BAB III DESKRIPSI TPLA DAN METODOLOGI PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD) dan Satu Data Pembangunan Jawa Barat

BAB III METODE PENELITIAN. menyelidiki keadaan, kondisi, atau hal-hal lain yang hasilnya dipaparkan dalam

PRAKTIKUM RSDAL VI PREDIKSI EROSI DENGAN METODE USLE DAN UPAYA PENGENDALIANNYA

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

Teknik Konservasi Waduk

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Analisis karakteristik DTA(Daerah Tangkapan Air ) Opak

PENGELOLAAN SATU DATA PEMBANGUNAN JAWA BARAT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di DAS Hulu Mikro Sumber Brantas, terletak di Desa

MENENTUKAN LAJU EROSI

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xiii

BAB III LANDASAN TEORI. Jika dirumuskan dalam suatu persamaan adalah sebagai berikut : R=.(3.1) : curah hujan rata-rata (mm)

PEMETAAN TINGKAT BAHAYA EROSI DENGAN METODE USLE (UNIVERSAL SOIL LOSS EQUATION) BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) DI PULAU SAMOSIR

PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode USLE

PENGEMBANGAN MODEL PREDIKSI EROSI LAHAN BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFI UNTUK KEJADIAN HUJAN TUNGGAL

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Karakter Daerah Tangkapan Air Merden

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode Universal Soil Loss Equation (USLE)

BAB V ANALISIS SEDIMEN DAN VOLUME KEHILANGAN AIR PADA EMBUNG

KAJIAN TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA PENGGUNAAN LAHAN TANAMAN AGROFORESTRY DI SUB DAS LAU BIANG (KAWASAN HULU DAS WAMPU)

KAJIAN TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) TANAH ANDEPTS PADA PENGGUNAAN LAHAN TANAMAN KACANG TANAH DI KEBUN PERCOBAAN KWALA BEKALA USU

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Prosiding Seminar Nasional INACID Mei 2014, Palembang Sumatera Selatan

Gambar 4.1 Peta lokasi penelitian (PA-C Pasekan)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Lokasi Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

125 permukaan dan perhitungan erosi berasal dari data pengukuran hujan sebanyak 9 kejadian hujan. Perbandingan pada data hasil tersebut dilakukan deng

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode Universal Soil Loss Equation (USLE)

TINJAUAN PUSTAKA. unsur-unsur utamanya terdiri atas sumberdaya alam tanah, air dan vegetasi serta

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

TUGAS AKHIR ANALISIS SEDIMENTASI BERDASARKAN LAJU EROSI DI DAERAH ALIRAN SUNGAI SERANG PADA DAERAH TANGKAPAN AIR PENGASIH DENGAN METODE USLE

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...ii UCAPAN TERIMAKASIH...iii DAFTAR ISI...iv. DAFTAR TABEL...vii DAFTAR GAMBAR...ix

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 81 TAHUN 2008 TENTANG

KAJIAN TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA PENGGUNAAN LAHAN TANAMAN PANGAN (UBI KAYU) DI KEBUN PERCOBAAN USU KWALA BEKALA

PENDUGAAN EROSI DENGAN METODE USLE (Universal Soil Loss Equation) DI SITU BOJONGSARI, DEPOK

Bab ini berhubungan dengan bab-bab yang terdahulu, khusunya curah hujan dan pengaliran air permukaan (run off).

