BAB I PENDAHULUAN. untuk tercapainya masyarakat yang sejahtera dan damai. Namun, kerjasama

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini

I. PENDAHULUAN. lain untuk melangsungkan kehidupannya. Sebuah negara tidak bisa berdiri sendiri

PENDAHULUAN Latar Belakang

PERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kawasan Industri Utama Kota Bandung. Unit Usaha Tenaga Kerja Kapasitas Produksi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, Filipina, Singapura, Malaysia, Thailand, Brunei Darusalam, Vietnam,

BAB I PENDAHULUAN. Association of South East Asian Nation (selanjutnya disebut ASEAN)

I. PENDAHULUAN. yang adil, makmur dan sejahtera. Salah satu strateginya adalah melalui

BAB 7 PERDAGANGAN BEBAS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Ekonomi ASEAN akan segera diberlakukan pada tahun 2015.

PENGUATAN KAPASITAS DAN KAPABILITAS TENANT INKUBATOR MENYONGSONG MEA: STUDI KASUS INKUBATOR TEKNOLOGI LIPI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I P E N D A H U L U A N. lebih maju. Organisasi-organisasi internasional dan perjanjian-perjanjian

INOVASI GOVERNMENTAL MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan

BAB I PENDAHULUAN. kemudian terbagi dalam beberapa divisi yang terpecah dan kemudian mendorong terbentuknya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)

REVITALISASI KOPERASI DI TENGAH MEA. Bowo Sidik Pangarso, SE Anggota DPR/MPR RI A-272

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Jumlah Unit Usaha Kota Bandung Tahun

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TANTANGAN EKSTERNAL : Persiapan Negara Lain LAOS. Garment Factory. Automotive Parts

I. PENDAHULUAN. Aktifitas kegiatan di perkotaan seperti perdagangan, pemerintahan, persaingan yang kuat di pusat kota, terutama di kawasan yang paling

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Implementasi ASEAN Economic Community 2015 yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. mendorong perkembangan dan kemakmuran dunia industri modern Perdagangan

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

4. Membentuk komite negara-negara penghasil minyak bumi ASEAN. Badan Kerjasama Regional yang Diikuti Negara Indonesia

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manajerial usaha. Pada era globalisasi khususnya dengan adanya integrasi

2014 EKSISTENSI INDUSTRI KERIPIK PISANG DI PROVINSI LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. dan membangun Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) menjadi tahun 2015 pada

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu

BAB I PENDAHULUAN. Nilai PDRB (dalam Triliun) Sumber :Data nilai PDRB Pusdalisbang (2012)

Ina Hagniningtyas Krisnamurthi Direktur Kerja Sama Ekonomi ASEAN, Kementerian Luar Negeri Madura, 27 Oktober 2015

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Kota Pekalongan, Jawa Tengah, sudah sejak lama terkenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan situasi global dan lokal bagi dunia bisnis, perusahaanperusahaan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan-kebutuhan masyarakat tidak terlepas dari pranata-pranata hukum

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Jumlah Unit Usaha di Kota Bandung Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pemberlakuan otonomi daerah pada dasarnya menuntut Pemerintah Daerah untuk

BAB. I PENDAHULUAN. akan mengembangkan pasar dan perdagangan, menyebabkan penurunan harga

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah sektor agribisnis. Hal ini terlihat dari peran sektor agribisnis

I. PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat adalah tujuan utama suatu negara, tingkat

PROTOCOL TO IMPLEMENT THE SIXTH PACKAGE OF COMMITMENTS UNDER THE ASEAN FRAMEWORK AGREEMENT ON SERVICES

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hal yang krusial. Oleh karena itu, menjadi negara maju adalah impian

Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015:

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,


PROTOKOL UNTUK MENGUBAH BEBERAPA PERJANJIAN EKONOMI ASEAN TERKAIT DENGAN PERDAGANGAN BARANG

MEMBANGUN TIM EFEKTIF

I. PENDAHULUAN. ASEAN sebagai organisasi regional, kerjasama ekonomi dijadikan sebagai salah

TENAGA KERJA ASING (TKA) DALAM PERSPEKTIF MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) : PELUANG ATAU ANCAMAN BAGI SDM INDONESIA?

