BAB IV HASIL DAN ANALISA PENGUJIAN THERMOELECTRIC GENERATOR

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III PENGUJIAN ALAT THERMOELECTRIC GENERATOR

PENGUJIAN THERMOELECTRIC GENERATOR (TEG) DENGAN SUMBER KALOR ELECTRIC HEATER 60 VOLT MENGGUNAKAN AIR PENDINGIN PADA TEMPERATUR LINGKUNGAN

TUGAS AKHIR RANCANG BANGUN COOL BOX BERBASIS HYBRID TERMOELEKTRIK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB IV METODE PENGUJIAN CIGARETTE SMOKE FILTER

Tabel 4.1 Perbandingan desain

BAB IV HASIL DAN ANALISA

Gambar 2.1 Sebuah modul termoelektrik yang dialiri arus DC. ( (2016). www. ferotec.com/technology/thermoelectric)

PENGUJIAN THERMOELECTRIC GENERATOR SEBAGAI PEMBANGKIT LISTRIK DENGAN SISI DINGIN MENGGUNAKAN AIR BERTEMPERATUR 10 ºC

PENGGUNAAN MODUL TERMOLEKTRIK UNTUK OPTIMASI ALAT ARAGOSE GEL ELEKTROFORESIS TUGAS AKHIR

BAB II LANDASAN TEORI

STUDI AWAL PEMANFAATAN THERMOELECTRIC MODULE SEBAGAI ALAT PEMANEN ENERGI

PENGUKURAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK THERMOELECTRIC GENERATOR DALAM PEMANFAATAN ENERGI PANAS YANG TERBUANG

Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XIV (SNTTM XIV) Banjarmasin, 7-8 Oktober 2015 Pengaruh Variasi Luas Heat Sink

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

PENGUJIAN KINERJA COUPLE THERMOELEKTRIK SEBAGAI PENDINGIN PROSESOR

CHAPTER I PREFACE CHAPTER II BASE OF THEORY

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III PERANCANGAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN

RANCANG BANGUN ENERGI TERBARUKAN DENGAN MEMANFAATKAN ENERGI PANAS DARI KONDENSOR MESIN PENDINGIN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II DASAR THERMOELECTRIC GENERATOR

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

Pemanfaatan Energi Panas Sebagai Pembangkit Listrik Alternatif Berskala Kecil Dengan Menggunakan Termoelektrik

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

OLEH : DEDDY REZA DWI P DOSEN PEMBIMBING : IR. DENNY M. E. SOEDJONO,MT.

DASAR PENGUKURAN LISTRIK

POTENSI PEMBANGKIT DAYA TERMOELEKTRIK UNTUK KENDARAAN HIBRID

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Komponen utama mobil hybrid Sumber:

ALAT PENDINGIN DAN PEMANAS PORTABLE MENGGUNAKAN MODUL TERMOELEKTRIK TEGANGAN INPUT 6 VOLT DENGAN TAMBAHAN HEAT PIPE SEBAGAI MEDIA PEMINDAH PANAS

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL DAN ANALISIS Perancangan Sistem Pembangkit Listrik Sepeda Hybrid Berbasis Tenaga Pedal dan Tenaga Surya

AGUS PUTRA PRASETYA

KARAKTERISASI ELEMEN PELTIER TEC UNTUK KONVERSI ENERGI TERMAL MENJADI ENERGI LISTRIK SKRIPSI. Diajukan Oleh : BAGINDA HELBIN

KOLABORASI KIPAS ANGIN DENGAN ELEMEN PELTIER UNTUK MENDAPATKAN UDARA SEJUK MENGGUNAKAN MIKROKONTROLLER Atmega8535 SKRIPSI MUHAMMAD ABRAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Rekayasa Elektrika. Jurnal VOLUME 11 NOMOR 5 DESEMBER Potensi Energi Listrik pada Gas Buang Sepeda Motor

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

STUDI EKSPERIMENTAL TERMOELEKTRIK GENERATOR TIPE SP SA DAN TEC DENGAN VARIASI SERI DAN PARALEL PADA SUPRA X 125 CC

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. TEC dilakukan pada tanggal 20 Maret April 2017 bertempat di

