BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. yang menggunakan sinar-x dengan melakukan suntikan bahan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menghasilkan gambaran bagian-bagian tubuh dengan rinci. Pemeriksaan CT

TEKNIK RADIOGRAFI INTRA VENOUS PYELOGRAPHY

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana S-1. Disusun oleh : ELYOS MEGA PUTRA J FAKULTAS KEDOKTERAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. tindakan radiologi. Contrast induced nephropathy didefinisikan sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. (USRDS) menunjukkan prevalens rate penderita penyakit ginjal di Amerika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. di bawah tiga tahun rata-rata mengalami 3 episode diare setiap tahun (Kosek

BAB VI PEMBAHASAN. Selama penelitian bulan Januari 2010 Desember 2010 terdapat 77 neonatus

BAB 1 : PENDAHULUAN. karena diabetes mencapai orang per tahun. (1) diabetes mellitus. Sehingga membuat orang yang terkena diabetes mellitus

BAB 1 PENDAHULUAN. atau dapat pula bercampur lendir dan darah/lendir saja (Ngastiyah, 2005). Pada

BAB I PENDAHULUAN. Diare merupakan masalah pada anak-anak di seluruh dunia. Dehidrasi dan

DIARE AKUT. Berdasarkan Riskesdas 2007 : diare merupakan penyebab kematian pada 42% bayi dan 25,2% pada anak usia 1-4 tahun.

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Ginjal memiliki fungsi untuk mengeluarkan bahan dan sisa-sisa

RONTGEN Rontgen sinar X

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang bersifat progresif dan irreversibel yang menyebabkan ginjal kehilangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. umum disebabkan peningkatan enzim liver. Penyebab yang mendasari fatty liver

BAB I PENDAHULUAN. bertekat memenuhi komitmen pencapaian target MDGs ( Millenium. anak (Laporan Pencapain Perkembangan Indonesia MDGs, 2007).

RESUSITASI CAIRAN. Ery Leksana SMF/Bagian Anestesi dan Terapi Intensif RSUP Dr Kariadi / FK UNDIP Semarang

Effect of Fasting on the Contrast Media-Induced Nephropathy (CIN) Occurrence in CT Scan Examination after Intravenous Contrast Injection

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. akhir fibrosis hepatik yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di SMF Ilmu Kesehatan Anak Sub Bagian Perinatologi dan. Nefrologi RSUP dr.kariadi/fk Undip Semarang.

BAB I PENDAHULUAN. sekarang para ahli tidak henti-hentinya meneliti mekanisme kerja dari obat

Pelayanan Kesehatan bagi Anak. Bab 5 Diare. Catatan untuk instruktur

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. modernisasi terutama pada masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemeriksaan Computed Tomography (CT scan) merupakan salah salah

ASKEP GAWAT DARURAT ENDOKRIN

Peningkatan kadar kreatinin serum 24 jam setelah tindakan intervensi koroner di RSUP.H. Adam Malik Medan.

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare.

BAB I PENDAHULUAN. zat atau substasi normal di urin menjadi sangat tinggi konsentrasinya. 1 Penyakit

BAB I PENDAHULUAN. bawah 5 tahun tapi ada beberapa daerah dengan episode 6-8 kali/tahun/anak. 1 Hasil

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Muhammadiyah Yogyakarta Unit Gamping. Data dikumpulkan pada bulan

BAB. I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Penelitian. bersinggungan dengan sinar gamma. Sinar-X (Roentgen) mempunyai kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Prevention (CDC) memperkirakan jumlah penderita hipertensi terus

BAB I PENDAHULUAN. Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. maupun ganas atau disebut dengan kanker paru. Tumor paru dapat bersifat primer

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kuman dapat tumbuh dan berkembang-biak di dalam saluran kemih (Hasan dan

HUBUNGAN KADAR GULA DARAH DENGAN KECEMASAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mengeksresikan zat terlarut dan air secara selektif. Fungsi vital ginjal

BAB 1 PENDAHULUAN. tujuan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, mempertahankan

