1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Intravenous Pyelography adalah prosedur pemeriksaan ren, ureter, dan vesica urinearia yang menggunakan sinar-x dengan melakukan suntikan bahan kontras melalui vena. Pemeriksaan ini dapat memberikan informasi yang baik tentang anatomi dan fungsi saluran kencing. Foto secara serial untuk mengikuti jalannya bahan kontras akan diperoleh setelah bahan kontras disuntikan melalui vena. Satu menit pertama setelah bahan kontras disuntikan, bahan kontras akan terlihat di daerah ren dengan konsentrasi tertinggi di nefron (nephrogram), pada 5 menit setelah suntikan bahan kontras, akan memperlihatkan system pelviscocalyces renalis, menit ke 15 memperlihatkan ureter bagian tengah dan bawah, menit ke 30 memperlihatkan vesica urinaria, setelah buang air kecil untuk melihat adanya gangguan pengosongan vesica urinaria maupun kelainan dalam vesica urinaria (Harvey et al., 1999). Bahan kontras merupakan zat kimia berasal dari luar tubuh yang akan memperlihatkan struktur parenkhim ren pada film sinar-x, dikeluarkan melalui ren dan urine (urography) (Speck, 1991). Penggunaan bahan kontras yodium intravaskuler dapat menyebabkan penurunan fungsi ren, yang dikenal sebagai Contrast Induce Nephropathy (CIN) hal ini hampir diterima secara umum. Bahan kontras telah dikaitkan dengan acut renal failure selama hampir setengah abad dan sering dikutip sebagai salah satu penyebab paling umum dari gangguan fungsi
2 ren pada pasien rawat inap. Hal ini tidak mengherankan, karena prosedur diagnosis dan intervensi yang membutuhkan bahan kontras frekuensinya semakin hari semakin meningkat (Qasim, 2006 dan Morcos,1998). Penelitian yang dilakukan Lalli (1998) menemukan dalam kurun waktu 10 tahun, 228 pasien meninggal setelah pemberian bahan kontras yang melibatkan prosedur cholangiography, angiography dan urography. Angka kematian pada penelitian ini cukup tinggi dan dikatakan sebagai penyebabnya adalah adanya reaksi akibat bahan kontras. Angka kejadian dan risiko Nephropathy akibat bahan kontras telah banyak dipelajari, yaitu perubahan pada fungsi ren yang terjadi pada semua kasus atau yang lebih berat yaitu nephrotoxic bahan kontras yang biasanya bersifat akut, reversibel sampai gagal ginjal. Mengingat meningkatnya prosedur diagnosis dan intervensi yang membutuhkan bahan kontras, maka diperlukan identifikasi pasien yang memiliki risiko terjadinya Contrast Induced Nephropathy (CIN) (Saini dan Choy, 2007). Pasien dengan fungsi ren normal, mempunyai risiko terjadi Contras Induce Nephropathy sekitar 0,5% (Katzberg, 1997). Kondisi kesehatan pasien sangat mempengaruhi terjadinya Contrast Induced Nephropathy (CIN) diantaranya chronic renal diseases, diabetus melitus, congestive heart faillure, dehidrasi, usia lebih dari 75 tahun, multiple myeloma, penggunaan obat yang berpotensi nephrotoxic, obat Nonsteroidal anti-inflammatory, antibiotik Aminoglycoside dan penggunaan bahan kontras (72 jam terakhir). Berdasarkan hal tersebut diatas diperlukan beberapa strategi untuk mengurangi risiko tersebut tanpa harus mengurangi kualitas hasil pemeriksaan yang diinginkan. Menilai status volume
3 sebelum pasien menjalani pemeriksaan dengan bahan kontras sangat efektif dalam mengurangi terjadinya Contras Induce Nephropathy (CIN) dan pemberian hidrasi sebelum pemeriksaan sangat dianjurkan (Saini dan Choy, 2007). Dehidrasi adalah suatu kondisi berkurangnya cairan tubuh. Pemberian cairan secara oral merupakan cara yang efektif dan murah. Menurut World Health Organitation (WHO) tingkat kegagalan pemberian cairan peroral sangat rendah. Tidak ada perbedaan yang berarti pada pemberian cairan secara oral dan melalui vena. Pemberian cairan secara oral merupakan cara pertama dalam penatalaksanaan terhadap dehidrasi ringan sampai sedang, pemberian cairan melalui vena dilakukan jika secara oral gagal. WHO merekomendasikan formula khusus untuk rehidrasi maupun pemeliharaan hidrasi secara oral. Formula khusus tersebut memiliki osmolaritas yang sama dengan plasma darah (isotonic) dan berisi citrate, glucosa agar penyerapan natrium dan air dapat maksimal. Kebutuhan cairan orang dewasa untuk mempertahankan status hidrasi sekitar 1.500 2.500 cc perhari (Hartling et al., 2010). Penilaian systema pelviscalyces renalis memerlukan densitas yang optimal, berbagai tehnik untuk mengoptimalkan densitas tersebut telah dilaporkan dalam beberapa pustaka diantaranya dengan pemberian salin, posisi pasien dan furosemid (Kawamoto et al., 2006). Pada penelitian yang dilakukan Szolar dan teman temannya membuktikan bahwa pemberian cairan secara oral 1000 cc, 30 45 menit sebelum pemeriksaan Computed Tomography Urography menyebabkan turunnya attenuasi dan meningkatnya opasitas saluran kencing (Szolar et al., 2010).
