENELITIAN

CEMARAN Staphylococcus aureus PADA DAGING AYAM DAN OLAHANNYA

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Tampan pada bulan Maret sampai

METODE Lokasi dan Waktu Materi

BAB III METODE PENELITIAN. sampai Desember Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pembinaan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang dan sedang berusaha mencapai

METODE Lokasi dan Waktu Materi Rancangan Yijk = + αi + βj + (αβ) ij + ijk

CEMARAN MIKROBA PADA MAKANAN OLAHAN ASAL TERNAK

sebagai vector/ agen penyakit yang ditularkan melalui makanan (food and milk

BAB III METODE PENELITIAN. C), 6 gerobak pangsit (gerobak pangsit D, E, F, G,H dan I). Penelitian ini

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Pedagang Daging

HASIL DAN PEMBAHASAN

Lama Penyimpanan Daging Broiler terhadap Jumlah Cemaran Coliform pada Showcase Pasar-Pasar Swalayan di Denpasar

KEAMANAN MENGKONSUMSI SATE KAMBING DITINJAU DARI ASPEK PEMANASAN DAN TINGKAT CEMARAN MIKROBA DI KOTAMADYA JAKARTA TIMUR CHAIDIR TAUFIK

JIMVET. 01(4): (2017) ISSN :

I. PENDAHULUAN. Escherichia coli adalah bakteri yang merupakan bagian dari mikroflora yang

INTISARI ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF BAKTERI ESCHERICHIA COLI

Y ij = µ + B i + ε ij

HASIL DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan Pencemaran Kuman Listeria monocytogenes

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Prosedur Kerja

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai Desember 2013 dengan tahapan

BAB III TEKNIK PELAKSANAAN. Tempat Pelaksanaan Pengujian ini dilaksanakan di. Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP), Kelurahan

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian pada penelitian ini adalah Deskriptif Laboratorik.

Lampiran 1. Prosedur Analisis Mutu Mikrobiologi. 1.1 Pengujian E. coli dengan Metode TPC (BAM, 2002)

PENDAHULUAN. amino esensial yang lengkap dan dalam perbandingan jumlah yang baik. Daging broiler

I. PENDAHULUAN. Infeksi dan kontaminasi yang disebabkan oleh Salmonella sp. ditemukan hampir di. Infeksi bakteri ini pada hewan atau manusia dapat

BAB III METODE PENGUJIAN. Pemeriksaan bakteri Coliform pada air limbah dilakukan Balai Riset dan

ANALISIS ASPEK MIKROBIOLOGI BAKSO BAKAR YANG DIJUAL DI KECAMATAN TAMPAN

BAB I PENDAHULUAN. pembelahan daging ayam untuk mengeluarkan jeroan, dan proses pengeluaran

Tofa Waluyo*, Ellin Harlia**, Wowon Juanda** Universitas Padjadjaran

METODE Lokasi dan Waktu Materi Rancangan

SALMONELLOSIS PADA DAGING DAN TELUR AYAM DI PROVINSI BALI, NTB DAN NTT (Salmonellosis On Meat and Chicken Eggs In Bali, NTB and NTT)

Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1

MATERI DAN METODE. Prosedur

Peternakan Tropika. Journal of Tropical Animal Science

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Agustus 2013 sampai Febuari 2014

Cara uji mikrobiologi - Bagian 1: Penentuan coliform dan Escherichia coli pada produk perikanan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mineral. Susu adalah suatu cairan yang merupakan hasil pemerahan dari sapi atau

TINJAUAN PUSTAKA. Pemerintah, 2004). Sumber pangan yang berasal dari sumber nabati ataupun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Daging sapi didefinisikan sebagai semua jaringan hewan dan semua produk

I. PENDAHULUAN. pembangunan sesuai dengan yang telah digariskan dalam propenas. Pembangunan

II. METODELOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. sumur kurang dari 0,8 meter dari permukaan tanah didapat hasil sebagai berikut :

