BAB II KERANGKA TEORETIS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pengajaran adalah sebagai aktivitas, dalam mengajar guru harus

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

BAB II KAJIAN TEORI. oleh dorongan efektif dan reaksi-reaksi dalam usaha mencapai tujuan. 2 Defenisi ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan pembelajaran di sekolah tidak lepas dari permasalahan, di

BAB I PENDAHULUAN. banyak berhubungan dengan para siswa jika dibandingkan dengan personal

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORETIS. Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang

BAB II KAJIAN TEORI. A. Strategi Pembelajaran Increasing the Capacity to Think (ICT)

BAB II KAJIAN TEORI. dijadikan pedoman (petunjuk umum) agar kompetensi sebagai tujuan pembelajaran dapat

BAB II KAJIAN TEORETIS

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER

BAB II KAJIAN TEORI Motivasi Belajar Pengertian Motivasi Belajar. Motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai

BAB II KAJIAN TEORI. dan akhiran an menjadi pembelajaran, yang berarti proses, pembuatan, cara mengajar

BAB II KAJIAN TEORI. a. Pengertian variasi dalam mengajar. serta berperan secara aktif. 1 Dengan demikian, variasi dalam

"#$%! 789:;4 789:; "#$

BAB II KAJIAN TEORI. pendorong untuk seseorang melakukan sesuatu. 1. dikatakan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). 2 Motif tidak dapat

BAB II KAJIAN TEORI. neurophysiological yang ada pada organisme manusia. Karena menyangkut perubahan

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna. Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan PPKn OLEH:

BAB I PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Tidak seorangpun yang dilahirkan

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik. Meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancang dan

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi oleh manusia semakin kompleks dan bervariasi. Oleh sebab itu

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Sri Anitah, belajar adalah proses pengalaman (learning is experiencing), artinya

BAB I PENDAHULUAN. dia pimpin memiliki tugas yang tidak ringan. Sebab baik buruknya lembaga. tersebut tidak lepas dari pengawasan kepala sekolah.

PENGARUH MINAT BELAJAR TERHADAP KESIAPAN BELAJAR MATEMATIKA KELAS VIII di MTs NEGERI GEGESIK

BAB II KAJIAN TEORI. kemampuan dibidang lain, suatu transfer belajar. 1. memperoleh pengalaman-pengalaman atau pengetahuan, baik pengalaman

BAB II KAJIAN TEORI. Kajian tentang kerangka teoretis terdiri dari tinjauan tentang Strategi Cycle

BAB I PENDAHULUAN. Islam dari sumber utamanya yaitu Al-Qur an dan Hadits, melalui kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Suwarto, Pengembangan Tes Diagnosis dalam Pembelajaran, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2013, hal. 3-4.

BAB II KAJIAN TEORI. mau kalah dari individu atau kelompok lainnnya. Kompetisi atau persaingan. dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan

BAB II KERANGKA TEORETIS. agar murid melakukan kegiatan belajar, kemudian harus dipertanggungjawabkannya.

BAB I PENDAHULUAN. mengalami proses pendidikan yang didapat dari orang tua, masyarakat maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan masalah yang sangat dominan bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

2016 PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA

BAB II KAJIAN TEORI. yang disusun sehingga kata-kata tersebut dapat dibaca ke depan dan ke belakang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang harus

Pengaruh Keterampilan Mengajar Guru Terhadap Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ips Terpadu Di Kelas IX MTs Negeri Bolangitang Timur

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoritis. 1. Motivasi Belajar. a. Pengertian Motivasi Belajar.

