DINAS LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI JAWA TIMUR

dokumen-dokumen yang mirip
DINAS LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI JAWA TIMUR

DAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1

BAB I KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Isi. Daftar Tabel. Daftar Gambar

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL

BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB III ISU STRATEGIS

Perencanaan Perjanjian Kinerja

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup di Sulawesi Selatan. GUBERNUR SULAWESI SELATAN Dr. H. Syahrul Yasin Limpo, SH, M.

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN KELOMPOK SASARAN

KATA PENGANTAR. Bogor, 08 Desember 2015 Walikota Bogor, Dr. Bima Arya Sugiarto

BERITA RESMI STATISTIK

`BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAH DAERAH

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

Daftar Tabel. halaman. Bab I Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya A. Lahan dan Hutan

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN KELOMPOK SASARAN

Daftar Tabel. Kualitas Air Rawa... I 28 Tabel SD-15. Kualitas Air Sumur... I 29

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2017 DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN TANAH BUMBU

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 110 TAHUN 2016

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan 2017

BUKU I RINGKASAN EKSEKUTIF INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KOTA BLITAR TAHUN 2016

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN... 1

JO~ ~I~~~JA ~JAMA II~~I ra~~~ ~~1~ ~A~AN li~g~~~gan ~m~f frovin~1 JAWA rim~r

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

RINGKASAN EKSEKUTIF KOTA BONTANG DOKUMEN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PEMERINTAH KOTA BONTANG PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2018 DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN TANAH BUMBU

DATA MINIMAL YANG WAJIB DITUANGKAN DALAM DOKUMEN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH

TERWUJUDNYA PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN PERUSAKAN LINGKUN INDIKATOR: INDEKS KUALITAS AIR

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB V RENCANA PROGRAM DAN PRIORITAS DAERAH

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN

BAB I PENDAHULUAN Tujuan Penulisan Laporan

BAB IV PERUMUSAN KLHS DAN REKOMENDASI RPJMD

BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA KERJA TAHUN 2012

BUPATI KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

Data Capaian pada Tahun Awal Perencanaan (2010) Rp (juta) target. target

INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN EXECUTIVE SUMMARY LINGKUNGAN HIDUP 1

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS

: Pedoman Pembentukan Kelembagaan Lingkungan Hidup Daerah. KRITERIA FAKTOR TEKNIS BIDANG PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN. 40 Skor 70 Skor 100 Skor

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Pemodelan Penyebaran Polutan di DPS Waduk Sutami Dan Penyusunan Sistem Informasi Monitoring Kualitas Air (SIMKUA) Pendahuluan

ANALISIS IDENTIFIKASI & INVENTARISASI SUMBER PENCEMAR DI KALI SURABAYA

KERENTANAN DAN ADAPTASI PERUBAHANIKLIM. Direktorat Adaptasi Perubahan Iklim KLHK 2 Agustus 2016

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Gambaran Umum Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

INDIKATOR KINERJA INDIVIDU

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, program pembangunan lebih menekankan pada penggunaan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

SASARAN STRATEGIS 1 : Menurunnya beban pencemaran lingkungan hidup

BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/43/KPTS/013/2006 TENTANG

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG PENJABARAN TUGAS

I. PENDAHULUAN. sumber daya alam yang bersifat mengalir (flowing resources), sehingga

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM ADIPURA

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. sebuah provinsi yang dulu dilakukan di Indonesia atau dahulu disebut Hindia

I. PENDAHULUAN. Tabel 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (juta rupiah)

BAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi

RENCANA AKSI PENCAPAIAN KINERJA TAHUN 2017

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERJANJIAN KINERJA (PK) PEJABAT STRUKTURAL ESELON III PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas,

H. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016 BADAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (BLHD) KABUPATEN TANAH BUMBU

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT

PROFIL BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (BPLH)

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2017 DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN TANAH BUMBU

Nomor : KT.304/ 689 /MJUD/XI/2014 Surabaya, 20 Nopember 2014 Lampiran : - Perihal : Awal Musim Hujan 2014/2015 Prov. Jawa Timur.

