BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. arsip agar dapat dengan cepat bila arsip bilamana arsip sewaktu-waktu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORITIS. Arsip berasal dari bahasa Yunani, yaitu arche yang kemudian berubah menjadi archea,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Arsip Dinamis Arsip Statis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Karena itu sekarang terdapat 2 (dua) jenis arsip ditinjau dari sudut umum dan perundang-undangan, yaitu (Depkes, 1971: 43)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Arsip berasal dari bahasa Yunani Archivum yang artinya tempat untuk

BAB II SISTEM PENGELOLAAN ARSIP DINAMIS INAKTIF

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karena mempunyai suatu kegunaan agar setiap kali diperlukan dapat secara cepat

MANAJEMEN PERKANTORAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Kantor dan Sistem Kearsipan. Menurut Maryati dalam bukunya Manajemen Perkantoran efektif.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berikut beberapa kutipan pengertian arsip:

BAB II LANDASAN TEORI. penerimaan, pengumpulan, pengaturan, pengendalian, pemeliharaan, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENTINGNYA MANAJEMEN SISTEM PENYIMPANAN ARSIP. Oleh; Melizubaidah Mahmud Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Negeri Gorontalo

Manajemen Kearsipan untuk Mewujudkan Tata Kelola Administrasi Perkantoran yang Efektif dan Efisien

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 93 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN SISTEM PENGELOLAAN ARSIP DINAMIS PEMERINTAH DAERAH

PENYUSUTAN ARSIP DI PUSAT TEKNOLOGI BAHAN BAKAR NUKLIR

BAB III LANDASAN TEORI. Kata arsip berasal dari bahasa Belanda yakni archief, yang berarti tempat

MANAJEMEN KEARSIPAN. Oleh: Rr. Sarwendah Pancaningsih Arsiparis Pertama Politeknik Negeri Semarang Jl. Prof. Soedarto, SH. Tembalang Semarang 50275

2017, No Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Ta

BAB II KAJIAN TEORETIS. Saiman (2000:16) pengelolaan adalah bermacam-macam kegiatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

SARANA DAN PRASARANA KEARSIPAN DI PUSAT TEKNOLOGI BAHAN BAKAR NUKLIR BATAN

Filing, Record Retention and Form

-2- MEMUTUSKAN : Menetapkan: PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PENGELOLAAN ARSIP DINAMIS KOMISI PEMILIHAN UMUM. BAB I KETENTUAN UMUM

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. Penyediaan informasi dengan cepat dan tepat mutlak menjadi harapan masyarakat.

BAB IV ANALISIS PRAKTEK KERJA LAPANGAN. Pengurusan dan pengendalian surat adalah kegiatan-kegiatan mencatat

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORI. memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan dan pencapaian

MANAJEMEN ARSIP DINAMIS (AKTIF & IN AKTIF)

BAB III LANDASAN TEORI

PENGELOLAAN ARSIP DI SUB BAGIAN UMUM DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN KULON PROGO SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rangka melaksanakan segala kegiatan pada kantor-kantor, lembaga-lembaga negara,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KATA PENGANTAR. Sekretaris Dewan Pertimbangan Presiden, Garibaldi Sujatmiko

BAB I PENDAHULUAN. informasi. Informasi yang diperlukan oleh setiap organisasi yaitu untuk

BAB II KAJIAN TEORI. atau rakitan komponen atau bagian-bagian yang membentuk suatu kesatuan yang utuh

BAB III LANDASAN TEORI. Dalam menyelesaikan tugas tugas pada Divisi Research and. dipertanggungjawabkan adalah sebagai berikut :

BAB III LANDASAN TEORI. banyak aktivitas atau kegiatan suatu organisasi, maka kegiatan surat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Permasalahan. Dewasa ini, manajemen kearsipan yang baik menjadi sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. bantu untuk mengingat, baik untuk keperluan administrasi, hukum, dan keperluankeperluan