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan, di dalam suatu pembelajaran harus ada motivasi belajar, agar

BAB II KAJIAN TEORI. perang, akal untuk mencapai sesuatu maksud dan tujuan yang telah

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Pengertian Belajar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara etimologis belajar

Hubungan Antara Motivasi Belajar Dengan Prestasi Mata Pelajaran Ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. sekolah serta sarana dan prasarana sekolah. mencapai tujuan pembelajaran. Motivasi dalam kegiatan belajar memegang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Potensi sumber daya manusia merupakan aset nasional sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal dimana tempat

TINJAUAN PUSTAKA. sesuatu yang menarik minatnya. Minat akan semakin bertambah jika

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi setiap kecerdasan individu yang beragam. Dengan begitu guru

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, Hlm E. Mulyasa, Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013, Remaja Rosdakarya,

BAB I PENDAHULUAN. berujung pada pencapaian suatu kualitas manusia tertentu yang dianggap dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI

MOTIVASI MAHASISWA DALAM MENYELESAIKAN STUDI DI JURUSAN KESEJAHTERAAN KELUARGA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI PADANG. Oleh: YULIANI 57617/2010

II TINJAUAN PUSTAKA. dan harus ditempuh oleh mahasiswa dengan sungguh-sungguh, keuletan dan. ketabahan. Sudjana (1989 : 5) menyatakan bahwa :

BAB II KAJIAN TEORI. pembangkit tenaga munculnya satu tingkah laku tertentu 8. motivation dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Latin motivum yang

ELZA USWATUN KHASANAH A

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri

Pengaruh Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa. Kelas VIII SMP Negeri 1 Bulawa Kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. hipotesis penelitian; f) kegunaan penelitian; g) penegasan istilah.

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. 1. Persepsi Siswa Tentang Keterampilan Mengajar Guru

BAB II TINJAUAN TEORITIS. dengan berbagai sudut pandang mereka masing-masing, namun intinya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan menurut udang-undang No 20 tahun 2003 pasal 1 tentang sistem

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakikatnya belajar merupakan suatu proses yang dilalui oleh individu untuk

BAB II UMPAN BALIK DAN MOTIVASI BELAJAR

OLEH : DELVIZA SURYANI

BAB I PENDAHULUAN. oleh Nana Sudjana, dalam proses belajar mengajar guru memegang peranan

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin lama semakin berkembang dan merupakan kebutuhan mutlak yang

BAB I PENDAHULUAN. Page 1

SAMA NEGARA ASIA TENGGARA SISWA KELAS IX UPTD SMAN 1 KEDUNGWARU SEMESTER II TAHUN

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Pengaruh Kreativitas Guru Terhadap Motivasi Belajar Siswa Pada Mata

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting bagi. tinggi dan berbagai keterampilan khusus yang dimiliki oleh peserta didik

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. pembawaan, atau kebiasaan yang di miliki oleh individu yang relatif tetap.

BAB I PENDAHULUAN. ketrampilan tetapi lebih dari itu adalah transfer prilaku.

Oleh : AMINUDIN NIM

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia adalah melalui pendidikan. Hal ini identik dengan yang

BAB II KAJIAN TEORI. mempelajari sesuatu, kita akan mempelajarinya dengan sungguh-sungguh dan

BAB I PENDAHULUAN. secara menyeluruh bagi seseorang. Tidak terkecuali bagi seorang siswa dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI A.

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang digunakan kurang melibatkan peserta didik secara langsung.

BAB I PENDAHULUAN. bawaan dari lahir tetapi berkembang dari beribu-ribu pengalaman secara

Oleh: Sri Arita dan Susi Evanita ABSTRACT

PENGARUH LINGKUNGAN SOSIAL DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA KELAS VIII MTs AL IRSYAD NGAWI TAHUN AJARAN 2011/2012

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya pendidikan merupakan usaha manusia, artinya manusialah yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan di SD Negeri. Sawunggaling, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN KEGIATAN PERKULIAHAN MAHASISWA JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING

BAB I PENDAHULUAN. seseorang itu salah satunya adalah motivasi ( Sardiman, 2011:75).

PERAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM MEMOTIVASI KERJA GURU GUNA MEWUJUDKAN KUALITAS PEMBELAJARAN DI MTs BAHRUL ULUM GENUKWATU NGORO JOMBANG

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dibangkitkan, dipertahankan dan selalu dikontrol baik oleh siswa itu sendiri, guru

BAB II KAJIAN TEORI. digunakan untuk mendapatkan umpan balik pembelajaran. 1. designed to achieves a particular educational goal.