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dunia yang tentunya tidak akan dan tidak dapat mengasingkan diri

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mulai menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada awal. ekonomi kawasan ASEAN yang tercermin dalam 4 (empat) hal:

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I. PENDAHULUAN. pencaharian di sektor pertanian. Menurut BPS (2013) jumlah penduduk yang

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan

ADHI PUTRA ALFIAN DIREKTUR PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UKM BATAM, 18 JUNI 2014

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. seperti ASEAN Industrial Project (AIP) tahun 1976, the ASEAN Industrial

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas antara negara-negara ASEAN. Indonesia dan sembilan negara

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh bidang konstruksi pada suatu negara cukup besar. Bidang

dan kelembagaan yang kegiatannya saling terkait dan saling mendukung dalam peningkatan efisiensi, sehingga terwujudnya daya saing yang kuat.

Menerjang Arus Globalisasi ACFTA dan Masa Depan Ekonomi Politik Indonesia

I. PENDAHULUAN. ekonomi menggambarkan adanya peningkatan kegiatan ekonomi riil yang

I. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan

2016 PENGARUH KOMPETENSI PENGUSAHA, INOVASI D AN KUALITAS PROD UK TERHAD AP D AYA SAING USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) D I KOTA BAND UNG

BAB I PENDAHULUAN. cara-cara agar dapat bersaing dengan perusahaan lain, dikarenakan tahun ini

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MASYARAKAT EKONOMI ASEAN DAN PENGATURAN KEBIJAKAN PERSAINGAN USAHA DI ASEAN Sejarah Masyarakat Ekonomi ASEAN

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dibentuk sebagai organisasi regional pada 8 Agustus 1967 di Bangkok

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

PENDAHULUAN. ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) didirikan pada tanggal 8

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA PEMBUKAAN KONVENSI NASIONAL GUGUS KENDALI MUTU-INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH (GKM-IKM)

I. PENDAHULUAN. Skala Usaha UK UM UB Jumlah (Unit/%) /99, /0, /0,01 Kesempatan kerja (%) 88,92 10,54 0,54 Nilai tambah

BAB I PENDAHULUAN. Komunitas ASEAN atau ASEAN Community merupakan komunitas negaranegara

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA DAN DAYA SAING INDUSTRI ELEKTRONIKA DI INDONESIA JOHANNA SARI LUMBAN TOBING H

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Daya Saing Industri Indonesia di Tengah Gempuran Liberalisasi Perdagangan

10Pilihan Stategi Industrialisasi

BAB I PENDAHULUAN. lagi. Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, Hasan dalam Republika

PERAN INDONESIA DALAM ORGANISASI REGIONAL

POLICY BRIEF KAJIAN KESIAPAN SEKTOR PERTANIAN MENGHADAPI PASAR TUNGGAL ASEAN 2015

Kesiapan Pemerintah di Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA PENYERAHAN LISENSI OLEH BNSP KEPADA LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI ELEKTRONIKA INDONESIA (LSP-EI)

BAB I PENDAHULUAN. Munculnya Hak Kekayaan Intelektual (HKI) atau Intellectual Property

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diawal pembentukanya pada 1967, ASEAN lebih ditunjukan pada kerjasama yang berorientasi politik guna pencapaian kedamaian dan keamanan dikawasan Asia Tenggara. Dimulai dari lima negara pendiri yaitu Filipina, Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand, kini ASEAN terdiri dari sepuluh negara yang bergabung kemudian yaitu Brunei Darusalam (1984), Vietnam (1995), Myanmar dan Laos (1997), dan Kamboja (1999). Kerjasama regional ini semakin diperkuat dengan semangat stabilitas ekonomi dan sosial dikawasan Asia Tenggara, antara lain melalui percepatan pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial dan budaya dengan tetap memperhatikan kesearaan dan kemitraan, sehingga menjadi landasan untuk tercapainya masyarakat yang sejahtera dan damai. Namun, kerjasama regional ASEAN memiliki karakteristik tersendiri antara lain tercermin dari baru dibentuknya Sekretariat ASEAN hampir 10 tahun setelah pendirianya (1976) dan komitmen kerjasama yang lebih didasarkan pada ASEAN way (Arifin, 2008:1). Rencana jangka panjang pembentukan komunitas ASEAN ini terdiri dari tiga pilar, yaitu ASEAN Economic Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), ASEAN Security Community (ASC), dan ASEAN Socio-cultural Community (ASCC). Ketiga pilar tersebut saling berkaitan satu sama lain dan