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode MUSLE

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB II LANDASAN TEORI

1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENENTUAN TINGKAT KEKRITISAN LAHAN DENGAN MENGGUNAKAN GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM DI SUB DAS AEK RAISAN DAN SUB DAS SIPANSIHAPORAS DAS BATANG TORU

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Menurut Bocco et all. (2005) pengelolaan sumber daya alam

MENENTUKAN PUNCAK EROSI POTENSIAL YANG TERJADI DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) LOLI TASIBURI DENGAN MENGGUNAKAN METODE USLEa

Pendugaan Erosi Aktual Berdasarkan Metode USLE Melalui Pendekatan Vegetasi, Kemiringan Lereng dan Erodibilitas di Hulu Sub DAS Padang

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 72 TAHUN 2008 TENTANG

KAJIAN EROSI TANAH DENGAN PENDEKATAN WISCHMEIER PADA DAS KALIMEJA SUBAIM KECAMATAN WASILE TIMUR KABUPATEN HALMAHERA TIMUR

USLE (Universal S UNAKAN

USLE (Universal S UNAKAN

BAB III METODE PENELITIAN. dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien sesuai dengan tujuannya (Moh.

ABSTRACT PREDICTION EROSION, LAND CAPABILITY CLASSIFICATION AND PROPOSED LAND USE IN BATURITI DISTRICT, TABANAN REGENCY, BALI PROVINCE.

KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL BINA PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN PERHUTANAN SOSIAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDUGAAN EROSI TANAH DIEMPAT KECAMATAN KABUPATEN SIMALUNGUN BERDASARKAN METODE ULSE

%$be PEWGARUH EROSl DAN SEDIMENTASI TERHADAP UMUR WADUK SAGULONG

%$be PEWGARUH EROSl DAN SEDIMENTASI TERHADAP UMUR WADUK SAGULONG

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai Way Semangka

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 66 TAHUN 2008 TENTANG

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG

BAB II TINJAUAN BALAI

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 92 TAHUN 2008 TENTANG

Erosi. Rekayasa Hidrologi

BUPATI BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUMAS,

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Erosi

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Pengumpulan Data

BAB III METODE PENELITIAN

STUDI IDENTIFIKASI PENGELOLAAN LAHAN BERDASAR TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) (Studi Kasus Di Sub Das Sani, Das Juwana, Jawa Tengah)

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PENGGUNAAN BAHAN ORGANIK SEBAGAI PENGENDALI EROSI DI SUB DAS CIBOJONG KABUPATEN SERANG, BANTEN. Oleh: FANNY IRFANI WULANDARI F

TINJAUAN PUSTAKA. Daerah Aliran Sungai Asahan. harafiah diartikan sebagai setiap permukaan miring yang mengalirkan air

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2014

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 60 TAHUN 2008 TENTANG

ANALISA LAJU EROSI DAS AMPRONG - MALANG AKIBAT PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN TUGAS AKHIR

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. dahulu dihitung faktor-faktor bahaya erosi yang terjadi di Sub DAS Bekala.

KAJIAN EROSI DAN ALIRAN PERMUKAAN PADA BERBAGAI SISTEM TANAM DI TANAH TERDEGRADASI SKRIPSI. Vivin Alviyanti NIM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian adalah cara yang digunakan untuk melakukan

KAJIAN PERHITUNGAN SEDIMEN EMBUNG TAMBAKBOYO DI SLEMAN, YOGYAKARTA

ARAHAN PENANGANAN LAHAN KRITIS DI SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI LESTI KABUPATEN MALANG

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 80 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Aliran Sungai merupakan suatu sistem alam yang menjadi

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik Wilayah Desa Gunungsari. Desa Gunungsari Kecamatan Bansari terletak di lereng gunung Sindoro pada

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 82 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT PROVINSI

BAB I PENDAHULUAN. sebelah Tenggara Kota Yogyakarta dengan jarak sekitar 39 km. Kabupaten

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG SINGLE DATA SYSTEM UNTUK PEMBANGUNAN DAERAH DI JAWA TENGAH

KAJIAN SIFAT FISIK TANAH DAN BERBAGAI PENGGUNAAN LAHAN DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PENDUGAAN EROSI TANAH. Oleh : Moch. Arifin 1)

WALIKOTA BANJARBARU Alamat Kantor : JL. Panglima Batur No.1 Telp.(0511) Fax. (0511) Banjarbaru Kalsel