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari guru, guru merupakan sebagai pendidik atau pelaksana dalam dunia

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. a. Pengertian Prestasi Belajar Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan pendidikan sama dengan permasalahan kehidupan. tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoritis

TINJAUAN PUSTAKA. perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. (Sadiman,1986:6). Sementara itu Briggs (dalam Sadiman 1986:6)

Jurnal Ilmiah Sains, Teknologi, Ekonomi, Sosial dan Budaya Vol. 2 No. 2 Mei 2018

BAB I PENDAHULUAN. guru menempati kedudukan yang sangat penting. Guru sebagai subjek pendidik. sangat menentukan keberhasilan pendidikan.

Transkripsi:

9 BAB II KERANGKA TEORETIS A. Konsep Teoretis 1. Pengertian Apersepsi Apersepsi adalah suatu gejala jiwa yang kita alami apabila suatu kesan baru masuk dalam kesadaran kita dan berassosiasi/bertautan dengan kesan-kesan lama yang sudah kita miliki yang disertai pengolahan, maka menjadi kesan yang lebih luas. 1 Mengingat pengetahuan yang telah dimiliki anak itu akan memudahkannya menerima atau mengolah pengetahuan yang baru, maka pada waktu mengajar, guru hendaklah berusaha menyesuaikan bahan baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki murid. 2 Dengan demikian, jika guru akan mengajarkan materi pelajaran yang baru perlu dihubungkan dengan hal-hal yang telah dikuasai siswa atau mengaitkannya dengan pengalaman siswa terdahulu untuk mempermudah pemahaman. Berikut tata cara usaha guru untuk membuat kaitan: a. Dalam permulaan pelajaran, guru meninjau kembali sampai sejauh mana materi yang sudah dipelajari sebelumnya dapat dipahami oleh siswa dengan cara guru mengajukan pertanyaan pada siswa atau inti materi pelajaran terdahulu secara singkat. b. Membandingkan pengetahuan lama dengan yang akan disajikan. Hal ini dilakukan apabila materi baru itu erat kaitannya dengan pengetahuan lama. c. Guru menjelaskan konsepnya atau pengertian lebih dahulu sebelum menguraikan bahan secara terperinci. 3 83 1 Soewarno, 1995, Op.Cit, h. 25 2 Sriyono dkk, 1992, Teknik Belajar Mengajar Dalam CBSA, Jakarta: PT Rineka Cipta, h. 3 Abdul Majid, 2013, Strategi Pembelajaran, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, h. 245 9

10 Hal inilah sebagai titik tolak untuk memulai bahan pelajaran yang baru. Oleh sebab itulah pengajaran harus maju secara tingkat demi tingkat, sehingga yang lebih dulu merupakan suatu persiapan bagi yang akan datang. Bahan apersepsi sangat membantu anak didik dalam usaha mengolah kesan-kesan dari bahan pelajaran yang diberikan oleh guru. 4 Tahap apersepsi meliputi kegiatan sebagai berikut: 1) Sekilas mengulang pelajaran yang lalu dengan cara: a) Memberikan uraian singkat oleh pengajar, atau b) Memberikan susunan pertanyaan-pertanyaan lisan. 2) Pengantar kepada pelajaran baru, sebagai usaha untuk mengaitkan minat dan menarik perhatian siswa agar siswa siap menerima pelajaran baru. Untuk keperluan tersebut dapat dilakukan beberapa cara antara lain dengan: a) Mengkomunikasikan topik yang akan dibicarakan. b) Membicarakan kaitan topik yang akan dibicarakan dengan lingkungan atau dengan pelajaran lain. c) Memberikan beberapa pertanyaan mengenai konsep yang telah diketahui siswa dan yang akan digunakan untuk mengembangkan konsep yang baru. 144 4 Syaiful Bahri Djamarah dkk, 2010, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, h.

