BAB I PENDAHULUAN. Islam menempatkan pendidikan pada kedudukan yang sangat penting.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Lia Nurul Azizah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan agama khususnya Pendidikan agama Islam sangat dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. melestarikan dan mengalihkan serta mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Islam sebagai agama tidak dapat dipisahkan dari politik. Dalam artian

2014 PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-ISLAMIYYAH DESA MANDALAMUKTI KECAMATAN CIKALONGWETAN KABUPATEN BANDUNG BARAT

BAB I PENDAHULUAN. terbentuk pulalah masyarakat muslim. Dengan terbentuknya masyarakat muslim

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV PENUTUP. (tradisional) adalah pesantren yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab

BAB 1 PENDAHULUAN. Wacana pemikiran Islam tentang sistem pemerintahan Islam mengalami sebuah

2015 PERKEMBANGAN PENDIDIKAN PESANTREN CIPARI DESA SUKARASA KECAMATAN PANGATIKAN KABUPATEN GARUT TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah sebagai ormas keagamaan menyatakan tidak berpolitik

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian tradisional pada Masyarakat Banten memiliki berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. skripsi yang berjudul Pemikiran Gus Dur Tentang Pluralisme Agama Di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I Pendahuluan. tertentu dapat tercapai. Dengan pendidikan itu pula mereka dapat mempergunakan

BAB I PENDAHULUAN. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PERANAN PEMOEDA ANGKATAN SAMOEDERA OEMBARAN (PAS O) DALAM PERISTIWA AGRESI MILITER BELANDA II TAHUN 1948 DI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan masyarakat muslim di Indonesia. 1. pesantren; dalam hal ini kyai dibantu para ustadz yang mengajar kitab-kitab

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sebagai alat negara. Negara dapat dipandang sebagai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Ulama di Indonesia dan negara-negara muslim lainnya telah memainkan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini peneliti mengambil judul Peranan Syaikh Ahmad

BAB I PENDAHULUAN. untuk melaksanakan proses belajar mengajar yang diarahkan untuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa

I. METODE PENELITIAN. masalah bagi sebuah penelitian. Hal ini sesuai dengan pendapat Husin Sayuti

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam merekonstruksi fakta-fakta historis mengenai dinamika industri

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini membahas lebih rinci metode penelitian yang digunakan dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini, penulis akan menguraikan metode penelitian yang

DAFTAR PUSTAKA. Arifin, Muzayyin. (2009). Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. metafisika pada puncaknya. Kemudian pada pasca-pencerahan (sekitar abad ke-

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama. terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi yang dipelopori oleh negara-negara Barat tak bisa dipungkiri

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan dalam suatu usaha secara menyeluruh untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap dunia pendidikan dan pembentukan sumber daya manusia

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam bab ketiga akan memaparkan metode dan teknik penelitian yang digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. jasmaniah dan rohaniah berdasarkan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran

BAB III METODE PENELITIAN. Bab ini membahas lebih rinci metode penelitian yang digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. harus berhadapan langsung dengan zaman modern. dilepas dari kehidupan manusia. Islam juga mewajibkan kepada manusia

BAB III METODE PENELITIAN. skripsi yang berjudul Pengaruh Tarekat Bektasyiyah Terhadap Korps

III. METODE PENELITIAN. Untuk memecahkan suatu masalah diperlukan suatu cara atau metode, di mana

BAB 1 PENDAHULUAN. tradisional tertua di Indonesia. Pesantren adalah lembaga yang bisa dikatakan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah Islam, awal abad 19 dikenal sebagai permulaan periode

BAB I PENDAHULUAN. tempat untuk belajar dan mengajarkan ilmu agama Islam. Pesantren dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Kenyataan menujukan bahwa kebudayan Indonesia telah tumbuh dan. generasi sebelumnya bahkan generasi yang akan datang.