Gambar 1. : Struktur Modul Termoelektrik

PENGEMBANGAN DAN OPTIMALISASI ELEMEN PELTIER SEBAGAI GENERATOR TERMAL MEMANFAATKAN ENERGI PANAS TERBUANG

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

RANCANG BANGUN TERMOMETER SUHU TINGGI DENGAN TERMOKOPEL

BAB III METODE PENELITIAN. makanan menggunakan termoelektrik peltier TEC sebagai berikut :

BAB III PERANCANGAN MINI REFRIGERATOR THERMOELEKTRIK TENAGA SURYA. Pada perancangan ini akan di buat pendingin mini yang menggunakan sel

Tabel 4.1. Hasil pengujian alat dengan variasi besar beban. Beban (kg)

MODUL 06 PENGUAT DAYA PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

KAJI EKSPERIMENTAL PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI PADA HEATSINK DI SISI PANAS DAN SISI DINGIN THERMOELEKTRIK TEC DEVI RATNA SARI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

POTENSI PEMANFAATAN SUMBER PANAS PADA COMBUSTION CHAMBER TURBIN GAS DENGAN MENGGUNAKAN TERMOELEKTRIK GENERATOR

Proceeding Seminar Nasional Thermofluid VI Yogyakarta, 29 April Universitas Indonesia, Kampus Baru UI Depok.

Contoh soal dan pembahasan ulangan harian energi dan daya listrik, fisika SMA kelas X semester 2. Perhatikan dan pelajari contoh-contoh berikut!

Rancang Bangun Pendingin Portable Dengan Menggunakan Konsumsi Daya Rendah

Ahmad Anan Rafsanjani, Ekki Kurniawan, S.T, M.T. 2, Estananto, S.T., M.Sc., M.B.A. 3

BAB II DASAR TEORI Sejarah Singkat Termoelektrik. mempunyai peranan penting dalam aplikasi praktik.

Pengukuran RESISTIVITAS batuan.

Rancang Bangun Penstabil Tegangan pada Pembangkit Termoelektrik Skala Pico Berbasis Boost Converter

BAB IV PERHITUNGAN DAN PENGUJIAN PANEL SURYA

STUDI EKSPERIMENTAL PENDINGINAN DENGAN TEC (THERMOELECTRIC COOLING SYSTEM) SEBAGAI APLIKASI PENDINGINAN VAKSIN PORTABEL

Sistem Kontrol Temperatur Air pada Proses Pemanasan dan Pendinginan dengan Pompa sebagai Pengoptimal

BAB III METODE PENELITIAN

UJI UNJUK KERJA PENDINGIN RUANGAN BERBASIS THERMOELECTRIC COOLING

Bab 5. Pengujian Sistem

Perancangan Dan Pembuatan Kotak Pendingin Berbasis Termoelektrik Untuk Aplikasi Penyimpanan Vaksin Dan Obat-Obatan

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB IV ANALISIS DAN HASIL DESAIN ALAT. Analisis desain Tas Elektronik membahas mengenai pengujian Tas

PEMANFAATAN POTENSI SUMBER AIR PANAS DI BLAWAN BONDOWOSO SEBAGAI PEMBANGKIT LISTRIK ALTERNATIF BERBASIS TEC (THERMOELECTRIC COOLER) Jamaluddin Khalily

BAB 4 PENGUJIAN, DATA DAN ANALISIS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam tugas akhir ini ada beberapa alat dan bahan yang digunakan dalam

Uji Karakteristik Sel Surya pada Sistem 24 Volt DC sebagai Catudaya pada Sistem Pembangkit Tenaga Hybrid

Latar Belakang dan Permasalahan!

Kajian awal analisis kalor buang kondensor pendingin ruangan sebagai sumber energi listrik alternatif

BAB II Dasar Teori BAB II DASAR TEORI

FISIKA. Sesi RANGKAIAN ARUS SEARAH A. ARUS LISTRIK

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan jumlah penduduk dan teknologi yang pesat, menjadikan

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM. Bab ini menjelaskan tentang pengujian program yang telah direalisasi.