KAJIAN HASIL MONITORING DAN SURVEILANS CEMARAN MIKROBA DAN RESIDU OBAT HEWAN PADA PRODUK PANGAN ASAL HEWAN DI INDONESIA

Transkripsi:

Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, Desember 2009, hlm. 211-216 ISSN 0853 4217 Vol. 14 No.3 TINGKAT PREVALENSI ESCHERICHIA COLI DALAM DAGING AYAM BEKU YANG DILALULINTASKAN MELALUI PELABUHAN PENYEBERANGAN MERAK (PREVALANCE OF ESCHERICHIA COLI IN FROZEN CHICKEN MEAT WHICH WAS TRANSPORTED THROUGH MERAK PORT) G.I. Dewantoro 1), M.W. Adiningsih 2), T. Purnawarman 3), T. Sunartatie 4), U. Afiff 4) ABSTRACT The aimed of this study was to determine prevalence of Escherichia coli in frozen chicken meat transported through Merak port. The samples were taken from DKI Jakarta (16 samples), Bekasi (11 samples), Bogor (8 samples), and Serang (18 samples). The average number of E. coli in frozen chicken meat from DKI Jakarta was 0.43x10 1 ±0.28x10 1 MPN/g, Bekasi was 10.4x10 1 ±33.04x10 1 MPN/g, Bogor was 0.28x10 1 ±0.23x10 1 MPN/g, and Serang was 6.72x10 1 ±25.79x10 1 MPN/g. Based on the result of ANOVA, the four areas had no significance in diferrence (p>0.05). The conclusion of this study showed that the average number of E. coli from Bekasi and Serang were over the maximum limit of microbial contamination as permitted by SNI 01-7388-2009 (1x10 1 MPN/g), whereas DKI Jakarta and Bogor were under the maximum limit. The prevalence of E. coli in frozen chicken meat from DKI Jakarta was 31.25%, Bekasi 31.25%, Bogor 27.27%, and Serang was 27.78%. Keywords: Escherichia coli, frozen chicken meat, Merak port. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat prevalensi cemaran Escherichia coli pada daging ayam beku yang dilalulintaskan melalui pelabuhan penyeberangan Merak. Sampel daging ayam beku diambil dari DKI Jakarta (16 sampel), Bekasi (11 sampel), Bogor (8 sampel) dan Serang (18 sampel). Hasil rataan jumlah cemaran E. coli pada daging ayam beku menunjukkan dari DKI Jakarta (0.43x10 1 ±0.28x10 1 MPN/g), Bekasi (10.4x10 1 ±33.04x10 1 MPN/g), Bogor (0.28x10 1 ±0.23x10 1 MPN/g) dan Serang (6.72x10 1 ±25.79x10 1 MPN/g). Berdasarkan analysis of variant (ANOVA), jumlah cemaran E. coli dari keempat daerah tersebut.menunjukkan hasil tidak berbeda nyata (p>0.05). Dari penelitian ini dapat disimpulkan, bahwa rataan jumlah cemaran E. coli pada daging ayam beku dari Bekasi dan Serang melebihi batas maksimum cemaran mikroba menurut SNI 01-7388-2009 (>1x10 1 MPN/g), sedangkan daging ayam beku dari DKI Jakarta dan Bogor di bawah batas maksimum cemaran mikroba. Tingkat prevalensi cemaran E. coli pada daging ayam beku dari DKI Jakarta, Serang, Bekasi dan Bogor berturut-turut adalah 31.25%, 29.78%, 27.27% dan 12.50%. Kata kunci : Escherichia coli, daging ayam beku, Pelabuhan Merak. PENDAHULUAN Permintaan pangan hewani (daging, telur dan susu) dari waktu ke waktu cenderung meningkat sejalan dengan pertambahan penduduk, perkembangan ekonomi, perubahan pola hidup, 1) Sarjana Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor 2) Instalasi Karantina Kelas 2, Cilegon, Badan Karantina Pertanian 3) Dep. Ilmu Penyakit Hewan dan Kesmavet, Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor 4) Dep. Ilmu Penyakit Hewan dan Kesmavet, Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor peningkatan kesadaran akan gizi dan perbaikan pendidikan masyarakat (Djaafar dan Rahayu 2007) Saat ini konsumsi daging nasional didominasi oleh karkas atau daging ayam. Konsumsi daging ayam diproyeksikan meningkat sebanyak 2.14% per tahun, dibandingkan dengan daging sapi yang hanya 2.02% per tahun dalam periode 2009-2014 (Reni et al. 2009). Adanya peningkatan permintaan daging ayam berdampak pada kasus penyebaran penyakit yang berasal dari pangan asal hewan ke manusia atau foodborne disease. Salah satu faktor terjadinya penyebaran penyakit melalui daging ayam akibat perdagangan antar wilayah atau daerah. Terkait hal