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode historis, penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab III Metodologi Penelitian merupakan bagian penguraian metode penelitian yang

III. METODELOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi merupakan fenomena budaya yang tidak dapat terhindarkan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sejarah yang merupakan salah satu jenis penelitian yang bertujuan untuk

III. METODE PENELITIAN. pengetahuan yang teratur dan runtut pada umumnya merupakan manifestasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Arni Febriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan sosial yang dibahas dalam studi ini terjadi di Semenanjung

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki tahun 1983, bangsa Indonesia dikejutkan dengan banyaknya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dian Ahmad Wibowo, 2014

BAB I PENDAHULUAN. sebuah Operasi yang diberi nama Operasi Overlord. Dalam Operasi ini Sekutu

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah kehidupan beragama di dunia banyak diwarnai konflik antar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. skripsi yang berjudul Pemikiran Jean Jacques Rousseau dalam Bidang Politik.

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari kondisi sosial kultural masyarakat. Pendidikan memiliki tugas

III. METODE PENELITIAN. teknik serta alat tertentu. (Winarno Surakhmad, 1982; 121).

BAB III METODE PENELITIAN. Kajian tentang Perkembangan Perusahaan Dodol Pusaka Terhadap. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Suci Kaler Kecamatan

BAB I PENDAHULUAN. sempurna yang bertaqwa pada Allah SWT. Serta untuk mencapai kehidupan

BAB V PEMBASAHAN. paparkan di bab I,IV, dan VI, di Tehap selanjutnya adalah pembahasan. Pembahasan

Daftar Pustaka. A. Buku Al-Syaibani, O. (1979). Falsafah Pendidikan. Terj. Hasan Langgulung. Jakarta: Bulan Bintang.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebijaksanaan mengenai Pribumi (Inlandsch Politiek) sangat. besar artinya dalam menjamin kelestarian kekuasaan tersebut.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. skripsi Irak Di Bawah Kepemimpinan Saddam Hussein (Kejayaan Sampai

BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Quran menjelaskan bahwa manusia itu makhluk yang mempunyai dua fungsi yang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini masuk dalam kategori penelitian kualitatif.

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode dan teknik

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. metode historis. Adapun historis menurut Nungroho Notosusanto adalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam ikut serta mencerdaskan bangsa. Banyaknya jumlah pesantren di Indonesia,

BAB 1 PENDAHULUAN. Perserikatan tahun 1985, dimana liga ini masih belum tergolong profesional. Hal ini

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kepemimpinan Perempuan Pembawa Perubahan di Desa Boto Tahun ,

BAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya dinikmati segelintir orang-orang yang relatif kaya pada awal

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan salah satu penelitian yang bertujuan untuk merekonstruksi kembali

BAB I PENDAHULUAN. individu atau kegagalan suatu bangsa oleh sebab itu sejarawan perlu untuk

BAB I PENDAHULUAN. 34, disebutkan pada ayat 1 bahwa Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara

BAB III METODE PENELITIAN. Pengertian metode menurut Helius Sjamsuddin dalam bukunya yang

BAB I PENDAHULUAN. dituangkan dalam bentuk pendidikan sekolah dan luar sekolah.

III METODELOGI PENELITIAN. Sebelum membuat suatu penulisan penelitian sebagai peneliti

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini penulis akan memaparkan tentang metodologi penelitian yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi tahun 1980an telah berdampak pada tumbuhnya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam mengkaji mengenai pandangan yang diperlihatkan oleh surat kabar

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara pertanian, artinya sektor tersebut memegang