A. Kompetensi Mengukur beban R, L, C pada sumber tegangan DC dan AC

Heat Energy Harvesting untuk Sumber Listrik DC Skala Kecil

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA COOLING TOWER

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN 2016

Kaji Eksperimental Pengaruh Kecepatan Udara Masuk terhadap Distribusi Temperatur pada Lorong Udara Model dengan Panjang Lorong Udara Tetap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

Prof.Dr. Ir. Mochamad Ashari, M.Eng. Vita Lystianingrum B.P, ST., M.Sc.

UJI UNJUK KERJA PENDINGIN RUANGAN BERBASIS THERMO ELECTRIC COOLING

Gambar 2.1. Grafik hubungan TSR (α) terhadap efisiensi turbin (%) konvensional

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Praktikum Elektronika Dasar dan Pengukuran

BAB III PERANCANGAN. Power Supply. Microcontroller Wemos. Transistor Driver TIP122. Gambar 3.1 Blok Rangkaian sistem

III.METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Pabrik Kopi Tulen Lampung Barat untuk

PEMANFAATAN MODUL TERMOELEKTRIK GENERATOR UNTUK MENGISI BATERAI PONSEL. oleh Daniel Adven Andriyanto NIM :

SOAL SOAL SEMESTER GASAL KELAS X TITIL MATA DIKLAT : MENGGUNAKAN HASIL PENGUKURAN (011/DK/02) JUMLAH SOAL : 25 SOAL PILIHAN GANDA

Grafik tegangan (chanel 1) terhadap suhu

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN ANALISA PENGUJIAN THERMOELECTRIC GENERATOR 4.1 HASIL DAN ANALISA PENGUJIAN Pengujian yang dilakukan menghasilkan data-data berupa waktu, arus ouput, tegangan output, daya output, temperature sisi panas peltier, dan temperatur sisi dingin peltier. Data berupa angka tersebut dikonversikan kedalam bentuk grafik sehingga dapat lebih mudah dipahami, dibandingkan, dan dianalisa lebih lanjut. 4.2 PENGUJIAN DENGAN VARIASI TEGANGAN INPUT HEATER, SUSUNAN PELTIER, DENGAN FAN Pengujian dilakukan dengan variasi tegangan input heater 110V dan 220V dengan voltage regulator AC yang memiliki alat ukur pengatur nilai tegangan sehingga nilai tegangannya dapat diubah sesuai kebutuhan. Sedangkan nilai arusnya mengikuti perubahan nilai tegangan yang diberikan. Nilai arus diukur dengan multimeter. Tabel 4.2 Pengaturan power supply Tegangan (V) Arus (A) Daya (Watt) 110 V 0,4 44 Watt 220V 0,7 154 Watt Sumber : Pengujian di Lab. Heat Transfer DTM FTUI Waktu pengambilan data selama 60 menit dengan power supply heater dinyalakan dan 60 menit dimatikan. Data temperatur pada 8 channel direkam tiap 1 menit bersamaan dengan pengambilan data nilai arus dan tegangan output. 42

Pengujian menggunakan 12 peltier yang susunannya memiliki dua variasi yaitu seri dan paralel. Tiap variasi daya yang diberikan pada heater, seluruh peltier disusun 12 peltier seri atau 12 peltier paralel. Kemudian selama pengujian dinyalakan fan untuk memberikan hembusan angin dari arah depan body aluminium. 4.2.1 Analisa Perbedaan Temperatur Grafik perbedaan temperatur yang didapat dari data hasil pengujian terlihat pada gambar 4.1 di bawah ini : Beda Temperatur ( 0 C) 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 Perbandingan dt Power supply off 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 Waktu (Menit) Paralel 110V Fan Paralel 220V Fan Seri 110V Fan Seri 220V Fan Gambar 4.1 Grafik perbandingan dt dengan variasi tegangan input heater, susunan peltier, dengan fan Jika tegangan input yang diberikan pada heater 110V dan fan dinyalakan maka temperatur heater memiliki range antara 30-70 0 C, sedangkan dengan tegangan input 220V memiliki range antara 30-150 0 C. Nilai temperatur ini juga dipengaruhi oleh temperatur ambient. 43

