BAB II UMPAN BALIK DAN MOTIVASI BELAJAR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II UMPAN BALIK DAN MOTIVASI BELAJAR"

Transkripsi

1 BAB II UMPAN BALIK DAN MOTIVASI BELAJAR A. Umpan Balik Umpan balik mempunyai peranan yang penting, baik bagi siswa maupun guru. Melalui umpan balik seorang siswa dapat mengetahui sejauh mana materi yang diajarkan dapat dikuasai. Guru dengan umpan balik, ia dapat mengetahui sejauh mana materi yang disampaikan dapat dikuasai siswa, karena melalui kegiatan umpan balik guru dapat mengetahui dengan pasti tingkat keberhasilan dan kegagalan dalam kegiatan belajar mengajar yang dilakukannya. 1. Pengertian Umpan Balik Kegiatan belajar mengajar merupakan interaksi antara guru dan peserta didik dalam mentransformasikan bahan-bahan pelajaran. Dari proses interaksi tersebut, diharapkan peserta didik mencapai taraf perubahan dalam hal wawasan, pengetahuan, pengalaman, keterampilan, sikap, kepribadian, dan penghayatan. Untuk mendapatkan taraf perubahan tersebut, seorang guru perlu mengingat para peserta didik yang memiliki perbedaan dalam hal bakat, kecerdasan, latar belakang, emosi, motivasi, sosial, ekonomi dan lain sebagainya, dari perbedaan yang mendasar itulah yang menyebabkan perubahan pada anak didikpun juga berbeda-beda. Peserta didik ada yang tekun dan penuh antusias dalam mengikuti pelajaran, ada yang biasa-biasa saja, ada yang setengah hati, ada pula yang 25

2 26 tidak peduli. Diantara murid-muridpun juga ada yang cepat paham dengan penjelasan guru, ada yang cukup, bahkan ada pula yang tampak belum mengerti. Dari keadaan itulah yang nantinya akan memunculkan feedback yang berbeda-beda, semua tergantung dari bagaimana cara seorang guru memotivasi belajar peserta didiknya. Untuk menciptakan motivasi dan semangat belajar dari peserta didik, seorang guru perlu menguasai bahan ajar sehingga akan melahirkan kegiatan pembelajaran yang tidak kaku. Kemudian dalam menyampaikan bahan pokok sebaiknya seorang guru perlu memanfaatkan bahan penunjang sebagai upaya untuk memberikan atau mendapatkan umpan balik dari peserta didik. Umpan balik atau Feedback adalah kondisi psikologis peserta didik dan guru yang terjadi dalam kegiatan belajar mengajar yang terlihat dalam sikap, gerak-gerik, respon, dan perubahan lainnya yang terjadi antara guru dan murid. 1 Menurut Suke Silverius, umpan balik adalah pemberian informasi yang diperoleh dari tes atau alat ukur lainnya kepada siswa untuk memperbaiki atau meningkatkan pencapaian hasil belajarnya. 2 Umpan balik hanya dapat berfungsi memperbaiki belajar siswa dalam kondisi tertentu saja. Hanya dengan menyajikan tes dan memberikan serta menyampaikan skor kepada siswa, dan umpan balik baru bermanfaat apabila guru dan siswa menelaah kembali jawabanjawaban tes, baik yang dijawab benar ataupun jawaban salah, dan siswa 1 Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran, Cet. Ke 2 (Jakarta: kencana : 2011) hlm Suke Silverius, Evaluasi Hasil belajar dan Umpan Balik, (Jakarta: PT. Grasindo, 1991), hlm. 148.

3 27 diberikan kesempatan untuk memperbaiki jawabannya yang salah. Dengan demikian umpan balik berbeda dengan penilaian. 3 Umpan balik memiliki peranan penting baik bagi guru ataupun bagi siswa. Karena umpan balik memiliki beberapa manfaat, yaitu mengaktifkan seluruh individu dalam pembelajaran, dapat mengemukakan pendapat, mengetahui kelemahan sendiri dan mendorong untuk memperbaiki, mengetahui penguasaan materi sendiri. 4 Dalam usaha meningkatkan kualitas pendidikan, pemberian umpan balik sangat diperlukan, terlebih jika menghendaki semua siswa agar dapat mencapai tujuan yang dirumuskan secara maksimal. 2. Tujuan Umpan Balik Pada umumnya, seorang pengajar kurang memahami dan memikirkan perlunya mengadakan umpan balik. Sehingga ia tidak mengetahui efek dari pengajaran yang telah terlampaui. Baru setelah anak diberi ulangan ataupun tugas terlihat bahwa murid belum menguasai seluruh rangkaian pelajaran yang diberikan, sehingga menimbulkan kesenjangan atau keterlambatan informasi dari guru terhadap anak didiknya. Untuk menghindari kesulitan-kesulitan tersebut perlu menggunakan umpan balik. 5 3 Zaenal Mustakim, Strategi dan Metode Pembelajaran, Cet ke- 2 (Pekalongan: STAIN PRESS, 2011), hlm Abuddin Nata, Op. cit., hlm Zaenal Mustakim, Op.cit., hlm. 191.

4 28 Umpan balik bertujuan untuk mencari informasi sampai dimana murid mengerti bahan yang telah dibahas. 6 Selain itu murid diberikan kesempatan untuk memeriksa sampai di mana mereka mengerti bahanbahan yang telah dibahas, sehingga saling melengkapi pengertian yang belum lengkap. 3. Fungsi Umpan Balik Umpan balik perlu diketahui oleh guru untuk mengetahui tingkat keberhasilan pendidikan dan pengajaran yang diberikan olehnya. Sehingga dalam kegiatan belajar mengajar, umpan balik menjadi ciri penting yang tidak ada di dalam prosedur pengajaran yang sifatnya tradisional. Prosedur pengajaran tradisional biasanya lebih bersifat pasif, dimana guru bertindak secara penuh di dalam proses pembelajaran sementara siswa sebagai objek yang bersifat pasif. Sehingga umpan balik pun tidak terjadi dalam prosedur pengajaran yang tradisional. Umpan balik tidak akan membantu belajar siswa belajar apabila siswa tidak mengerti bahan yang harus dikuasainya dahulu sebelum mempelajari hal yang akan diujikan. Hakikat umpan balik sebagai ciri terpenting dari sebuah pengajaran adalah sebagai alat ukur untuk mengukur tercapai atau tidaknya sebuah tujuan yang ingin dicapai melalui kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, umpan balik memiliki beberapa fungsi, diantaranya sebagai berikut : 7 6 Ibid. 7 Suke Silverius, Op. cit., hlm. 149.

5 29 a. Fungsi informasional Umpan balik sebagai informasi bagi guru dan anak didik. Dari hasil tes, umpan balik dapat memberikan informasi tentang sejauh mana siswa telah menguasai materi yang diterimanya dalam prosesatau kegiatan belajar mengajar. Berdasarkan informasi tersebut dapat diupayakan umpan balik berupa pengayaan atau perbaikan. 8 Menurut Slameto, sebagaimana dikutip oleh Suke Silverius, ada dua macam umpan balik yang sering dilakukan di dalam proses pengajaran diantaranya umpan balik yang ditunda dan umpan balik yang segera. 9 Dari kedua proses umpan balik tersebut membuahkan informasi. Informasi yang diberikan dalam umpan balik dibedakan menjadi lima, diantaranya : 1) Tidak ada umpan balik 2) Umpan balik berupa keterangan mengenai salah atau benar jawaban yang diberikan siswa 3) Umpan balik berupa keterangan mengenai salah satu atau benarnya jawaban ditambah dengan menunjukan jawaban yang benar (knowledge of the correct response) 4) KCR (knowledge of the correct response) + penjelasan 5) KCR (knowledge of the correct response) + pengajaran tambahan. 8 Ibid., hlm Ibid.

