PROSIDING ISBN :

dokumen-dokumen yang mirip
KOMPARASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT DAN KONVENSIONAL DITINJAU DARI DISIPLIN BELAJAR MAHASISWA

Kata kunci: Model Make a Match, prestasi belajar, motivasi belajar

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD BERBANTUAN CABRI 3D DAN ALAT PERAGA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 KUTOWINANGUN TAHUN PELAJARAN

PROSIDING ISBN :

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN STAD DENGAN TGT MATERI OPERASI HIMPUNAN TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MODEL STAD DAN TGT TERHADAP HASIL BELAJAR DITINJAU DARI MOTIVASI SISWA

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT BERBASIS KOMPUTER PADA SISWA SMP KELAS VIII

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH PADA MATERI LOGIKA MATEMATIKA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI)

Abstrak. Kata kunci: model pembelajaran NHT, model pembelajaran TPS, fungsi, prestasi belajar matematika

PROSIDING ISBN :

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT (NUMBERED HEAD TOGETHER) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA

STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN TGT DAN NHT TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VII SMP NEGERI 9 YOGYAKARTA

STUDI PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN TGT DENGAN MODEL DISKUSI DALAM KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MODEL SNOWBALL THROWING DAN TGT TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY-TWO STRAY

Kata Kunci: model pembelajaran, Student Teams-Achievement Divisions (STAD), Kubus dan balok

PROSIDING ISBN :

Mahasiswa Pendidikan Matematika, FKIP, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dosen Pendidikan Matematika, FKIP, Universitas Sebelas Maret Surakarta

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN NHT, SNOWBALL THROWING TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATERI SEGITIGA SISWA KELAS VII

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENTS (TGT)

EKSPERIMEN PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI METODE JIGSAW DAN GROUP INVESTIGATIONN DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VII

BAB III METODE PENELITIAN. salah pengertian, berikut diberikan definisi beberapa istilah tersebut:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

EKSPERIMENTASI METODE PEMBELAJARAN COURSE REVIEW HORAY DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA SMP

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS KOMPUTER DENGAN METODE STAD DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA

EKSPERIMENTASI METODE PEMBELAJARAN QSH DAN MODEL PEMBELAJARAN TGT TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA

*Keperluan korespondensi, HP: , ABSTRAK

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW DAN CLASSROOM MEETING DIKOMBINASIKAN MAKE A MATCH TERHADAP PRESTASI BELAJAR

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TAI

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION DAN THINK PAIR SHARE DITINJAU DARI KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN STAD DENGAN TALKING STICK, STAD DAN EKSPOSITORI TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA

IMPLEMENTASI PENDEKATAN PEMBELAJARAN SCIENTIFIC DENGAN STRATEGI TEAM GAME TOURNAMENT

IMPLEMENTASI PENYELESAIAN SOAL SECARA SISTEMATIS (PS3) DENGAN MENGGUNAKAN METODE EKSPOSITORI DITINJAU DARI

*Keperluan korespondensi : , ABSTRAK

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN CRH TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR SISWA

Eksperimentasi Pembelajaran Matematika dengan Metode Quantum Learning Berbantuan Gambar Animasi Materi Lingkaran

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL MIND MAPPING DAN SUPERITEM DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA

STUDI PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING DAN RECIPROCAL TEACHING DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU DARI EMOTIONAL QUOTIENT (EQ)

Eksperimentasi Pembelajaran Matematika Menggunakan Model Penemuan Terbimbing dan Model Pengajaran Langsung

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika

Mugiyanto Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo Abstrak

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF THINK TALK WRITE DAN THINK PAIR SHARE TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA

PERBANDINGAN PEMBELAJARAN TGT (Teams Games Tournament) DAN NHT (Numbered Heads Together) DENGAN MEDIA GAMBAR

Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 2017 UIN Raden Intan Lampung 6 Mei 2017

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mancapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Matematika