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Islam menempatkan pendidikan pada kedudukan yang sangat penting. Ayat Al-Quran yang pertama kali disampaikan kepada Nabi Muhammad berisi seruan untuk membaca, atau dalam hal ini mencari ilmu, dan media pencarian ilmu tersebut adalah Pendidikan. Secara garis besar pendidikan adalah suatu proses penyiapan generasi muda untuk menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan hidup secara efektif dan efisien. Sedangkan pendidikan Islam menurut Endang Saifudidn Anshari proses bimbingan(pimpinan,tuntunan usulan)oleh subyek didik terhadap perkembangan jiwa(pikiran,perasaan,kemauan,intuisi dan sebagainya), dan raga obyek didik dengan bahan-bahan materi tertentu, pada jangka waktu tertentu, dengan metode tertentu dan dengan alat perlengkapan yang ada dengan arah terciptanya pribadi tertentu disertai evaluasi sesuai dengan ajaran Islam.(Azyumardi Azra, 2000:3-6). Salah satu lembaga pengembangan pendidikan dalam Islam adalah Pesantren, yang dianggap sebagai lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia. Lembaga pendidikan ini merupakan salah satu tempat yang tidak bisa dilepaskan dari pola pengembangan Islam di Indonesia, karena pesantren telah banyak berperan dalam proses penyebaran Islam di Indonesia. Sebelum Kolonial Belanda datang ke Indonesia, pesantren merupakan suatu lembaga yang berfungsi menyebarkan agama Islam dan mengadakan perubahan-perubahan masyarakat ke

2 arah yang lebih baik (Tholkhah dan Barizi, 2004: 49). Penyebaran dan pertumbuhan kebudayaan Islam di Indonesia, salah satunya banyak dilakukan di dalam lembaga-lembaga pendidikan Islam yang dikenal dengan Pesantren di Jawa, Dayah di Aceh dan Surau di Minangkabau (Yatim, 2003: 300-301). Lembaga-lembaga pendidikan semacam pesantren, surau atau dayah merupakan lembaga-lembaga pendidikan yang utama di Indonesia. Lembagalembaga semacam inilah yang sangat berperan dalam mengajarkan nilai-nilai Islam, bahkan mencetak intelektual muslim yang berhasil mencapai berbagai wahana keislaman yang patut diperhitungkan dalam peta pemikiran Islam. Sejak masa awal, lembaga pendidikan Islam tradisional ini telah dipercaya masyarakat sebagai lembaga yang membentuk moral dan intelektual muslim, di samping sebagai sarana bagi keberhasilan Islamisasi di Indonesia (Asrohah, 1999: 149). Keberadaan pondok pesantren telah banyak berperan mendidik sebagian bangsa Indonesia sebelum lembaga-lembaga pendidikan lain yang bercorak Barat tumbuh subur. Seiring dengan bertambahnya umat Islam di Indonesia, maka semakin berkembang pula pola pendidikan pesantren. Pesantren telah banyak mengalami perubahan dan perkembangan. Perubahan ini salah satunya dapat dilihat dari pola pendidikan yang dikembangkan sendiri, yang mengalami pergeseran baik visi maupun misi pendidikannya (Noer, 1982: 15). Meskipun demikian, tidak semua pesantren mengalami perubahan yang sama. Pada perkembangan selanjutnya, muncul berbagai tipe pendidikan pesantren yang masing-masing mengikuti kecendrungan yang berbeda-beda.