2 saling memperkuat tujuan pencapaian perdamaian yang berkelanjutan, stabilitas serta pemerataan kesejahteraan di kawasan. Dalam perkembangan realisasi konsep MEA selanjutnya,dirumuskan tujuan akhir integrasi ekonomi, yakni mewujudkan ASEAN Vision 2020 pada Deklarasi Bali Concord II, Oktober 2003 (Arifin dkk, 2008:2). Pencapaian dilakukan melalui lima pilar, yaitu; aliran bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja terampil, dan aliran modal yang lebih bebas. Arifin dkk, (2008:3) mernjelaskan, berbagai kerjasama ekonomi dilakukan khususnya dibidang perdagangan dan investasi, dimulai dari Preferential Trade Arrangement (PTA, 1977), ASEAN Free Trade Area (AFTA, 1992), ASEAN Framework Agreement on Services (AFAS, 1995) dan ASEAN Investment Area (AIA, 1998), kemudian dilengkapi dengan perumusan sektor prioritas integrasi dan kerjasama dibidang moneter lain. Semua hal tersebut merupakan perwujudan dari usaha mencapai MEA. Langkah untuk memperkuat kerangka kerja MEA kembali bergulir di 2006 antara lain dengan formulasi blue print atau cetak biru yang berisi target dan waktu penyampaian MEA dengan jelas. Mempertimbangkan keuntungan dan kepentingan ASEAN untuk menghadapi tantangan daya saing global, diputuskan untuk mempercepat pembentukan MEA dari 2020 menjadi 2015 pada konferensi 12 ASEAN Summit, Januari 2007 (Arifin dkk, 2008:3). Keputusan ini juga menjadi political will para pemimpin ASEAN ditandai dengan ditandatangani ASEAN charter (Piagam ASEAN) yang terdiri dari cetak biru dan jadwal strategis pencapaian MEA di singapura pada 20 November 2007. Dokumen

3 tersebut berisi komitmen negara anggota atas keseriusan pencapaian MEA di mana evaluasi pencapaian MEA akan dilakukan ke masyarakat luas. Era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada 2015 membawa suatu peluang sekaligus tantangan bagi ekonomi Indonesia. Salah satu pelaku ekonomi yang saat ini kondisinya rawan terkena arus liberalisasi barang dan jasa adalah Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Dengan diberlakukannya MEA pada akhir 2015, negara anggota ASEAN akan mengalami aliran bebas barang, jasa, investasi, dan tenaga kerja terdidik dari dan ke masing-masing negara. Melalui MEA akan terjadi integrasi yang berupa free trade area (area perdagangan bebas), penghilangan tarif perdagangan antar negara ASEAN, serta pasar tenaga kerja dan pasar modal yang bebas, yang akan sangat berpengaruh pada pertumbuhan dan pembangunan ekonomi tiap negara. Ibarat pisau bermata dua manfaat dari implementasi MEA itu bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia tentu bergantung pada cara menyikapi era pasar bebas tersebut. Budiman (2012:8) mengatakan, Indonesia memiliki tiga tantangan dalam mengimplementasikan AFTA menuju AEC (ASEAN Economic Community), yaitu Pertama, pendekatan lintas sektoral untuk meningkatkan daya saing. Kendala yang dihadapi oleh Indonesia dalam menggerakkan sektor industri dan perdagangan memunculkan tantangan bagi Indonesia dalam menghadapi MEA. Menurut Menteri Perindustrian dan Perdagangan Rini Soewandi (menjabat pada 2004-2009), agar mampu bersaing dalam pasar perdagangan internasional, pemerintah harus memprioritaskan pengembangan industri yang berbasis pada bahan baku lokal. Karena itu, pemerintah dan dunia usaha perlu menyatukan visi.