FACILITATOR TERHADAP. Naskah Publikasi. Diajukan oleh INDRA A FAKULTA

STUDI KOMPARASI PRESTASI BELAJAR ANTARA SFE DAN MODEL KONVENSIONAL PADA KUBUS DAN BALOK SMP N 39 PURWOREJO

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) BERBASIS KARTU DOMINO TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP HITUNG CAMPURAN

Abstrak. Kata kunci: Pembelajaran Think Pair Share, konvensional, prestasi belajar PENDAHULUAN

EKSPERIMENTASI MODEL TPS DAN TAKE AND GIVE TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI METODE TEAM QUIZ DAN LEARNING CELL DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR SISWA

Eksperimentasi Model Pembelajaran RME, NHT, dan MPL Terhadap Hasil Belajar Siswa SMPN 3 Balikpapan

NASKAH PUBLIKASI EKSPERIMEN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN STRATEGI PROBLEM BASED LEARNING

Nurul Farida Pendidikan Matematika FKIP Universitas Muhammadiyah Metro Abstract

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN AIR DIKOMBINASIKAN NHT DAN STAD TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1) Mahasiswa Prodi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret 2) Dosen Prodi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret

BAB III METODE PENELITIAN

Maulidiyah, Teguh Wibowo, Erni Puji Astuti Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo

EKSPERIMEN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN PROBLEM BASED LEARNING DAN PROJECT BASED LEARNING DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR SISWA

( Pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 3 Sawit. Tahun Ajaran 2011/2012 ) SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBER HEAD TOGETHER TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMP PADA MATERI GETARAN DAN GELOMBANG

EKPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK SETTING KOOPERATIF (RESIK) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP DAN MINAT BELAJAR

Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 2017 UIN Raden Intan Lampung 6 Mei 2017

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN KECERDASAN LOGIS MATEMATIS TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia PMIPA, FKIP, UNS Surakarta, Indonesia 2

*keperluan korespondensi, tel/fax : ,

STUDI KOMPARASI MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA TIPE JIGSAW DAN TIPE STAD PADA SISWA KELAS VIII

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN NHT DIKOMBINASIKAN MAKE A MATCH DAN STAD TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA

BAB III METODE PENELITIAN. Setiap orang termasuk peserta didik memiliki rasa ingin tahu (curiousity),

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE BERBANTU KARTU MASALAH DAN THINK PAIR SHARE BERBANTU KARTU MASALAH DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Matematika

TESIS. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh: Agung Putra Wijaya S

EKSPERIMEN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN METODE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION

Institut Agama Islam Ma arif NU (IAIMNU) Metro Lampung

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN NHT DAN TPS TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

STUDI PERBANDINGAN COOPERATIVE SCRIPT TERHADAP PRESTASI DAN KEAKTIFAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP NEGERI 2 PURING

STUDI KOMPARASI PENGARUH MODEL KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT DENGAN PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF KOMBINASI STAD DAN TGT TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII DI MTS USB SAGULUNG BATAM

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TGT PADA MATERI BANGUN DATAR SEGITIGA

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN NHT (NUMBERED HEAD TOGETHER)

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN PAIR CHECKS BERBANTUAN KARTU DOMINO DENGAN MELIHAT KEMAMPUAN AWAL SISWA

PENELITIAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN STRATEGI JIGSAW DAN BAMBOO DANCINGSERTA MOTIVASI SISWA KELAS X SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MODEL SNOWBALL THROWING PADA MATERI OPERASI HITUNG BENTUK ALJABAR

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN SAVI DAN AIR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. hlm Teacher centered merupakan sebuah pendekatan yang menggunakan pola komunikasi

Prosiding Seminar Matematika dan Pendidikan Matematika...ISBN: hal November

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Diajukan Oleh: ENGGAR MUSTIKA DEWI A

Yudhi Hanggara 1, Wajubaidah

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2015

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN PICTORIAL RIDDLE TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI KARAKTER BELAJAR SISWA

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Matematika DEVID AGUS HARTATO

Transkripsi:

P - 78 EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 BULUSPESANTREN TAHUN PELAJARAN 2011/2012 Rima Oktaviani 1, Mujiyem Sapti 2, Puji Nugraheni 3 Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Muhammadiyah Purworejo 1 oktaviani_rima@rocketmail.com, 2 saptimoedji@yahoo.com, 3 puji_pwr@telkom.net Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah: (1) model pembelajaran kooperatif TGTmemberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik dari model pembelajaran konvensional pada pokok bahasan bangun ruang; (2) motivasi belajar tinggi memberikan prestasi matematika yang lebih baik dari motivasi belajar sedang dan rendah pada pokok bahasan bangun ruang; (3) ada interaksi antara model pembelajaran dan motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika pada pokok bahasan bangun ruang. Populasi penelitian ini seluruh siswa kelas VIII SMP N 2 Buluspesantren tahun pelajaran 2011/2012 terdiri dari lima kelas dengan siswa sebanyak 159 siswa. Sampel penelitian terdiri dari kelas eksperimen dan kelas kontrol berjumlah 64 siswa. Teknik sampling menggunakan cluster random sampling. Pengumpulan data menggunakan metode tes dan angket. Uji normalitas menggunakan uji Lilliefors dan uji homogenitas variansi menggunakan uji Bartlett. Analisis data menggunakan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama, kemudian tindak lanjut dari analisis variansi dilakukan uji Scheffe. Analisis variansi memberikan hasil F a = 11,144>F atabel = 4,008; F b = 11,356> F btabel = 3,158; dan F ab = 0,424<F abtabel = 3,158 yang berarti H 0A ditolak; H 0B ditolak; dan H 0AB diterima. Jadi model pembelajaran kooperatif TGTmemberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik dari model pembelajaran konvensional, motivasi belajar tinggi memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik dari motivasi belajar sedang dan rendah, tetapi motivasi belajar sedang tidak memberikan prestasi belajar yang lebih baik dari motivasi belajar rendah, serta tidak ada interaksi antara model pembelajaran dengan motivasi belajar terhadap prestasi belajar matematika siswa pada pokok bahasan bangun ruang. Kata kunci: model pembelajaran TGT, motivasi belajar, prestasi belajar PENDAHULUAN Dalam model pembelajaran konvensional, guru hanya mentransfer ilmu kepada anak didik dan model pembelajaran ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dan siswa dalam interaksi edukatif. Model pembelajaran ini lebih banyak Makalah dipresentasikan dalam Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika dengan tema Kontribusi Pendidikan Matematika dan Matematika dalam Membangun Karakter Guru dan Siswa" pada tanggal 10 November 2012 di Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY

menuntut keaktifan guru daripada siswa. Di SMP Negeri 2 Buluspesantren masih menggunakan pembelajaran secara konvensional sehingga menimbulkan kurangnya motivasi siswa dalam mempelajari matematika. Dalam kenyataannya siswa SMP Negeri 2 Buluspesantren yang mendapatkan prestasi yang baik adalah siswa yang mempunyai motivasi tinggi. Prestasi belajar bidang studi matematika di SMP Negeri 2 Buluspesantren belum mencapai kriteria ketuntasan ideal. Rata-rata Ujian Akhir Semester Ganjil untuk mata pelajaran matematika hanya mencapai rata-rata 57,67 untuk kelas VIII. Wawancara dengan guru mata pelajaran matematika menunjukkan prestasi belajar pada pokok bahasan bangun ruang masih rendah. Berdasarkan hasil ujian nasional SMP/MTs tahun pelajaran 2010/2011, pada presentase penguasaan materi bangun ruang seperti menentukan unsur-unsur pada kubus dan balok SMP N 2 Buluspesantren mencapai rata-rata 39,49 dan rata-rata untuk tingkat nasional adalah 67,81, sehingga hal ini juga menunjukkan bahwa prestasi belajar pada pokok bahasan bangun ruang masih rendah. Wawancara dengan siswa menunjukkan model pembelajaran konvensional yang diterapkan guru membuat siswa merasa mengantuk dan bosan. Siswa memandang pelajaran matematika adalah pelajaran yang sulit. Oleh karena itu guru matematika perlu merancang model pembelajaran baru yang dapat mengubah gaya belajar siswa dari siswa yang belajar pasif menjadi aktif, menyenangkan dan menantang. Maka perlu model pembelajaran kooperatif, yaitu suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberi motivasi atau dorongan kepada peserta didik agar bekerja sama selama berlangsungnya proses pembelajaran. Salah satunya adalah melalui model pembelajaran tipe Teams Games Tournaments (TGT). TGT merupakan model pembelajaran kooperatif yang menggunakan turnamen akademik, dan menggunakan kuis-kuis dan sistem skor kemajuan individu, di mana para siswa berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain yang kinerja akademik sebelumya setara seperti mereka. TGT merupakan pembelajaran yang menggunakan turnamen akademik kemudian kuis-kuis dan sistem skor kemajuan individu, di mana para siswa berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain yang kemampuan akademik sebelumnya setara seperti mereka. Menurut Pahyono (2010) untuk kelas-kelas di Indonesia, fase-fase Teams Games Tournaments (TGT) adalah sebagai berikut. Fase 1: Fase 2: Fase 3: Fase 4: Fase 5: Fase 6: Fase 7: Penjelasan guru (Teacher Presentation). Pembagian kelompok. Kerja kelompok (Team Study). Bimbingan Kelompok/Kelas (Scafolding). Tournament (Quizzes). Guru melakukan validasi, penjelasan tentang soal dan kunci jawaban kuis. Penghargaan Kelompok (Team Recognition). Pembelajaran dengan fase-fase dalam TGT memberikan kesempatan pada siswa untuk bekerjasama serta bersaing positif dalam memperoleh hasil belajar. Turnamen dapat meningkatkan minat siswa dan kegairahan dalam belajar sehingga dapat pula menumbuhkan motivasi internal. Pemberian penghargaan merupakan penguatan terhadap prestasi siswa. Turnamen dalam TGT tidak mengecilkan hati siswa yang memiliki kemampuan sedang atau rendah karena mereka bersaing dengan teman yang tidak terpaut jauh kemampuannya. Menurut Lilik Wahyu Utomo (2009: 88) motif adalah segala daya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi adalah usaha-usaha untuk menyediakan MP-736

kondisi-kondisi sehingga anak/siswa mau atau ingin melakukanya. Seorang anak terdorong ntuk melakukan sesuatu, jika siswa merasakan adanya kebutuhan. Kebutuhan ini akan menimbulkan keadaan ketidakseimbangan, rasa ketegangan, yang meminta kepuasan, agar kembali dalam keadaan yang seimbang. Menurut Hamzah B. Uno (2011: 23) motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajat yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik. Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Hal ini mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut. a. Adanya hasrat dan keinginan berhasil. b. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar. c. Adanya harapan dan cita-cita masa depan. d. Adanya penghargaan dalam belajar. e. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar. f. Adanya lingkungan yang kondusif. Dari pemaparan tersebut, peneliti ingin mengetahui apakah: (1) model pembelajaran kooperatif tipe TGT memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik dari model pembelajaran konvensional; (2) motivasi belajar tinggi memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik dari motivasi belajar sedang dan rendah; (3) pada model pembelajaran TGT, prestasi belajar matematika dengan motivasi belajar tinggi lebih baik dari motivasi belajar sedang dan rendah; (4) pada model pembelajaran konvensional, prestasi belajar matematika dengan motivasi belajar tinggi lebih baik dari motivasi belajar sedang dan rendah; (5) pada motivasi belajar tinggi, prestasi belajar matematika engan model pembelajaran TGT) tidak lebih baik dari model pembelajaran konvensional; (6) pada motivasi belajar sedang, prestasi belajar matematika dengan model pembelajarantgt lebih baik dari model pembelajaran konvensional; (7) pada motivasi belajar rendah, prestasi belajar matematika dengan model pembelajaran TGT lebih baik dari model pembelajaran konvensional. Kaitannya dengan model pembelajaran TGT peneliti lain yaitu Noviana Dini Rahmawati (2011) melakukan penelitian dengan judul Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif TGT dan Number Heads Together (NHT) Pada Materi Pokok Persamaan Linear Dua Variabel Ditinjau Dari Aktivitas Belajar Siswa SMP Negeri Se-Kabupaten Grobogan. Hasil penelitian ini adalah: (1) Model pembelajaran TGT menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran NHT. (2) Prestasi belajar matematika pada siswa beraktivitas tinggi lebih baik dibanding dengan siswa yang beraktivitas rendah, prestasi belajar matematika pada siswa beraktivitas sedang lebih baik dibanding dengan siswa beraktivitas rendah, prestasi belajar matematika pada siswa beraktivitas tinggi sama baiknya dibanding dengan siswa beraktivitas sedang. (3) Pada masing-masing kategori aktivitas (rendah, sedang dan tinggi), model pembelajaran TGT memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada model pembelajaran NHT. (4) Pada masing-masing model pembelajaran TGT dan NHT prestasi belajar siswa beraktivitas tinggi lebih baik daripada prestasi belajar siswa beraktivitas rendah dan prestasi belajar siswa beraktivitas sedang sama baiknya dibanding dengan siswa beraktivitas tinggi. MP-737