212 Vol. 14 No. 3 J.Ilmu Pert. Indonesia tersebut, pelabuhan penyeberangan berperan dalam peredaran daging ayam antar pulau, sehingga keberadaan Balai Karantina Pertanian di pelabuhan sangat penting. Pelabuhan penyeberangan Merak merupakan salah satu pelabuhan di pulau Jawa. Pasokan daging ayam yang didistribusikan melalui pelabuhan penyeberangan Merak sebagian besar berasal dari Jakarta, Bogor, Serang dan Bekasi. Jawa Barat merupakan daerah pemasok daging ayam terbesar di Indonesia (Bappenas 2010) Untuk mendapatkan daging ayam atau produk olahannya yang berkualitas adalah dengan memenuhi persyaratan kualitas produk unggas yang ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional. Salah satu persyaratan kualitas produk unggas adalah bebas mikroba patogen seperti Salmonella sp. dan Campylobacter sp., sedangkan Escherichia coli dan Staphylococcus aureus tidak diperbolehkan melebihi batas maksimum cemaran mikroba pada daging ayam (SNI 2009). Cemaran mikroba patogen pada daging ayam maupun produk olahannya dapat menyebabkan berbagai penyakit bagi manusia yang mengkonsumsinya. Daging ayam dapat terkontaminasi mikroba patogen akibat menggunakan air dari sanitasi yang buruk untuk proses pemotongan maupun pengolahan daging ayam (Nugroho 2005). Sanitasi yang buruk dapat diindikasikan dengan keberadaan bakteri indikator, seperti E. coli. E. coli merupakan mikroflora normal pada saluran pencernaan dan sering ditemukan dalam air akibat kontaminasi feses hewan atau manusia (Kornacki dan Johnson 2001). Keberadaan mikroba patogen, seperti E. coli pada daging ayam dapat menyebabkan kekhawatiran masyarakat akan bahayanya jika mengkonsumsi daging ayam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat prevalensi cemaran E. coli di atas batas maksimum cemaran mikroba pada daging ayam beku yang dilalulintaskan melalui pelabuhan penyeberangan Merak. Sampel BAHAN DAN METODE Sampel berupa daging ayam beku yang dilalulintaskan melalui pelabuhan penyeberangan Merak. Menurut Thursfield (2005), jumlah sampel daging ayam beku yang diuji ditentukan dengan menggunakan rumus : 4. PQ N 2 L Keterangan: n = besaran sampel yang digunakan P = asumsi prevalensi Q = (1-P) L = galat yang diinginkan Dengan tingkat konfidensi 95% dan galat yang diinginkan 0.05 serta asumsi prevalensi untuk E. coli 3.4%, maka didapat: n = 4 x 0.034 x 0.966 (0.05) 2 = 53 sampel. Sebanyak 53 sampel daging ayam beku yang diambil berasal dari daerah DKI Jakarta (16 sampel), Bekasi 11 sampel, Bogor 8 sampel dan Serang 18 sampel. Metode Penelitian Metode pengujian yang dilakukan mengacu pada Bacteriological Analytic Manual, Food and Drug Administration, OAAC International (BAM 2006) dan SNI 01-2897-2008 tentang metode pengujian cemaran mikroba dalam daging, telur dan susu, serta hasil olahannya (SNI 2008). Uji Dugaan Sebanyak 25 g sampel dimasukkan ke dalam plastik steril, kemudian ditambahkan 225 ml larutan buffered phosphat water (BPW) 0.1% (pengenceran 10-1 )dan di-stomacher selama 1-2 menit dengan kecepatan 230 rpm. Sebanyak 1 ml suspensi pengenceran 10-1 dipindahkan dengan pipet steril ke dalam 9 ml larutan BPW 0.1%.(pengenceran 10-2 ). Pengenceran 10-3 didapatkan dengan cara yang sama, seperti untuk mendapatkan pengenceran 10-2, yaitu 1 ml suspensi pengenceran 10-2.dipindahkan ke dalam 9 ml larutan BPW 0.1%. Selanjutnya, sebanyak 1 ml suspensi dari setiap pengenceran 10-1, 10-2, dan 10-3 diambil dengan pipet steril dan dimasukkan ke dalam tabung yang berisi lauryl trypthose broth (LTB) dan tabung durham. Setiap pengenceran dimasukkan ke dalam 3 tabung LTB (triplo) dan diinkubasikan pada suhu 35 o C selama 48±2 jam. Hasil positif ditunjukkan dengan adanya gas di dalam tabung durham.