4 Kedua, persiapan matang pada sektor fasilitasi perdagangan. Aspek lain yang menjadi tantangan bagi Indonesia dalam menerapkan AEC blue print adalah fasilitasi perdagangan. Fasilitasi perdagangan menjadi salah satu fokus yang diprioritaskan oleh pemerintah dalam memperlancar arus perdagangan. Berdasarkan kajian Wilson, Mann, dan Otsuki dalam Budiman (2012:9) perbaikan pada empat sektor utama yang menunjang sektor perdagangan akan dapat meningkatkan perdagangan internasional. Empat sektor itu adalah pelabuhan, kepabeanan, peraturan, dan jasa infrastruktur. Pada aspek fasilitas, Indonesia telah memiliki Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) yang secara teratur telah menerbitkan segala informasi mengenai kepabeanan. DJBC sekaligus menjadi National Single Window yang bertugas melayani segala prosedur mengenai perdagangan ke luar kawasan Indonesia. Namun, pusat informasi dan pelayanan yang mudah diakses bagi masyarakat umum belum dapat direalisasikan. Ketiga, antisipasi persiapan dan fleksibilitas sektor sensitif atau menguasai hajat hidup orang banyak. Sebagaimana dikemukakan, bahwa sejak awal periode pembangunan hingga saat ini, produk ekspor Indonesia masih berbasis pada sumber daya alam dan produk manufaktur yang berteknologi rendah serta padat karya. Budiman (2012:15) menambahkan, karakteristik dan spesialisasi produk ekspor Indonesia untuk sektor industri didominasi produk tekstil, kayu, dan minyak kelapa sawit, merupakan produk yang minim sentuhan teknologi. Konsentrasi pada produk tersebut tidak saja karena faktor sumber daya alam yang tersedia, namun juga sesuai dengan banyaknya tenaga kerja yang ada.

5 Untuk menghadapi era pasar bebas se-asia Tenggara tersebut, dunia usaha di Tanah Air tentu harus mengambil langkah-langkah strategis agar dapat menghadapi persaingan dengan negara ASEAN lainnya, tak terkecuali sektor Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). UMKM merupakan salah satu bagian penting dalam perekonomian dan pembangunan nasional, karena adanya perkembangan UMKM memberikan dampak positif terhadap peningkatan jumlah tenaga kerja dan pengurangan jumlah kemiskinan. Melalui modal yang sedikit bisa membangun usaha kecil, teknologi yang digunakan sangat sederhana sehingga bersifat padat karya, yang memerlukan banyak tenaga kerja. Dengan penyerapan banyak tenaga kerja tersebut berarti mengurangi jumlah pengangguran, hingga pada akhirnya mampu mengurangi jumlah kemiskinan di Indonesia. Tambunan (2013:3) mengatakan, pemberlakuan MEA 2015 memunculkan kekhawatiran di kalangan pengusaha Indonesia, terutama pengusaha yang skala usahanya Mikro Kecil Menengah (UMKM) bahwa produk asing akan secara gencar masuk ke dalam pasar dalam negeri dan berpotensi merebut pasar produk anak bangsa. Dengan kondisi demikian, pemberlakuan MEA 2015 akan menjadikan Indonesia hanya sebagai pasar berbagai produk impor. Namun, di sisi lain, sebenarnya MEA membuka peluang yang lebih besar dan lebih luas bagi produk Indonesia untuk menguasai pasar ASEAN. Jika pengusaha Indonesia mampu memproduksi barang berkualitas dan berdaya saing tinggi, maka MEA menawarkan kesempatan berharga untuk menjadikan ekonomi Indonesia berjaya.

6 Antisipasi dan persiapan perlu diadakan secara koheren dan terkait antara produk dan faktor yang mendukung seperti pendidikan, pelatihan, dan dukungan teknologi, agar sektor unggulan ini menjadi lebih siap bersaing. Pengalaman menunjukkan bahwa kurangnya persiapan dalam mengantisipasi liberalisasi perdagangan menyebabkan lemahnya daya saing Indonesia. Ekspor Indonesia menjadi industri strategis dan andalan penghasil devisa negara untuk sektor nonmigas, yang menjadi sisi sensitif pada sektor ini adalah ekonomi biaya tinggi, yakni biaya bongkar muat Indonesia yang jauh lebih mahal dibandingkan biaya di Singapura, Thailand, Malaysia, dan Vietnam (Tambunan, 2013:18). Adapun langkah-langkah antisipasi yang telah disusun Kementerian Koperasi dan UMKM untuk membantu pelaku UMKM menyongsong era pasar bebas ASEAN, antara lain peningkatan wawasan pelaku UMKM terhadap MEA, peningkatan efisiensi produksi dan manajemen usaha, peningkatan daya serap pasar produk UMKM lokal, dan penciptaan iklim usaha yang kondusif (liputan6.com, diakses oktober 2014). Kemenkop dan UMKM menyebutkan salah satu faktor hambatan utama bagi sektor UMKM untuk bersaing dalam era pasar bebas adalah kualitas sumber daya manusia (SDM), pelaku UMKM yang secara umum masih rendah. Oleh karena itu, harus dilakukan pembinaan dan pemberdayaan UMKM yang diarahkan pada peningkatan kualitas dan standar produk, agar mampu meningkatkan kinerja UMKM untuk menghasilkan produk-produk yang berdaya saing tinggi. Kemenkop dan UMKM berupaya meningkatkan akses dan transfer teknologi untuk mengembangkan pelaku UMKM inovatif sehingga nantinya mampu