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 116 TAHUN 2016 T E N T A N G

TABEL II.A.1. LUAS LAHAN KRITIS DI LUAR KAWASAN HUTAN JAWA TIMUR TAHUN

Gambar 1. Analisa medan angin (streamlines) (Sumber :

KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Wahyu Marjaka Puslitbang Kualitas dan Laboratorium Lingkungan (P3KLL)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki

BAB I. PENDAHULUAN. 1 P a g e

KEGIATAN DITJEN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN TAHUN Jakarta, 7 Desember 2016

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF

-2- saling melengkapi dan saling mendukung, sedangkan peran KLHS pada perencanaan perlindungan dan pengelolaan Lingkungan Hidup bersifat menguatkan. K

C. BIDANG LINGKUNGAN HIDUP SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN

LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2014 TENTANG

Transkripsi:

Ringkasan Eksekutif DINAS LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI JAWA TIMUR

Ringkasan Eksekutif (Executive Summary) INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016 I PENDAHULUAN Jawa Timur merupakan salah satu provinsi yang terletak di Pulau Jawa terletak antara 111⁰ 0 hingga 114⁰ 4 Bujur Timur dan 7⁰ 12 hingga 8⁰ 48 Lintang Selatan dan memiliki luas wilayah 48.682,81 km 2. Secara administratif Provinsi Jawa Timur terbagi menjadi 38 kabupaten/kota, terdiri atas 29 kabupaten dan 9 kota. Secara umum wilayah Jawa Timur terbagi dalam dua bagian besar, yaitu Jawa Timur daratan sebesar 90% dan wilayah Kepulauan Madura sekitar 10%. Kondisi fisik dan geografis Jawa Timur dikelompokkan menjadi: (1) Bagian Utara dan Madura merupakan daerah yang relatif kurang subur yang berupa pantai, dataran rendah dan pegunungan; (2) Bagian Tengah merupakan daerah yang relatif subur; (3) Bagian Selatan-Barat merupakan pegunungan yang memiliki potensi tambang cukup besar; (4) Bagian Timur pegunungan dan perbukitan yang memiliki potensi perkebunan, hutan dan tambang. Secara umum pembangunan di Jawa Timur pada tahun 2016 mengalami peningkatan. Indikator Kinerja Utama sebagai ukuran kinerja pembangunan menunjukkan angka sebagai berikut: (1) Pertumbuhan Ekonomi meningkat dari 5,44% (2015) menjadi 5,55%, melampaui pertumbuhan ekonomi nasional yang tumbuh 5,02%; (2) Persentase Kemiskinan menurun dari 12,28% (2015) menjadi 11,85%; (3) Tingkat Pengangguran Terbuka menurun dari 4,47% (2015) menjadi 4,21%; (4) Indeks Pembangunan Manusia meningkat dari 68,95 (2015) menjadi 69,75; dan (5) Disparitas Wilayah yang ditunjukkan dengan Gini rasio mencapai 0,40 atau masuk dalam kategori sedang. Namun demikian, keberhasilan pembangunan tersebut belum disertai dengan kinerja pengelolaan lingkungan yang memuaskan. Hasil perhitungan Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) Jawa Timur yang merupakan indikator keberhasilan dan untuk mengevaluasi efektifitas program pengelolaan lingkungan, menunjukkan nilai 66,81 atau kategori cukup pada tahun 2016, dan lebih tinggi bila dibandingkan dengan IKLH Nasional sebesar 62,96. Pada dasarnya Jawa Timur telah menetapkan tujuan pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development). Hal ini termuat dalam salah satu poin kebijakan pembangunan kewilayahan dalam RPJMD Jawa Timur 2014-2019 yaitu RINGKASAN EKSEKUTIF 1