6 30 b. Fungsi motivasional Dengan pemberian umpan balik, maka tes sekaligus pula berfungsi sebagai motivator bagi para siswa untuk belajar. Dalam kaitannya dengan fungsi motivasional ini dipertanyakan manfaat penyampaian hasil belajar secara umum sebagai upaya umpan balik, misalnya melalui papan pengumuman. 10 Dari papan pengumuman itulah dimaksudkan agar dapat diperoleh dampak positif, situasi yang memungkinkan keterbukaan siswa menerima cara umpan balik melalui papan pengumuman tersebut. Umpan balik atau Feedback digunakan untuk meyakinkan bahwa anak didik berada di jalan yang tepat, namun umpan balik sering digunakan sebagai sarana untuk menilai atau mengoreksi dengan demikian penggunaan umpan balik yang semacam itu, guru dapat beresiko karena terjadi penurunan motivasi pembelajar. 11 Idealnya umpan balik harus berkelanjutan dan membentuk karakter serta tidak harus muncul di akhir tugas. c. Fungsi komunikasional Pemberian umpan balik merupakan wujud komunikasi antara siswa dengan guru. Guru menyampaikan hasil evaluasi kepada siswa dan bersama siswa membicarakan upaya peningkatan atau perbaikannya. Dengan demikian, melalui umpan balik siswa dapat diketahui dimana letak kelemahan dan sendiri atau bersama dengan 10 Zaenal Mustakim, Op. cit., hlm Gavin Reid, Memotivasi Siswa di Kelas: Gagasan dan Strategi, (edisi terjemahan oleh Hartati Widiastuti) (Jakarta: PT. Indeks, 2009), hlm. 21.

7 31 guru berekasi terhadap hasil belajarnya, yang selanjutnya peserta didik akan mendapatkan penguatan dari guru jika prestasi yang dicapainya sudah tepat dan akan mendapat koreksi jika prestasinya menurun. Dengan demikian komunikasi siswa dengan guru semakin baik. 4. Teknik-teknik Mendapatkan Umpan Balik Dalam sebuah kegiatan pengajaran tidak lain yang harus dicapai adalah bagaimana agar anak didik dapat menguasai bahan pelajaran secara tuntas. Keberhasilan pengajaran ditentukan sejauh mana penguasaan anak didik terhadap bahan pelajaran yang disampaikan oleh guru. Untuk mencapai hal tersebut, sangatlah tidak mudah dan tentunya membutuhkan umpan balik, serta bagaimana umpan balik yang diberikan kepada anak didik selama pengajaran berlangsung. Umpan balik yang diberikan oleh anak didik selama pelajaran berlangsung sangatlah bermacam-macam, tergantung dari rangsangan yang dikemas sang guru dengan berisi tanggapan-tanggapan dari anak didik. Rangsangan guru dalam bentuk tanya atau pertanyaan, sedangkan siswa dalam bentuk jawab atau jawaban. Tanya jawab adalah bagian yang efektif dan penting dari pelajaran karena beberapa alasan. Tanya jawab memungkinkan guru memeriksa pemahaman murid tentang pelajarannya. Umpan balik langsung dari guru tentang seberapa jauh murid menangkap topik yang diajarkan adalah salah satu keunggulan mengajar seluruh kelas secara interaktif dibanding metode individual. Tanya jawabpun

8 32 memungkinkan murid untuk mempraktikkan dan menguasai topik yang diajarkan sebelum mereka harus pindah ke topik selanjutnya. 12 Interaksi tanya jawab saat dilakukan di dalam kelas, kemungkinan sebagian besar dari anak didik belum mengerti dan menguasai bahan pelajaran yang baru saja disampaikan, dengan kesulitan tersebut guru dapat memanfaatkan alat bantu pengajaran untuk mengurangi verbalisme dalam mengajar. Sebagai seorang yang menginginkan keberhasilan mengajar, guru selalu mempertahankan umpan balik kepada anak didiknya. Umpan balik tidak hanya berbentuk fisik akan tetapi dalam bentuk sikap mental yang selalu berproses untuk menyerap bahan pelajaran yang diberikan oleh guru. Dalam memberikan umpan balik, tentu tidak luput dari cara atau teknik untuk mendapatkan umpan balik dari anak didik, diantaranya sebagai berikut : 13 a. Memancing apersepsi anak didik Apersepsi sangat penting dalam proses pembelajaran. Dalam mengajar, seorang guru akan memanfaatkan hal-hal yang menjadi kesenangan anak untuk diselipkan dalam melengkapi isi dari bahan pelajaran yang disampaikan. Anak yang memperoleh apersepsi akan mudah memperoleh gambaran dari materi yang akan disampaikan. Anak mudah menyerap bahan yang bersentuhan dengan 12 Daniel Muijs dan David Reynolds, Efective Teaching Teori dan Aplikasi, (edisi terjemahan Helly Prajitno dan Sri Mulyantini Soetjipto) (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hlm Ibid.

9 33 apersepsinya. 14 Bahan pelajaran yang belum pernah didapatkan dan masih asing baginya, mudah diserap bila penjelasannya dikaitkan dengan apersepsi anak. Sehingga peran seorang guru sebelum memasuki materi ajar hendaklah memberikan apersepsi kepada anak didiknya. Apersepsi yang baik adalah apersepsi yang dikaitkan dengan pengalaman-pengalaman anak. Bahan apersepsi sangat membantu anak didik dalam usaha mengolah kesan-kesan dari bahan pelajaran yang diberikan oleh guru. Penjelasan-demi penjelasan dapat dipahami dan dicerna oleh anak didik dengan baik. 15 b. Memanfaatkan taktik atau alat bantu yang akseptabel Dalam mengajar, seorang guru tidak serta merta menyampaikan materi semata tanpa memanfaatkan taktik atau media penunjang pembelajarannya. Guru yang hanya mengajar tanpa memperhatikan dan mengerti terhadap bahan pelajaran yang disampaikan akan mendapat reaksi negatif dari anak didik. bisa jadi anak didik kurang senang, dan umpan balik dalam hal inipun tidak akan terjadi. 16 Penting bagi seorang guru untuk memanfaatkan alat bantu untuk memperjelas isi dari bahan yang akan disampaikan. Bahan-bahan yang disampaikan tidak semata-mata verbal, tetapi dapat terwakili 14 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996), hlm Ibid., hlm Ibid., hlm. 165.

10 34 oleh alat bantu. Alat bantu yang cocok dapat mengkongkretkan masalah rumit dan komplek menjadi sederhana. Alat bantu dijadikan taktik untuk meningkatkan konsentrasi anak didik terhadap pelajaran yang disampaikan. Anak akan konsentrasi dan paham sehingga umpan balikpun terjadi seiring dengan proses belajar anak didik yang berkelanjutan. c. Memilih bentuk motivasi yang akurat Motivasi merupakan faktor yang mempunyai arti penting bagi seorang anak didik. 17 seorang guru tidak menutup kemungkinan bahwa diantara sekelompok anak didik ada yang mempunyai motivasi untuk belajar, ada sekelompok anak didik yang lain yang belum termotivasi untuk belajar. Sehingga tugas seorang guru disini perlu memberikan motivasi belajar kepada anak didiknya, dengan motivasi belajar anak didik akan aktif di dalam kelas, tidak cenderung pasif tanpa semangat. 18 Dengan demikian motivasi yang akurat, umpan balikpun dapat terjadi. d. Penggunaan berbagai media dan metode yang bervariasi Metode adalah strategi yang tidak bisa ditinggalkan dalam proses belajar mengajar. Penggunaan metode akan menghasilkan kemampuan yang disesuaikan dengan karakteristik metode yang digunakan. Seperti kemampuan metode ceramah akan berbeda dengan 17 Ibid., hlm Ibid., hlm. 167.