PERAN MANAJEMEN KEARSIPAN DALAM KEHIDUPAN ORGANISASI

PENTINGNYA PENATAAN KEARSIPAN DALAM MENUNJANG AKTIVITAS PEGAWAI PADA KANTOR KEJAKSAAN TINGGI SULAWESI UTARA TUGAS AKHIR

Dari segi administrasi, tujuan penyusutan arsip ialah:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan teknologi dewasa ini semakin

PENGELOLAAN ARSIP SMA NEGERI DI KOTA YOGYAKARTA SKRIPSI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 34 TAHUN 2015 TENTANG JADWAL RETENSI ARSIP KEUANGAN PEMERINTAH PROVINSI BALI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. hal.2. 1 Zulkifli Amsyah, Manajemen Kearsipan, Gramedia Pustaka, Jakarta, 2005,

PENYIMPANAN ARSIP DINAMIS AKTIF DI BAGIAN TATA USAHA SMA PERTIWI 1 KOTA PADANG

MANAJEMEN KEARSIPAN. Anna Riasmiati, S.E. : Manajemen Kearsipan : Drs. Sularso Mulyono, dkk. Cetakan : I, 2011

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN KEARSIPAN DINAMIS BADAN NARKOTIKA NASIONAL

BAB II LANDASAN TEORI. pengawasan yang dilakukan untuk menentukan dan mencapai tujuan-tujuan

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB II MANAJEMEN KEARSIPAN. Dari pengertian di atas dapat diambil ciri-ciri arsip yaitu:

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2012 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN METODE PENGAMATAN

BAB II LANDASAN TEORI. Arsip berasal dari bahasa asing, orang Yunani mengatakan Arcivum

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG

2012, No SISTEMATIKA BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG B. MAKSUD DAN TUJUAN C. RUANG LINGKUP D.

PADANG PANJANG PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2009 menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan pasti akan memiliki suatu unit khusus yang bertugas dalam bidang

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2006 TENTANG TATA KEARSIPAN DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENANGANAN ARSIP PADA BAGIAN UMUM DAN AKUNTANSI PT. BANK SUMSEL PALEMBANG

BAB I PENDAHULUAN. Arsip merupakan elemen penting dalam kehidupan manusia, tanpa disadari

PROSEDUR DAN TEKNIK PENYUSUTAN ARSIP

GUBERNURNUSA TENGGARA BARAT

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 40 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN TATA KEARSIPAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO

PEDOMAN KEARSIPAN Suatu naskah tertulis yang berisi segala karangan yang diperlukan mengenai pekerjaan arsip / dokumen dalam suatu organisasi

TATA TERTIB PENGGUNAAN LABORATORIUM PERKANTORAN/KEARSIPAN

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III PEMBAHASAN. Rosidah dan Ambar (2005:12) kata sekretaris berasal dari bahasa latin, yaitu sectrum yang

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan fungsi organisasi. Dalam setiap organisasi sangat memerlukan data dan

BAB III PEMBAHASAN Landasan Teori Pengertian dan FungsiSurat A Pengertian

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ' KEPALA BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI,

BAB I PENDAHULUAN. Suatu organisasi atau instansi dalam menjalankan tugas pokok

WALI KOTA BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALI KOTA BANDUNG,