3 Secara garis besar, menurut Dhofier (1982: 41) lembaga-lembaga pesantren dapat dikelompokkan dalam 2 kategori yaitu pesantren tradisional (salafi) dan pesantren modern (khalafi). Pesantren tradisional yang dimaksud adalah pesantren yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab klasik sebagai inti pendidikan di pesantren. Sistem madrasah diterapkan untuk memudahkan sistem sorogan yang dipakai dalam lembaga-lembaga pengajian bentuk lama, tanpa mengenalkan pengajaran pengetahuan umum. Sedangkan pesantren modern adalah pesantren yang telah memasukkan pelajaran-pelajaran umum dalam madrasah-madrasah yang dikembangkannya atau membuka tipe sekolah-sekolah umum dalam lingkungan pesantren. Dengan kata lain, perubahan pendidikan Islam dalam pesantren hanya terjadi pada corak pengajaran dan bangunan yang lebih modern dengan fasilitas yang lebih memadai. Perubahan terjadi hanya pada sistem pendidikan yang diselenggarakan. Pesantren tradisional lebih menggunakan sistem individual dengan cara belajar sorogan dan bandongan. Sedangkan pesantren modern lebih menggunakan sistem belajar kolektif dengan penjenjangan kelas secara klasikal (Bachtiar, 2005: 40-41). Pesantren merupakan salah satu jenis pendidikan Islam Indonesia yang bersifat tradisional untuk mendalami ilmu agama Islam dan mengamalkannya sebagai pedoman hidup keseharian, atau disebut tafaqquh fiddin, dengan menekankan pentingnya moral dalam hidup bermasyarakat (Mastuhu, 1994: 3). Banyak hal menarik yang dapat dieksplorasi dari berbagai aspek kehidupan pesantren, juga telah mendorong beberapa ilmuan seperti Zamakhsyari Dhofier,

4 Martin van Bruinessen, Mastuhu dan penulis lainnya untuk melakukan penelitianpenelitian terhadap pesantren. Adapun pesantren yang akan dikaji oleh penulis adalah Pesantren Darul Arqam yang merupakan lembaga pendidikan yang dikelola oleh Muhammadiyah, lebih spesifiknya adalah Muhammadiyah Cabang Garut, banyak hal unik yang menarik untuk dikaji. Sebagai organisasi, Muhammadiyah dianggap sebagai salah satu gerakan pembaharuan Islam di Indonesia yang banyak bergerak dalam bidang pendidikan, salah satu terobosan utama dalam bidang pendidikan yang dilakukan Muhammadiya adalah pendirian sekolah-sekolah yang mengajarkan disamping pendidikan agama Islam, memberikan juga matapelajaran-matapelajaran seperti sekolah-sekolah pemerintah(djumhur,1974:164). Dalam perkembangannya Muhammadiyah telah banyak mendirikan sekolah-sekolah umum dari mulai taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi. Tetapi lembaga pendidikan yang berbentuk Pesantren relatif sangat jarang, sehingga Pesantren Darul Arqam bisa dikatakan sebagai pionir lembaga pendidikan formal dengan bentuk Pondok Pesantren, yang berada dibawah pengelolaan organisasi Muhammadiyah secara langsung. Tetapi walaupun pesantren, dan jika berbicara pesantren maka identik dengan nama yang lazim digunakan oleh lembaga-lembaga pendidikan Islam tradisional. Tetapi Pesantren Darul Arqam dalam menyelenggarakan pendidikannya mengambil salah satu sistem pendidikan modern yaitu penyelenggaraan kelas secara klasikal, hingga jika merujuk pada klsifikasi Dhofier, maka pesantren ini bisa tergolong kepada kategori Pesantren khalafi.

5 Awal berdirinya Pesantren Darul Arqam tahun 1978, yang bermula dari kritikan keras yang datang dari Prof Dr Mukti Ali sebagai Mentri Agama Republik Indonesia pada saat memberikan sambutan pada muktamar ke-39 Muhammadiyah di Padang pada tanggal 17-22 Januari 1975. Mukti Ali mengatakan: Muhammadiyah jangan suka berbicara dan membicarakan Ijtihad jika Muhammadiyah tidak pandai berbahasa Arab (Lukman,1996 : 23; wawancara Miskun,1995). Dari kritikan tersebut muncul ide tentang pendirian sebuah lembaga pendidikan sebagai sarana untuk mengintensifkan penyelenggaraan pendidikan dan pembinaan ulama di kalangan Muhammadiyah. Ide tersebut dibawa oleh peserta muktamar dari Garut, yang sejak awal tahun 70-an sudah muncul ide tersebut terutama dari seorang ulama Muhammadiyah Garut yaitu H. Mohammad Miskun. Atas prakarsa beliau yang didukung oleh beberapa orang pengurs inti Muhammadiyah tahun 1976, Muhammadiyah Garut mendirikan pondok Pesantren Darul Arqam sebagai lembaga kaderisasi Muhammadiyah (Lukman,1996: 19-33). Secara spesifik, peneliti mengkaji mengenai pola pendidikan Islam yang diterapkan Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah di Kabupaten Garut tahun 1978-1989. Berdasarkan kajian awal dapat diketahui bahwa pesantren Darul Arqam merupakan sebuah lembaga pendidikan yang merupakan pengembangan dari sistem pendidikan yang dikelola Muhammadiyah, yang dinilai akan menjadi sebuah lembaga kaderisasi ulama Muhammadiyah di masa yang akan datang. Terdapat beberapa hal yang menarik untuk dikaji mengenai Pesantren Darul Arqam ini diantaranya pertama mengenai jenjang pendidikan, yang mana