11 35 kemampuan yang dihasilkan oleh metode diskusi, begitupun dengan metode-metode yang lainnya. Penggunaan metode mengajar yang bervariasi dapat menggairahkan belajar anak didik. Penggunaan metode yang bervariasi dapat menjembatani gaya-gaya belajar anak didik dalam menyerap bahan pelajaran. Umpan balik dari anak didik akan bangkit sejalan dengan penggunaan metode mengajar yang sesuai dengan kondisi psikologis anak. 19 Dari teknik-teknik tersebut dapat memberikan kemajuan pribadi pada anak didik, dan penting untuk diketahui bahwa kriteria kemajuan tidak dapat dilegalisir, namun kemajuan itu harus bersifat individual. B. Motivasi Belajar Proses belajar mengajar di kelas selalu menuntut adanya motivasi dalam diri setiap siswa. Karena perilaku atau kegiatan setiap siswa selalu terarah terhadap sesuatu dan didorong oleh suatu kekuatan atau motivasi untuk mencapai tujuan belajar yang diharapkan. Dalam proses belajar mengajar motivasi sangat diperlukan, sebab motivasi merupakan faktor kunci bagi kesuksesan pembelajaran. 19 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Op. Cit., hlm

12 36 1. Pengertian Motivasi Belajar Motif (motive) berasal dari akar kata movere yang kemudian bergerak menjadi motion yang artinya dorongan untuk bergerak. 20 Motivasi merupakan kekuatan tersembunyi di dalam diri kita, yang mendorong kita untuk berkelakuan dan bertindak dengan cara yang khas. 21 Motivasi juga dapat berarti suatu pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang ke dalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu. 22 Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator yang mendukung. Indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut: adanya hasrat dan keinginan berhasil, adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, adanya harapan dan cita-cita masa depan, adanya penghargaan dalam belajar, adanya kegiatan yang menarik dalam belajar. 23 Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Seorang peserta didik dapat belajar karena di 20 Abd. Rachman Abror, Psikologi Pendidikan, Cet. Ke- 4 ( Yogyakarta: PT Tiara Wacana, 1993), hlm Ivor K. Davies, Pengelolaan Belajar, (edisi terjemahan oleh Sudarsono, dkk) (Jakarta: CV Rajawali, 1991), hlm Haryu Islamudin, Psikologi Pendidikan, Cet. Ke- 1 (Jakarta: pustaka Pelajar, 2012), hlm Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya, Cet. Ke-4 (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), hlm. 23.

13 37 dorong oleh kekuatan mentalnya berupa keinginan, perhatian, kemauan, atau cita-cita. Para ahli psikologi pendidikan menyebutkan bahwa kekuatan mental tersebutlah yang mendorong terjadinya belajar sebagai motivasi belajar. Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia termasuk perilaku belajar Jenis-jenis Motivasi Belajar Motivasi sebagai kekuatan mental individu, menurut jenisnya motivasi terbagi menjadi dua bagian, yaitu motivasi primer dan sekunder. Motivasi primer adalah motivasi yang didasarkan pada motif-motif dasar. Motif-motif dasar tersebut umumnya berasal dari segi biologis atau jasmani manusia. Motivasi sekunder adalah motivasi yang dipelajari. 25 Menurut Hanabiah dan Cucu Suhana, mengklasifikasikan jenisjenis motivasi terbagi menjadi dua, yaitu : a. Motivasi instrinsik Motivasi instrinsik merupakan motivasi yang datangnya secara alamiah atau murni dari peserta itu sendiri sebagai wujud adanya kesadaran diri (self awarenes) dari lubuk hati yang paling dalam. Bila anak didik sudah memiliki motivasi ini maka ia akan sadar melakukan sesuatu kegiatan yang tidak memerlukan motivasi dari 24 Dimyati dan mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Cet. Ke- 1 (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1999), hlm Ibid., hlm. 86.

14 38 luar dirinya. 26 Dalam aktivitas belajar motivasi ini sangat diperlukan terutama belajar sendiri atau secara mandiri. Bila dilihat dari kondisi siswa di dalam kelas, umpan balik yang secara murni dapat bersifat informasi tentang kinerja seseorang, tetapi jika informasi mengkomunikasikan pujian karena kualitas kerja, maka umpan balik dapat meningkatkan motivasi intrinsik. 27 b. Motivasi ekstrinsik Motivasi ekstrinsik merupakan motivasi yang datangnya disebabkan oleh faktor-faktor diluar diri peserta didik, seperti adanya pemberian nasihat dari gurunya, hadiah, kompetisi sehat antara peserta didik, hukuman dan lain sebagainya. Dalam perilaku belajar, penguatan motivasi belajar berada ditangan para guru dan anggota masyarakat. Guru hanya sebagai pendidik yang bertugas memotivasi belajar selama siswa menempuh pendidikan di sekolah, orang tua yang memperkuat motivasi belajar anak sepanjang hayatnya. Kaitannya dengan motivasi belajar dikatakan ekstrinsik apabila anak didik menempatkan tujuan belajarnya diluar faktor-faktor situasi belajar. Anak didik belajar karena hendak mencapai tujuan yang terletak di luar hal-hal yang dipelajarinya. Motivasi ekstrinsik diperlukan agar anak didik termotivasi untuk belajar Hanafiah dan Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran, Cet ke- 3 (Bandung: PT Refika Aditama, 2012), hlm Gavin Reid, Op cit., hlm Haryu Islamudin, Op. cit., hlm. 262.

15 39 Guru yang berhasil mengajar adalah guru yang pandai membangkitkan minat anak didik dalam belajar dengan memanfaatkan motivasi instrinsik dalam berbagai bentuknya. 3. Tujuan dan Fungsi Motivasi Belajar Motivasi bertalian erat dengan suatu tujuan yang berpengaruh pada aktivitas. Motivasi menjadi energi aktif yang menyebabkan terjadinya suatu perubahan pada diri seseorang yang tampak pada kejiwaan, perasaan, dan juga emosi sehingga mendorong individu untuk bertindak dan melakukan sesuatu karena adanya tujuan, kebutuhan ataupun keinginan yang harus terpuaskan. Dengan demikian fungsi motivasi adalah sebagai berikut : a. Mendorong manusia untuk berbuat, artinya bahwamotivasi biasa dijadikan penggerak atau motor yang melepaskan energi. b. Menentukan arah perbuatan ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya. c. Menyeleksikan perbuatan. Yaitu menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan dengan menyisikan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. 29 Menurut Eysenck dan kawan-kawan dalam Encyclopedia of Psychology, sebagaimana dikutip oleh Djaali dalam buku berjudul 2013), hlm Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, Cet ke-2 (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