11 2. Tujuan dan Keuntungan Apersepsi Adapun tujuan dari apersepsi pembelajaran adalah sebagai berikut: a. Mencoba menarik siswa ke dunia yang guru ciptakan. Perlu dipahami bahwa tidak semua siswa mengerti terhadap apa yang akan kita ajarkan. Tidak semua juga yang menyadari bahwa pemahaman akan pelajaran lama bisa kembali bermanfaat dipelajaran yang akan dipelajari. Pembelajaran terkadang merupakan suatu kesatuan yang terangkai antara satu materi dengan materi lainnya dan dengan melakukan apersepsi maka akan menyadarkan siswa bahwa materi yang akan dipelajari memiliki relevansi dengan materi yang telah dipelajari. b. Mencoba menyatukan dua dunia Walaupun dapat dikatakan materi satu dengan yang lainnya memiiki perbedaan, namun ada materi-materi tertentu yang memiliki relevansi dengan materi sebelumnya. Sehingga sangat perlu bagi guru untuk menyatukan dan menghubungkan antara kedua materi tersebut. c. Menciptakan atmosfir Suasana harus tetap selalu dijaga dan dibentuk sedemikian rupa agar tetap terus terpelihara suasana yang kondusif bagi siswa untuk belajar. Selain itu apersepsi bukan hanya membentuk armosfir fisik yang baik, namun juga dapat membentuk suasana psikologis yang baik sehingga menimbulkan perasaan mampu untuk mempelajari materi baru. 5 Ada beberapa yang perlu diperhatikan berkaitan dengan keuntungan apersepsi, yaitu sebagai berikut: a. Pengalaman baru akan mudah diterima jika dikaitkan dengan pengalaman lama yang telah dimiliki peserta didik sehingga proses pembelajaran akan berjalan lebih efektif. b. Pengalaman lama yang sudah dimiliki dapat memberikan warna terhadap pengalaman baru sehingga suatu kesatuan yang integral dalam memodifikasi prilaku baru. 5 file:///d:/bhn%20apersepsi/proposal-skipsi-shirli-2012-hubungan-antara- Apersepsi-Dengan-Hasil-Belajar-Siswa-Pada-Pembelajaran-IPS-Di-Kelas-V.htm. Diakses/2013/05/23/22:58

12 c. Apersepsi dapat menumbuhkembangkan ketertarikan (interest) dan perhatian ( attention) dalam belajar sehingga keterbukaan untuk menerima pengalaman baru dalam belajar lebih siap dan menyenangkan. d. Apersepsi dapat menumbuhkembangkan motivasi belajar peserta didik sehingga memberikan input untuk terjadinya mental Revolution dan motif untuk berprestasi. 6 3. Motivasi Belajar a. Pengertian Motivasi Belajar Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai. Motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar. Siswa yang memiliki motivasi kuat, akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar. 7 Motivasi adalah syarat mutlak untuk belajar. Pada umumnya suatu motivasi atau dorongan adalah suatu pernyataan yang kompleks di dalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku 6 http://uswatunhasanahstain.blogspot.com/2012/07/prinsip-apersepsi.html?m=1. Diakses/2014/08/15/13:30. 7 Sardiman, 2001, Op.Cit, h. 73

13 terhadap suatu tujuan (goal) atau perangsang (incentive). Tujuan (goal) adalah yang menentukan/membatasi tingkah laku organisme itu. Jika yang kita tekankan ialah faktanya/objeknya, yang menarik organisme itu, maka kita pergunakan istilah perangsang (incentive). 8 Pengertian motivasi sebagaimana yang dikutip oleh Oemar Hamalik dalam bukunya yang berjudul Proses Belajar Mengajar, menurutnya, Motivation is an energy change within the person characterized by affective arousal and anticipatory goal reaction artinya motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. 9 Dari pengertian tersebut berisi tiga hal yaitu: 1) Motivasi dimulai dengan suatu perubahan tenaga dalam diri seseorang. Perubahan-perubahan dalam motivasi mengakibatkan beberapa perubahan tenaga di dalam sistem neurofisiologis dalam organisme manusia. Misalnya, haus, lapar dan lelah. 2) Motivasi itu ditandai oleh dorongan afektif. Secara subjektif, keadaan ini dapat dicirikan sebagai emosi. Dorongan afektif ini tidak mesti kuat. Dorongan afektif yang kuat, sering nyata dalam tingkah laku. Misalnya kata-kata kasar, bentakan, suara nyaring/teriakan. 3) Motivasi ditandai oleh reaksi-reaksi mencapai tujuan. Orang yang termotivasi, membuat reaksi-reaksi yang mengarahkan dirinya kepada usaha mencapai tujuan, dengan kata lain, motivasi memimpin kearah reaksi-reaksi mencapai tujuan. 10 Motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia, sehingga akan bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi, untuk kemudian bertindak 60-61 8 M. Ngalim Purwanto, 1994, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, h. 9 Oemar Hamalik, 2011, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: PT Bumi Aksara, h. 158 10 Wasty Soemanto, 2003, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT Rineka Cipta, h. 203-204