TINJAUAN PUSTAKA. Ginjal adalah system organ yang berpasangan yang terletak pada rongga

Hubungan Hipertensi dan Diabetes Melitus terhadap Gagal Ginjal Kronik

The Opacity of Kidney in Nephrogram Phase with Different Urea and Creatinine levels in Patients Who Undergoing Intravenous Pyelography Examination

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Upaya keselamatan dan kesehatan kerja dimaksudkan untuk memberikan

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif. Pada penelitian ini menggunakan data retrospektif dengan. Muhammadiyah Yogyakarta periode Januari-Juni 2015.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemeriksaan Computed Tomography (CT scan) merupakan salah salah

BAB I PENDAHULUAN. banyak pabrik-pabrik yang produk-produk kebutuhan manusia yang. semakin konsumtif. Banyak pabrik yang menggunakan bahan-bahan

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian yang berskala cukup besar di Indonesia dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan utama di negara maju dan berkembang. Penyakit ini menjadi

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kasus terbanyak yaitu 91% dari seluruh kasus DM di dunia, meliputi individu

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEAKTIFAN PENDERITA DIABETES MELLITUS DALAM MENGIKUTI SENAM DI KLUB SENAM DIABETES MELLITUS RUMAH SAKIT DR

DIABETES MELITUS GESTASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. massanya, maka radiasi dapat dibagi menjadi radiasi elektromagnetik dan radiasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kanker merupakan penyebab kematian nomor dua setelah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2010). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang. Di Indonesia penyakit diare menjadi beban ekonomi yang

Anatomi & Fisiologi Sistem Urinaria II Pertemuan 11 Trisia Lusiana Amir, S. Pd., M. Biomed PRODI MIK FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Ginjal menjalankan fungsi yang vital sebagai pengatur volume dan

BAB I PENDAHULUAN. Kajian epidemiologi menunjukkan bahwa ada berbagai kondisi yang. non modifiable yang merupakan konsekuensi genetik yang tak dapat

Kebutuhan cairan dan elektrolit

PENANGANAN DIARE. B. Tujuan Mencegah dan mengobati dehidrasi, memperpendek lamanya sakit dan mencegah diare menjadi berat

PENDAHULUAN. Gagal jantung adalah saat kondisi jantung tidak mampu memompa darah untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan umat manusia pada abad ke 21. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. mortalitas dari penyakit diare masih tergolong tinggi. Secara global, tahunnya, dan diare setiap tahunnya diare membunuh sekitar

BAB I PENDAHULUAN. dan air dalam bentuk urine (Stein, 2007). Gagal Ginjal Kronik (GGK)

BAB I PENDAHULUAN. lansia adalah mereka yang berusia 65 tahun ke atas. Menurut Surini dan Utomo

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kreatinin serum pada pasien diabetes melitus tipe 2 telah dilakukan di RS

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diare merupakan penyebab kematian nomer dua di dunia. Pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. darah yang melalui ginjal, reabsorpsi selektif air, elektrolit dan non elektrolit,

BAB I PENDAHULUAN. Dari data antara tahun 1991 sampai 1999 didapatkan bahwa proses

BAB 1 PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Diabetes Melitus atau kencing manis, seringkali dinamakan

PENGARUH PERAWATAN BAYI LEKAT TERHADAP PENINGKATAN BERAT BADAN PADA BAYI DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 400 per kematian (WHO, 2013).

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian Ilmu Penyakit Dalam.

a) memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun, c) mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh, dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bersifat progresif dan irreversible. Dimana kemampuan tubuh gagal untuk

KETOASIDOSIS DIABETIK

KETOASIDOSIS DIABETIK

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis didefinisikan sebagai adanya infeksi bersama dengan manifestasi

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan ginjal (renal damage) yang terjadi lebih dari tiga bulan, dikarakteristikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Keberhasilan suatu pengobatan tidak hanya dipengaruh i oleh. kesehatan, sikap dan pola hidup pasien dan keluarga pasien, tetapi