6 Muhammad Miskun sebagai pelopor pendirian Pesantren Darul Arqam memiliki keinginan untuk mendirikan pesantren dengan jenjang pendidikan selama 9 tahun yang terdiri dari tiga jenjang. Jenjang pertama harus dilalui santri selama tiga tahun, sebagaimana yang berlaku pada tingkat Tsanawiyah/ SMP. Sejak tiga tahun pertama ini santri diajarkan materi pengetahuan umum setingkat SMP dan di tambah materi pengetahuan Islam, yang pada saat itu sudah diperkenalkan dan dilatih untuk langsung belajar dari kitab aslinya dengan referensi berbahasa Arab yang sesuai dengan pemahaman keagamaan Muhammadiyah. Jenjang pendidikan kedua, adalah Aliyah/ SMA, jenjang ini dilalui selama tiga tahun juga, yang mana pengetahuan umum yang diajarkan setingkat dengan SMA dan pengetahuan Islamnya diorientasikan kearah pengembangan kemampuan dasar membaca kitab kuning, disamping dilibatkan juga untuk memahami ilmu perbadingan madzhab dalam Islam. Jenjang ketiga disebut juga dengan tahap Takhashush merupakan tahap lanjutan dari tahap selanjutnya. Pada jenjang ini santri lebih diorientasikan kedalam pengetahuan Islam yang didalamnya terdapat materi-materi dasar Fikih, dasar hadits, dasar tafsir, balagah, mantiq(filsafat) dan lain-lain, namun pada perkembangannya hingga sekarang jenjang ketiga yaitu Takhashus belum bisa terealisasi. Padahal jika dilihat dari tujuan awal pendirian Pesantren yang ditujukan sebagai lembaga kaderisasi ulama Muhammadiyah, jenjang yang ketiga inilah yang paling terfokus dalam pengajaran pendidikan keislaman. Selain itu dalam perkembangannya Pesantren Darul Arqam telah berperan dalam mengembangkan pendidikan Islam terutama dalam bidang mata pelajaran eksak,

7 dimana banyak dari santri pesantren ini yang berhasil menjuarai berbagai kejuaraan dalam bidang tersebut, sehingga terlihat bahwa pendidikan eksak merupakan bidang yang utama sekaligus mata pelajaran unggulan di Pesantren Darul Arqom ini. Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti merasa tertarik untuk mengkaji lebih mendalam tentang Pesantren Darul Arqam, dengan judul Peranan Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Dalam Perkembangan Pendidikan Islam di Garut Tahun 1978-1989. Rentang waktu yang penulis teliti adalah antara tahun 1978 sampai tahun 1989. Tahun 1978 dijadikan titik tolak pertama penulisan karena pada tahun itu Pesantren Darul Arqam secara resmi dibuka, dengan menerima santri angkatan pertama. Sedangkan alasan pengkajian sampai tahun 1989, karena sampai tahun tersebut Pesantren Darul Arqam dapat dikatakan sebagai masa formatif awal dan sudah mencapai pemapanan model pesantren yang diselenggarakan oleh Muhammadiyah cabang Garut yang terdiri darijenjang Tsanawiyyah dan Aliyah. Selain itu, setelah tahun 1989, merupakan awal dibukannya kelas santri putri, sebagai pengganti jenjang Takhashus yang sampai sekarang belum terealisasi. B. Rumusan Masalah Sesuai dengan judul yang telah dikemukakan di atas, penulis telah merumuskan masalah utama dalam penulisan skripsi ini, yaitu Bagaimana pola Pendidikan Islam yang diterapkan Pondok Pesantren Darul Arqom Tahun 1978-1989. Untuk lebih memfokuskan kajian penelitian ini, maka diajukan beberapa