Dari grafik pada gambar 4.1 terlihat dengan power supply 110V memiliki range beda temperatur (dt) antara 0-15 o C, sedangkan dengan supply 220V memiliki range beda temperatur (dt) 0-45 o C. Namun selama 20 menit setelah power supply dimatikan beda temperatur hampir mendekati 0 o C. Jadi pada pengujian dengan fan ini dilakukan hingga menit 80 (60 menit power supply on, 20 menit off). Beda temperatur (dt)ini merupakan beda temperatur rata-rata dari 3 peltier (dt1, dt2, dan dt3) yang diketahui nilainya. 4.2.2 Analisa Arus Output bawah ini : Grafik yang didapat dari data hasil pengujian tertera pada gambar 4.2 di Gambar 4.2 Grafik perbandingan arus output dengan variasi tegangan input heater, susunan peltier, dengan fan Dari grafik pada gambar 4.2 terlihat bahwa secara garis besar selama power supply heater dinyalakan maka terjadi kenaikan arus output dari menit 1 hingga menit 60. Temperatur heater pun akan naik selama periode waktu tersebut. 44

Hal ini membuktikan dengan adanya panas yang diterima pada sisi panas peltier dan adanya beda temperatur maka akan terjadi aliran arus pada kopel-kopel semikonduktor peltier. Pada pengujian ini nilai arus output paling tinggi dicapai dengan susunan peltier paralel 220V, kemudian susunan seri 220V pada posisi kedua, susunan paralel 110V pada posisi ketiga, dan susunan seri 110V pada posisi terakhir. Detilnya : 1. Paralel 220V, yaitu : 1,58 A (menit 53), dt 42.96 o C 2. Seri 220V, yaitu : 0,46 A (menit 33), dt 42.82 o C 3. Paralel 110V, yaitu : 0.19A (menit 45), dt 14.09 o C 4. Seri 110V, yaitu : 0,14A (menit 53), dt 13,32 o C Catatan : nilai dt diperoleh dari gambar 4.1 Jika diperhatikan dengan lebih spesifik untuk power supply 110V, baik itu seri atau paralel, arus output mengalami kenaikan yang cepat dari menit 1 hingga sekitar menit 20. Kemudian dari menit 20 hingga menit 60, arus output relatif mengalami kenaikan yang lambat bahkan memiliki nilai yang hampil stabil. Jadi setelah nilai arus output maksimum dicapai, nilai arus tersebut mungkin saja dapat terulang kembali pada beberapa menit berikutnya karena nilai dt setelah menit 20 hampir stabil antara 13-14,5 o C. Sedangkan untuk power supply 220V, baik itu seri atau paralel, terjadi kenaikan nilai arus output yang cepat dari menit 1 hingga menit 20. Namun setelah menit 20 kenaikan arus mulai melambat. Nilai arus pun sangat fluktuatif sama halnya dengan nilai dt nya antara 42-44,3 o C. Meskipun terlihat fluktuatif, jika dilihat dari skala nya hanya pada range yang relatif kecil yaitu ± 0-0,1 A. 4.2.3 Analisa Tegangan Output Grafik perbandingan tegangan output terlihat pada grafik 4.3 berikut ini : 45