Created by Mr. E. D, S.Pd, S.Si LOGO

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah. Diabetes melitus tipe 2 adalah sindrom metabolik. yang memiliki ciri hiperglikemia, ditambah dengan 3

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data World Health Organization (WHO), diare adalah penyebab. Sementara menurut United Nations Childrens Foundation (UNICEF)

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan

I. PENDAHULUAN. terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab

BAB I PENDAHULUAN. di rumah sakit. Anak biasanya merasakan pengalaman yang tidak menyenangkan

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah

BAB I PENDAHULUAN. jumlah pengidap diabetes diatas umur 20 tahun berjumlah 150 juta orang dan. membengkak menjadi 300 juta orang (Suyono, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. Natrium diklofenak merupakan obat golongan antiinflamasi nonsteroid

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Ginjal merupakan salah satu organ utama dalam tubuh manusia yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) merupakan kumpulan gejala klinis

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Intravenous Pyelography adalah prosedur pemeriksaan ren, ureter, dan vesica urinearia yang menggunakan sinar-x dengan melakukan suntikan bahan kontras melalui vena. Pemeriksaan ini dapat memberikan informasi yang baik tentang anatomi dan fungsi saluran kencing. Foto secara serial untuk mengikuti jalannya bahan kontras akan diperoleh setelah bahan kontras disuntikan melalui vena. Satu menit pertama setelah bahan kontras disuntikan, bahan kontras akan terlihat di daerah ren dengan konsentrasi tertinggi di nefron (nephrogram), pada 5 menit setelah suntikan bahan kontras, akan memperlihatkan system pelviscocalyces renalis, menit ke 15 memperlihatkan ureter bagian tengah dan bawah, menit ke 30 memperlihatkan vesica urinaria, setelah buang air kecil untuk melihat adanya gangguan pengosongan vesica urinaria maupun kelainan dalam vesica urinaria (Harvey et al., 1999). Bahan kontras merupakan zat kimia berasal dari luar tubuh yang akan memperlihatkan struktur parenkhim ren pada film sinar-x, dikeluarkan melalui ren dan urine (urography) (Speck, 1991). Penggunaan bahan kontras yodium intravaskuler dapat menyebabkan penurunan fungsi ren, yang dikenal sebagai Contrast Induce Nephropathy (CIN) hal ini hampir diterima secara umum. Bahan kontras telah dikaitkan dengan acut renal failure selama hampir setengah abad dan sering dikutip sebagai salah satu penyebab paling umum dari gangguan fungsi

2 ren pada pasien rawat inap. Hal ini tidak mengherankan, karena prosedur diagnosis dan intervensi yang membutuhkan bahan kontras frekuensinya semakin hari semakin meningkat (Qasim, 2006 dan Morcos,1998). Penelitian yang dilakukan Lalli (1998) menemukan dalam kurun waktu 10 tahun, 228 pasien meninggal setelah pemberian bahan kontras yang melibatkan prosedur cholangiography, angiography dan urography. Angka kematian pada penelitian ini cukup tinggi dan dikatakan sebagai penyebabnya adalah adanya reaksi akibat bahan kontras. Angka kejadian dan risiko Nephropathy akibat bahan kontras telah banyak dipelajari, yaitu perubahan pada fungsi ren yang terjadi pada semua kasus atau yang lebih berat yaitu nephrotoxic bahan kontras yang biasanya bersifat akut, reversibel sampai gagal ginjal. Mengingat meningkatnya prosedur diagnosis dan intervensi yang membutuhkan bahan kontras, maka diperlukan identifikasi pasien yang memiliki risiko terjadinya Contrast Induced Nephropathy (CIN) (Saini dan Choy, 2007). Pasien dengan fungsi ren normal, mempunyai risiko terjadi Contras Induce Nephropathy sekitar 0,5% (Katzberg, 1997). Kondisi kesehatan pasien sangat mempengaruhi terjadinya Contrast Induced Nephropathy (CIN) diantaranya chronic renal diseases, diabetus melitus, congestive heart faillure, dehidrasi, usia lebih dari 75 tahun, multiple myeloma, penggunaan obat yang berpotensi nephrotoxic, obat Nonsteroidal anti-inflammatory, antibiotik Aminoglycoside dan penggunaan bahan kontras (72 jam terakhir). Berdasarkan hal tersebut diatas diperlukan beberapa strategi untuk mengurangi risiko tersebut tanpa harus mengurangi kualitas hasil pemeriksaan yang diinginkan. Menilai status volume