8 pertanyaan sebagai perumusan masalah yang akan di uraikan dalam skripsi ini yaitu sebagai berikut: 1. Bagaimana Latar belakang berdirinya Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah di Garut? 2. Bagaimana Visi serta Misi Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah dalam pengembangan pendidikan Islam di Garut pada kurun waktu 1978-1989? 3. Bagaimana peranan Pesantren Darul Arqam dalam perkembangan pendidikan Islam di Garut? I. 3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam rumusan masalah, yaitu : 1.Menjelaskan bagaimana latar belakang pendirian Pesantren Darul Arqam yang membahas mengenai depolitisasi yang dilakukan Muhammadiyah memberikan kesempatan untuk mengmbangkan bidang pendidikan, perkembangan lembaga-lembaga pendidikan Islam di Indonesia dan penerapan Undang-undang yang berlaku di Indonesia dalam bidang pendidikan saat itu. 2.Menjelaskan bagaimana kurikulum yang dikembangkan di Pesantren Darul Arqam yang meliputi materi, metode, tujuan dan evaluasi pendidikan pesantrennya. 3.Menjelaskan bagaimana peranan Pesantren Darul Arqam dalam perkembangan pendidikan Islam, bagaimana perbedaan dengan lembaga-

9 lembaga pendidikan Muhammadiyah yang ada sebelumnya dan lembagalembaga pendidikan di luar Muhammadiyah. 1.4. Metode dan Teknik Penelitian Metode adalah prosedur, teknik atau cara-cara yang sistematis dalam melakukan suatu penyelidikan (Helius Sjamsudin, 1996: 60). Metode yang digunakan dalam mengkaji skripsi yang berjudul Perkembangan Pondok Pesantren Darul Arqom Sebagai Pengembangan Sistem Pendidikan Islam di Garut Tahun 1978-1985 ini adalah metode historis atau metode sejarah. Metode yang penulis gunakan untuk mengkaji permasalahan dalam skripsi ini yaitu metode historis yang berarti proses menguji dan menganalisis secara kritis terhadap rekaman dan peninggalan masa lampau. Kemudian menuliskan hasilnya berdasarkan fakta yang telah diperoleh melalui kegiatan historiografi (Ismaun, 1992: 124). Pada tahap penulisan skripsi ini, penelitian yang digunakan adalah teknik studi kepustakaan atau studi literatur, yaitu dengan cara meneliti dan mempelajari buku-buku,dokumen-dokumen atau sumber-sumber tertulis lainnya yang berhubungan dan mendukung permasalahan dari penelitian ini. Setelah literatur terkumpul dan dianggap memadai untuk penulisan ini serta fakta-fakta ditemukan dan mendukung, penulis mempelajari, mengkaji,mengklasifikasikan serta memisahkan sumber-sumber yang kurang relevan dengan permasalahan. Menurut Louis Gottsclak (1986:32) metode sejarah adalah menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau. Berbeda dengan Gottschalk, Sjamsudin (1996:63) mengartikan metode sejarah sebagai