PEMBAHASAN Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Kelas eksperimen mendapat perlakuan pembelajaran kooperatif TGT dengan motivasi tinggi, sedang, rendah. Kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional dengan motivasi tinggi, sedang, rendah. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Buluspesantren tahun pelajaran 2011/2012 yang terdiri dari 5 kelas dengan jumlah siswa 159 siswa. Sampel penelitian adalah kelas VIII C dengan jumlah 32 orang sebagai kelas eksperimen untuk pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan kelas VIII B dengan jumlah 32 orang sebagai kelas kontrol untuk pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Teknik sampling menggunakan cluster random sampling. Pengumpulan data menggunakan metode dokumentasi, tes, dan angket. Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data nilai ulangan akhir semester gasal siswa SMP N 2 Buluspesantren. Metode tes digunakan untuk memperoleh data prestasi belajar siswa yaitu pada pokok bahasan Bangun Ruang. Instrumen tes yang digunakan memenuhi syarat indeks kesukaran, daya pembeda, validitas serta reliabilitas. Uji validitas menggunakan rumus korelasi product moment sebesar 0,66 dan uji reliabilitasnya menggunakan rumus Spearman-Brown sebesar 0,62. Metode angket digunakan untuk memperoleh data motivasi belajar matematika siswa. Uji normalitas menggunakan uji Lilliefors menunjukkan kedua sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Uji homogenitas dengan metode Bartlet menunjukkan bahwa kedua kelompok mempunyai variansi yang sama. Hasil dari penelitian dengan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama dan uji komparasi ganda adalah sebagai berikut. 1. Hipotesis Pertama Analisis variansi menunjukkan F hitung = 11,144 > F tabel = 4,008, sehingga H 0A ditolak. Artinya ada perbedaan prestasi belajar siswa antara kelompok siswa yang diberi model pembelajaran kooperatif TGT dengan kelompok siswa yang diberi model pembelajaran konvensional. Dari data rataan marginal model pembelajaran kooperatif TGTadalah 76,571 lebih tinggi dari rataan marginal model pembelajaran Konvensional adalah 68,159. Jadi dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran TGT memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik dari model pembelajaran konvensional. 2. Hipotesis Kedua Analisis variansi menunjukkan F hitung = 11,356 > F tabel = 3,158, sehingga H 0B ditolak. Artinya ada perbedaan prestasi belajar siswa antara siswa motivasi tinggi, siswa motivasi sedang, dan siswa motivasi rendah. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan rataan pada masing-masing motivasi, maka dilakukan uji komparasi ganda rataan antar kolom. Jika ada perbedaan rataan, maka dengan melihat rataan marginalnya dapat diketahui siswa dengan motivasi mana yang prestasi belajarnya lebih baik. Dari uji komparasi ganda rataan antar kolom diperoleh F.1-.2 = 21,446 > F tabel = 8,016, sehingga H 0 ditolak. Artinya ada perbedaan prestasi belajar siswa motivasi tinggi dengan prestasi belajar siswa motivasi sedang. Dari rataan marginal motivasi tinggi adalah 80,525 lebih tinggi dari rataan marginal motivasi sedang adalah 72,320. MP-738