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Arsip Menurut The Liang Gie dalam Sugiarto dan wahyono (2005: 04), arsip adalah suatu kumpulan dokumen yang disimpan secara sistematis karena mempunyai suatu kegunaan agar setiap kali diperlukan dapat secara cepat ditemukan kembali. Sedangkan menurut Barthos (2000: 01), ar sip ( record) yang dalam Bahasa Indonesia disebut sebagai dokumen, pada pokoknya dapat diberikan pengertian sebagai berikut: setiap catatan tertulis baik dalam bentuk gambar maupun bagan yang memuat keterangan-keterangan mengenai sesuatu subyek (pokok per soalan) ataupun peristiwa-peristiwa yang dibuat orang untuk membantu daya ingat orang (itu) pula. Menurut undang-undang nomor 7 tahun 1971 dalam sugiarti dan wahyono (2005: 04), arsip adalah: a. Naskah-naskah yang dibuat dan diterima oleh Lembaga-lembaga dan badan-badan pemerintah dalam bentuk corak apapun, baik dalam keadaan tunggal maupun berkelompok dalam rangka pelaksanaan kegiatan pemerintahan. b. Naskah-naskah yang dibuat dan diterima oleh badan-badan Swasta atau perseorangan, dalam bentuk corak apapun, baik dalam keadaan tunggal maupun berkelompok, dalam rangka pelaksanaan kehidupan kebangsaan. Dari pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa arsip adalah setiap catatan tertulis atau terekam yang disimpan sebagai suatu informasi mengenai suatu kegiatan dalam suatu perusahaan baik itu pemerintahan, swasta ataupun perseorangan. 2.2 Fungsi, Tujuan dan Peranan Kearsipan 2.2.1 Fungsi Arsip Menurut Barthos (2009: 11-12), fungsi arsip dibedakan menjadi dua, yaitu: 1. Arsip dinamis yang dipergunakan secara langsung dalam perencanaan, pelaksanaan, penuelenggaraan kehidupan kebangsaan pada umumnya 7

8 atau dipergunakan secara langsung dalam penyelenggaraan administrasi Negara. 2. Arsip statis, yang tidak dipergunakan secara langsung untuk perencanaan, penyelenggaraan kehidupan kebangsaan pada umumnya maupun untuk penyelenggaraan sehari-hari administrasi Negara. Arsip merupakan sesuatu yang hidup, tumbuh, dan terus berubah seirama dengan tata kehidupan masyarakat maupun dengan tata pemerintah. Ketentuan fungsi arsip tersebut menegaskan adanya dua jenis sifat dan arsip secara fungsional, yaitu: a. Arsip dinamis, sebagai arsip yang senantiasa masih berubah nilai dan artinya menurut fungsinya; dan b. Arsip statis, sebagai arsip yang sudah mencapai taraf nilai yang abadi khusus sebagai bahan pertanggungjawaban nasional/pemerintah. 2.2.2 Tujuan Arsip Setiap perusahaan harus mempunyai tujuan dari adanya kegiatan kearsipan pada perusahaannya, karena jika diperusahaan tersebut melakukan/meneraokan sistem kearsipan tentunya ada tujuan tertentu. Menurut Barthos (2000: 12), tujuan kearsipan ialah untuk menjamin keselamatan bahan pertanggungjawaban nasional tentang perencanaan, pelaksanaan dan penyelenggaraan kehidupan kebangsaan serta untuk menyediakan bahan pertanggungan tersebut bagi kegiatan pemerintahan. Sedangkan menurut Martono (1991: 28), tujuan kearsipan adalah: a. Kerasipan bertujuan mengurus arsip yang sedikit mungkin melalui program retensi dan pemusnahan yang teratur, sehingga yang diurus bukan tumpukan yang tidak berguna karena kualitas dan kuantitas yang tidak sesuai. b. Kearsipan bertujuan untuk menyediakan arsip-arsip yang bermutu melalui program seleksi yang mantap.