Gambar 4.3 Grafik perbandingan tegangan output dengan variasi tegangan input heater, susunan peltier, dengan fan Dari grafik pada gambar 4.3 diatas, terlihat ada kenaikan tegangan output seiring dengan pertambahan waktu. Kenaikan tegangan ini juga disebabkan oleh kenaikan beda temperatur pada modul thermoelectric. Hal ini sesuai dengan teori seebeck effect yaitu ketika terjadi perbedaan temperatur pada junction pada material semikonduktor yang berbeda, maka akan terjadi beda potensial listrik diantara junction tersebut. Beda potensial listrik ini meningkat dengan semakin meningkatnya perbedaan temperatur.[7] Urutan nilai tegangan tegangan output terbesar yang dihasilkan hingga terkecil adalah: 1. Seri 220V, yaitu : 18,0 V (menit 60), dt 42,95 o C 2. Seri 110V, yaitu : 5,02 V (menit 53), dt 13,32 o C 3. Paralel 220V, yaitu : 1,40 V (menit 39), dt 42,17 o C 4. Paralel 110V, yaitu : 0,35 V (menit 33), dt 14,13 o C Catatan : nilai dt diperoleh dari gambar 4.1 Dari ke 4 variasi yang diberikan, setelah menit 20 hingga menit 60 nilai tegangan output yang dihasilkan relatif stabil. Jika ada perbedaan nilai tegangan 46

pun sangat kecil nilainya. Hal ini menandakan bahwa ada batas maksimum dari modul thermoelectric untuk membangkitkan tegangan output, artinya beda potensial antara dua junction sudah mencapai nilai maksimum sehingga tidak terjadi kenaikan beda potensial lagi. Jika dibandingkan antara susunan seri dan paralel, maka susunan seri mampu menghasilkan tegangan output lebih tinggi dibandingkan dengan susunan paralel. Nilai tegangan output susunan seri jauh lebih besar, khususnya pada susunan seri 220V yaitu memiliki kisaran nilai tegangan output yang relatif stabil 17-18V. Bahkan untuk susunan seri 110V pun nilai tegangan output yang dihasilkan masih lebih besar dibanding susunan paralel 220V. Meskipun dengan power supply 220V pada heater menghasilkan dt lebih besar daripada 110V, namun susunan paralel tidak memiliki potensi untuk menghasilkan tegangan output yang tinggi. Jadi jika ingin memperoleh tegangan yang besar, maka pilihlah susunan seri dengan sumber panas berkisar antara 30-150 0 C. 4.2.4 Analisa Daya Output Dari kedua grafik perbandingan arus yaitu gambar 4.2 dan grafik perbandingan tegangan yaitu gambar 4.3, maka diperoleh grafik pada gambar 4.4 di bawah ini : 47

Gambar 4.4 Grafik perbandingan daya output dengan variasi tegangan input heater, susunan peltier, dengan fan Dari grafik perbandingan daya output pada gambar 4.4 terlihat bahwa dari ke empat variasi yang diberikan, susunan seri 220 V mampu membangkitkan daya terbesar dibandingkan dengan variasi lainnya. Kemudian disusul oleh susunan paralel 220V, seri 110V, dan paralel110v. Dengan nilai daya output : 1. Seri 220V, yaitu : 8,11 Watt (menit 33), dt 42.82 o C 2. Paralel 220V, yaitu : 2,20 Watt (menit 53), dt 42.96 o C 3. Seri 110V, yaitu : 0,74 Watt (menit 53), dt 13,32 o C 4. Paralel 110V, yaitu : 0,06 Watt (menit 45), dt 14.09 o C Catatan : nilai dt diperoleh dari gambar 4.1 Pada grafik terlihat bahwa untuk power supply 220V baik susunan seri atau paralel lebih fluktuatif dibandingkan dengan power supply 110V. Mengapa hal ini dapat terjadi? Pertama, dengan power supply heater 110V pada menit 0-20 temperatur heater meningkat cepat dari 30-60 o C, selanjutnya dari menit 20-60 temperatur heater naik sangat perlahan hingga hampir mendekati 70 o C. Kedua, dengan power supply 220V pada menit 0-10 temperatur heater dengan cepat mencapai nilai 30-120 o C, selanjutnya dari menit 20-60 temperatur heater naik sangat lambat hingga mendekati 150 o C, tetapi kondisi inipun dapat naik turun (fluktuatif). Dari sini dapat dianalisa bahwa karakteristik heater mampu menghasilkan panas dengan cepat hingga menit 20 kemudian naik melambat dan terjadi fluktuasi temperatur hingga menit 60. Karakteristik dari heater ini rupanya sangat sangat mempengaruhi perbedan temperatur yang dicapai antara sisi panas peltier (Thot) dengan sisi dingin (Tcold) peltier, dimana dt=thot-tcold. Karena diatas menit 20 beda temperatur ini mengalami fluktuasi, maka aliran arus yang terjadi antara junction modul thermoelectric mengalami naik-turun juga sehingga daya yang dihasilkan juga mengalami fluktuasi, hal ini sesuai dengan persamaan generated power : Pgen = I 2 R load = IV.(2.5) Dimana : P gen = Daya yang dibangkitkan (Watt) I = Arus (ampere) V = Tegangan atau beda potensial (Volt) 48