3 sebelum pasien menjalani pemeriksaan dengan bahan kontras sangat efektif dalam mengurangi terjadinya Contras Induce Nephropathy (CIN) dan pemberian hidrasi sebelum pemeriksaan sangat dianjurkan (Saini dan Choy, 2007). Dehidrasi adalah suatu kondisi berkurangnya cairan tubuh. Pemberian cairan secara oral merupakan cara yang efektif dan murah. Menurut World Health Organitation (WHO) tingkat kegagalan pemberian cairan peroral sangat rendah. Tidak ada perbedaan yang berarti pada pemberian cairan secara oral dan melalui vena. Pemberian cairan secara oral merupakan cara pertama dalam penatalaksanaan terhadap dehidrasi ringan sampai sedang, pemberian cairan melalui vena dilakukan jika secara oral gagal. WHO merekomendasikan formula khusus untuk rehidrasi maupun pemeliharaan hidrasi secara oral. Formula khusus tersebut memiliki osmolaritas yang sama dengan plasma darah (isotonic) dan berisi citrate, glucosa agar penyerapan natrium dan air dapat maksimal. Kebutuhan cairan orang dewasa untuk mempertahankan status hidrasi sekitar 1.500 2.500 cc perhari (Hartling et al., 2010). Penilaian systema pelviscalyces renalis memerlukan densitas yang optimal, berbagai tehnik untuk mengoptimalkan densitas tersebut telah dilaporkan dalam beberapa pustaka diantaranya dengan pemberian salin, posisi pasien dan furosemid (Kawamoto et al., 2006). Pada penelitian yang dilakukan Szolar dan teman temannya membuktikan bahwa pemberian cairan secara oral 1000 cc, 30 45 menit sebelum pemeriksaan Computed Tomography Urography menyebabkan turunnya attenuasi dan meningkatnya opasitas saluran kencing (Szolar et al., 2010).

4 Pemeriksaan Intravenous Pyelography yang dilakukan di Instalasi Radiologi RSUP DR. Sardjito adalah dengan menggunakan bahan kontras yodium, non ionik dengan dosis 1 ml/kg BB dan batasan kadar serum kreatinin sebelum pemberian kontras tidak boleh lebih dari 2 mg/dl. Pasien yang akan menjalani pemeriksaan Intravenous Pyelography sebelumnya dilakukan pendaftaran dan persiapan. Persiapan puasa mulai pukul 24.00 wib sampai pemeriksaan selesai. Persiapan dilakukan dengan tujuan agar saluran pencernaan bersih dari feses yang akan mengganggu diagnosis dan menciptakan kondisi dehidrasi sehingga bahan kontras lebih pekat yang membuat bahan kontras tampak lebih opaq pada foto sinar X. Kondisi dehidrasi ringan sampai sedang ini akan mempengaruhi terjadinya Contras Induce Nephropathy (CIN). B. Perumusan masalah 1. Intra Venous Pyelography adalah pemeriksaan yang memberikan informasi tentang anatomi dan fungsi saluran kencing menggunakan bahan kontras yodium melalui vena yang mempunyai efek Contras Induce Nephropathy (CIN). 2. Didalam prosedur persiapan pemeriksaan Intravenous Pyelography di Instalasi Radiologi RSUP DR.Sardjito, menyebutkan pasien puasa mulai jam 24.00 wib dengan tujuan menciptakan kondisi dehidrasi sehingga bahan kontras lebih pekat yang membuat bahan kontras tampak lebih opaq pada foto sinar X, padahal dehidrasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya Contras Induce Nephropathy (CIN).