Vol. 15 No. 3 J.Ilmu Pert. Indonesia 213 Uji Penegasan Biakan positif pada uji pendugaan dipindahkan dengan menggunakan ose ke dalam tabung yang berisi Escherichia coli broth (EC broth) dan tabung durham, kemudian diinkubasikan pada suhu 45 o C selama 48±2 jam. Gas yang terbentuk merupakan hasil positif. Dari tabung EC broth yang positif, dibuat goresan pada agar levine-eosin methilin blue (L-EMB). Biakan pada agar L-EMB diinkubasikan pada suhu 36±1 o C selama 18-24 jam. Koloni tersangka diperhatikan yaitu warna hitam/gelap pada bagian pusat koloni dengan/tanpa warna metalik kehijauan. Dengan menggunakan ose, koloni tersangka diambil dari masing-masing agar L-EMB dan dipindahkan ke agar miring plate count agar (PCA) untuk pengujian biokimia. Agar miring tersebut diinkubasikan pada suhu 36±1 o C selama 18-24 jam. Selanjutnya, diuji dengan menggunakan uji Indol, Methyl Red, Voges Proskauer dan Citrat (IMViC) sebagai uji penegasan. Analisis Data Data yang dihasilkan dari penelitian ini dianalisis secara deskriptif dan menggunakan oneway analysis of variant (ANOVA) untuk membandingkan jumlah E. coli pada daging ayam beku dari tiap daerah asal (Mattjik dan Sumertajaya 2002). HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengujian rataan jumlah E. coli dan log rataan jumlah E. coli pada 53 sampel daging ayam beku dari keempat daerah asal pengambilan sampel ditampilkan pada Tabel 1 dan Gambar 1. Menurut SNI 01-7388-2009 tentang Batas Maksimum Cemaran Mikroba dalam Pangan, bahwa batas maksimum cemaran mikroba (BMCM) E. coli yang diperbolehkan ada pada daging ayam beku adalah kurang dari 1x10 1 MPN/g. Hanya sampel daging ayam beku yang berasal dari Bekasi (10.4x10 1 ±33.04x10 1 MPN/g) dan Serang (6.72x10 1 ±25.79x10 1 MPN/g) memiliki rataan jumlah E. coli di atas BMCM. Namun, rataan jumlah E. coli dari keempat daerah asal pengambilan sampel (total sampel) berada di atas BMCM E. coli yang diperbolehkan ada pada daging ayam beku. Hasil uji ANOVA menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata (p>0.05) dari keempat daerah pengambilan sampel. Hal tersebut menunjukkan, bahwa daerah pengambilan sampel daging ayam beku bukan merupakan faktor yang menyebabkan terjadinya kontaminasi cemaran E. coli, tetapi terdapat faktor lainnya, misalnya masalah sanitasi dan higiene. Tingkat prevalensi cemaran E. coli pada daging ayam