16 40 Psikologi Pendidikan menjelaskan bahwa fungsi motivasi antara lain adalah menjelaskan dan mengontrol tingkah laku. Menjelaskan tingkah laku berarti dengan mempelajari motivasi, dapat diketahui mengapa siswa melakukan suatu pekerjaan dengan tekun dan rajin, sementara siswa lain acuh terhadap pekerjaan itu. Mengontrol tingkah laku maksudnya,dengan mempelajari motivasi dapat diketahui mengapa seseorang sangat menyenangi suatu objek dan kurang menyenangi objek yang lain. 30 Menurut Nana Syaodih Sukmadinata dalam Landasan Psikologi Proses Pendidikan, mengatakan bahwa motivasi memiliki dua fungsi, yaitu: pertama mengarahkan atau directional function, dan kedua mengaktifkan dan meningkatkan kegiatan atau activating and enegizing function. Dalam mengarahkan kegiatan, motivasi berperan mendekatkan atau menjauhkan individu dari sasaran yang akan dicapai. Apabila sesuatu sasaran atau tujuan merupakan sesuatu yang diinginkan oleh individu, maka motivasi berperan mendekatkan (approach motivation), dan bila sasaran atau tujuan tidak diinginkan oleh individu, maka motivasi berperan menjauhi sasaran (avoidance motivation). Karena motivasi berkenaan dengan kondisi yang cukup kompleks, maka mungkin pula terjadi bahwa motivasi tersebut sekaligus 30 Djaali, PsikologiPendidikan,Cet. ke-2 (Jakarta: BumiAksara, 2008), hlm

17 41 berperan mendekatkan dan menjauhkan sasaran (approach- avoidance motivation) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar Setiap siswa memiliki motivasi yang berbeda-beda. Hal ini didasari oleh beberapa faktor yang mempengaruhinya, diantaranya sebagai berikut : a. Faktor internal Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu, faktor yang berasal dari dalam individu tersebut terdiri atas beberapa hal, diantaranya : 32 1) Adanya kebutuhan Setiap manusia pasti memiliki kebutuhan yang berbedabeda, dan dalam pemenuhannyapun antara satu orang dengan orang lainnya sangatlah berbeda. Ketika keluarga memberikan motivasi kepada anak haruslah diawali dengan berusaha terlebih dahulu untuk mengetahui apa kebutuhan-kebutuhan anak yang akan dimotivasi. Sehingga motivasi yang diberikan kepada anak akan tepat sasaran. Begitupun bagi seorang pendidik yang mengidentifikasi kebutuhan anak didiknya di dalam kelas, bagaimana belajarnya, bahkan bagaimana keaktifannyapun harus dimengerti. 31 Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Cet. Ke-3 (Bandung: PT RemajaRosdakarya, 2005), hlm Abdul Majid.,Op. Cit., hlm

18 42 2) Persepsi individu mengenai diri sendiri Seseorang termotivasi atau tidak untuk melakukan sesuatu banyak atau tidaknya bergantung pada proses kognitif berupa persepsi. 3) Harga diri dan prestasi Faktor inilah yang mendorong atau mengarahkan individu untuk berusaha menjadi pribadi yang kuat, mandiri, dan memperoleh kebebasan serta dapat mendorong individu untuk berprestasi. 4) Adanya cita-cita dan harapan masa depan Motivasi belajar tampak pada keinginan anak sejak kecil untuk belajar. Keberhasilan mencapai hal tersebut menumbuhkan kemauan untuk giat bahkan dikemudian harus menimbulkan cita-cita dalam kehidupan. Timbulnya cita-cita dibarengi oleh perkembangan akal, moral, kemauan, bahasa dan nilai-nilai kehidupan. Cita-cita merupakan pusat bermacam-macam kebutuhan. Kebutuhan-kebutuhan itu akan direalisasikan dan mampu memberikan energi kepada anak untuk melakukan sesuatu aktivitas belajar. Dengan cita-cita anak dapat meraih apa saja yang diinginkan. 5) Keinginan tentang kemajuan dirinya

19 43 Keinginan tentang kemajuan diri dalam anak didik menjadi salah satu kebutuhan bagi setiap individu. Seorang anak didik yang rajin belajar dirinya memiliki keinginan untuk maju, jalan fikirannya tidak sebatas statis dan pasrah menerima apa yang disampaikan oleh guru. Rasa keingin tahuannya membuat dirinya termotivasi untuk menjadi lebih baik dan lebih maju. 6) Minat Minat merupakan alat motivasi yang pokok. Proses belajar mengajar akan berjalan kalau disertai dengan minat. 7) Kepuasan kinerja Kepuasan kinerja lebih merupakan suatu dorongan afektif yang muncul dalam diri individu untuk mencapai tujuam yang diinginkan dari suatu perilaku. b. Faktor eksternal Faktor eksternal merupakan faktor-faktor yang berasal dari luar yang mempengaruhi motivasi belajar siswa. Ada beberapa cara untuk menumbuhkan dan membangkitkan anak agar termotivasi belajar, diantaranya adalah sebagai berikut : 1) Pemberian hadiah Hadiah merupakan alat pendidikan yang bersifat positif dan fungsinya sebagai pendidik represif positif. Dari pemberian hadiah ini sebagai salah satu alat untuk mendorong siswa aktif belajar.

20 44 2) Kompetisi Kompetisi atau yang dikenal dengan saingan dapat digunakan sebagai alat untuk mendorong belajar anak. 3) Pujian Apabila anak berhasil dalam pembelajaran, maka pihak keluarga ataupun pihak guru hendaknya memberikan pujian kepada anak. positifnya pujian adalah menjadi jembatan bagi anak untuk meningkatkan prestasi belajarnya. 4) Situasi lingkungan pada umumnya. Manusia sebagai makhluk sosial tentu tidak lepas dari kondisi atau situasi lingkungan yang ia tinggali. Sama halnya dengan situasi yang dirasakan oleh anak-anak, ketika lingkungannya nyaman, harmonis dan mendukung anak untuk berprestasi, maka motivasi belajar akan terus ada dalam diri anak. 5) Sistem imbalan yang diterima Imbalan merupakan karakteristik atau kualitas dari objek pemuas yang dibutuhkan oleh seseorang yang dapat mempengaruhi motivasi atau dapat mengubah arah tingkah lakudari satu objek ke objek lain yang mempunyai nilai imbalan yang lebih besar Ibid., hlm. 314.

BAB II VARIASI PEMBELAJARAN DAN HASIL BELAJAR SISWA

BAB II VARIASI PEMBELAJARAN DAN HASIL BELAJAR SISWA BAB II VARIASI PEMBELAJARAN DAN HASIL BELAJAR SISWA A. Variasi Pembelajaran 1. Pengertian Variasi Pembelajaran Membuat variasi adalah suatu hal yang sangat penting dalam mengajar. Yang dimaksud dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. mengadakan hubungan atau memerlukan bantuan orang lain. Tanpa bantuan,

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. mengadakan hubungan atau memerlukan bantuan orang lain. Tanpa bantuan, BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pengertian Motivasi Belajar Manusia dalam kehidupannya dewasa ini tidak dapat memenuhi kebutuhan tanpa bantuan orang lain, baik kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORETIS

BAB II KERANGKA TEORETIS 9 BAB II KERANGKA TEORETIS A. Konsep Teoretis 1. Pengertian Apersepsi Apersepsi adalah suatu gejala jiwa yang kita alami apabila suatu kesan baru masuk dalam kesadaran kita dan berassosiasi/bertautan dengan

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Sains, Teknologi, Ekonomi, Sosial dan Budaya Vol. 2 No. 2 Mei 2018

Jurnal Ilmiah Sains, Teknologi, Ekonomi, Sosial dan Budaya Vol. 2 No. 2 Mei 2018 IMPLIMENTASI PENDEKATAN PSIKOLOGI DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI MAN JANGKA Mulyadi Zakaria Institut Agama Islam Almuslim Aceh ABSTRAK Psikologi pembelajaran merupakan ilmu yang mempelajari tentang tingkah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS. Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang

BAB II KAJIAN TEORETIS. Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Pengertian Motivasi Belajar Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2001, hlm.5

BAB I PENDAHULUAN. Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2001, hlm.5 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan berusaha mengembangkan potensi individu agar mampu berdiri sendiri. Untuk itu individu perlu diberi berbagai kemampuan dalam pengembangan berbagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Strategi Pembelajaran Increasing the Capacity to Think (ICT)