7 bersaing dengan pelaku UMKM asing. Peningkatan daya saing dengan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK), diperlukan para pelaku UMKM di Indonesia untuk menghadapi persaingan usaha yang makin ketat, khususnya dalam menghadapi MEA. Peningkatan pemanfaatan TIK dalam kegiatan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di dalam negeri yang didorong melalui kerja sama pemerintah dengan pihak swasta, daya saing UMKM Indonesia pun makin meningkat. Dalam waktu dua tahun daya saing UMKM di Tanah Air dapat sejajar dan bahkan mengungguli Singapura dan Malaysia. Sementara itu, dari pihak Kementerian Perindustrian juga tengah melaksanakan pembinaan dan pemberdayaan terhadap sektor industri kecil menengah (IKM) yang merupakan bagian dari sektor UMKM. Seiring berjalanya waktu, UMKM semakin berkembang pesat di Indonesia dari tahun ke tahun. Perkembangan tersebut memberikan dampak positif bagi pelaku maupun perekonomian Indonesia secara menyeluruh. UMKM juga dapat menyerap tenaga kerja sehingga mengurangi jumlah pengangguran. Dari perspektif dunia, diakui bahwa usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) memainkan suatu peran vital di dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, tidak hanya di negara-negara sedang berkembang (NSB) tetapi juga di negaranegara maju (NM). Diakui secara luas bahwa UMKM sangat penting karena karakteristik-karakteristik utama mereka yang membedakan mereka dari usaha besar (UB), terutama karena UMKM adalah usaha-usaha padat karya, terdapat di semua lokasi terutama di perdesaan, lebih tergantung pada bahan-bahan baku lokal, dan penyedia utama barang-barang dan jasa kebutuhan pokok masyarakat

8 berpendapatan rendah atau miskin (Tambunan, 2013:1). Berikut data perkembangan UMKM di Indonesia yang disadur dari Kementerian Koperasi dan UKM: Tabel 1. Perkembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dan Usaha Besar (UB) Tahun 2011-2012 Indikator Satuan Tahun 2011 Tahun 2012 Perkembangan Tahun 2011-2012 Jumlah (%) Unit Usaha ( A+B ) (Unit) 55.211.396 56.359.560 1.148.164 - A. UMKM (Unit) 2,41 56.534.592 1.328.148 55.206.444 - Usaha Mikro 2,38 (Unit) 54.599.969 55.856.176 1.256.207 (Umi) - Usaha Kecil 4,52 (Unit) 602.195 692.418 90.223 (UK) - Usaha Menengah (UM) (Unit) 44.280 48.997 4.717 10,65 B. Usaha Besar ( UB ) (Unit) 4.952 4.968 16 0,32 Sumber: depkop.go.id (2014) Tabel 1 menunjukan tingkat perkembangan UMKM dan UB Tahun 2011-2012 di Indonesia berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UMKM. Dapat terlihat perkembangan UMKM Tahun 2012 cukup menggembirakan dari Tahun sebelumnya, terlebih pada unit usaha menengah yang berkembang cukup pesat yaitu diangka 10,65%. Dari tabel dapat terlihat bahwa kemakmuran masyarakat Indonesia meningkat seiring dengan perkembangan unit usaha mikro, kecil maupun menengah. Hal tersebut selain meningkatkan perekonomian juga dapat banyak menyerap tenaga kerja sehingga mengurangi tingkat pengangguran di Indonesia. Selain tabel perkembangan UMKM di Indonesia tersebut, berikut data perkembangan UMKM di Provinsi Lampung:

9 Tabel 2. Perkembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Privinsi Lampung Pada Tahun 2012 No. Kab/Kota Unit Usaha Kecil Mikro Menengah Total 1 Lampung Selatan 1.685 258 143 2.086 2 Lampung Tengah 5.439 2.619 762 8.820 3 Lampung Utara 69.857 28.717 839 99.413 4 Lampung Timur 142.945 26.977 474 170.396 5 Lampung Barat 976 710 78 1.764 6 Bandar Lampung 12.632 7.462 10.884 30.978 7 Mesuji 397 163 515 1.075 8 Way Kanan 3.958 2.338 3.411 9.707 9 Metro 4.126 203 58 4.387 10 Tulang Bawang 2.847 205 35 3.087 11 Pringsewu 4.985 1.331 161 6.477 12 Tubabar 375 158 577 1.110 13 Tanggamus 258 80 15 353 14 Pesawaran 1.058 440 146 1.644 Jumlah 251.538 71.661 18.098 341.297 Sumber: Diskoperindag Provinsi Lampung (2014) Tabel 2 menunjukan jumlah unit usaha di Provinsi Lampung di berbagai Kabupaten/Kota. Dapat terlihat total usaha dari ke-tiga unit usaha (mikro, kecil dan menengah) pada tahun 2012 adalah berjumlah 341.297 unit. Tidak hanya itu, pada dua tahun berikutnya UMKM di Kota Bandar Lampung sendiri mengalami peningkatan jumlah yang cukup besar. Hal tersebut membuat terjadinya persaingan makin beragam dan tak terelakkan diantara masing-masing pengusaha, pun sebelum menghadapi pasar bebas ASEAN dan saat sedang menghadapi pasar bebas ASEAN akhir 2015 nanti. UMKM Kota Bandar Lampung harus mampu bersaing ditengah gempuran produk-produk asing yang dengan lancarnya masuk ke Indonesia tak terkecuali menyerbu produk lokal buatan UMKM masyarakat Kota Bandar Lampung.

10 Berikut ini data UMKM Kota Bandar Lampung berdasarkan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Diskoperidag Kota Bandar Lampung: Tabel 3. Data UMKM Kota Bandar Lampung Bulan Desember Perkecamatan Tahun 2014 No. KECAMATAN Usaha Mikro Usaha Kecil Usaha Menengah Jumlah 1. Tanjung Karang Pusat 1.024 850 327 2.201 2. Tanjung Karang Timur 880 691 243 1.814 3. Tanjung Karang Barat 851 765 230 1.846 4. Kedaton 980 809 297 2.086 5. Rajabasa 1.000 686 263 1.949 6. Tanjung Senang 1.009 770 320 2.099 7. Sukarame 1.016 894 262 2.172 8. Sukabumi 966 650 309 1.925 9. Panjang 1.026 900 260 2.186 10. Teluk Betung Selatan 1.005 775 228 2.008 11. Teluk Betung Barat 984 636 218 1.838 12. Teluk Betung Selatan 974 620 285 1.879 13. Kemiling 1.016 812 224 2.052 14. Teluk Betung Timur 958 773 297 2.028 15. Enggal 927 920 235 2.082 16. Bumi Waras 987 662 268 1.917 17. Way Halim 998 650 258 1.906 18. Kedamaian 988 716 278 1.982 19. Labuhan Ratu 986 806 254 2.046 20. Langkapura 984 705 255 1.944 Jumlah 19.559 15.090 5.311 39.960 Jumlah UMKM 34.649 Sumber: LAKIP Diskoperindag Kota Bandar Lampung Tahun 2015 UMKM Kota Bandar Lampung mengalami peningkatan pesat jika dibandingkan dengan dua tahun sebelumnya, yaitu berjumlah 30.978 unit. Sedanglan pada tahun