14 atau melakukan sesuatu. Semua ini didorong karena adanya tujuan, kebutuhan atau keinginan. 11 Dari definisi di atas, penulis menyimpulkan bahwa motivasi belajar merupakan dorongan atau rangsangan yang menggugah perasaan, pikiran sehingga mampu merubah tingkah laku sesuai dengan apa yang diharapkan oleh motivator (guru), dengan dorongan yang telah diberikan oleh motivator maka dapat meningkatkan semangat atau motivasi belajar siswa, siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi akan belajar dengan sebaik-baiknya, sehingga mendapatkan ilmu pengetahuan. Karena dalam Islam orang-orang yang berilmu pengetahuan akan diangkat derajatnya. Sebagaimana dijelaskan dalam firman dalam Allah SWT Q.S Al-Mujaadilah Ayat 11 sebagai berikut: Artinya: Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah 11 Sardiman, 2001, Op.Cit, h. 72

15 niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. 12 b. Jenis-jenis Motivasi Motivasi banyak jenisnya, pembagian motivasi dapat dilihat dari perspektif kebutuhan dan perspektif fungsional, serta dari sifatnya. 1) Perspektif Kebutuhan Menurut Maslow, kebutuhan manusia itu bertingkattingkat. Individu akan merasa puas memenuhi kebutuhan pada taraf tertentu manakala pada taraf sebelumnya itu telah terpenuhi. Kebutuhan-kebutuhan itu adalah sebagai berikut: a) Kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuhan dasar yang harus terpenuhi sebelum kebutuhan-kebutuhan lain terpenuhi. Kebutuhan fisiologis meliputi kebutuhan rasa lapar, haus, dan kebutuhan istirahat. b) Kebutuhan akan keamanan, yaitu kebutuhan rasa melindungi, bebas dari rasa takut dan kecemasan. c) Kebutuhan sosial, yaitu kebutuhan akan cinta kasih seperti rasa diterima oleh kelompok, perasaan dihargai dan dihormati oleh orang lain. d) Kebutuhan untuk menjadi dirinya sendiri, yaitu kebutuhan berprestasi yang erat dengan kebutuhan untuk mengembangkan bakat dan minat yang dimilikinya baik dalam bidang pengetahuan dan sosial. 2) Perspektif Fungsional Media. h. 544 12 Departemen Agama RI, 2005, Al- Qur an dan Terjemahnya, Bandung: PT Syaamil Cipta

16 Perspektif ini membagi jenis motivasi dilihat dari konsep motivasi sebagai penggerak, harapan dan insentif. Motivasi sebagai penggerak adalah motivasi yang memberi tenaga untuk aktifitas tertentu. Artinya, aktivitas itu hanya mungkin terjadi apabila ada faktor pendorong yang menggerakan seluruh energi yang tersedia. Tanpa adanya penggerak tidak mungkin akan terjadi aktivitas. Penggerak itu bisa datang dari luar diri individu yang kemudian dinamakan sumber eksternal atau bisa muncul dari dalam yang kemudian dinamakan sumber internal. Motivasi yang didasarkan kepada harapan adalah motivasi yang memandang bahwa sesuatu itu pasti terjadi sesuai dengan harapan. Dengan demikian, motivasi itu bangkit karena adanya motivasi tertentu, yaitu harapan yang dapat memuaskan kebutuhannya. Manakala individu merasa sesuatu tidak akan muncul sesuai dengan harapan, maka motivasi itu akan melemah. Motivasi yang didasarkan kepada insentif adalah motivasi yang muncul karena adanya tujuan yang nyata. Tujuan tersebut adalah sesuatu yang dapat mengakibatkan rasa senang, misalkan adanya hadiah atau pujian. 3) Sifat Motivasi Dilihat dari sifatnya motivasi dapat dibedakan antara motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsic adalah motivasi yang muncul dari dalam diri individu, misalkan siswa