beku dari tiap daerah asal dapat dilihat pada Tabel 2 dan Gambar 2. Secara berurutan tingkat prevalensi cemaran E. coli pada daging ayam beku dari yang tertinggi hingga terendah, yaitu : DKI Jakarta (31.25%), Serang (27.78%), Bekasi (27.27% dan Bogor (12.50%). Tabel 1. menunjukkan bahwa DKI Jakarta memiliki rataan jumlah E. coli pada daging ayam beku di bawah BMCM, akan tetapi pada Tabel 2 menunjukkan DKI Jakarta memiliki tingkat prevalensi tertinggi (31.25%). Hal ini dapat dijelaskan, bahwa faktor yang mempengaruhi tingginya tingkat prevalensi pada daging ayam beku bukan akibat rendah atau tingginya rataan jumlah E. coli. Faktor yang mempengaruhi tingkat prevalensi adalah banyaknya sampel yang memiliki cemaran melebihi 1x10 1 MPN/g (positif E. coli), karena tingkat prevalensi merupakan jumlah sampel yang positif E. coli berbanding jumlah sampel daging ayam beku yang diuji dikalikan 100%. Hasil penelitian tentang jumlah E. coli pada daging ayam beku yang telah dilakukan, ternyata tidak jauh berbeda dengan yang telah dilakukan oleh Setiowati dan Mardiastuti. Setiowati dan Mardiastuti (2009) menyatakan, bahwa sebanyak 28% sampel daging ayam dari pasar tradisional dan swalayan di DKI Jakarta yang diuji pada tahun 2006 sampai 2009, melebihi BMCM E. coli yang diperbolehkan SNI. Hal tersebut menunjukkan bahwa masih rendahnya higiene dan buruknya sanitasi di tempat pemotongan maupun saat pengolahan atau pengemasan daging ayam di DKI Jakarta. Hasil penelitian Ardana et al. (2006) tentang jumlah cemaran E. coli pada daging ayam yang berasal dari Bali, NTB, dan NTT pada tahun 2003 sampai 2004, menyebutkan bahwa 19.6% sampel yang diuji melebihi BMCM yang diperbolehkan SNI No.01-6366-2000 tahun 2001 tentang Batas Maksimum Cemaran Mikroba dan Batas Maksimum Residu dalam Bahan Makanan Asal Hewan. Adanya cemaran E. coli diduga berasal dari rumah potong unggas (RPU). Pencemaran mikroba yang tinggi di RPU sangat dimungkinkan karena sebagian besar kondisi RPU yang ada tidak memenuhi persyaratan higiene dan sanitasi lingkungan. E. coli yang mencemari daging ayam umumnya berasal dari ruangan, peralatan maupun meja tempat pemotongan ayam, serta air yang digunakan selama proses pemotongan hingga pengolahan daging ayam. Selain itu, peningkatan jumlah E. coli juga dipengaruhi oleh faktor intrinsik dari produk pangan tersebut (Nugroho 2005).