4.3 PENGUJIAN DENGAN VARIASI TEGANGAN INPUT HEATER, SUSUNAN PELTIER, TANPA FAN Pengujian dilakukan dengan variasi tegangan input heater 110V dan 220V dengan voltage regulator AC. Waktu pengambilan data selama 60 menit dengan power supply heater dinyalakan dan 60 menit dimatikan. Data temperatur pada 8 channel direkam tiap 1 menit bersamaan dengan pengambilan data nilai arus dan tegangan keluaran. Pengujian menggunakan 12 peltier yang susunannya adalah seluruh peltier disusun 12 peltier seri atau 12 peltier paralel. Parameter pengujian kali sama dengan pengujian sebelumnya, perbedaanya adalah pada pengujian ini tidak diberikan hembusan angin oleh fan atau fan dimatikan. 4.3.1 Analisa Perbedaan Temperatur Perbedaan temperatur pada pengujian ini dapat dilihat dari grafik 4.5 berikut ini : Perbandingan dt 60 50 Beda Temperatur ( o C) 40 30 20 Power supply off 10 0 0 20 40 60 80 100 120 140 Waktu (Menit) Paralel 110V non Fan Paralel 220V non Fan Seri 110V non Fan Seri 220V non Fan Gambar 4.5 Grafik perbandingan dt dengan variasi tegangan input heater, susunan peltier, tanpa Fan 49

Pada power supply heater 110V tanpa fan, temperatur heater memiliki range 30-107 o C. Sedangkan pada supply heater 220V tanpa fan, temperatur heater memiliki kisaran 30-234 o C. Kisaran temperatur heater ini lebih tinggi nilainya dibandingkan dengan pengujian dengan fan yang dinyalakan. Akibat dari nilai capaian temperatur heater yang berbeda dari pengujian sebelumnya, tentunya akan terjadi perbedaan hasil yang diperoleh. Dari grafik pada gambar 4.5 terlihat dengan supply 110V memiliki kisaran beda temperatur dt antara 0-18 o C, sedangkan dengan supply 220V memiliki kisaran beda temperatur 0-55 o C. Pada pengujian ini dibutuhkan waktu 60 menit setelah power supply dimatikan hingga beda temperatur hampir mendekati 0 o C. Jadi pada pengujian dengan fan ini dilakukan hingga menit 120 (60 menit power supply on, 60 menit off). Beda temperatur (dt) ini merupakan beda temperatur rata-rata dari 3 peltier (dt1, dt2, dan dt3). 4.3.2 Analisa Arus Output bawah ini : Grafik yang didapat dari data hasil pengujian tertera pada gambar 4.5 di Gambar 4.6 Grafik perbandingan arus output dengan variasi tegangan input heater, susunan peltier, tanpa fan 50