17 belajar karena didorong oleh keinginannya sendiri memambah pengetahuan. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang datang dari luar. Misalkan, siswa belajar dengan penuh semangat karena ingin mendapat nilai yang bagus. Dengan demikian, dalam motivasi ekstrinsik tujuan yang ingin dicapai berada di luar kegiatan itu. Dalam proses pembelajaran, motivasi intrinsik sulit untuk diciptakan karena motivasi ini datangnya dari dalam diri siswa. Yang mungkin dapat dilakukan adalah dengan mengembangkan motivasi ekstrinsik untuk menambah dorongan kepada siswa agar lebih giat belajar. Namun demikian, munculnya motivasi instrinsik maupun ekstrinsik dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: a) Tingkat kesadaran dari siswa atas kebutuhan yang mendorong tingkah laku/perbuatannya dan kesadaran atas tujuan belajar yang hendak dicapainya. b) Sikap guru terhadap kelas, artinya guru yang selalu merangsang siswa berbuat kearah tujuan yang jelas dan bermakna, akan menumbuhkan sifat instrinsik, tetapi bila guru lebih menitikberatkan rangsangan-rangsangan sepihak maka sifat ekstrinsik akan lebih dominan. c) Pengaruh kelompok siswa. Bila pengaruh kelompok terlalu kuat maka motivasinya cenderung kearah ekstrinsik. d) Suasana kelas juga berpengaruh terhadap munculnya sifat tertentu pada motivasi belajar siswa. Suasana kebebasan yang bertanggungjawab akan lebih merangsang munculnya motivasi instrinsik dibandingkan dengan suasana penuh tekanan dan paksaan. 13 c. Ciri-ciri Motivasi 13 Wina Sanjaya, 2009, Op.Cit, Wina Sanjaya, 2009, Kurikulum Dan Pembelajaran, Jakarta: Kencana, h. 254-257

18 Motivasi yang ada pada diri setiap orang itu memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1) Tekun menghadapi tugas. 2) Ulet menghadapi kesulitan (tidak cepat putus asa). 3) Menunjukkan minat terhadap macam-macam masalah. 4) Lebih senang bekerja mandiri. 5) Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin. 6) Dapat mempertahankan pendapatnya. 7) Tidak mudah melepaskan hal yang diyakininya. 8) Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal. 14 Dapat kita pahami bahwa apabila seseorang memiliki ciri-ciri di atas, berarti orang tersebut memiliki motivasi yang cukup kuat. Ciriciri motivasi seperti itu akan sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar. d. Indikator Motivasi Belajar Indikator dari motivasi belajar menurut Hamzah B. Uno yaitu sebagai berikut: 1) Adanya hasrat dan keinginan berhasil, 2) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, 3) Adanya harapan dan cita-cita masa depan, 4) Adanya penghargaan dalam belajar, 5) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar, 6) Adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan seorang siswa dapat belajar dengan baik. 15 Dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah kondisi psikologis yang merupakan kekuatan untuk mendorong seseorang melakukan suatu tujuan tertentu yang ingin dicapai untuk memperoleh hasil yang 14 Sardiman, 2011, Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, h. 83-84 15 Hamzah B. Uno. 2006. Teori Motivasi & Pengukurannya: Analisis dalam Bidang Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, h. 31