Sehingga dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa dengan motivasi tinggi lebih baik dari prestasi belajar siswa dengan motivasi sedang. Dari uji komparasi ganda rataan antar kolom diperoleh F.1-.3 = 17,025 > F tabel = 8,016, sehingga H 0 ditolak. Artinya ada perbedaan prestasi belajar siswa motivasi tinggi dengan prestasi belajar siswa motivasi rendah. Dari rataan marginal motivasi tinggi adalah 80,525 lebih tinggi dari rataan marginal motivasi sedang adalah 66,250. Sehingga dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa dengan motivasi tinggi lebih baik dari prestasi belajar siswa dengan motivasi rendah. Dari uji komparasi ganda rataan antar kolom diperoleh F. 2-.3 = 1,787 > F tabel = 8,016, sehingga H 0 diterima. Artinya tidak ada perbedaan prestasi belajar siswa motivasi sedang dengan prestasi belajar siswa motivasi rendah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa dengan motivasi sedang tidak lebih baik dari prestasi belajar siswa dengan motivasi rendah. Dari uji analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama dan uji komparasi rataan antar kolom diperoleh kesimpulan bahwa prestasi belajar siswa dengan motivasi tinggi lebih baik dari prestasi belajar siswa dengan motivasi sedang dan rendah, tetapi prestasi belajar siswa dengan motivasi sedang tidak lebih baik dari prestasi belajar siswa dengan motivasi rendah. 3. Hipotesis Ketiga Analisis variansi menunjukkan F hitung (F ab ) = 0,424 < F tabel = 3,158, sehingga H 0AB diterima. Artinya tidak ada interaksi antara model pembelajaran dan motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika. Jadi, baik pada model pembelajaran kooperatif TGT maupun model pembelajaran konvensional berlaku hipotesis kedua. Sementara itu F hitung (F b ) = 11,356 > F tabel = 3,158, sehingga H 0B ditolak. Artinya ada perbedaan prestasi belajar siswa antara siswa bermotivasi tinggi, sedang, dan rendah. Setelah dilakukan uji komparasi ganda antar kolom diperoleh bahwa prestasi belajar siswa motivasi tinggi berbeda dengan prestasi belajar siswa dengan motivasi sedang, prestasi belajar siswa motivasi tinggi berbeda dengan prestasi belajar siswa dengan motivasi rendah, dan prestasi belajar siswa motivasi sedang tidak berbeda signifikan dengan prestasi belajar siswa dengan motivasi rendah. Untuk melihat prestasi belajar mana yang lebih baik, dapat dilihat rataan marginalnya. Rataan marginal motivasi tinggi adalah 80,525 lebih tinggi dari rataan marginal motivasi sedang 70,32. Selain itu rataan marginal motivasi tinggi adalah 80,525 lebih tinggi dari rataan marginal motivasi rendah 66,25. Sehingga dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa dengan motivasi tinggi lebih baik dari prestasi belajar dengan motivasi sedang dan rendah, tetapi prestasi belajar siswa dengan motivasi sedang tidak lebih baik dari prestasi belajar dengan motivasi rendah. Karena tidak ada interaksi antara model pembelajaran dengan motivasi belajar siswa, maka berlaku bahwa pada model pembelajaran TGT, prestasi belajar siswa dengan motivasi tinggi lebih baik dari prestasi belajar siswa dengan motivasi sedang dan rendah, tetapi prestasi belajar siswa dengan motivasi sedang tidak lebih baik dari prestasi belajar siswa dengan motivasi rendah. 4. Hipotesis Keempat Analisis variansi menunjukkan F hitung (F ab ) = 0,424 < F tabel = 3,158, sehingga H 0AB diterima. Artinya tidak ada interaksi antara model pembelajaran dan motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika. Jadi, baik pada model pembelajaran kooperatif TGT maupun model pembelajaran konvensional berlaku hipotesis kedua. MP-739