9 c. Kearsipan bertujuan untuk mengurus arsi dengan efektif dan efisien sehingga arsip-arsip yang diurus benar-benar arsip yang berbobot, bermutu dan bernilai guna baik untuk intern maupun untuk ekstern. d. Kearsipan diurus dengan cara mengusahakan afar mengemat biaya akan tertapi perlu juga agar penyediaan biaya untuk pelaksanaan penyelenggaraan pengurus arsip cukup layak. Jadi tujuan kearsipan ini adalah untuk menyajikan informasi bagi perusahaan berdasarkan dari data-data yang ada secara akurat tepat dan terperinci. 2.2.3 Peranan Arsip Arsip disini memiliki peranan sebagai sumber informasi, dimana arsip dapat membantu mengingatkan dalam rangka pengambilan keputusan atas suatu masalah secara cepat. Sebagai sumber informasi arsip juga mempunyai peranan penting dalam peroses penyajian informasi bagi pimpinan perusahaan. Oleh sebab itu arsip harus dikelola dengan sedemikian rupa sehinggga fungsi sebagai pusat ingatan dan informasi dapat terlaksana. Menurut Barthos (2002: 02) mengemukakan tentang peranan kearsipan yaitu: arsip mempunyai peranan sebagai pusat ingatan, sebagai sumber informasi dalam perencanaan, pengembangan, perumusan, kebijaksanaan, pengambilan keputusan, pembuatan laporan, pertanggugjawaban, penilaian dan pengendalian setepat-tepatnya. 2.3 Asas Penyimpanan Arsip Menurut Sedarmayanti (2008:45-46), dalam penyimpanan arsip dikenal 3 azas pengorganisasian, yaitu: 1. Azas Sentralisasi Adalah pelaksanaan pengelolaan arsip bagi seluruh organisasi yang dipusatkan di satu unit khusus, yaitu pusat penyimpanan arsip. Jadi unitunit lain tidak melaksanakan pengurusan dan penyimpanan arsip. Azas ini biasanya digunakan oleh organisasi yang tidak terlalu besar, dan masing-masing unit tidak banyak memerlukan informasi yang bersifat khusus, atau spesifik. Keuntungan azas Sentralisasi a. Memudahkan pengawasan pengelolaan arsip bagi organisasi secara menyeluruh.

10 b. Dapat memperoleh gambaran tentang jenis-jenis bidang arsip yang dimiliki secara keseluruhan. c. Memudahkan pelaksanaan perawatan dan penyusutan. Kerugian azas Sentralisasi a. Dapat menimbulkan keterlambatan di dalam pemenuhan kebutuhan arsip untuk masing-masing unit lainnya, mengingat pada waktu yang bersamaan, beberapa unit kemungkinan meminta arsip. b. Petugas arsip yang kurang terampil dan kurang memahami masalah yang ada di unit lain, mengakibatkan penyusunan arsip mungkin tidak atau kurang sistematik. c. Terpisahnya letak gedung kantor, dirasakan sebagai hambatan karena jarak yang berjauhan. 2. Azas desentralisasi Adalah pelaksanaan pengelolaan arsip yang ditempatkan di masingmasing unit dalam suatu organisasi. Azas ini biasanya digunakan oleh organisasi yang besar/kompleks kegiatannya, dan masing-masing unit pada organisasi tersebut mengolah informasi yang khusus. Keuntungan azas Desentralisasi a. Arsip yang dibutuhkan, akan lebih mudah dan lebih cepat diperoleh, karena prosedur tidak sulit. Kerugian azas Desentralisasi a. Pengawasan agak sulit dilakukan. b. Lebih banyak menggunakan biaya, tenaga dan alat. 3. Azas gabungan antara Sentralisasi dan Desentralisasi Adalah pelaksanaan pengelolaan arsip dengan cara menggabungkan antara azas Sentralisasi dan desentralisasi. Azas ini digunakan untuk mengurangi kerugian yang terdapat pada azas Sentralisasi atau azas Desentralisasi. 2.4 Sistem Penyimpanan Arsip Menurut Sugiarto dan teguh wahyono (2005: 51-73), Sistem penyimpanan arsip terbagi atas 5 macam, yaitu: 1. Sistem Abjad Sistem abjad adalah suatu sistem penyimpanan dokumen yang berdasarkan susunan abjad dari kata tangkap (nama) dokumen bersangkutan. Melalui sistem abjad ini, dokumen disimpan berdasarkan urutan abjad, kata demi kata, huruf demi huruf. Nama dapat terdiri dari dua jenis, yaitu nama orang dan nama badan. Nama orang (nama individu) terdiri dari nama lengkap dan nama tunggal. Sedangkan nama badan terdiri dari nama badan pemerintahan nama badan swasta dan nama organisasi. 2. Sistem geografis Sistem geografis adalah system penyimpanan dokumen yang berdasarkan kepada pengelompokkan menurut nama tempat. Sistem ini sering disebut juga sistem lokasi atau sistem nama tempat. Sistem ini timbul karena