Dari grafik pada gambar 4.6 terlihat bahwa susunan paralel 220V memiliki nilai arus output yang paling besar, kemudian diikuti dengan susunan lainnya, yaitu : 1. Paralel 220V, yaitu : 1,04 A (menit 50), dt 50,70 o C 2. Seri 220 V, yaitu : 0.27 A (menit 56), dt 50,45 o C 3. Paralel 110V, yaitu : 0,19 A (menit 57), dt 17,53 o C 4. Seri 110 V, yaitu : 0,10 A (menit 48), dt 16,22 o C Catatan : nilai dt diperoleh dari gambar 4.5 Sama seperti pengujian sebelumnya dengan power supply heater yang sama susunan paralel modul thermoeletric mampu membangkitkan arus listrik output lebih besar dari susunan seri. Namun fenomena yang terjadi adalah pada pada pengujian tanpa fan ini nilai perbedaan temperatur yang terjadi lebih besar dari pengujian dengan fan, tetapi mengapa arus listrik yang dibangkitkan nilainya lebih kecil dibandingkan pengujian dengan fan? Jika dibandingkan, pengujian dengan fan menghasilkan arus terbesar 1,58 A, dt 42.96 o C (susunan paralel 220V), sedangkan terkecil 0,14A, dt 13,32 o C (susunan seri 110V). Nilai ini jauh lebih besar dari pengujian tanpa fan. Hal ini dapat dianalisa bahwa pada pengujian ada 6 termokopel di pasang pada 3 peltier yang berada pada sisi atas body aluminium, yaitu pada sisi panas peltier pertama (Thot1), sisi dingin peltier pertama (Tcold1), sisi panas peltier kedua (Thot2), sisi dingin peltier kedua (Tcold2), sisi panas peltier ketiga (Thot3), dan sisi dingin peltier ketiga (Tcold3). Kemudian dari 6 nilai ini diperloleh dt1, dt2, dan dt3. Lalu diambil nilai dt rata-rata dari ketiga nilai dt tersebut. Karena pengujian yang dilakukan adalah tanpa fan artinya tidak ada hembusan udara ke arah alat penguji. Lalu jika heater dipanaskan dengan range temperatur 30-234 o C, secara konveksi alami aliran udara panas akan mengarah ke atas karena massa jenis (ρ) udara panas lebih kecil dari udara di atasnya. Jadi 3 sisi panas peltier yang dipasang pada sisi atas body aluminium akan menerima panas lebih besar daripada 9 peltier lainnya yang berada pada sisi samping kanan dan kiri juga dan sisi bawah body. Jadi beda temperatur yang diperoleh lebih besar pada sisi atas. Lalu mengapa arus yang dibangkitkan kecil? Untuk menganalisa hal ini perlu mengetahui secara keseluruhan beda temperatur dari ke 12 peltier yang 51

digunakan, kemungkinan yang terjadi adalah dt pada sisi atas body besar dan dt pada sisi samping dan bawah sangat kecil akibat aliran konveksi alami yang terjadi. Jadi arus output yang dibangkitkan secara keseluruhan lebih kecil dari pengujian dengan fan. 4.3.3 Analisa Tegangan Output Grafik berikut ini menggambarkan perbandingan tegangan output dari masing-masing variasi : Gambar 4.7 Grafik perbandingan tegangan output dengan variasi tegang input heater, susunan peltier, tanpa fan Dari grafik pada gambar 4.7 terlihat bahwa susunan seri 220V memiliki nilai tegangan output yang paling besar, urutannya sebagai berikut : 1. Seri 220V, yaitu : 11,68 V (menit 59), dt 51,42 o C 2. Seri 110V, yaitu : 4,43 V (menit 56), dt 16,29 o C 3. Paralel 220V, yaitu : 1,06 V (menit 49), dt 52,43 o C 4. Paralel 110V, yaitu : 0.36 V (menit 60), dt 16,84 o C 52

