BAB I PENDAHULUAN. situasi tertentu kemampuan bernalar diperlukan manusia untuk dapat mengembangkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan dasar manusia dalam kehidupan sehari-hari adalah komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) setelah bahasa Inggris. Dalam. bahasa Jerman baik secara lisan maupun tulisan.

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas Penggunaan Teknik Clustering Terhadap Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Bahasa Jerman

BAB l PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi dalam kehidupan sehari-hari baik secara lisan

BAB I PENDAHULUAN. menguasai empat keterampilan berbahasa, yakni: menyimak (hören), berbicara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. empat aspek keterampilan yang terbagi dalam dua kelompok, yakni

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

SILABUS. Alokasi Waktu (menit) Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Indikator Kegiatan Pembelajaran Penilaian

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pendidikan bahasa ada empat keterampilan berbahasa yang harus

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran bahasa, khususnya bahasa Jerman terdapat empat

BAB I PENDAHULUAN. memengaruhi, yaitu keterampilan menyimak (Hörfertigkeiten), keterampilan

BAB III METODE PENELITIAN. Bahasa dalam menyusun kalimat menjadi teks bahasa Jerman.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan karangan argumentasi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. ide, gagasan, pikiran dan perasaan seseorang. Bahasa juga digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. beberapa Sekolah Mengengah Atas (SMA) maupun Sekolah Menengah Kejuruan

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA BILDERGESCHICHTE

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya belajar berbahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang. Perilaku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Elis Nur Vita Sari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan menulis merupakan salah satu bagian dari empat keterampilan

2015 PENERAPAN METODE BRAINSTORMING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. penilaian guru tidak dapat mengetahui kemampuan peserta didik menerima

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah.

BAB I PENDAHULUAN. reseptif yang meliputi menyimak (Hörfertigkeit) dan membaca (Lesefertigkeit),

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa selalu melibatkan unsur-unsur seperti materi, guru, siswa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran Bahasa Indonesia di dunia pendidikan bertujuan agar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. karena itu, pembelajaran bahasa diarahkan untuk meningkatkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara siswa dengan guru dan

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI KOMPLEKS

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan dalam proses pembelajaran ditentukan oleh bagaimana seorang

2016 HUBUNGAN KEMAMPUAN MENCATAT DENGAN HASIL BELAJAR SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS PADA MATERI SISTEM PEREDARAN DARAH PADA MANUSIA

2016 EFEKTIVITAS MOD EL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD S TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA D ALAM MENGONJUGASIKAN VERBA

BAB I PENDAHULUAN. digunakan sebagai bahasa pemersatu bangsa serta memiliki peranan yang penting

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dalam bahasa Indonesia, baik secara lisan maupun tertulis.

BAB I PENDAHULUAN. Masalah mendasar dalam dunia pendidikan ini di samping masalah. peningkatan kualitas untuk memenuhi kebutuhan akan

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2015 EFEKTIVITAS PENGGUNAAN PERMAINAN JIGSAW PUZZLE

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berkembang semenjak bayi, kemampuan berbicara erat kaitannya dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa, di samping keterampilan menyimak,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Atas diarahkan

TEORI PERILAKU. Disusun: IY

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi, berbagi pengalaman belajar, dan untuk meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengembangan daya nalar, keterampilan, dan moralitas

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

SILABUS DAN PENILAIAN

2014 EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA PERMAINAN DOMINO DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGONJUGASIKAN VERBA BAHASA JERMAN


BAB I PENDAHULUAN. dimengerti dan digunakan untuk berinteraksi dengan orang lain. Adapun cara-cara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menulis merupakan suatu keterampilan dalam berbahasa. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya, belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

sesuai dengan jenjang pendidikan (Depdiknas, 2006:1).

BAB I PENDAHULUAN. Keempat aspek tersebut memiliki hubungan yang erat satu sama lain.

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan keterampilan lainnya. Keempat keterampilan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kegiatan belajar mengajar (KBM) yang dilaksanakan di dalam kelas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia

BAB II KAJIAN TEORI. adalah penentu terjadinya proses belajar. memahami arti dan hubungan-hubungan serta simbol-simbol, kemudian

BAB I PENDAHULUAN. melalui kegiatan menulis seseorang akan mampu mengungkapkan segala pikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya interaksi antara guru dan siswa. Interaksi yang dilakukan mengharapkan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan ujaran atau ungkapan dalam bentuk bunyi ujaran.