11 adanya kenyataan bahwa dokumen-dokumen tertentu lebih mudah dikelompokan menurut tempat asal pengirimannya atau nama tempat tujuan dibandingkan dengan nama badan, nama individu, ataupun isi dokumen bersangkutan. Sistem geografis dapat dikelompokkan menurut 3 tingkatan yaitu menurut nama depan Negara, nama pembagaian wilayah administrasi Negara, dan nama pembagian wilayah administrasi khusus. 3. Sistem subjek Sistem subjek adalah si0stem penyimpanan dokumen yang berdasarkan kepada isi dari dokumen bersangkutan. Isi dokumen sering juga disebut perihal, pokok masalah, permasalahan, masalah, pokok surat, atau subjek. Dengan kata lain sistem merupakan suatu sistem penyimpanan dokumen yang didasarkan pada isi dokumen dan kepentingan dokumen. 4. Sistem nomor Sistem penyimpanan dokumen yang berdasatkan kode nomor sebagai pengganti dari nama orang atau nama badan disebut system nomor (numeric filing system). Hamper sama dengan sistem abjad yang penyimpanan dokumen didasarkan kepada nama, sistem nomor pun penyimpanan dokumen berdasarkan nana, hanya disini diganti dengan kode nomor. 5. Sistem kronologi Sistem penyimpanan kronologi merupakan sistem penyimpanan yang didasarkan pada urutan waktu. Waktu disini dapat dijabarkan sebagai tanggal, bulan, tahun, decade, ataupun abjad. Sistem kronologis ini cukup banyak digunakan, akan tetapi dalam perkembangannya, sistem ini kurang efektif apabila digunakan dalam mengelola dokumen yang banyak. Biasanya sistem ini digunakan dalam kantor kecil yang menggunakan pencatatan dokumen masuk dengan buku agenda. 6. Sistem warna Penggunaan warna sebagai dasar penyimpanan dokumen sebenarnya hanya penggunaan simbol atau tanda untuk mempermudah pengelompokkan dan pencarian dokumen. Penggunaan warna sebagai dasar penyimpanan dokumen jarang dilakukan. Tetapi ada juga yang menggunakan tanda warna sebagai dasar sesuatu identitas atau cirri khas tertentu. Sehingga dengan penggunaan warna dianggap lebih mengguntungkan. 2.5 Prosedur Penyimpanan Arsip Menurut Amsyah (2005:64-67), prosedur penyimpanan arsip terbagi 5 macam, yaitu: 1. Pemeriksaan Langkah ini adalah langkah persiapan menyimpan warkat/arsip dengan cara memeriksa setiap lembar warkat/arsip untuk memperoleh warkat-

12 warkat bersangkutan memang sudah siap untuk disimpan. Bilamana terdapat warkat yang belum ditandai siap untuk disimpan sebagaimanan tanda yang umum digunakan kantor unit kerja yang berhak. Kalau terjadi bajwa surat yang harus diterskan kepada pengelola ternyata ia tidak diteruskan tetapi disimpan, maka pada kasus ini dapat disebut bahwa surat hilang. Tanda siap disimpan pada surat dapat juga disebut release mark. 2. Mengindeks Mengindeks adalah pekerjaan menentukan pada nama atau subjek apa, atau kata tangkap lainnya, surat akan disimpan. Penentuan kata tangkap ini tergantung kepada system penyimpanan yang dipergunakan. Pada system abjad kata tangkapnya adalah nama pengirim, yaitu nama badan pada kepala surat atau nama individu penanda tanganan surat untuk jenis surat masuk, dan nama badan atau nama individu teralamat untuk surat keluar (pertinggal) yang disimpan. Dengan demikian surat masuk dan keluar akan tersimpan pada suatu map dengan kata tangkap yang sama. Kata tangkapa pada system numeric adalah kata, pada system geografis adalah nama tempat asal surat untuk surat masuk dan nama tempat teralamat untuk sura keluar (pertinggal). Kata tangkap pada system subjek adalah peruhal atau isi surat. 3. Mengkode Langkah ini lazim juga disebut sebagai dengan pengkodean, dilakukan secara sederhana yaitu dengan memberi tanda garis atau lingkaran dengan warna mencolok pada kata tangkap yang sudah ditentukan pada langkah pekerjaan mengindeks. Tanda yang dicantumkan menunjukan juga nomor unit masing-masing kata tangkap. Bilamana kata tangkap harus ditambahkan, maka kata tangkap ini ditulis juga dengan warna lain yang jelas, misalnya untik kata tangkap angka atau subjek yang tidak ada kertas surat.