TINJAUAN PUSTAKA. erosi, tanah atau bagian-bagian tanah pada suatu tempat terkikis dan terangkut

Transkripsi:

BAB III DESKRIPSI TPLA DAN METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sejarah Singkat Balai Pusdalisbang Provinsi Jawa Barat Pusdalisbang (Pusat Data Dan Analisa Pembangunan) adalah unsur pelaksanaan Tugas Teknik Badan (UPTB) untuk menunjang operasional dan teknis pada Bappeda Provinsi Jawa Barat. Ide dasar pembentukan Balai Pusdalisbang dikemukakan oleh Kepala Bappeda Provinsi Jawa Barat, Prof. Dr. Ir. Deny Juanda Puradimaja, DEA pada pertemuan dengan para struktural di lingkungan Bappeda Provinsi Jawa Barat, bertempat di Ruang Sidang A Bappeda Jawa Barat jalan Ir. H. Juanda No.287 Bandung. Pada dasarnya gagasan tersebut muncul karena belum optimalnya integrasi data perencanaan pembangunan Provinsi Jawa Barat yang bersumber dari OPD Provinsi, Bappeda Kabupaten/Kota, serta instansi vertikal (BPS), khususnya menyangkut ketidakseragaman tolak ukur (indikator), format data, tahapan pengolahan data serta sistem penyajiannya, sehingga sering menyulitkan pada saat dilakukan integrasi data. Oleh sebab itu kebutuhan data yang akurat bagi pembangunan Jawa Barat sangat mendesak, maka Balai Pusdalisbang perlu segera dibentuk untuk menghasilkan data yang sama atau satu data untuk pembangunan Jawa Barat. Dengan data yang seragam dan valid diharapkan akan lebih memudahkan proses perencaan pembangunan. Setelah hampir dua tahun sejak awal gagasan tersebut digulirkan, terwujudlah pembentukan Balai Pusdalisbang melalui Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 113 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tatakerja Unit Pelaksanaan Teknis Dinas/Badan di lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Baratyang tertuang dalam Berita Derah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009 Nomor 186 Seri D. maka sejak 11 September 2009, Pemerintah Provinsi Jawa Barat resmi memiliki Pusat Data dan Analisa Pembangunan sebagai UPTB di lingkungan Bappeda Provinsi Jawa Barat. Dengan terbentuknya

Balai Pusdalisbang, akan terwujud suatu unit teknis di Bappeda Provinsi Jawa Barat yang dapat berfungsi untuk mengumpulkan, mengolah, menganalisa data spasial dan a-spasial pembangunan Jawa Barat yang dapat melayani kebutuhan data dan informasi pembangunan Jawa Barat serta mengelola sistem informasi dan infrastruktur jaringan informatika data pembangunan Jawa Barat, yang mampu merajut perencanaan dengan data dan informasi lebih teliti, akurat dan bermakna bagi kemajuan pembangunan Jawa Barat. Selain itu, Balai Pusdalisbang mempunyai kewenangan dalam memberikan masukan, perumusan, penyusunan kebijakan pembangunan Jawa Barat berdasarkan hasil analisa data, serta menyusun standarisaripengelolaan, pelayanan data dan informasi pembangunan Jawa Barat. 3.2 VISI DAN MISI 1. VISI Mewujudkan Satu Data untuk Pembangunan Jawa Barat yang Berkualitas dan Akuntabel 2. MISI a. Menyediakan data dan informasi pembangunan yang cepat, akurat dan terkini. b. Meningkatkan kualitas dan kuantitas analisis data dan informasi untuk pebaikan perencanaan pembangunan. c. Mengoptimalkan pembuatan infrastruktur jaringan dalam mendukung integrasi data dan informasi pembangunan lintas OPD Provinsi dan integrasi data dengan Pemerintah pusat dan Pemerintah Kabupaten/Kota. d. Menjalin Komunikasi dalam tugas pelayanan data dan informasi hasil-hasil pembangunan kepda masyarakat.