Gambar. Peta Ekoregion Jawa timur ngan pembangunan berwawasan lingkungan. peningkatan kawasan kelestarian fungsi lindung, sumber daya alam dan optimasi kawasan fungsi budidaya sebagai upaya perlin dungan lingkungan sumber daya alam /buatan ekosistemnya rangka dan dalam pengemba Untuk membantu perumusan kebijakan terutama yang terkait dengan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan di Jawa Timur, diperlukan suatu sarana penyediaan data dan informasi mengenai pengelolaan lingkungan hidup. Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (IKPLHD) Provinsi Jawa Timur tahun 2016 disusun untuk menjelaskan kondisi aktual lingkungan (state), tekanan terhadap lingkungan (pressure), dan upaya-upaya yang dilakukan guna meningkatkan kualitas lingkungan hidup (response). Proses penyusunan dokumen IKPLHD dilakukan melalui serangkaian kegiatan yang meliputi pembentukan tim penyusun, pembagian tugas, penentuan isu prioritas dengan melibatkan masyarakat melalui FGD, pengumpulan data, pengolahan dan analisis data dengan pendekatan Pressure-State-Response (PSR). II ISU PRIORITAS LINGKUNGAN HIDUP Penentuan isu prioritas lingkungan hidup didasari pada permasalahan terkait lingkungan hidup yang telah, sedang dan/atau akan dialami. Pada umumnya permasalahan lingkungan hidup menyangkut dimensi yang luas, yaitu lintas ruang/wilayah, lintas pelaku/sektor, dan lintas generasi. Penentuan isu prioritas Laporan IKPLHD Provinsi Jawa Timur dilakukan dengan pertimbangan: a. Mendapat perhatian publik yang luas dan aktual b. Perlu ditangani segera c. Sesuai kebutuhan masyarakat d. Dampak yang ditimbulkannya terhadap publik Gambar. Pembahasan isu prioritas di DLH Jatim RINGKASAN EKSEKUTIF 2

e. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi organisasi f. Potensi menimbulkan dampak kumulatif dan efek berganda. Penetapan isu prioritas didasarkan proses secara partisipatif melalui Focus Group Discussion (FGD) yang melibatkan pemangku kepentingan dan masyarakat. Pelaksanaan FGD dilaksanakan pada tanggal 9 Februari 2017, 20 Maret 2017, dan 17-19 April 2017 dengan melibatkan beberapa Organisasi Perangkat Daerah (OPD), perguruan tinggi dan LSM lingkungan hidup di Provinsi Jawa Timur. Berdasarkan hasil FGD dan proses penentuan prioritas isu lingkungan hidup yang menggunakan Analytic Hierarchy Process (AHP), diperoleh urutan isu prioritas: 1. Penurunan Kualitas Air 2. Alih Fungsi Lahan yang Memicu Bencana Alam 3. Pengelolaan Sampah dan Limbah B3 4. Pengelolaan Wilayah Pesisir 5. Perubahan Iklim. III ANALISIS PRESSURE, STATE, DAN RESPONSE ISU LINGKUNGAN HIDUP Kondisi lingkungan Jawa Timur di tahun 2016 berdasarkan nilai Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) mencapai 66,81 merupakan gambaran kondisi tutupan lahan, kualitas air dan kualitas udara. Berdasarkan kondisi lingkungan yang ada dapat dijelaskan sebagai berikut: III.1 Tata Guna Lahan dan Laut Indeks Tutupan Lahan (ITL) di Jawa Timur tahun 2016 sebesar 61,40 mengalami penurunan dari 64,01 pada tahun 2015. Penurunan tersebut dipengaruhi kegiatan penggunaan lahan di daratan dan pengukuran luasan lahan dengan interpretasi citra satelit untuk penggunaan lahan dengan skala yang detail. State Gambar. Permasalahan lingkungan di Jawa Timur Luas lahan di Jawa Timur sebesar 4.868.281 ha, termasuk wilayah pesisir dan laut sejauh 12 mil dari pantai. Penggunaan lahan yang mengalami penurunan adalah lahan kering sebesar 0,64% (4.231 ha), namun kualitas tanah kering RINGKASAN EKSEKUTIF 3