BAB II KAJIAN TEORI. A. Strategi Pembelajaran Increasing the Capacity to Think (ICT) BAB II KAJIAN TEORI A. Strategi Pembelajaran Increasing the Capacity to Think (ICT) 1. Pengertian Strategi Pembelajaran Increasing the Capacity to Think (ICT) Strategi pembelajaran increasing the capacity

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses

BAB II KAJIAN TEORI. mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Hasil Belajar Keberhasilan proses belajar mengajar dapat dilihat dari hasil belajar yang dicapai, yaitu perubahan yang menjadi semakin baik setelah melaksanakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR IPS SISWA JURNAL. Oleh RIZKI RAMADHANI ERNI MUSTAKIM CUT ROHANI

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR IPS SISWA JURNAL. Oleh RIZKI RAMADHANI ERNI MUSTAKIM CUT ROHANI 1 HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR IPS SISWA JURNAL Oleh RIZKI RAMADHANI ERNI MUSTAKIM CUT ROHANI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016 2 HALAMAN PENGESAHAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 17 BAB II LANDASAN TEORI A. Kompetensi Profesional guru 1. Pengertian Kompetensi Profesional Menurut UU No.14 Th. 2005 tentang Guru dan Dosen, dinyatakan bahwa kompetensi adalah seperangkat pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. baik guru maupun siswa pada proses pembelajaran. Bagi guru, strategi

BAB II KAJIAN TEORI. baik guru maupun siswa pada proses pembelajaran. Bagi guru, strategi BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian Strategi Pembelajaran Aktif Made Wena menjelaskan bahwa strategi pembelajaran sangat berguna, baik guru maupun siswa pada proses pembelajaran. Bagi guru, strategi pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. 1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Prediction Guide. bersama adalah cooperative learning, dalam hal ini belajar bersama

BAB II KAJIAN TEORITIS. 1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Prediction Guide. bersama adalah cooperative learning, dalam hal ini belajar bersama 9 BAB II KAJIAN TEORITIS A. Konsep Teoritis 1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Prediction Guide Cooperative berarti bekerja sama dan learning yang berarti belajar, jadi belajar melalui kegiatan bersama.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. sesuatu yang menarik minatnya. Minat akan semakin bertambah jika

TINJAUAN PUSTAKA. sesuatu yang menarik minatnya. Minat akan semakin bertambah jika 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1) Minat Belajar Apabila seseorang menaruh perhatian terhadap sesuatu, maka minat akan menjadi motif yang kuat untuk berhubungan secara lebih aktif dengan sesuatu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. tujuan pembelajaran tertentu. Oleh karena itu, strategi pembelajaran bukan

BAB II KAJIAN TEORI. tujuan pembelajaran tertentu. Oleh karena itu, strategi pembelajaran bukan BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Strategi Each One Teach One a. Strategi Pembelajaran Secara Umum Jamal Ma mur Asmani menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah serangkaian dan keseluruhan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI TEKNIK-TEKNIK MOTIVASI DALAM PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS IV DI SD NEGERI 33 BANDA ACEH. ImraatusShalihah, Mahmud, M.

IMPLEMENTASI TEKNIK-TEKNIK MOTIVASI DALAM PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS IV DI SD NEGERI 33 BANDA ACEH. ImraatusShalihah, Mahmud, M. IMPLEMENTASI TEKNIK-TEKNIK MOTIVASI DALAM PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS IV DI SD NEGERI 33 BANDA ACEH ImraatusShalihah, Mahmud, M.NasirYusuf Miraatus201@gmail.com ABSTRAK Dalam konteks pembelajaran dikelas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari yang tidak tahu menjadi tahu dan dari yang tidak bisa menjadi bisa. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dari yang tidak tahu menjadi tahu dan dari yang tidak bisa menjadi bisa. Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu kebutuhan bagi manusia untuk mengembangkan potensi yang ada pada diri manusia, sehingga dengan pendidikan itu mengubah manusia dari yang tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. 1. dasarnya mengantarkan para siswa menuju pada perubahan-perubahan tingkah

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. 1. dasarnya mengantarkan para siswa menuju pada perubahan-perubahan tingkah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar yang dengan sengaja dirancang dan direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA. dan harus ditempuh oleh mahasiswa dengan sungguh-sungguh, keuletan dan. ketabahan. Sudjana (1989 : 5) menyatakan bahwa :

II TINJAUAN PUSTAKA. dan harus ditempuh oleh mahasiswa dengan sungguh-sungguh, keuletan dan. ketabahan. Sudjana (1989 : 5) menyatakan bahwa : II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Belajar 1. Belajar Kegiatan belajar di perguruan tinggi merupakan suatu proses yang panjang dan harus ditempuh oleh mahasiswa dengan sungguh-sungguh, keuletan dan ketabahan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam dari sumber utamanya yaitu Al-Qur an dan Hadits, melalui kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Islam dari sumber utamanya yaitu Al-Qur an dan Hadits, melalui kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani, bertakwa, dan berakhlak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dan akhiran an menjadi pembelajaran, yang berarti proses, pembuatan, cara mengajar

BAB II KAJIAN TEORI. dan akhiran an menjadi pembelajaran, yang berarti proses, pembuatan, cara mengajar BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Definisi Pembelajaran Active Learning Pembelajaran diidentikkan dengan kata mengajar berasal dari kata ajar berarti petunjuk yang diberikan seseorang supaya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dapat memberikan hasil belajar yang optimal. 1. strategi pembelajaran itu ialah harus menguasai teknik-teknik penyajian, atau

BAB II KAJIAN TEORI. dapat memberikan hasil belajar yang optimal. 1. strategi pembelajaran itu ialah harus menguasai teknik-teknik penyajian, atau BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teori 1. Teknik Pembelajaran Pertemuan Ganda a. Pengertian Teknik Pembelajaran Slameto menjelaskan teknik pembelajaran adalah suatu rencana tentang cara-cara pendayagunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Departemen Pendidikan Nasional RI, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN. 1 Departemen Pendidikan Nasional RI, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kasus-kasus pembelajaran di kelas mata pelajaran Agama Islam lebih dekat dengan pembentukan perilaku daripada pengetahuan. Seorang muslim tidak dilihat dari ilmunya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Metakognisi merupakan suatu istilah yang dimunculkan oleh beberapa ahli

TINJAUAN PUSTAKA. Metakognisi merupakan suatu istilah yang dimunculkan oleh beberapa ahli 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis 1. Keterampilan Metakognisi Metakognisi merupakan suatu istilah yang dimunculkan oleh beberapa ahli psikologi sebagai hasil dari perenungan mereka terhadap kondisi

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. 1. Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam Meningkatkan Motivasi

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. 1. Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam Meningkatkan Motivasi BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 1. Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Melalui Pemberian Angka Dalam meningkatkan motivasi belajar guru pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Motivasi Belajar a. Pengertian Motivasi Belajar Motivasi berasal dari kata motif, dalam bahasa inggris adalah motive atau motion, lalu motivation yang berarti gerakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Belajar sebagai proses perubahan tingkah laku. Dengan belajar orang akan

BAB I PENDAHULUAN. Belajar sebagai proses perubahan tingkah laku. Dengan belajar orang akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar sebagai proses perubahan tingkah laku. Dengan belajar orang akan mengetahui berbagai informasi, menyukai satu situasi dan atau dapat melakukan sesuatu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoritis. 1. Motivasi Belajar. a. Pengertian Motivasi Belajar.