19 diinginkan atau yang diciptakan. Dalam proses belajar mengajar motivasi merupakan hal yang penting karena dengan adanya motivasi belajar pada siswa berarti ada dorongan untuk belajar. e. Fungsi Motivasi Motivasi dianggap penting dalam upaya belajar dan pembelajaran dilihat dari segi fungsi dan nilainya atau manfaatnya. Adapun fungsi motivasi yaitu: 1) Mendorong timbulnya tingkah laku atau perbuatan. Tanpa motivasi tidak akan timbul suatu perbuatan misalnya belajar. 2) Motivasi berfungsi sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. 3) Motivasi berfungsi sebagai penggerak, artinya menggerakkan tingkah laku seseorang. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya sautu pekerjaan. 16 Dari uraian di atas, nampak jelas bahwa motivasi berfungsi sebagai pendorong, pengarah dan sekaligus sebagai penggerak perilaku mencapai tujuan. Dengan adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik, dengan kata lain bahwa dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik. f. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi ada dua yaitu Faktor internal dan Faktor eksternal. 16 Oemar Hamalik, 2007, Kurikulum Dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, h.108

20 1) Faktor internal (faktor yang berasal dari dalam diri individu) terdiri atas beberapa hal yaitu: a) Adanya kebutuhan. b) Persepsi individu mengenai diri sendiri. c) Harga diri dan prestasi. d) Adanya cita-cita dan harapan masa depan. e) Keinginan tentang kemajuan dirinya. f) Minat. g) Kepuasan kinerja. 2) Faktor eksternal (faktor yang berasal dari luar diri individu) ada beberapa cara untuk menumbuhkan dan membangkitkan anak agar melakukan aktivitas belajar yaitu: a) Pemberian hadiah. b) Kompetensi. c) Hukuman. d) Pujian. e) Situasi lingkungan pada umumnya. f) Sistem imbalan yang diterima. 17 g. Pengaruh Pengaruh Pelaksanaan Apersepsi Terhadap Motivasi Belajar Siswa Apersepsi adalah suatu gejala jiwa yang kita alami apabila suatu kesan baru masuk dalam kesadaran kita dan berassosiasi/bertautan dengan kesan-kesan lama yang sudah kita miliki yang disertai pengolahan, maka menjadi kesan yang lebih luas. 18 Mulyati Arifin mengungkapkan, apersepsi adalah suatu kegiatan untuk menciptakan prakondisi belajar, sehingga timbul minat dan situasi belajar yang menguntungkan proses belajar. Pada permulaan 17 Abdul Majid, op.cit, hh. 311-314 18 Soewarno, 1995, Op.Cit, h. 25

21 pelajaran, pertama seorang guru perlu memusatkan perhatian siswa kearah pelajaran, terutama bagi siswa yang belum tertarik perhatiannya, guru perlu membangkitkan minat siswa terlebih dulu, sampai siswa termotivasi secara mental siap menerima pelajaran. 19 Ada beberapa yang perlu diperhatikan berkaitan dengan keuntungan apersepsi, yaitu sebagai berikut: a. Pengalaman baru akan mudah diterima jika dikaitkan dengan pengalaman lama yang telah dimiliki peserta didik sehingga proses pembelajaran akan berjalan lebih efektif. b. Pengalaman lama yang sudah dimiliki dapat memberikan warna terhadap pengalaman baru sehingga suatu kesatuan yang integral dalam memodifikasi prilaku baru. c. Apersepsi dapat menumbuhkembangkan ketertarikan (interest) dan perhatian ( attention) dalam belajar sehingga keterbukaan untuk menerima pengalaman baru dalam belajar lebih siap dan menyenangkan. d. Apersepsi dapat menumbuhkembangkan motivasi belajar peserta didik sehingga memberikan input untuk terjadinya mental Revolution dan motif untuk berprestasi. 20 Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar 19 Mulyati Arifin, 1995, Op.Cit, h. 34 20 http://uswatunhasanahstain.blogspot.com/2012/07/prinsip-apersepsi.html?m=1. Op.Cit