13 4. Menyortir Menyortir adalah mengelompokkan warkat-warkat untuk persiapan kelangkah terakhir yaitu penyimpanan. Langkah ini diadakan khusus jumlah volume warkat yang banyak, sehingga untuk memudahkan penyimpanan perlu dikelompokkan terlebih dahulu sesuai dengan kelompoknya. 5. Menyimpan/Menempatkan Langkah terakhir adalah menyimpan, yaitu menempatkan dokumen sesuai dengan sistem penyimpanan dan peralatan yang dipergunakan. Ada 4 sistem standar yang sering dipilih sebagai system penyimpanan, yaitu sistem abjad, sistem geografis, subjek dan numerik. Sistem penyimpanan akan menjadi efisien dan efektif bilamana didukung oleh peralatan dan perlengkapan yang memadai dan sesuai. Keempat sistem (filling cabinet), sedangkan kalau menggunakan map odner maka dperlukan modifikasi-modifikasi tertentu karena penggunaan map odner akan lebih sesuai pada sistem kronologis. 2.6 Peralatan dan Perlengkapan Penyimpanan Arsip 2.6.1 Peralatan Menurut Sugiarto dan Wahyono (2005: 76-79), Banyak peralatan yang bisa digunakan untuk menyimpan arsip, untuk itu alat yang dipergunakan untuk penyimpanan arsip dapat dikelompokkan dalam 3 jenis alat penyimpanan yaitu: 1. Alat penyimpanan tegak (vertical file) Peralatan tegak adalah jenis yang umum dipergunakan dalam kegiatan pengurusan arsip. Jenis ini sering disebut dengan almari arsip (filing cabinet). Almari arsip yang standar dapat terdiri dari 2 laci, 3 laci, 4 laci, 5 laci, atau 6 laci.

14 2. Alat penyimpanan menyamping (lateral file) Walaupun sebenarnya arsip diletakkan juga secara vertical, tetapi peralatan ini tetap saja dixebut file lateral, karena letak map-mapnya menyamping laci. Dengan demikian file ini lebih menghemat tempat dibandingkan dengan gile kabinet. 3. Alat penyimpanan berat (power file ) Walaupun bukan model baru, penggunaan file elektrik berkembang pesat di berbagai kantor.harga dari file ini lebih mahal dibandingkan file-file model lain. 2.6.2 Perlengkapan Menurut Sugiarto dan Wahyono (2005: 79-81), Selain peralatan utama untuk penyimpanan arsip perlu juga disediakan perlengkapanperlengkapan dalam menyimpan arsip. Adapun perlengkapan yang digunakan untuk menyimpan arsip adalah sebagai berikut: 1. Penyekat Penyekat adalah lembaran yang dapat dibuat dari karton atau tripleks yang digunakan sebagai pembatas dari arsip-arsip uang disimpan. Pada penyekat ini ditempelkan label yang berisikan kata tangkapa sebagai penunjuk (guide) sesuai system penyimpanan yang dipergunakan. 2. Map (folder) Folder dapat diperoleh dalam berbagai model dan bahan. Jumlah dan jenis dokumen yang di file, serta cara pemuatan didalamnya hendaknya dijadikan pedoman dalam menentukan pilihan. 3. Penunjuk (guide) Penunjuk mempunyai fungsi sebagai tanda untuk membimbing dan melihat cepat kepada tempat-tempat yang diinginkan di dalam file. Penunjuk terdiri dari tempat label (tab) yang menjirik ke atas dibuat dalam berbagai bentuk, yang disebut tonjolan.