e. Meningkatkan kemampuan sumber daya manusia pengelola data dan informasi pembangunan Jawa Barat pada seluruh OPD Provinsi Jawa Barat. 3.3 Tugas Pokok, Fungsi dan Rincian 1. Tugas Pokok Balai Pusdalisbang Provinsi Jawa Barat mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian fungsi Badan di Bidang pengumpulan, pengelolaan dan analisa data pembangunan serta pelayanan informasi pembangunan Jawa Barat. 2. Fungsi a. Penyelenggaraan pengkajian bahan petunjuk teknis pengumpulan, pengelolaan data pembangunan seta pelayanan informasi pembangunan Jawa Barat. b. Penyelenggaraan pengumpulan, pengelolaan dan analisa data spasial dan a-spasial pembangunan Jawa Barat serta pelayanan informasi pembangunan Jawa Barat. 3. Rincian Tugas Balai a. Menyelenggarakan penyusunan program kerja Balai. b. Menyelenggarakan pengumpulan data spasial dan a-spasial pembangunan Jawa Barat. c. Menyelenggarakan pengelolaan data bahan spasial dan a-spasial pembangunan Jawa Barat. d. Menyelenggarakan pengumpulan data spasial dan a-spasial pembangunan Jawa Barat. e. Menyelenggarakan analisa data spasial dan a-spasial pembangunan Jawa Barat. f. Menyelenggarakan penyusunan standar pengelolaan data dan informasi pembangunan Jawa Barat.

g. Menyelenggarakan pelayanan data dan informasi pembangunan Jawa Barat. h. Menyelenggarakan pengelolaan sistem informasi dan infrastruktur jaringan informatika data pembangunan Jawa Barat. i. Menyelenggarakan penyusunan saran dan rekomendasi penetapan kebijakan pembangunan Jawa Barat berdasarkan hasil analisa data pembangunan. j. Menyelenggarakan hasil analisa data pembangunan. k. Menyelenggarakan ketatausahaan Balai l. Menyelenggarakan telaahan staf sebagai bahan pengambilan keputusan kebijakan. m. Menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja terkait. n. Menyelenggarakan evaluasi dan pelaporan. o. Menyelenggarakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Penyediaan data dan Analisis untuk Perencaanaan. Penguatan Informasi Analisis Data Pembangunan. Penerbitan Warta Bappeda. Layanan Komunikasi Interaktif ( SMS jabarmembangun). Digital Library data dan Informasi.

Rincian Tugas Unit Pelayanan Terpadu Badan (UPTB) Pusat Data dan Analisa Pembangunan Jabar (Pusdalisbang) 1) KEPALA a. Merumuskan, menetapkan, memimpin, mengkoordinasikan dan mengendalikan pelaksanaan kegiatan tugas pokok UPTB. b. Memberikan saran pertimbangan dan rekomendasi kepada Kepala Badan sebagai bahan penetapan kebijakan pembangunan. 2) SUB BAGIAN TATA USAHA a. Melaksanakan urusan administrasi umum dan keuangan UPTB. b. Menyusun rencana kerja dan pengembangan UPTB. c. Mengelola administrasi personalia UPTB. d. Melaksanakan tugas lain yang dilimpahkan pimpinan. e. Melaksanakan koordinasi dengan unit kerja lain. 3) SEKSI PELAYANAN INFORMASI DAN KOMUNIKASI a. Melaksanakan pengelolaan website dan sarana sistem informasi serta insfrastruktur jaringan informatika Badan. b. Melaksanakan penyusunan bahan komunikasi publik tentang pembangunan Daerah. c. Melaksanakan komunikasi publik tentang pembangunan Daerah. d. Melaksanakan publikasi data dan hasil analisa pembangunan Daerah. e. Penyelenggaraan koordinasi dengan unit kerja terkait. 4) SEKSI PENDATAAN DAN ANALISA a. Merumuskan kebutuhan data dan informasi pembangunan Jabar.