5 3. Salah satu strategi yang dilakukan untuk mengurangi terjadinya Contras Induce Nephropathy (CIN) adalah dengan pemberian hidrasi sebelum dilakukan pemeriksaan dengan bahan kontras. Hidrasi ini membuat bahan kontras lebih encer yang berhubungan dengan densitas pada foto sinar X C. Pertanyaan Penelitian Apakah pemberian cairan isotonik per oral 500 cc, 30-45 menit sebelum pemeriksaan Intravenous Pyelography memberikan densitas pelvis renis yang baik? D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menilai pengaruh pemberian cairan isotonikper oral 500 cc, 30-45 menit sesebelum pemeriksaan Intravenous Pyelography terhadap densitas pelvis renis. E. Manfaat Penelitian Bagi ilmu pengetahuan adalah untuk menambah wawasan tentang pengaruh pemberian cairan isotonik peroral sebelum pemeriksaan Intravenous Pyelography terhadap densitas pelvis renis. Bagi pelayanan medis dan rumah sakit adalah untuk memberikan buktibukti ilmiah bahwa pasien yang puasa minimal 8 jam kemudian diberi cairan isotonik peroral 500 cc, 30-45 menit sebelum dilakukan pemeriksaan Intravenous Pyelography dapat memberikan densitas pelvis renis yang tidak berbeda bermakna dengan pasien yang puasa 8 jam.

6 Bagi pasien adalah untuk mendapatkan kepastian bahwa minum isotonik peroral 500 cc, 30-45 menit sebelum pemeriksaan Intravenous Pyelography tidak akan mempengaruhi secara bermakna terhadap densitas pelvis renis sehingga tidak akan mempengaruhi diagnosis. F. Keaslian Penelitian Penelusuran kepustakaan yang peneliti lakukan, belum ditemukan penelitian yang sama dengan penelitian ini, yaitu pengaruh pemberian cairan isotonik peroral terhadap densitas pelvis renis pada pemeriksaan Intravenous Pyelography, Penelitian sebelumnya meneliti tentang efek hidrasi oral dan volume bahan kontras terhadap enhancement parenkhim ren dan saluran kencing pada pemeriksaan Multi Detector Computed Tomography ( MDCT ) Urography. Peneliti menemukan beberapa jurnal penelitian yang dapat digunakan sebagai acuan, di antaranya terlihat pada Tabel 1.

7 Tabel 1. Keaslian Penelitian Tahun/ Peneliti Subyek Topik Hasil Szolar et al ( 2010) 192 subyek Multi-detektor Computed Tomography urografi: efek hidrasi oral dan volume bahan kontras terhadap enhancement parenkhim ren dan opasitas saluran kemih analisa kuantitatif dan kualitatif. Hidrasi oral tidak menyebabkan penurunan attenuasi dari traktus urinarius tetapi meningkatkan secara terus menerus opasitasnya. Menaikan volume bahan kontras akan mengakibatkan peningkatan enhancement parenkhim sama dengan tractus urinarius. Penurunan volume bahan kontras tidak dapat dikompensasi dengan oral hidrasi Sudakoff et al., (2006 ) 108 subyek Opasitas sistem pengumpul saluran kemih selama Multi Detector Computed Tomography Urography dengan Enhanced Computed Tomography Digital Radiografi : bolus salin dengan non salin Mueller., et al., (2002) 1620 subyek Perbandingan secara acak dari 2 bahan hidrasi pada 1620 pasien yang menjalani Angioplasti. Pemberian bolus salin tidak menunjukan perbaikan, sedangkan penambahan enhanched CTDR memberikan perbaikan yang signifikan dari sistem pengumpul saluran kemih pada CT urografi. Hidrasi isotonik lebih unggul dibandingkan dengan hidrasi halfisotonic untuk mencegah nefropati akibat media kontras. Penelitian yang membandingkan densitas pelvis renis pada pasien yang puasa minimal 8 jam dengan pasien yang puasa minimal 8 jam kemudian diberi cairan isotonik peroral 500 ml, 30-45 menit sebelum pemeriksaan Intravenous Pyelography yang sepengetahuan peneliti belum pernah dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Sardjito Yogyakarta.