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan berpikir secara sistematis dan teratur tidak mungkin dapat dilakukan.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara

BAB II KAJIAN TEORITIK. beragam interpretasi, tidak dapat didefinisikan secara tunggal, dan sangat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Fitri Rahmawati, 2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Hasil Belajar Para ahli mengemukakan beberapa pengertian hasil belajar. Dimyati dan Mudjiono (1999),

BAB I PENDAHULUAN. dalam merangkai kata. Akan tetapi, dalam penerapannya banyak orang

KEMAMPUAN MENULIS TEKS PROSEDUR SISWA KELAS VII D SMP NEGERI 11 KOTA JAMBI. Nia Budianti, Herman Budiyono, Imam Suwardi FKIP Universitas Jambi ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. yang dimilikinya. Makin kaya kosakata yang dimiliki, makin besar pula

BAB I PENDAHULUAN. pendekatan scientific akan menyentuh tiga ranah, yaitu: sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan keterampilan (psikomotor).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan

BAB 1 PENDAHULUAN. kita merupakan kegiatan belajar. Pembelajaran di sekolah masih. menentukan kehidupan individu yang lebih baik dimasa akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya untuk mengarahkan anak

BAB 1 PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Untuk medefinisikan pengertian matematika belum ada kepastian yang

BAB 1. Pembelajaran Bahasa Indonesia adalah pembelajaran yang memiliki. beberapa aspek keterampilan berbahasa yang harus dicapai oleh siswa.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Penerapan Metode Tanya Jawab untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Sumber Daya Alam di Kelas IV SDN FatufiaKecamatan Bahodopi

2015 KEEFEKTIFAN TEKNIK EXAMPLE NON EXAMPLE BERMEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS NEGOSIASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

2015 KEEFEKTIFAN PENDEKATAN SAINTIFIK BERBASIS BERPIKIR KRITIS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS LAPORAN HASIL OBSERVASI SISWA KELAS X SMA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Fersil Viali, 2016 Penerapan Metode Copy The Master dalam Pembelajaran Menulis Petunjuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus dipelajari dan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berpikir dalam kehidupan sehari-hari dilakukan seseorang untuk merenungkan sesuatu, mempertimbangkan baik atau buruk suatu hal dan membuat keputusan. Pada situasi tertentu kemampuan bernalar diperlukan manusia untuk dapat mengembangkan ide atau konsep yang ia miliki tentang suatu hal atau objek. Selain itu, kemampuan bernalar merupakan cerminan dari sebagian besar dari pengetahuan yang dimiliki seseorang. Proses berpikir sebagian besar melibatkan ranah kognitif. Berdasarkan buku sumber Pengantar Evaluasi Pendidikan oleh Prof. Drs. Anas Sudijono, ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak termasuk dalam ranah kognitif. Selain itu ada ranah afektif yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi. Selanjutnya adalah ranah psikomotor, yakni ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima penglaman belajar tertentu. Ketiga ranah ini diklasifikasikan oleh Benjamin Bloom untuk mengetahui kemampuan hasil belajar. Tentu pengklasifikasian ini berlaku pula terhadap kemampuan hasil pembelajaran bahasa.

2 Pada dasarnya bahasa digunakan untuk berkomunikasi. Ketika komunikasi berlangsung, terjadi proses memproduksi dan memahami ujaran. Proses memproduksi ujaran adalah aktivitas yang tampak dalam berbahasa, yakni aktivitas seseorang ketika ia berbicara atau menulis, sedangkan proses memahami ujaran merupakan aktivitas yang tidak tampak dan terjadi ketika seseorang menyimak atau membaca. Pada akhirnya kedua jenis aktivitas tersebut mengacu pada empat keterampilan dalam berbahasa. Dalam proses pembelajaran bahasa Jerman, ada empat keterampilan dasar yang saling berkaitan satu sama lain, dan siswa dituntut untuk menguasainya. Keterampilan dasar tersebut antara lain adalah keterampilan membaca (lesen), menulis (schreiben), berbicara (sprechen) dan menyimak (hören). Keempat keterampilan tersebut dapat dibedakan berdasarkan prosesnya. Pertama, membaca merupakan proses perubahan bentuk lambang/tanda/tulisan menjadi wujud makna. Kedua, menulis merupakan proses perubahan bentuk pikiran menjadi wujud lambang/tanda/tulisan. Ketiga, berbicara merupakan proses perubahan bentuk pikiran menjadi bunyi bahasa yang bermakna. Keempat, menyimak yaitu proses perubahan bentuk bunyi menjadi wujud makna. Keterampilan dasar yang tidak selalu mudah untuk dilakukan adalah keterampilan menulis. Sebelum menulis seseorang harus memilih kata dan menyusun kalimat dengan tepat untuk mengungkapkan apa yang ia pikirkan atau mencurahkan apa yang ia rasakan. Untuk itu dibutuhkan proses belajar dan latihan.