b. Melaksanakan pengumpulan data spasial dan a-spasial pembangunan Jabar. c. Melaksanakan pengolahan, analisa dan pemeliharaan data spasial serta a-spasial pembangunan Jabar. d. Merumuskan bahan rekomendasi kebijakan pembangunan Jabar. e. Penyelenggaraan koordinasi dengan unit kerja terkait. 3.4 Jadwal Kegiatan PLA Dibawah ini merupakan semua jadwal kegiatan yang penulis lakukan selama PLA di Balai Pusdalisbang Provinsi Jawa Barat. No. Tanggal Kegiatan Pebimbing Meng-entri data tentang Ir. Agus 1 04-Feb-13 Sistem Informasi Hermawan, M.Si Kemiskinan"Jabar Pro Poor" 2 18-Feb-13 3 21-Feb-13 4 27-Feb-13 Membuat Peta Tematik Capaian Angka Harapan Hidup, Angka Melek Hurup dan Rata-Rata Lama Sekolah Membuat Peta Tematik Gini Ratio Membuat Peta Luas Lahan Pertanian dan Bukan Lahan Pertanian 4 04-Mar-13 Membuat Peta Desa Pak Purnama 5 06-Mar-13 6 11-Mar-13 7 13-Mar-13 8 14-Mar-13 9 14- Mar- 2013 Sampai Awal April Membuat Peta KPU Jabar 2013 Juara 1, 2, 3, 4, 5 dan Mendigit Batas Provinsi Jabar Membuat Grafik Klasifikasi Tamat Sekolah Membuat Peta Pddk Miskin 2010 Membuat Peta Tematik Produk Domestic Mengerjakan Peta Desa yang belum Selesei Pak Purnama dan Pak Purnama Pak Purnama

10 02-Apr-13 11 02-Apr-13 12 Dari tanggal 2 April sampai akhir April Membuat Peta Tematik Jumlah Angkatan Kerja dan Penduduk Bekerja Meng-print semua Peta yang sudah dikerjakan Training Pembuatan Peta Erosi untuk Laporan Pak Dino 3.4 Pembimbingan Pembimbingan dengan dosen luar biasa di tempat PLA dilakukan secara langsung pada saat jam istirahat di Kantor ataupun ketika ada waktu luang. Bimbingan tersebut berisi tentang konsultasi masalah ruang lingkup kerja di Kantor Pusdalisbang, selain itu sesekali penulis melakukan konsultasi tentang pemilihan tema untuk pembuatan laporan akhir kegiatan PLA. Dan konsultasi dengan dosen pembimbing dilakukan di area kampus. 3.5 Alat dan Bahan 3.5.1 Alat Alat disini berupa pemakaian perangkat lunak yaitu software yang dipakai untuk melakukan analisis GIS dengan menggunakan software ArcGis 10. 3.5.2 Bahan Bahan-bahan yang diperlukan : 1. Peta Curah Hujan skala 1:250.000 tahun 1964 2. Peta Jenis Tanah skala 1:250.000 tahun 1984 3. Peta Daerah Aliran Cimandiri 4. Peta Lereng skala 1:25.000 tahun 1990 5. Peta Citra Landsat Penggunaan Lahan skala 1:25.000 tahun 2010.