10 suatu cara bagaimana mengetahui sejarah. Sedangkan menurut Kuntowijoyo (1994:xii), metode sejarah merupakan petunjuk khusus tentang bahan, kritik, interpretasi, dan penyajian sejarah. Ismaun (1990: 125-136), mengungkapkan beberapa langkah yang harus dilakukan dalam melakukan metode sejarah yaitu: Heuristik (Pengumpulan Sumber-sumber Sejarah), Kritik Eksternal dan Internal (menilai sumber sejarah), Interpretasi (menafsirkan sumber sejarah), Historiografi (penulisan sejarah), dari enam tehapan di atas, Sjamsudin (1996: 67-187) menguraikannya ke dalam tiga langkah, yaitu: 1. Heuristik (Pengumpulan Sumber-sumber Sejarah) Merupakan tahapan awal, dengan cara mencari dan mengumpulkan sumber-sumber sejarah yang relevan dengan masalah atau judul yang akan dikaji. Penulis berusaha mengumpulkan sumber-sumber sejarah, baik sumber primer maupun sumber sekunder yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini. Pada tahapan ini penulis mengumpulkan sumber yang berupa buku-buku, artikel, majalah dan koran yang di dalamnya terdapat tulisan tokoh-tokoh yang akan penulis kaji dalam skripsi. Sumber atau data untuk penulisan Sejarah ini cukup tersedia. Sumber tertulis dapat dicari di kantor Pimpinan Muhammadiyah, Kantor Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Barat, Kantor Pimpinan daerah Muhammadiyah Garut dan Kantor Pimpinan Cabang Muhammadiyah Garut, sedangkan sumber lisan masih dapat dilakukan melalui wawancara dengan tokohtokoh Muhammadiyah Garut yang masih hidup. 2. Kritik Eksternal dan Internal (menilai sumber sejarah)

11 Tahap lanjutan dari heuristik, dalam tahapan ini penulis mulai melakukan penilaian atau pengkajian terhadap sumber-sumber sejarah yang telah diperoleh. Tugas seorang sejarawan adalah mencari dan menemukan kebenaran, yang akan berguna dalam merekonstruksi suatu peristiwa. Kritik yang dilakukan ini mencakup dua aspek yaitu aspek eksternal yang digunakan untuk menilai otentisitas sekaligus integritas dari sumber-sumber sejarah yang telah diperoleh melalui proses heuristik, dan aspek internal penulis pergunakan untuk melihat dan menguji dari dalam reliabilitas dan kredibilitas isi dari sumber-sumber yang telah diperoleh. 3. Interpretasi (menafsirkan sumber sejarah) dan historiografi (penulisan sejarah) Penulis memberikan penafsiran terhadap fakta-fakta sejarah atau data-data yang diperoleh dari hasil kritik eksternal maupun internal. Fakta-fakta dihubungkan dan disusun kemudian dianalisis sehingga diperoleh penjelasan yang sesui dengan pokok permasalahan. Setelah melakukan proses analisis terhadap fakta-fakta yang ada, penulis kemudian menyajikanya dalam bentuk tulisan yang disebut historiografi. Historiografi merupakan proses penyusunan dan penuangan seluruh hasil penelitian kedalam bentuk tulisan. 1.5.2 Teknik Penelitian Dalam penelitian skripsi ini, penulis menggunakan teknik studi literatur atau studi kepustakaan dan wawancara. a) Studi Literatur

12 Studi litelatur digunakan untuk mengumpulkan fakta-fakta dengan mempelajari buku-buku, artikel-artikel, majalah, dan koran dapat membantu penulis dalam memcahkan masalah yang akan dikaji. b) Wawancara Teknik ini dilakukan dengan cara berkomunikasi dan berdikusi dengan pihak yang terlibat secara langsung dengan para pengurus Pengurus Muhammadiyah Cabang Garut yang memiliki andil dalam pendirian Pesantren Darul Arqam, dan yang utama dengan pengurus Pondok Pesantren Darul Arqam termasuk pemimpin pondok Pesantren Darul Arqam 1.4 Sistematika Penulisan Agar penulisan skripsi ini tersusun secara sistematis atau berstruktur, maka penulisan skripsi ini disusun berdasarkan sistematika sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Meliputi latar belakang masalah, rumusan dan batasan masalah, tujuan penulisan, penjelasan judul, dan sistematika penulisan. Bab I juga menjelaskanan pemilihan topik, segi menarik dari Pesantren Darul Arqam dan masalah pokok yang akan dibahas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Merupakan pemaparan mengenai beberapa sumber kepustakaan yang menjadi rujukan penulis dalam mengkaji topik permasalahan yang akan dikaji, dimana didalamnya dijelaskan mengenai pendidikan Islam.