15 4. Kata tangkap Judul yang terdapat pada tonjolan tersebut dengan kata tangkap. Untuk membuat kata tangkap baik berupa huruf abjad, nama maupun subjek haruslah dibuat sesingkat mungkin sehingga dapat dibaca dengan mudah dan cepat. 5. Penyimpanan Perlengkapan lain Perlengkapan lainnya diantaranya adalah label, yaitu sejenis stiker yang dipakai untuk kode kemudian stiker itu ditempelkan pada bagian-bagian tertentu. 2.7 Angka Kecermatan Arsip Menurut Sedarmayanti (2008: 106), angka kecermatan arsip (AK) adalah angka perbandingan antara jumlah warkat yang tidak diketemukan (WTK) dengan jumlah warkat yang diketemukan (WK), angka perbandingan tersebut dinyatakan dengan presentase. Angka kecermatan arsip (AK) digunakan untuk menentukan apakah sistem penyimpanan dan penemuan kembali arsip yang digunakan masih cukup sesuai untuk jenis arsip yang dikelola oleh organisasi bersangkutan atau sudah waktunya untuk dirubah. Apabila AK = 3% berarti penyelenggaraan penyimpanan dan penemuan kembali arsip berada pada titik batas (kritis), apabila AK = > dari 3% berarti sistem penyimpanan dan penemuan kembali arsip yang digunakan perlu ditinjau kembali untuk diadakan penyempurnaan lebih lanjut, adan apabila AK lebih kecil dari 3% berarti sistem penyimpanan dan penemuan kembali arsip yang digunakan oleh organisasi bersangkutan masih cukup baik. 2.8 Penyusutan dan Pemusnahan Arsip 2.8.1 Penyusutan Menurut Sugiarto dan Wahyono (2005: adalah kegiatan pengurangan arsip dengan cara: 101), Penyusutan Arsip

16 a. Memindahkan arsip inaktif dari Unit Pengelolah ke Unit Kearsipan dalam lingkungan lembaga-lembaga Negara atau Badan-badan pemerintahan masing-masing. b. Memusnahkan arsip sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku c. Menyerahkan arsip statis oleh unit kearsipan kepada Arsip Nasional. 2.8.2 Pemusnahan Menurut Sugiarto dan Wahyono (2005: 1107-119), dalam kegiatan penyusutan arsip, kegiatan penyusutan dapat dilakukan dengan pemindahan kategori aktif ke inaktif, pemindahan inaktif ke microfilm, penyerahan inaktif ke ARNAS, kemudian pemusnahan arsip. Ada beberapa langkah yang harus dilakukan sebelum arsip dimusnahkan, yaitu : a. Penilaian Sebelum melakukan penyusutan arsip diperlukan suatu penilaian yang jelas terhadap arsip yang akan dipindahkan atau dimusnahkan. Penilaian terhadap arsip ini didasarkan pada nilai guna yang dimiliki oleh setiap jenis arsip. Dari penilaian tersebut akan dapat diketahui nilai gunanya dan umur penyimpanan arsip, yang dijadikan standar atau patokan untuk melakukan penyusutan. Salah satu penilaian yang sering dipergunakan adalah sistem penilaian ALFRED yaitu : Admimistration Value (nilai administrasi), Legal Value (nilai hukum), Financi al Value (nilai uang), Research Value (nilai penelitian), Educational Value (nilai pendidikan), Documentary Value (nilai dokumentasi). Nilai ALFRED ini berkisar antara 0 sampai 100, dihitung berdasarkan jumlah persentase dari komponennya. Berdasarkan nilai ALFRED maka arsip dapat digolongkan menjadi 4 jenis, yaitu: 1. Arsip Vital (presentase nilai 90-100) Arsip vital adalah arsip yang tidak boleh dipindahkan atau dimusnahkan. 2. Arsip Penting (presentase nilai 50-89) Arsip ini disimpan di file aktif selama 5 Tahun dan inaktif 25 Tahun.