3.6 Metode Analisis Analisa perkiraan kehilangan tanah dari sheet erosion dikenal dengan nama Universal Soil Loss Equation (USLE). USLE dipergunakan bagi perencana konservasi untuk menghitung kehilangan tanah (soil loss) yang dikorelasikan dengan berbagai parameter. Walaupun rumus USLE merupakan model yang mudah tetapi input datanya harus benar dan teliti, karena dengan masukan data yang tidak sesuai akan membuat kesalahan yang sangat besar. Rumus USLE adalah sebagai berikut : A= R.K.LS.C.P Keterangan : A = Banyaknya tanah tererosi per satuan luas per satuan waktu, yang dinyatakan sesuai dengan satuan K dan periode R yang dipilih, dalam praktek dipakai satuan ton/ha/tahun R = Faktor Erosivitas Hujan tahunan dalam KJ/ha. K = Faktor Erodibilitas tanah, yaitu laju erosi per indeks erosi hujan (R) untuk satuan tanah yang diperoleh dari petak percobaan yang panjangnya 22.13 m dengan kemiringan seragam 9% tanpa tanaman, satuan ton/kj. LS = Faktor panjang-kemiringan lereng,yaitu nisbah antara besarnya erosi per indeks erosi dari satuan lahan dengan panjang dan kemiringan lahan tertentu terhadap besarnya erosi dari plot lahan dengan panjang 22.13 m dan kemiringan 9% dibawah keadaan yang identik, tidak berdimensi. C = Faktor tanaman penutup lahan dan manajemen tanaman, yaitu nisbah anatara besarnya erosi dari suatu lahan dengan penutup tanaman dan manajemen tanaman tertentu terhadap lahan yang identik tanpa tanaman, tidak berdimensi.

P = Faktor tindakan konservasi praktis, yaitu nisbah anatara besarnya dari lahan dengan tindakan konservasi praktis dengan besarnya erosi dari tanah yang diolah searah lereng dalam keadaan yang identik, tidak berdimensi. Berdasarkan rumus yang digunakan maka diperlukan empat jenis peta sebagai dasar perhitungan diatas yaitu peta curah hujan, peta jenis tanah, peta kemiringan lereng dan peta penggunaan lahan. Proses perhitungan nilai indeks dari setiap data peta, dilakukan dengan berbagai formulasi, yaitu : 1. Indeks Erosivitas Hujan (R) Indeks Erosivitas dapat dihitung dengan persamaan seperti berikut : R = 0.41 x H 1.09 Dimana : R = Erosivitas Hujan H = Curah Hujan Tahunan 2. Erodibilitas Tanah (K) Indeks erodibilitas tanah menunjukkan Kepekaan tanah terhadap erosi dipengaruhi oleh tekstur tanah, bahan organik, struktur tanah dan permeabilitas tanah. Tekstur tanah yang sangat halus akan lebih mudah hanyut dibandingkan dengan tekstur tanah yang kasar. Kandungan bahan organik yang tinggi akan menyebabkan nilai erodibilitas tinggi. 3. Indeks Panjang dan Kemiringan Lereng (LS) Faktor kemiringan dan panjang lereng (LS) terdiri dari dua komponen, yakni faktor kemiringan dan faktor panjang lereng. Faktor panjang lereng adalah jarak horizontal dari permukaan atas yang mengalir ke bawah dimana gradien lereng menurun hingga ke titik awal atau ketika limpasan permukaan (run off) menjadi terfokus pada saluran tertentu (Renard et al., 1997). 4. Indeks Penutupan Vegetasi dan Pengolahan Lahan (CP) Faktor penutupan lahan menggambarkan dampak kegiatan pertanian dan pengelolaannya pada tingkat erosi tanah (Renard et al., 1997).

5. Kelas Erosi Hasil perhitungan nilai laju erosi dengan menggunakan rumus USLE kemudian diklasifikasi menjadi 5 kelas, yaitu sangat ringan, ringan, sedang, berat, dan sangat berat. 3.7 Pengolahan Data Pengolahan data disini dilakukan dengan mengolah data dari masing-masing peta tersebut untuk menentukan kelas tingkat bahaya erosi, setelah keempat peta tersebut diolah baru dilakukan proses overlay terhadap keempat peta tersebut untuk digabungkan menjadi satu peta yang mempunyai sebaran tingkat bahaya erosi di tiap masing-masing wilayah.