22 dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai. Motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar. Siswa yang memiliki motivasi kuat, akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar. 21 Berdasarkan uraian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa apersepsi dapat menumbuhkembangkan ketertarikan ( interest) dan perhatian ( attention) karena siswa memiliki ketertarikan maka siswa akan memberikan perhatian kepada guru yang menjelaskan pelajaran, ketika siswa memiliki ketertarikan dan perhatian maka dapat menumbuhkembangan motivasi belajar peserta didik sehingga memberikan input untuk terjadinya mental Revolution dan motif untuk berprestasi. B. Penelitian Relevan Penelitian tentang pengaruh pelaksanaan apersepsi terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Kecamatan Pangkalan Kuras Kabupaten Pelalawan, sebelumnya telah pernah diteliti oleh beberapa orang peneliti. Namun penelitian ini yang mereka lakukan berbeda dengan apa yang peneliti lakukan saat ini, di antaranya: 21 Sardiman, 2001, Op.Cit, h. 73

23 1. Nidaul Choiriya, Jurusan Tadris Matematika Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang pada tahun 2011 meneliti tentang Pengaruh Pemberian Apersepsi Tanya Jawab Terhadap Hasil Belajar Matematika Materi Pokok Aritmatika Sosial pada peserta didik kelas VII MTs NU Nurul Huda Semarang, menyimpulkan ada pengaruh positif antara Pemberian Apersepsi Tanya Jawab terhadap hasil belajar Matematika materi pokok Aritmatika Sosial kelas VII MTs NU Nurul Huda Semarang. 22 2. Sunardi, mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN SUSKA Riau pada tahun 2011 meneliti tentang Pengaruh Pelaksanaan Metode Kerja Kelompok Terhadap Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas VIII Di Sekolah Menengah Pertama Negeri 12 Siak Kecamatan Kerinci Kanan Kabupaten Siak, maka dapat disimpulkan bahwa hasil observasi memperoleh hasil 83,3% dengan katagori baik. Dari hasil analisa data tersebut penulis memperoleh data pengaruh positif yang signifikan antara pelaksanaan metode kerja kelompok terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas VIII di Sekolah Menengah Pertama Negeri 12 Siak Kecamatan Kerinci Kanan Kabupaten Siak. Walaupun kedua penelitian di atas ada kesamaan yang peneliti lakukan ini. Namun jauh berbeda, disini peneliti melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Pelaksanaan Apersepsi Terhadap Motivasi Belajar 22 http://library.walosongo.ac.id. Diakses/2014/05/06/22:01

24 Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Kecamatan Pangkalan Kuras Kabupaten Pelalawan. C. Konsep Operasional Dalam penelitian ini, adapun yang menjadi variabel X adalah pengaruh pelaksanaan apersepsi dan variabel Y adalah motivasi belajar siswa. 1. Adapun indikator pelaksanaan apersepsi (variabel X) adalah sebagai berikut: a. Guru meninjau sampai sejauh mana materi yang sudah dipelajari atau dipahami oleh siswa; b. Guru mengaitkan pelajaran dengan pengalaman siswa terdahulu (yang diketahui); c. Guru menjelaskan pengertian lebih dahulu sebelum menguraikan bahan secara terperinci. 2. Sedangkan indikator motivasi belajar siswa (variabel Y) adalah sebagai berikut: a. Siswa antusias ketika dimulai pelajaran; b. Tekun menghadapi tugas; c. Bersemangat dan ulet menghadapi kesulitan; d. Berusaha mengerjakan tugas dengan mandiri;

25 e. Dapat mempertahankan pendapatnya; f. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal; g. Adanya harapan dan cita-cita masa depan; h. Meluangkan waktu belajar diluar jam pelajaran. D. Asumsi dan Hipotesiss 1. Asumsi Penelitian ini dapat dilaksanakan karena dilandasi oleh dua asumsi sebagai berikut: a. Pelaksanaan apersepsi mempunyai pengaruh terhadap motivasi belajar siswa dalam pembelajaran. b. Motivasi belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti faktor intern dan ekstern. 2. Hipotesis Ha : Ada pengaruh pelaksanaan apersepsi terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Kecamatan Pangkalan Kuras Kabupaten Pelalawan. Ho : Tidak ada pengaruh pelaksanaan apersepsi terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Kecamatan Pangkalan Kuras Kabupaten Pelalawan.

26