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoritis. 1. Motivasi Belajar. a. Pengertian Motivasi Belajar. BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoritis 1. Motivasi Belajar a. Pengertian Motivasi Belajar. Motivasi belajar adalah proses yang memberi semangat belajar, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Aktivitas siswa dalam pembelajaran kooperatif berpengaruh positif

BAB V PEMBAHASAN. A. Aktivitas siswa dalam pembelajaran kooperatif berpengaruh positif BAB V PEMBAHASAN A. Aktivitas siswa dalam pembelajaran kooperatif berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa. Pengujian yang dilakukan pada hasil penelitian, menunjukkan bahwa aktivitas siswa selama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsipprinsip

BAB I PENDAHULUAN. kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsipprinsip BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang

Lebih terperinci

PERAN GURU DALAM MENDIDIK SISWA BERDASARKAN PSIKOLOGI. Juwanda Jurdiksatrasia Unswagati Cirebon. Abstrak

PERAN GURU DALAM MENDIDIK SISWA BERDASARKAN PSIKOLOGI. Juwanda Jurdiksatrasia Unswagati Cirebon. Abstrak PERAN GURU DALAM MENDIDIK SISWA BERDASARKAN PSIKOLOGI Juwanda Jurdiksatrasia Unswagati Cirebon Abstrak Guru merupakan titik sentral dalam mencapai keberhasilan dalam dunia pendidikan. Selain ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik. 1

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan masalah yang kompleks karena setiap individu yang belajar melibatkan aspek kepribadiannya, baik fisik maupun mental sehingga akan terjadi perubahan

Lebih terperinci

Jurnal PILAR, Vol. 2, No. 2, Juli-Des, INTERAKSI PEMBELAJARAN EFEKTIF UNTUK BERPRESTASI Abd. Rahim Razaq

Jurnal PILAR, Vol. 2, No. 2, Juli-Des, INTERAKSI PEMBELAJARAN EFEKTIF UNTUK BERPRESTASI Abd. Rahim Razaq INTERAKSI PEMBELAJARAN EFEKTIF UNTUK BERPRESTASI Abd. Rahim Razaq Abstrak Rangkaian kegiatan komunikasi antara subjek didik, guru dan peserta didik. Komunikasi antara dua subjek ini dipengaruhi oleh berbagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek penentu bagi kemajuan bangsa. Dengan pendidikan manusia dituntut untuk memproleh kepandaian dan ilmu, sehingga akan mampu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hasil Belajar Matematika Menurut Sadirman (2004) hasil belajar adalah kemampuankemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajarnya.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Pengertian Belajar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara etimologis belajar

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Pengertian Belajar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara etimologis belajar BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Pengertian Belajar Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara etimologis belajar memiliki arti berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Menurut Sardiman belajar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN PARADIGMA. bersifat membentuk atau merupakan suatu efek.

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN PARADIGMA. bersifat membentuk atau merupakan suatu efek. 11 II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN PARADIGMA 1. Tinjauan Pustaka A. Konsep Pengaruh Menurut Hugiono, 1987:47 pengaruh merupakan dorongan atau bujukan dan bersifat membentuk atau merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat diserap dan dipahami oleh siswa-siswanya. Untuk mencapainya, guru harus

BAB I PENDAHULUAN. dapat diserap dan dipahami oleh siswa-siswanya. Untuk mencapainya, guru harus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam melaksanakan pembelajaran, seorang guru pasti mengharapkan agar siswasiswanya aktif dalam pembelajaran tersebut. Guru ingin materi yang disampaikannya dapat diserap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. awalan men, menjadi mendidik, yaitu kata kerja yang artinya memelihara

BAB I PENDAHULUAN. awalan men, menjadi mendidik, yaitu kata kerja yang artinya memelihara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dari segi bahasa berasal dari kata dasar didik, dan diberi awalan men, menjadi mendidik, yaitu kata kerja yang artinya memelihara dan memberi latihan

Lebih terperinci

Oleh: Sri Arita dan Susi Evanita ABSTRACT

Oleh: Sri Arita dan Susi Evanita ABSTRACT PERSEPSI SISWA TENTANG KETERAMPILAN VARIASI GURU MENGAJAR, LINGKUNGAN KELUARGA DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN EKONOMI SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI KOTA BATAM Oleh: ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB II MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME PADA MATERI SEGITIGA DAN SEGIEMPAT

BAB II MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME PADA MATERI SEGITIGA DAN SEGIEMPAT BAB II MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME PADA MATERI SEGITIGA DAN SEGIEMPAT A. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Permasalahan yang sering ditemukan dalam proses

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Hasil Belajar a. Pengertian Belajar Belajar adalah suatu kata yang tidak asing lagi bagi semua orang terutama bagi para pelajar. Kegiatan belajar merupakan bagian

Lebih terperinci

Pengaruh Kelelahan Emosional Dan Motivasi Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar Matematika. Meilantifa

Pengaruh Kelelahan Emosional Dan Motivasi Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar Matematika. Meilantifa 26 INOVASI, Volume XX, Nomor 1, Januari 2018 Pengaruh Kelelahan Emosional Dan Motivasi Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar Matematika Meilantifa Email : meilantifa@gmail.com Program Studi Pendidikan Matematika,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. pembawaan, atau kebiasaan yang di miliki oleh individu yang relatif tetap.

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. pembawaan, atau kebiasaan yang di miliki oleh individu yang relatif tetap. BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Karakteristik Siswa 2.1.1.1 Pengertian Karakteristik Siswa Karakteristik berasal dari kata karakter yang berarti

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. a. Pengertian variasi dalam mengajar. serta berperan secara aktif. 1 Dengan demikian, variasi dalam

BAB II KAJIAN TEORI. a. Pengertian variasi dalam mengajar. serta berperan secara aktif. 1 Dengan demikian, variasi dalam BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Teoretis 1. Variasi dalam Mengajar a. Pengertian variasi dalam mengajar Menggunakan variasi dalam mengajar diartikan sebagai perbuatan guru dalam konteks proses belajar mengajar

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Pengaruh Kreativitas Guru Terhadap Motivasi Belajar Siswa Pada Mata

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Pengaruh Kreativitas Guru Terhadap Motivasi Belajar Siswa Pada Mata BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Pengaruh Kreativitas Guru Terhadap Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PAI di SMAN Se-Kabupaten Trenggalek Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara kreativitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN TEORETIS 16 BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1. Konsep Belajar 2.1.1. Pengertian Belajar Slameto (2010, h. 1) mengatakan, Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. a. Pengertian Teknik Pembelajaran Secara Umum. seputar sikap dan perilaku menghadapi siswa. Beliau juga menjelaskan

BAB II KAJIAN TEORI. a. Pengertian Teknik Pembelajaran Secara Umum. seputar sikap dan perilaku menghadapi siswa. Beliau juga menjelaskan 1 BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Tinjauan Tentang Teknik Pembelajaran Triad a. Pengertian Teknik Pembelajaran Secara Umum Danie Beaulieu menyatakan bahwa teknik pembelajaran merupakan cara

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Motivasi Belajar Membaca Al-Qur an pada Siswa di Madrasah. karena itu peran seorang guru bukan hanya semata-mata mentransfer ilmu

BAB V PEMBAHASAN. A. Motivasi Belajar Membaca Al-Qur an pada Siswa di Madrasah. karena itu peran seorang guru bukan hanya semata-mata mentransfer ilmu BAB V PEMBAHASAN A. Motivasi Belajar Membaca Al-Qur an pada Siswa di Madrasah Tsanawiyah Sultan Agung Jabalsari Pembelajaran dikatakan berhasil apabila siswa mempunyai motivasi dalam belajar sehingga terbentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta

BAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini Indonesia sebagai salah satu negara berkembang telah didera oleh berbagai keterpurukan, yang diantara penyebab keterpurukan tersebut terjadi karena

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. memperoleh pemecahan terhadap masalah yang timbul. Oleh karena itu strategi ini dimulai

BAB II KAJIAN TEORI. memperoleh pemecahan terhadap masalah yang timbul. Oleh karena itu strategi ini dimulai BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Stategi Problem Solving Strategi problem solving adalah strategi yang mengajarkan kepada siswa bagaimana cara memperoleh pemecahan terhadap masalah yang timbul.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Hasil Belajar. a. Pengertian Hasil Belajar

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Hasil Belajar. a. Pengertian Hasil Belajar BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hipotesis penelitian; f) kegunaan penelitian; g) penegasan istilah.