Sementara itu F hitung (F b ) = 11,356 > F tabel = 3,158, sehingga H 0B ditolak. Artinya ada perbedaan prestasi belajar siswa antara siswa bermotivasi tinggi, sedang, dan rendah. Setelah dilakukan uji komparasi ganda antar kolom diperoleh bahwa prestasi belajar siswa motivasi tinggi berbeda dengan prestasi belajar siswa dengan motivasi sedang, prestasi belajar siswa motivasi tinggi berbeda dengan prestasi belajar siswa dengan motivasi rendah, dan prestasi belajar siswa motivasi sedang tidak berbeda signifikan dengan prestasi belajar siswa dengan motivasi rendah. Untuk melihat prestasi belajar mana yang lebih baik, dapat dilihat rataan marginalnya. Rataan marginal motivasi tinggi adalah 80,525 lebih tinggi dari rataan marginal motivasi sedang 70,32. Selain itu rataan marginal motivasi tinggi adalah 80,525 lebih tinggi dari rataan marginal motivasi rendah 66,25. Sehingga dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa dengan motivasi tinggi lebih baik dari prestasi belajar dengan motivasi sedang dan rendah, tetapi prestasi belajar siswa dengan motivasi sedang tidak lebih baik dari prestasi belajar dengan motivasi rendah. Karena tidak ada interaksi antara model pembelajaran dengan motivasi belajar siswa, maka berlaku bahwa pada model pembelajaran Konvensional, prestasi belajar siswa dengan motivasi tinggi lebih baik dari prestasi belajar siswa dengan motivasi sedang dan rendah, tetapi prestasi belajar siswa dengan motivasi sedang tidak lebih baik dari prestasi belajar siswa dengan motivasi rendah. 5. Hipotesis Kelima Analisis variansi menunjukkan F hitung (F ab ) = 0,424 < F tabel = 3,158, sehingga H 0AB diterima. Artinya tidak ada interaksi antara model pembelajaran dan motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika. Jadi, baik pada motivasi tinggi, motivasi sedang maupun motivasi rendah berlaku hipotesis pertama. Sementara F hitung (F a ) = 11,144 > F tabel = 3,158, sehingga H 0A ditolak. Artinya ada perbedaan prestasi belajar siswa yang diberi model pembelajaran kooperatif TGT. Untuk melihat prestasi belajar siswa mana yang lebih baik, dapat dilihat rataan marginal. Rataan marginal siswa yang diberi model pembelajaran kooperatif TGT adalah 76,571 lebih tinggi dari rataan marginal siswa yang diberi model pembelajaran konvensional adalah 68,159. Sehingga prestasi belajar matematika dengan model pembelajaran TGTlebih baik dari model pembelajaran konvensional. Karena tidak ada interaksi antara model pembelajaran dan motivasi belajar, maka berlaku bahwa pada motivasi tinggi, prestasi belajar siswa yang diberi model pembelajaran TGT lebih baik dari prestasi belajar siswa yang diberi model pembelajaran konvensional. 6. Hipotesis Keenam Analisis variansi menunjukkan F hitung (F ab ) = 0,424 < F tabel = 3,158, sehingga H 0AB diterima. Artinya tidak ada interaksi antara model pembelajaran dan motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika. Jadi, baik pada motivasi tinggi, motivasi sedang maupun motivasi rendah berlaku hipotesis pertama. Sementara itu F hitung (F a ) = 11,144 > F tabel = 3,158, sehingga H 0A ditolak. Artinya ada perbedaan prestasi belajar siswa yang diberi model pembelajaran TGT. Untuk melihat prestasi belajar siswa mana yang lebih baik, dapat dilihat rataan marginal. Rataan marginal siswa yang diberi model pembelajaran TGT adalah 76,571 lebih tinggi dari rataan marginal siswa yang diberi model pembelajaran konvensional adalah 68,159. Sehingga prestasi belajar matematika dengan model pembelajaran TGT lebih baik dari model pembelajaran konvensional. MP-740