214 Vol. 14 No. 3 J.Ilmu Pert. Indonesia ke karkas serta dari alat pencabut bulu. Jumlah E. coli pada kulit ayam akan meningkat selama proses pencabutan bulu (Lukman 2010). Gambar 1. Diagram batang log rataan jumlah E. coli dari tiap daerah asal Tingginya jumlah E. coli pada sampel daging ayam beku dari daerah DKI Jakarta, Bekasi, dan Serang menunjukkan adanya kontaminasi. Adanya kontaminasi E. coli pada daging ayam dimungkinkan akibat penggunaan air yang sudah tercemar E. coli. Air tersebut digunakan dalam kegiatan di peternakan, tempat pemotongan, tempat pengolahan hingga dihidangkan di atas meja (Nugroho 2005). Tabel 1. Rataan jumlah dan log rataan jumlah E. coli pada daging ayam beku dari tiap daerah asal Asal daerah Jumlah sampel Rataan jumlahe. coli (MPN/g) Log rataan jumlah E. coli (MPN/g) DKI Jakarta 16 0.43x10 1 ±0.28x10 1 a 0.63±0.45 Bekasi 11 10.4x10 1 ±33.04x10 1 a 2.02±2.52 Bogor 8 0.28x10 1 ±0.23x10 1 a 0.45±0.36 Serang 18 6.72x10 1 ±25.79x10 1 a 1.83±2.41 Total 53 4.61x10 1 ±21.08x10 1 0.23±0.38 Keterangan : huruf superscript yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata (p>0.05). Tabel 2. Tingkat prevalensi E. coli pada daging ayam beku dari tiap daerah asal Asal daerah Jumlah sampel Jumlah sampel positif Tingkat prevalensi (%) DKI 16 5 31.25 Jakarta Bekasi 11 3 27.27 Bogor 8 1 12.50 Serang 18 5 27.78 Total 53 14 24.70 Keterangan : Menurut SNI 01-7388-2009, sampel positif ditunjukkan jika jumlah E. coli > 1x10 1 MPN/g. Nugroho (2005)menambahkan, bahwa tahap-tahap yang berpotensi terjadinya kontaminasi silang mikroba pada pemrosesan karkas ayam di RPU dapat terjadi pada saat penyembelihan, scalding dan pencabutan bulu, pengeluaran jeroan, pendinginan, grading, dan pemotongan. Organ jeroan terutama usus merupakan habitat dari E. coli, sehingga E. coli dapat mencemari daging jika daging ayam tersebut kontak dengan isi usus ayam dan tangan pegawai yang mengolah daging tersebut. Pada proses pencabutan bulu dapat terjadi penyebarluasan kontaminasi (kontaminasi silang) mikroba dari karkas Gambar 2. Tingkat prevalensi E. coli pada daging ayam beku dari tiap daerah asal. Menurut Djaja (2008), tingkat kontaminasi makanan oleh E. coli di DKI Jakarta diakibatkan oleh beberapa faktor, antara lain akibat kontaminasi air (12.9%) dan kontaminasi tangan (12.5%). Hal tersebut membuktikan bahwa faktor sanitasi dan penanganan yang kurang baik merupakan faktor terjadinya kontaminasi E. coli di tempat pengolahan produk pangan. Persyaratan higiene sangat penting dalam usaha pemotongan ayam, antara lain kebersihan