13 Bagaimana aliran-aliran dalam pendidikan, termasuk kedalam aliran apa sistem yang digunakan oleh Pesantren Darul Arqam. BAB III METODELOGI PENELITIAN Menguraikan mengenai tekhnik dan metode penelitian yang digunakan dalam penelitian dalam penulisan dalam mencari sumbersumber, cara pengolahan sumber-sumber yang digunakan adalah metode historis (metode sejarah) dengan melakukan penelitian seperti heuristik (mengumpulkan sumber), kritik termasuk kritik terhadap sumber primer dan sekunder, interpretasi (penafsiran sumber sejarah) dengan menggunakan pendekatan interdispliner, hitoriografi. BAB IV Perkembangan Pondok Pesantren Darul Arqom Sebagai Pengembangan Sistem Pendidikan Islam di Garut Tahun 1976-1985 Menguraikan penjelasan dan analisis hasil penelitian berhubungan dengan permasalahan-permasalahan yang dikaji dalam rumusan masalah pada BAB I yaitu bagaimana Latar Belakang pendirian, Pesantren Darul Arqam, lalu bagaimana sistem pendidikan dan kurikulum yang dikembangkan oleh Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah dalam mengembangkan pendidikan pendidikan Islam.

14 BAB V KESIMPULAN Mengemukakan intisari jawaban dari permasalahan yang dikaji dalam skripsi ini. Dan dikemukakan juga beberapa temuan yang merupakan keunikan dari Pesantren Darul Arqam. DAFTAR PUSTAKA Arifin,MT. 1987. Gagasan Pembaharuan Muhammadiyah dalam Pendidikan. Jakarta : Dunia Pustaka Jaya. Bachtiar, Tiar Anwar. (2002). Pesantren Persatuan Islam (Perkembangan Lembaga Pendidikan Pesantren Persatuan Islam Sebelum dan Sesudah Perang kemerdekaan 1936-1983). Bandung: Universitas Pajajaran. Dhofier, Zamkhsar. 1982. Tradisi Pesantren : Studi Tentang Pandangan Hidup Kiyai. Jakarta : LP3ES Djumhur, I., dan Danasaputra. 1976. Sejarah Pendidikan. Bandung : CV Ilmu. Fadjri, H.M. 1968, Sedjarah Muhammadiyah Garut. Garut : Pimpinan Muhammadiyah Daerah Garut. Gottschalk, Louis. 1986. Mengerti Sejarah. Terjemahan. Nugroho Notosusanto. Cet. Ke-5. Jakarta : UI Press. Ismaun, 2005. Pengantar Belajar Sejarah Sebagai Ilmu dan Wahana Pendidikan. Bandung. Historia Utama Press. Kartodirdjo, Sartono. 1993. Pendekatan Ilmu Sejarah dalam Metodologi Sejarah. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Kuntowijoyo, 1994. Metodologi Sejarah. Yogyakarta : Tiara Wacana Yogya. Noer, Deliar. 1995. Gerakan Moderen Islam di Indonesia 1900-1942. Disertasi. Jakarta : LP3ES.

Steenbrink, Karel A. 1994. Pesantren, Madrasah Sekolah : pendidikan Islam dalam Kurun Moderen. Jakarta : LP3ES. 15