BAB I PENDAHULUAN. hipotesis penelitian; f) kegunaan penelitian; g) penegasan istilah. 1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini memuat tentang: a) latar belakang masalah; b) identifikasi dan pembatasan masalah; c) rumusan masalah; d) tujuan penelitian; hipotesis penelitian; f) kegunaan

Lebih terperinci

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA PADA SISWA KELAS VIII MTS NEGERI 1 PANGANDARAN

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA PADA SISWA KELAS VIII MTS NEGERI 1 PANGANDARAN Oleh Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ABSTRAK Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan dalam proses belajar-mengajar di kelas VIII MTs Negeri 1 Pangandaran, hasil belajar siswa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Lebih lanjut strategi pembelajaran aktif merupakan salah satu strategi yang

BAB II KAJIAN TEORI. Lebih lanjut strategi pembelajaran aktif merupakan salah satu strategi yang BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Pengertian Strategi Pembelajaran Aktif Strategi pembelajaran adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peran cukup penting untuk mencetak masyarakat yang cerdas dan berwawasan yang luas. Sebagaimana dengan tujuan dan fungsi pendidikan Nasional

Lebih terperinci

Syahriani S.Pd.,M.Pd Dosen Non PNS Jurusan Biologi Fakultas Tarbiyah dan keguruan UIN Alauddin Makassar. Abstrak

Syahriani S.Pd.,M.Pd Dosen Non PNS Jurusan Biologi Fakultas Tarbiyah dan keguruan UIN Alauddin Makassar. Abstrak Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Biologi pada Siswa Kelas XI MA Madani Alauddin Pao-Pao Kabupaten Gowa Syahriani S.Pd.,M.Pd Dosen Non PNS Jurusan Biologi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dan berbuat. Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang. tema sesuai dengan motivasi yang mendasarinya.

BAB II KAJIAN TEORI. dan berbuat. Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang. tema sesuai dengan motivasi yang mendasarinya. BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Motivasi Istilah motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak dan

Lebih terperinci

Wayan Nurkancana, dkk. Evaluasi Pendidikan (Surabaya: Usaha Nasional 1982) hlm.

Wayan Nurkancana, dkk. Evaluasi Pendidikan (Surabaya: Usaha Nasional 1982) hlm. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa pengaruh pada tuntutan bahwa pendidikan diasumsikan mampu menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas.

Lebih terperinci

KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS

KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS Diajukan Kepada Program Studi Manajemen Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pada hakekatnya pendidikan merupakan sarana yang dapat

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pada hakekatnya pendidikan merupakan sarana yang dapat BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pada hakekatnya pendidikan merupakan sarana yang dapat meningkatkan taraf hidup manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional Bab

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MEDIA SIMULASI KAMERA DIGITAL MATA KULIAH PENGEMBANGAN MEDIA FOTO

IMPLEMENTASI MEDIA SIMULASI KAMERA DIGITAL MATA KULIAH PENGEMBANGAN MEDIA FOTO IMPLEMENTASI MEDIA SIMULASI KAMERA DIGITAL MATA KULIAH PENGEMBANGAN MEDIA FOTO Andi Kristanto, S.Pd., M.Pd Dosen Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu pendidikan, Universitas Negeri Surabaya andi.unesa@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Metode Diskusi 1. Pengertian Diskusi Dalam kegiatan pembejaran dengan metode diskusi merupakan cara mengajar dalam pembahasan dan penyajian materinya melalui suatu problema atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori dan Konsep Pembelajaran Teori ialah prinsip kasar yang menjadi dasar pembentukan sesuatu ilmu pengetahuan. Dasar teori ini yang akan di kembangkan pada ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami proses pendidikan yang didapat dari orang tua, masyarakat maupun

BAB I PENDAHULUAN. mengalami proses pendidikan yang didapat dari orang tua, masyarakat maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu unsur yang tidak dapat dipisahkan dari diri manusia mulai dari kandungan sampai beranjak dewasa kemudian tua. Manusia mengalami proses

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Secara umum, semua aktivitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. pembangkit tenaga munculnya satu tingkah laku tertentu 8. motivation dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Latin motivum yang

BAB II KAJIAN TEORI. pembangkit tenaga munculnya satu tingkah laku tertentu 8. motivation dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Latin motivum yang BAB II KAJIAN TEORI A. Motivasi Belajar 1. Definisi Motivasi Belajar Motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Prestasi Belajar 1.1.1 Pengertian Prestasi Belajar Proses belajar mengajar penting bagi seorang pendidik untuk mengetahui tingkat keberhasilan peserta didik. Seberapa jauh kemampuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lebih dari sekedar realisasi satu sasaran, atau bahkan beberapa sasaran. Sasaran itu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lebih dari sekedar realisasi satu sasaran, atau bahkan beberapa sasaran. Sasaran itu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keberhasilan Keberhasilan adalah hasil serangkaian keputusan kecil yang memuncak dalam sebuah tujuan besar dalam sebuah tujuan besar atau pencapaian. keberhasilan adalah lebih

Lebih terperinci

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DENGAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK. Putria Maharani 1 Yusmansyah 2 Shinta Mayasari 3

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DENGAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK. Putria Maharani 1 Yusmansyah 2 Shinta Mayasari 3 PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DENGAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK Putria Maharani (Putriamaharani81@yahoo.co.id) 1 Yusmansyah 2 Shinta Mayasari 3 ABSTRACT The purpose of this research was to know the

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan bagi setiap orang dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Pendidikan memiliki peran penting

Lebih terperinci

BAB II HASIL BELAJAR DAN METODE DRILL. terpenting dalam pembelajaran. Menurut Nana Sudjana 1, definisi dari. dan psikomotorik. Dimyati dan Mudjiono, 2

BAB II HASIL BELAJAR DAN METODE DRILL. terpenting dalam pembelajaran. Menurut Nana Sudjana 1, definisi dari. dan psikomotorik. Dimyati dan Mudjiono, 2 BAB II HASIL BELAJAR DAN METODE DRILL A. Hasil Belajar 1. Pengertian Hasil Belajar Di dalam proses pembelajaran hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Menurut Nana Sudjana 1, definisi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Metode Penemuan (Discovery) Penemuan (Discovery) adalah suatu metode / strategi yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Metode Penemuan (Discovery) Penemuan (Discovery) adalah suatu metode / strategi yang 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Penemuan (Discovery) 1. Pengertian Metode Penemuan (Discovery) Penemuan (Discovery) adalah suatu metode / strategi yang berpusat pada siswa dimana kelompok kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan negara di segala bidang. Agar mendapatkan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan negara di segala bidang. Agar mendapatkan manusia yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara yang sedang berkembang, Indonesia sangat memerlukan sumber daya manusia yang berkualitas untuk mendukung perkembangan dan pembangunan negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak berhubungan dengan para siswa jika dibandingkan dengan personal

BAB I PENDAHULUAN. banyak berhubungan dengan para siswa jika dibandingkan dengan personal BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Pada dasarnya guru merupakan kunci utama dalam pengajaran. Guru secara langsung berupaya mempengaruhi, mengarahkan dan mengembangkan kemampuan siswa didalam proses