Vol. 15 No. 3 J.Ilmu Pert. Indonesia 215 bangunan, perlengkapan, dan peralatan yang digunakan, agar tidak menjadi sumber kontaminasi pada daging ayam. Tata laksana sanitasi meliputi pembersihan dengan menggunakan detergen dan desinfektan. Umumnya desinfektan dikombinasikan dengan detergen untuk membersihkan ruangan maupun peralatan RPU. Dalam menghasilkan daging ayam, produsen dan pengolah diharapkan dapat menerapkan cara-cara berproduksi yang baik atau good manufacture practices (GMP) dan penerapan sistem keamanan pangan atau hazard analysis critical control point (HACCP), sehingga daging ayam yang dihasilkan aman dan sehat dikonsumsi (Abubakar 2003). SIMPULAN 1. Rataan jumlah E. coli pada daging ayam beku yang berasal dari Bekasi (10.4x10 1 ±33.04x10 1 MPN/g) dan Serang (6.72x10 1 ±25.79x10 1 MPN/g) melebihi batas maksimum cemaran E. coli yang diperbolehkan SNI 01-7388-2009. Rataan jumlah E. coli pada daging ayam beku yang berasal dari DKI Jakarta (0.43x10 1 ±0.28x10 1 MPN/g) dan Bogor (0.28x10 1 ±0.23x10 1 MPN/g) di bawah batas maksimum cemaran E. coli yang diperbolehkan SNI 01-7388-2009. 2. Tingkat prevalensi cemaran E. coli melebihi BMCM yang diperbolehkan SNI 01-7388-2009 pada sampel daging ayam beku asal daerah DKI Jakarta, Bekasi, Bogor dan Serang berturut-turut adalah sebesar 31.25%, 27.27%, 12.50% dan 27.78%. DAFTAR PUSTAKA Abubakar. 2003. Mutu Karkas Ayam Hasil Pemotongan Tradisional dan Penerapan Sistem Hazard Analysis Critical Control Point. J Litbang Pertanian 22: 33-39. Ardana IGPS, Handayani, Dewi AAS, Riti N. 2005. Cemara Mikroba dan Residu Antibiotika pada Produk Asal Hewan di Provinsi Bali, NTB, dan NTT tahun 2003-2004. www.bppv.or.id [1 Agustus 2010]. [BAM] Bacteriological Analytical Manual. 2006. Food and Drug Administration. AOAC International. [Bappenas] Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional. 2010. Data Peternakan Unggas 2009. www.bappenas.go.id [1 Juli 2010]. Djaafar TF, Rahayu S. 2007. Cemaran Mikroba pada Produk Pertanian, Penyakit yang Ditimbulkan dan Pencegahannya. J Litbang Pertanian 26: 67-75. Djaja IM. 2008. Kontaminasi E. coli pada Makanan dari Tiga Jenis Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) di Jakarta Selatan 2003. Makara, Kesehatan 12: 36-41. Kornacki JL, Johnson JL. 2001. Enterobacteriaceae, Coliforms and Escherichia coli as Quality and Safety Indicators. Di dalam: Downes FP, Ito K, editor. Compendium of Methods for The Microbiological Examination of Foods. Ed ke-4. Washington DC: American Public Health Association. hlm 69-82. Lukman DW. 2010. Higiene Pangan dan Kesmavet. http://higienepangan.blogspot.com/2010/02/mikrobiologidaging.html [1 Agustus 2010]. Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2002. Perancangan Percobaan. Jilid I. Ed ke-2. Bogor: IPB Pr. Nugroho WS. 2005. Aspek Kesehatan Masyarakat Veteriner Staphylococcus Bakteri Jahat yang Sering Disepelekan. http//:weesnugroho.staff.ugm.ac.id [1 Agustus 2010]. Prima IB. 2009. Manajemen Bisnis di Rumah Pemotongan Unggas (RPU). http://duniaveteriner.com [6 Oktober 2010]. Rahardjo AHD, Santoso BS. 2005. Kajian terhadap Kualitas Karkas Broiler yang Disimpan pada Suhu Kamar Setelah Perlakuan Pengukusan. JAP 7: 1-5. Reni et al. 2009. Model Proyeksi Jangka Pendek Permintaan dan Penawaran Komoditas Pertanian Utama. Jakarta : Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Departemen Pertanian. Setiowati WE, Mardiastuty E. 2009. Tinjauan Bahan Pangan Asal Hewan yang ASUH berdasarkan Aspek Mikrobiologi di DKI Jakarta. Prosiding PPI Standardisasi 2009; Jakarta, 19 Nov 2009. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional Indonesia. hlm 1-11. [SNI] Standar Nasional Indonesia. 2008. Metode Pengujian Cemaran Mikroba dalam Daging, Telur dan Susu, serta Hasil Olahannya. SNI 01-2897-2008. Jakarta : Dewan Standardisasi Nasional.

216 Vol. 14 No. 3 J.Ilmu Pert. Indonesia [SNI] Standar Nasional Indonesia. 2009. Batas Maksimum Cemaran Mikroba dalam Pangan. SNI 01-7388-2009. Jakarta: Dewan Standardisasi Nasional. Thrusfield M. 2005. Veterinary Epidemiology. Ed ke-3. London: Blackwell Publisher Company. Thompkin RB, McNamara AM, Acuff GR. 2001. Meat and Poultry Products. Di dalam Downes PF, Ito K, editor. Compendium of Methods for The Microbiological Examination of Foods. Ed ke-4. Washington DC: American Public Health Association. hlm 463-471.