17 3. Arsip Berguna (presentase nilai 10-49) Arsip ini disimpan di file aktif selama 2 Tahun dan inaktif 10 Tahun. 4. Arsip Tidak Berguna (presentase nilai 0-9) Arsip ini dapat dimusnahkan sesudah dipakai sementara, paling lama disimpan yaitu 3 (tiga) bulan di file aktif. b. Pemindahan Pemindahan arsip ini dilakukan dengan memindahkan arsip setelah dikategorikan berdasarkan hasil penilaian yang dilakukan. Arsip aktif yang sudah memasuki kategori inaktif maka seharusnya dipindahkan ke kelompok inaktif. c. Jadwal Retensi Menurut Sugiarto dan Wahyono (2005: 111), jadwal retensi adalah jadwal pemindahan dan pemusnahan arsip sesuai dengan lama masing-masing jenis arsip yang disimpan pada file aktif, file in-aktif dan kemudian dimusnahkan atau diabaikan. Berikut adalah bentuk jadwal retensi dengan menggunakan penilaian berdasarkan ALFRED: Tabel 2.1. Jadwal Retensi Golongan umur Arsip Arsip Arsip Aktif inaktif Akte Pendirian - - VITAL Akte Tanah, - - Dsb. Laporan 5 Th. 25 Th, PENTING keuangan 5 Th. 25 Th. Cek Berkas Dsb. Neraca 2 Th. 10 Th. BERGUNA Laporan 2 Th. 10 Th. tahunan Dsb. Undangan 1 Bulan - TIDAK Pengumuman 1 Bulan - BERGUNA Dsb. Sumber: Sugiarto dan Wahyono (2005: 113) Abadi/Dimusnahkan Abadi Abadi Dimusnahkan Dimusnahkan Dimusnahkan Dimusnahkan Dimusnahkan Dimusnahkan

18 d. Penyerahan Arsip Penyerahan merupakan tindakan eksternal. Yaitu dari perusahan kepada Arsip Nasional. Dokumen perusahaan yang wajib diserahkan kepada Arsip Nasional adalah dokumen perusahaan memiliki nilai historis yang penggunaannnya berkaitan dengan: kegiatan pemerintahan, kegiatan pembangunan nasional, kehidupan kebangsaan. e. Pemusnahan Apabila sudah sampai waktunya arsip-arsip inaktif dimusnahkan, maka pelaksanaan pemusnahan arsip harus segera dilaksanakan. Tetapi untuk arsip yang berdasrkan jadwal tetensi akan diabadikan (permanen) maka arsip tersebut tidak akan dimusnahkan melainkan diserahkan kepada Arsip Nasional. f. Pemindahan Arsip ke Dalam Media Mikrofilm Apabila kantor memiliki dana yang cukup, maka arsip yang akan dimusnahkan dapat dialihkan ke dalam microfilm sebelumnya. Mickrofilm adalah suatu proses fotografi dimana dokumen atau arsip direkam pada film dalam ukuran yang diperkecil untuk memudahkan penyimpanan, transportasi, dan penggunaan. Menurut Wursanto (2006: 280), Setelah melakukan langkah - langkah sebelum memusnahkan arsip selanjutnya arsip dimusnahkan, dimana untuk pemusnahan arsip ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti: 1. Dengan melebur lembaran lembaran arsip menggunakan mesin pelebur kertas, misalnya melalui pabrik-pabrik kertas. 2. Dengan membakar sampai tuntas/habis hingga menjadi abu. Apabila jumlah arsip yang dimusnahkan cukup banyak, cara ini kurang efektif. 3. Dengan menimbun di dalam tanah, cara ini juga kurang efektif.

19 4. Dengan menyobek atau merobek-robek secara manual menjadi sobekansobekan kecil sehingga tidak dapat dimanfaatkan. Apabila arsip yang dimusnahkan dalam jumlah besar, cara ini juga kurang efektif. 5. Dalam kemajuan teknologi dewasa ini, cara yang paling tepat untuk memusnahkan arsip ialah dengan menggunakan mesin penghancur kertas.