di beberapa daerah masih belum memenuhi baku mutu kerusakan tanah berada di Kabupaten Bangkalan dan Kabupaten Malang. Kawasan hutan di Jawa Timur mencapai sekitar 28.38% dari luas daratan, yaitu sekitar 1.361.310 ha, difungsikan sebagai hutan produksi 782.772 ha (22,37%), kawasan hutan lindung 344.742 Ha (9,85%) dan kawasan hutan konservasi 233.796,60 ha (6,68%). Wilayah perairan Provinsi Jawa Timur sepanjang 208.138 km dengan panjang garis pantai 1.600 km, memiliki 446 pulau, dan penduduk wilayah pesisir sebesar 60% berada di wilayah Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo dan Lamongan (Gerbangkertasusilo) sebagaimana ditetapkan dalam PP No.26 tahun 2008 tentang Rancana Tata Ruang Wilayah Wilayah Nasional sebagai Pusat Pelayanan Nasional. Hal ini berdampak pada trend kualitas dan kuantitas sumber daya alam pesisir. Ekosistem mangrove di Jawa Timur mempunyai kerapatan 1.280 pohon/ha dengan presentase tutupan mangrove 63,18%. Luasan mangrove meningkat 8% pada tahun 2016 dari 91.890,561 ha menjadi 99.935,14 ha. Peningkatan luasan berada di Kabupaten Pacitan, Trenggalek, Tulungagung, Malang, Lumajang, Jember, Sidoarjo, Bangkalan, Sampang, Pamekasan, Kota Probolinggo, Kota Pasuruan dan Kota Surabaya. Ekosistem terumbu karang yang tergolong kondisi sangat baik mencapai 20%, kondisi baik 35%, kondisi sedang 22% dan kondisi rusak 39%. Kondisi sangat baik sebesar 56,32% berada di Kabupaten Tulungagung, kondisi baik sebesar 99,95% di Kabupaten Pasuruan, kondisi sedang sebesar 39,53% di Kabupaten Blitar sedangkan terumbu karang rusak 90,37% berada di Kabupaten Gresik. Ekosistem padang lamun mengalami penurunan 24% dari luasan 2.535 ha menjadi 503,63 ha dengan laju kerusakan hingga 47% dengan kerusakan terbesar berada di Kabupaten Gresik. Pressure Luas lahan kritis mengalami peningkatan 1,5% dari 294.613,24 ha menjadi 299.019 ha pada tahun 2016, dengan rincian 65,32% atau 195.540 ha berupa lahan kritis dan 34,68% atau berupa lahan sangat kritis 202.730,59 ha. Aktivitas lainnya yang memengaruhi perubahan lahan karena kebutuhan pemukiman naik 2,96% atau 5.895 ha, perkebunan sebesar 3,62% atau 874.180 ha, pertambangan 29,64% RINGKASAN EKSEKUTIF 4

atau sebesar 755.592 ha. Penata gunaan lahan menurut BPN di Jawa Timur belum seluruhnya didukung dengan peta dasar sebesar 96,57% hal ini juga berdampak terhadap penguasaan lahan di luar hak milik yang mencapai 5,6%. Tekanan pada wilayah pesisir akibat pengembangan wilayah, industri, pelabuhan, perubahan pemanfaatan lahan di daratan, dan perubahan garis pantai mengakibatkan meningkatnya sedimentasi dan pencemaran air laut, sebagai contoh di Pelabuhan Pasuruan, Kranji dan Probolinggo beberapa titik pantau menunjukan TSS dantotal Coliform belum memenuhi baku mutu air laut. Response Pemerintah Provinsi Jawa Timur dalam rangka meningkatkan Indeks Tutupan Lahan (ITL) telah menetapkan target capaian ITL dalam dokumen revisi RPJMD tahun 2014-2019. Peningkatan tutupan lahan dilakukan melalui reboisasi seluas 7.010,75 Ha (8.607.551 pohon), penghijauan seluas 80.056,66 ha (57.233.685 pohon) dan penghijauan hutan kota seluas 269,07 ha. Untuk menekan laju lahan kritis, BLH dan Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur telah merehabilitasi luasan lahan kritis dikawasan hutan ±10.326 ha. Kebijakan lainnya melalui inventarisasi penyusunan Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (RPPLH), dan pendelegasian wewenang Gubernur kepada Kepala Dinas Lingkungan Hidup untuk melakukan validasi terhadap dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Kabupaten/Kota khususnya terkait RTRW/RDTR di Kabupaten/Kota, perhitungan status daya dukung lingkungan di beberapa wilayah dan pemetaan Ekoregion Jawa Timur. Pemberdayaan masyarakat untuk pengentasan kemiskinan melalui pengembangan hutan rakyat seluas seluas 44.097 Ha terbesar di Kab. Malang sebesar 93.092,64 Ha. Upaya lainnya dilakukan melalui model desa konservasi sebanyak 4 lokasi untuk pengembangan pertanian, ternak, penangkaran satwa dan produksi madu di sekitar kawasan konservasi. Pengelolaan hutan bersama masyarakat dilakukan melalaui PHBM dengan LMDH sebanyak 399 kelompok. Dinas Kehutanan juga menganggarkan program perlindungan dan konservasi sumber daya hutan sebesar Rp.8.411.940.560 Kebijakan pengendalian pesisir dan laut dilakukan Pemerintah Provinsi Jawa Timur melalui Pergub No.131 tahun 2016 Gambar. Alih fungsi lahan pertanian menjadi perumahan di Kab. Mojokerto Gambar. Transplatasi terumbu karang oleh TNI di Situbondo RINGKASAN EKSEKUTIF 5