11 2014 tercatat jumlah keseluruhan UMKM dari setiap kecamatan di Kota Bandar Lampung adalah 34.649 unit. Itu berarti, dalam dua tahun terakhir UMKM di Kota Bandar ampung mengalami peningkatan sebesar 3.671 unit. Hal ini cukup menggembirakan karena dengan bertambahnya jumlah UMKM di Bandar Lampung, akan menambah pula pemasukan daerah khususnya di Kota Bandar Lampung serta meningkatkan pula kesejahteraan masyarakatnya. UMKM penting dilindungi dan dikembangkan lebih besar untuk menopang pertumbuhan ekonomi masyarakat. UMKM di Indonesia perlu mendapatkan perhatian yang baik dari pemerintah maupun masyarakat agar dapat berkembang lebih kompetitif bersama pelaku ekonomi lainnya. Kebijakan pemerintah untuk kedepan harus lebih kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya UMKM. Pemerintah harus meningkatkan perannya dalam memberdayakan UMKM di samping mengembangkan kemitraan usaha yang saling menguntungkan antara pengusaha besar dengan pengusaha kecil, dan meningkatkan kualitas sumber daya manusianya. Selain permasalahan yang diungkapkan diatas, permasalahan besar yang dihadapi UMKM menurut Tambunan (2012:51) adalah permasalahan internal, yaitu terkait organisasi, karena dari permasalahan organisasi tersebut akan bermuara pada permasalahan finansial yaitu kekurangan mendapatkan modal dan kesulitan pemasaran. Permasalahan yang termasuk dalam masalah organisasi manajemen (nonfinansial) yang dihadapi UMKM antara lain, 1) kurangnya pengetahuan atas teknologi produksi dan quality control yang disebabkan oleh minimnya kesempatan untuk mengikuti perkembangan teknologi serta kurangnya pendidikan

12 dan pelatihan, 2) kurangnya pengetahuan atas pemasaran, yang disebabkan oleh terbatasnya informasi yang dapat dijangkau oleh UMKM mengenai pasar, selain karena keterbatasan kemampuan UMKM untuk menyediakan produk/jasa yang sesuai dengan keinginan pasar, dan 3) keterbatasan sumber daya manusia (SDM) secara kurangnya sumber daya untuk mengembangkan SDM, serta kurangnya pemahaman mengenai keuangan dan akuntansi. Pasar bebas ASEAN menjadi tantangan besar bagi Pelaku UMKM di seluruh Indonesia maupun Pelaku UMKM yang berada di daerah. Umunya, UMKM belum mampu beradaptasi dan meningkatkan keunggulan kompetitifnya. Produk yang dihasilkan akan kalah bersaing dengan produk luar negeri, apabila hal tersebut terjadi, maka UMKM yang ada di Provinsi Lampung akan semakin melemah. Dengan melemahnya UMKM secara terus menerus akan mengakibatkan perekonomian nasional juga akan melemah. Bagi para pemangku kebijakan maupun UMKM di Provinsi Lampung, hal ini menjadi tantangan untuk meningkatkan daya saing UMKM. Dari latar belakang yang telah diuraikan diatas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dalam bentuk skripsi yang berjudul Kesiapan UMKM Kota Bandar Lampung Dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 dengan Studi pada Sentra Industri Keripik Jl. Pagar Alam Kota Bandar Lampung.

13 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan tersebut, maka masalah yang akan diangkat dalam penilitian ini adalah, Bagaima Kesiapan UMKM Kota Bandar Lampung dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015? 1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan masalah yang telah dirumuskan, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Kesiapan UMKM Kota Bandar Lampung dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak, yaitu: 1. Bagi UMKM Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan, bahan pertimbangan dan rencana usulan strategi bagi UMKM dalam menghadapi era Pasar Bebas ASEAN maupun Perdagangan Internasional dalam bentuk lain. 2. Bagi Pemerintah Hasil dari penelitian ini diharapkan memberikan referensi pemerintah untuk menentukan kebijakan bagi kemajuan UMKM Indonesia pada umumnya dan bagi UMKM Kota Bandar Lampung khususnya ditengah gempuran globalisasi.

14 3. Bagi penelitian selanjutnya dan kalangan mahasiswa Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi ilmiah mengenai Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), Perdagangan Bebas/Internasional, dan Kerjasama Internasional yang terjadi pada negara-negara ASEAN maupun negara-negara di dunia, untuk menjadi salah satu tinjauan referensi bagi penelitian selanjutnya. 4. Bagi Penulis Penelitian ini dapat menambah wawasan, ilmu, dan pengetahuan dalam menganalisis Pasar Bebas Dunia dan Perdagangan Internasional.