4 Pemeriksaan Intravenous Pyelography yang dilakukan di Instalasi Radiologi RSUP DR. Sardjito adalah dengan menggunakan bahan kontras yodium, non ionik dengan dosis 1 ml/kg BB dan batasan kadar serum kreatinin sebelum pemberian kontras tidak boleh lebih dari 2 mg/dl. Pasien yang akan menjalani pemeriksaan Intravenous Pyelography sebelumnya dilakukan pendaftaran dan persiapan. Persiapan puasa mulai pukul 24.00 wib sampai pemeriksaan selesai. Persiapan dilakukan dengan tujuan agar saluran pencernaan bersih dari feses yang akan mengganggu diagnosis dan menciptakan kondisi dehidrasi sehingga bahan kontras lebih pekat yang membuat bahan kontras tampak lebih opaq pada foto sinar X. Kondisi dehidrasi ringan sampai sedang ini akan mempengaruhi terjadinya Contras Induce Nephropathy (CIN). B. Perumusan masalah 1. Intra Venous Pyelography adalah pemeriksaan yang memberikan informasi tentang anatomi dan fungsi saluran kencing menggunakan bahan kontras yodium melalui vena yang mempunyai efek Contras Induce Nephropathy (CIN). 2. Didalam prosedur persiapan pemeriksaan Intravenous Pyelography di Instalasi Radiologi RSUP DR.Sardjito, menyebutkan pasien puasa mulai jam 24.00 wib dengan tujuan menciptakan kondisi dehidrasi sehingga bahan kontras lebih pekat yang membuat bahan kontras tampak lebih opaq pada foto sinar X, padahal dehidrasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya Contras Induce Nephropathy (CIN).
5 3. Salah satu strategi yang dilakukan untuk mengurangi terjadinya Contras Induce Nephropathy (CIN) adalah dengan pemberian hidrasi sebelum dilakukan pemeriksaan dengan bahan kontras. Hidrasi ini membuat bahan kontras lebih encer yang berhubungan dengan densitas pada foto sinar X C. Pertanyaan Penelitian Apakah pemberian cairan isotonik per oral 500 cc, 30-45 menit sebelum pemeriksaan Intravenous Pyelography memberikan densitas pelvis renis yang baik? D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menilai pengaruh pemberian cairan isotonikper oral 500 cc, 30-45 menit sesebelum pemeriksaan Intravenous Pyelography terhadap densitas pelvis renis. E. Manfaat Penelitian Bagi ilmu pengetahuan adalah untuk menambah wawasan tentang pengaruh pemberian cairan isotonik peroral sebelum pemeriksaan Intravenous Pyelography terhadap densitas pelvis renis. Bagi pelayanan medis dan rumah sakit adalah untuk memberikan buktibukti ilmiah bahwa pasien yang puasa minimal 8 jam kemudian diberi cairan isotonik peroral 500 cc, 30-45 menit sebelum dilakukan pemeriksaan Intravenous Pyelography dapat memberikan densitas pelvis renis yang tidak berbeda bermakna dengan pasien yang puasa 8 jam.
6 Bagi pasien adalah untuk mendapatkan kepastian bahwa minum isotonik peroral 500 cc, 30-45 menit sebelum pemeriksaan Intravenous Pyelography tidak akan mempengaruhi secara bermakna terhadap densitas pelvis renis sehingga tidak akan mempengaruhi diagnosis. F. Keaslian Penelitian Penelusuran kepustakaan yang peneliti lakukan, belum ditemukan penelitian yang sama dengan penelitian ini, yaitu pengaruh pemberian cairan isotonik peroral terhadap densitas pelvis renis pada pemeriksaan Intravenous Pyelography, Penelitian sebelumnya meneliti tentang efek hidrasi oral dan volume bahan kontras terhadap enhancement parenkhim ren dan saluran kencing pada pemeriksaan Multi Detector Computed Tomography ( MDCT ) Urography. Peneliti menemukan beberapa jurnal penelitian yang dapat digunakan sebagai acuan, di antaranya terlihat pada Tabel 1.
7 Tabel 1. Keaslian Penelitian Tahun/ Peneliti Subyek Topik Hasil Szolar et al ( 2010) 192 subyek Multi-detektor Computed Tomography urografi: efek hidrasi oral dan volume bahan kontras terhadap enhancement parenkhim ren dan opasitas saluran kemih analisa kuantitatif dan kualitatif. Hidrasi oral tidak menyebabkan penurunan attenuasi dari traktus urinarius tetapi meningkatkan secara terus menerus opasitasnya. Menaikan volume bahan kontras akan mengakibatkan peningkatan enhancement parenkhim sama dengan tractus urinarius. Penurunan volume bahan kontras tidak dapat dikompensasi dengan oral hidrasi Sudakoff et al., (2006 ) 108 subyek Opasitas sistem pengumpul saluran kemih selama Multi Detector Computed Tomography Urography dengan Enhanced Computed Tomography Digital Radiografi : bolus salin dengan non salin Mueller., et al., (2002) 1620 subyek Perbandingan secara acak dari 2 bahan hidrasi pada 1620 pasien yang menjalani Angioplasti. Pemberian bolus salin tidak menunjukan perbaikan, sedangkan penambahan enhanched CTDR memberikan perbaikan yang signifikan dari sistem pengumpul saluran kemih pada CT urografi. Hidrasi isotonik lebih unggul dibandingkan dengan hidrasi halfisotonic untuk mencegah nefropati akibat media kontras. Penelitian yang membandingkan densitas pelvis renis pada pasien yang puasa minimal 8 jam dengan pasien yang puasa minimal 8 jam kemudian diberi cairan isotonik peroral 500 ml, 30-45 menit sebelum pemeriksaan Intravenous Pyelography yang sepengetahuan peneliti belum pernah dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Sardjito Yogyakarta.