Karena tidak ada interaksi antara model pembelajaran dan motivasi belajar, maka berlaku bahwa pada motivasi sedang, prestasi belajar siswa yang diberi model pembelajaran TGT lebih baik dari prestasi belajar siswa yang diberi model pembelajaran konvensional. 7. Hipotesis Ketujuh Analisis variansi menunjukkan F hitung (F AB ) = 0,424 < Ftabel = 3,158, sehingga H 0AB diterima. Artinya tidak ada interaksi antara model pembelajaran dan motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika. Jadi, baik pada motivasi tinggi, motivasi sedang maupun motivasi rendah berlaku hipotesis pertama. Sementara itu F hitung (F a ) = 11,144 > F tabel = 3,158, sehingga H 0A ditolak. Artinya ada perbedaan prestasi belajar siswa yang diberi model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Untuk melihat prestasi belajar siswa mana yang lebih baik, dapat dilihat rataan marginal. Rataan marginal siswa yang diberi model pembelajaran kooperatif TGT adalah 76,571 lebih tinggi dari rataan marginal siswa yang diberi model pembelajaran Konvensional adalah 68,159. Sehingga prestasi belajar matematika dengan model pembelajaran TGT lebih baik dari model pembelajaran konvensional. Karena tidak ada interaksi antara model pembelajaran dan motivasi belajar, maka berlaku bahwa pada motivasi rendah, prestasi belajar siswa yang diberi model pembelajaran TGT lebih baik dari prestasi belajar siswa yang diberi model pembelajaran Konvensional. KESIMPULAN Berdasarkan hasil uji hipotesis yang telah dilakukan, pada pembelajaran pokok bahasan Bangun Ruang diperoleh simpulan sebagai berikut. 1. Model pembelajaran TGT memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik dari model pembelajaran konvensional. 2. Motivasi belajar tinggi memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik dari motivasi belajar sedang dan rendah, tetapi motivasi belajar sedang memberikan prestasi belajar yang tidak lebih baik dari motivasi belajar rendah. 3. Pada model pembelajaran TGT, prestasi belajar matematika dengan motivasi belajar tinggi lebih baik dari motivasi belajar sedang dan rendah, tetapi prestasi belajar dengan motivasi belajar sedang tidak lebih baik dari motivasi belajar rendah. 4. Pada model pembelajaran konvensional, prestasi belajar matematika dengan motivasi belajar tinggi lebih baik dari motivasi belajar sedang dan rendah, tetapi prestasi belajar dengan motivasi belajar sedang tidak lebih baik dari motivasi belajar rendah. 5. Pada motivasi belajar tinggi, prestasi belajar matematika dengan model pembelajaran TGT lebih baik dari model pembelajaran konvensional. 6. Pada motivasi belajar sedang, prestasi belajar matematika dengan model pembelajaran TGT lebih baik dari model pembelajaran konvensional. 7. Pada motivasi belajar rendah, prestasi belajar matematika dengan model pembelajaran TGT lebih baik dari model pembelajaran konvensional. MP-741

DAFTAR PUSTAKA Pahyono. 2010. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Diakses dari http://www.infodiknas.com/229-model-model-pembelajaran-inovatif.html. Tanggal 1 Januari 2012. Pukul 15.00. Rahmawati, Noviana Dini. 2011. Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif TGTdan Number Heads Together (NHT) Pada Materi Pokok Persamaan Linear Dua Variabel Ditinjau Dari Aktivitas Belajar Siswa SMP Negeri Se-Kabupaten Grobogan. Prosiding Seminar Nasional Matematika. Surakarta. 98-110. Uno, Hamzah. 2011. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara. Utomo, Lilik Wahyu. 2009. Psikologi Pendidikan. Modul Kuliah UMP. MP-742