3 Pada hakikatnya menulis dilakukan dengan tujuan agar orang lain membaca dan memahami tulisan penulis. Seseorang yang hendak menulis harus tahu apa yang akan ia tulis dan bagaimana menuliskannya. Ada dua faktor yang mempengaruhi keterampilan menulis yakni, faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal menyangkut ketersediaan fasilitas untuk menulis. Faktor internal di antaranya adalah faktor teknis dan psikologis. Faktor teknis berkaitan konsep dan cara menulis. Di dalamnya termasuk penguasaan kosakata dan tata bahasa. Faktor psikologis mencakup pengalaman yang dimiliki seseorang. Semakin terbiasa menulis, semakin baik kemampuan dan hasil menulisnya. Faktor lain yang juga tergolong faktor psikologis, adalah kemampuan berpikir logis. Berpikir logis berarti berpikir secara rasional berdasarkan aturan atau ketentuan. Kemampuan berpikir logis juga mencerminkan seberapa luas pengetahuan seseorang. Siswa yang dihadapkan pada soal yang terdiri atas kalimat-kalimat acak, sedapat mungkin menggunakan logikanya untuk memahami kalimat-kalimat tersebut. Melalui kemampuan berpikir logisnya ia akan menentukan kalimat yang lebih dulu ditulis, kalimat yang bersifat menjelaskan, dan kalimat yang berada di akhir atau penutup, hingga tersusunlah kalimat-kalimat tersebut menjadi sebuah teks. Jika kalimat-kalimat tersebut berbahasa Jerman, maka masalah yang mungkin akan timbul dan mempengaruhi siswa dalam menyusun kalimat di antaranya adalah penguasaan kosakata bahasa Jerman yang kurang dan menyebabkan siswa kesulitan ketika hendak menuangkan ide atau gagasannya ke dalam tulisan. Selain itu kemauan dan motivasi siswa untuk berlatih menulis serta kemampuan berpikir logis yang

4 tergolong rendah juga mempengaruhi siswa dalam menulis dan memahami kalimat berbahasa Jerman. Dari ketiga masalah yang telah diuraikan di atas, tingkat kemampuan berpikir logis menjadi salah satu aspek yang turut mempengaruhi keterampilan menulis siswa. Masalah ini dianggap menarik untuk diteliti. Seperti apa peran tingkat kemampuan berpikir logis yang dimiliki siswa terhadap kemampuannya menyusun kalimat, peneliti berkeinginan untuk menuangkan pemikirannya melalui skripsi yang berjudul HUBUNGAN KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS DENGAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS BAHASA JERMAN. B. Batasan Masalah Dalam pembelajaran bahasa Jerman terdapat banyak jenis-jenis menulis. Penelitian ini hanya terfokus pada keterampilan menulis siswa sekolah menengah atas kelas XII yang belum memiliki banyak pengalaman dalam belajar bahasa Jerman, dan penelitian ini dibatasi ke dalam poin-poin sebagai berikut: 1. Tingkat kemampuan berpikir logis yang dimiliki siswa kelas XII Bahasa SMAN 15 Bandung. 2. Hubungan kemampuan berpikir logis siswa kelas XII Bahasa SMAN 15 Bandung dengan kemampuannya menyusun kalimat menjadi sebuah teks utuh.

5 C. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah diuraikan di atas terdapat beberapa rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana kemampuan berpikir logis yang dimiliki siswa kelas XII Bahasa SMAN 15 Bandung? 2. Bagaimana kemampuan siswa kelas XII Bahasa SMAN 15 Bandung dalam menyusun kalimat-kalimat bahasa Jerman menjadi sebuah teks utuh? 3. Berapa besar hubungan antara kemampuan berpikir logis dengan kemampuan siswa kelas XII Bahasa SMAN 15 Bandung dalam menyusun kalimat-kalimat bahasa Jerman menjadi sebuah teks utuh? D. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagaimana yang dipaparkan dalam poinpoin berikut: 1. Untuk mengetahui kemampuan berpikir logis yang dimiliki oleh siswa kelas XII Bahasa SMAN 15 Bandung. 2. Untuk mengetahui kemampuan siswa kelas XII Bahasa SMAN 15 Bandung dalam menyusun kalimat menjadi sebuah teks bahasa Jerman.

6 3. Untuk mengetahui berapa besar hubungan antara kemampuan berpikir logis dengan kemampuan siswa kelas XII Bahasa SMAN 15 Bandung dalam menyusun kalimat menjadi sebuah teks bahasa Jerman. E. Manfaat Penelitian berikut: Dalam pelaksanaan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai 1. Bagi peneliti, penelitian ini merupakan pengalaman dan pembelajaran berharga dalam membuat sebuah karya tulis ilmiah. 2. Bagi siswa, penelitian ini diharapkan dapat memotivasi siswa untuk berpikir secara logis dan memberikan mereka gambaran tentang hubungan kemampuan berpikir logis dengan kemampuan dalam menyusun kalimat bahasa Jerman menjadi sebuah teks utuh. 3. Dapat mengatasi kesulitan dalam menulis kalimat bahasa Jerman dengan berpikir secara logis.