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. keinginan. Sedangkan menurut Sudarsono (2003:8) minat merupakan bentuk

BAB II KAJIAN TEORI. keinginan. Sedangkan menurut Sudarsono (2003:8) minat merupakan bentuk BAB II KAJIAN TEORI 2. 1 Pengertian Minat Belajar Berbicara tentang minat, dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia diartikan sebagai perhatian, kesukaan, kecenderungan hati kepada atau keinginan. Sedangkan menurut

Lebih terperinci

BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR

BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR Makalah yang disampaikan dalam Sarasehan Pendidikan Membentuk Siswa yang Rajin Belajar dalam Rangka Meningkatkan Kualitas Pembelajaran di Balai Dukuh Mulo Wonosari, 14 Juli 2013. BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mengarahkan, dan mempertahankan perilaku. Dengan demikian, perilaku yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mengarahkan, dan mempertahankan perilaku. Dengan demikian, perilaku yang BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Motivasi Berprestasi 2.1.1 Pengertian Motivasi Motivasi (motivation) melibatkan proses yang memberikan energi, mengarahkan, dan mempertahankan perilaku. Dengan demikian, perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya. Kualitas sumber daya manusia tergantung pada kualitas pendidikannya. Upaya peningkatan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORETIS. agar murid melakukan kegiatan belajar, kemudian harus dipertanggungjawabkannya.

BAB II KERANGKA TEORETIS. agar murid melakukan kegiatan belajar, kemudian harus dipertanggungjawabkannya. 8 BAB II KERANGKA TEORETIS A. Kerangka Teoretis 1. Pengertian Metode Penugasan Menurut Syaiful Sagala, metode penugasan atau Resitasi adalah cara penyajian bahan pelajaran di mana guru memberikan tugas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Flow Akademik 1. Definisi Flow Akademik Menurut Bakker (2005), flow adalah suatu keadaan sadar dimana individu menjadi benar-benar tenggelam dalam suatu kegiatan, dan menikmatinya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Kajian tentang kerangka teoretis terdiri dari tinjauan tentang Strategi Cycle

BAB II KAJIAN TEORI. Kajian tentang kerangka teoretis terdiri dari tinjauan tentang Strategi Cycle BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis Kajian tentang kerangka teoretis terdiri dari tinjauan tentang Strategi Cycle Learning, dan tinjauan tentang motivasi belajar siswa. 1. Tinjaun Tentang Strategi

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Pengaruh Kompetensi Profesional Guru Mata Pelajaran PAI, terhadap

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Pengaruh Kompetensi Profesional Guru Mata Pelajaran PAI, terhadap BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Pengaruh Kompetensi Profesional Guru Mata Pelajaran PAI, terhadap Prestasi Siswa di SMPN se Kabupaten Tulungagung. Temuan dari penelitian menunjukkan bahwa terdapat

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS DENGAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIF NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) Abstrak

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS DENGAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIF NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) Abstrak UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS DENGAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIF NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) Triyatno 1, John Sabari 2 1 Mahasiswa Program Pascasarjana PIPS Universitas PGRI Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekolah serta sarana dan prasarana sekolah. mencapai tujuan pembelajaran. Motivasi dalam kegiatan belajar memegang

BAB I PENDAHULUAN. sekolah serta sarana dan prasarana sekolah. mencapai tujuan pembelajaran. Motivasi dalam kegiatan belajar memegang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan kegiatan belajar mengajar dipengaruhi oleh banyak faktor yang dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah menentukan model atau metode mengajar tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hampir semua bidang studi memerlukan matematika yang sesuai.

BAB I PENDAHULUAN. hampir semua bidang studi memerlukan matematika yang sesuai. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika biasanya dianggap sebagai pelajaran yang paling sulit oleh anak-anak maupun orang dewasa. 1 Meskipun demikian, semua orang harus mempelajarinya, karena merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan menurut udang-undang No 20 tahun 2003 pasal 1 tentang sistem

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan menurut udang-undang No 20 tahun 2003 pasal 1 tentang sistem 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan menurut udang-undang No 20 tahun 2003 pasal 1 tentang sistem pendidikan nasional adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan, di dalam suatu pembelajaran harus ada motivasi belajar, agar

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan, di dalam suatu pembelajaran harus ada motivasi belajar, agar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting terutama bagi generasi muda agar dapat menghadapi masa depan yang penuh tantangan. Pada setiap jenjang pendidikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bernilai edukatif.interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar

BAB I PENDAHULUAN. bernilai edukatif.interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar 1 BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangMasalah Belajar mengajar adalah suatu kegiatan antara guru dan siswa yang bernilai edukatif.interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semua orang berkepentingan dengan pendidikan. Orang yang ingin memperbaiki

BAB I PENDAHULUAN. semua orang berkepentingan dengan pendidikan. Orang yang ingin memperbaiki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan masalah yang tidak pernah selesai dibicarakan, bahkan pendidikan selalu menjadi bahan perdebatan. Semua orang pasti akan mengambil bagian atau tempat

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Volume 03, Nomor 1 ISSN

Prosiding Seminar Nasional Volume 03, Nomor 1 ISSN Prosiding Seminar Nasional Volume 03, Nomor 1 ISSN 2443-1109 PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENGGUNAAN MODEL KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR SHARE (TPS) PADA POKOK BAHASAN PELUANG SISWA KELAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Novan Ardy Wiyani, Desain Pembelajaran Pendidikan, Ar-ruz Media, Yogyakarta, 2013, hlm.18. 2

BAB I PENDAHULUAN. Novan Ardy Wiyani, Desain Pembelajaran Pendidikan, Ar-ruz Media, Yogyakarta, 2013, hlm.18. 2 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat penting bagi kehidupan manusia, manusia dikatakan sebagai makhluk pendidikan dikarenakan dia memiliki berbagai potensi, seperti akal, hati,

Lebih terperinci

Penerapan Metode Diskusi Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Kelas IV SDN 1 Tonggolobibi Mata Pelajaran IPS

Penerapan Metode Diskusi Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Kelas IV SDN 1 Tonggolobibi Mata Pelajaran IPS Penerapan Metode Diskusi Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Kelas IV SDN 1 Tonggolobibi Mata Pelajaran IPS Minarni Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam

BAB II KAJIAN TEORI. yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam 9 BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan tentang Hasil Belajar 1. Pengertian Belajar Slameto menjelaskan bahwa belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Metode Demonstrasi 2.1.1.1 Hakekat Metode Demonstrasi Metode demonstrasi merupakan metode yang sangat efektif, sebab membantu siswa untuk mencari jawaban

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Percaya diri adalah sikap yang timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Percaya diri adalah sikap yang timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PERCAYA DIRI 1. Pengertian percaya diri Percaya diri adalah sikap yang timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan berhasil. Dari segi perkembangan, rasa percaya diri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh manusia untuk meningkatkan taraf hidup ke arah yang lebih sempurna. Pendidikan juga merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, Hlm E. Mulyasa, Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013, Remaja Rosdakarya,

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, Hlm E. Mulyasa, Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013, Remaja Rosdakarya, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam konteks nasional, kebijakan perubahan kurikulum merupakan politik pendidikan yang berkaitan dengan kepentingan berbagai pihak, bahkan dalam pelaksanaannya seringkali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Page 1

BAB I PENDAHULUAN. Page 1 BAB I PENDAHULUAN Pendidikan berisi suatu interaksi antara pendidik dan peserta didik sebagai untuk membantu peserta didik dalam mewujudkan tujuan-tujuan pendidikan. lnteraksi tersebut dapat berlangsung

Lebih terperinci