Dari hasil pengujian tanpa fan, secara keseluruhan diperoleh tegangan output yang lebih kecil dibandingkan dengan tegangan output pada pengujian dengan fan, padahal dt rata-rata dari 3 peltier lebih besar dari dt rata-rata pengujian dengan fan. Hal ini disebaban karena termokopel dipasang pada sisi atas yang telah dijelaskan sebelumnya, selain itu juga dipengaruhi oleh nilai Koefisien Seebeck, yaitu :....(2.1) Dimana : α = koefisien seebeck V/K ΔV= beda potensial (Volt) ΔT = beda temperatur (K) Berdasarkan tabel 2.1 properties untuk modul thermoelectric : Table 2.1 Properties Penting Untuk Modul Thermoelectric (n-couple=127 dan G=0.121 cm). T α [K] [10-4 V/K] ρ [10-3 Ω-cm] κ [10-2 W/cm K] Z [10-3 1/K] 273 1.94 0.92 1.61 2.54 300 2.02 1.01 1.51 2.68 325 2.07 1.16 1.53 2.44 350 2.10 1.28 1.55 2.22 375 2.00 1.37 1.58 1.88 400 1.96 1.48 1.63 1.59 425 1.90 1.58 1.73 1.32 450 1.86 1.68 1.88 1.06 475 1.79 1.76 2.09 0.87 Sumber : Jurnal Opportunities For Thermoelectric Energy in Hybrid Vehicles Berdasarkan tabel di atas nilai koefisien seebeck bergantung pada temperatur pada sisi panas peltier. Koefisien seebeck mencapai nilai maksimum pada Thot 375 K (102 o C), sedangkan di atas 375 K koefisien seebeck menurun. Menurunnya nilai koefisien seebeck ini akan menurunkan tegangan output yang dibangkitkan, berdasarkan persamaan: [7]..(2.2) 53

Dimana : Voc = Tegangan open circuit (V) α = koefisien seebeck (V/K) dt = beda temperatur (K) 127 = jumlah kopel 2 = jumlah semikonduktor dalam satu kopel Persamaan ini untuk satu peltier saja, peltier yang digunakan dalam pengujian tipe TEC1-12706, artinya memiliki 127 kopel. Pada pengujian tanpa fan, temperatur heater berkisar antara 30-234 o C, dengan temperatur sisi panas (Thot) antara 30-180 o C. Jadi dengan nilai Thot yang tinggi maka koefisien seebeck masing-masing peltier akan menurun sehingga tegangan output pun akan menurun. 4.3.4 Analisa Daya Output Dari kedua grafik perbandingan arus yaitu gambar 4.6 dan grafik perbandingan tegangan yaitu gambar 4.7, maka diperoleh grafik pada gambar 4.8 di bawah ini : Gambar 4.8 Grafik perbandingan daya output dengan variasi tegangan input heater, susunan peltier, tanpa fan 54

Dari grafik di atas terlihat bahwa daya output maksimum dicapai oleh susunan seri 220V yaitu 3.08 Watt dengan beda temperatur dt yaitu 50,46 o C, kemudian paralel 220V yaitu 1,1 Watt, seri 110V yaitu 0,46 Watt, terakhir paralel 110 V yaitu 0,06 Watt. Jadi untuk mendapatkan daya terbesar masih tetap dengan susunan seri 220V. Pengaruh tidak adanya fan pada pencapaian nilai daya output yang lebih kecil dibandingkan dengan yang menggunakan fan. 4.4 PENGUJIAN DENGAN VARIASI TEGANGAN INPUT HEATER, SUSUNAN PELTIER SERI-PARALEL, DENGAN FAN Pengujian terakhir ini memiliki dua variasi power supply untuk heater yaitu 110V dan 220V dan susunan peltier adalah 6 disusun seri dan 6 disusun paralel dengan fan dinyalakan. Setelah data dari pengujian sebelumnya dapat dilihat bahwa untuk mebangkitkan daya terbesar dengan susunan seri dan menggunakan fan. Kemudian pengujian untuk dilakukan untuk melihat apakah susunan seri-paralel dengan fan mampu membangkitkan daya yang lebih besar 4.4.1 Analisa Daya Output bawah ini : Grafik yang didapat dari data hasil pengujian tertera pada gambar 4.5 di 55

Gambar 4.9 Grafik perbandingan daya output dengan variasi tegangan input heater, susunan peltier, dengan fan. Hasilnya adalah pencapaian daya terbesar 1,60 Watt untuk susunan seriparalel 220V dan daya terbesar yang dihasilkan susunan seri-paralel 110V yaitu 0,11 Watt. Jadi dari hasil perolehan data susunan seri-paralel tidak mampu membangkitkan daya yang besar. Daya yang dibangkitkan susunan seri-paralel masih jauh lebih kecil dibandingkan dengan susunan seri. 56