tentang Rencana Aksi Pembangunan Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Timur tahun 2016-2019 dan sedang melakukan proses revisi penyusunan penetapan zonasi RTRW sebagai pengganti Perda No.6 tahun 2012 tentang Pengelolaan dan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil tahun 2012-2032. Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Timur melalui program pengembangan kelautan, pesisir dan pulau-pulau kecil juga telah menganggarkan sebesar Rp.36.823.204.856 naik dari tahun 2015 sebelumnya Rp.23.548.703.580. Agar terkelolanya sumber daya pesisir dan peningkatan kesejahteraan nelayan, dilaksanakan program peningkatan pengolahan dan pemasaran hasil perikanan, yang menghasilkan realisasi penurunan tingkat kerusakan mangrove sebesar 0,02% dan terumbu karang sebesar 0,001% serta telah diterbitkannya Perda No.3 tahun 2016 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan. Pemberdayaan masyarakat melalui konservasi mangrove salah satunya dilakukan oleh PT. Pertamina Hulu Energi-West Madura Offshore (PHE-WMO) di Kabupaten Bangkalan, Tuban, Lamongan dan Kota Surabaya. Konservasi pesisir dan sumber daya laut untuk pemasaran pariwisata dilakukan Kabupaten Banyuwangi melalui berbagai festival dengan melibatkan kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) salah satunya di Bangsring Underwater, yang merupakan kawasan konservasi perairan, transplantasi terumbu karang dan habitat ikan hias. III.2 Kualitas Air Provinsi Jawa Timur memiliki 7 wilayah sungai antara lain Wilayah Sungai (WS) Brantas, Solo, Bondoyudo-Bedadung, Madura, Pekalen-Sampean, Baru-Bajulmati, dan Welang-Rejoso. Wilayah DAS Brantas mempunyai sungai dengan catchment area terluas (13.880 km 2 ) dan mengalir pada 17 kabupaten/kota di Jawa Timur yang memiliki jumlah penduduk terbanyak. Total penduduk di DAS Brantas hampir 50% dari total penduduk di Jawa Timur (18.995.043 jiwa dari total 38.847.561). State Indeks Kualitas Air (IKA) di Jawa Timur tahun 2016 sebesar 50,75 mengalami penurunan dari 52,51 pada tahun 2015 atau masih berada pada status sangat kurang. Adapun Indeks Kualitas Air (IKA) di wilayah sungai strategis Nasional hasil perhitungan KLHK, yaitu Wilayah Sungai Brantas pada tahun 2016 sebesar 47,68 menurun dibandingkan tahun sebelumnya 49,17. Demikian juga kualitas air di Wilayah Sungai Bengawan Solo yang menunjukkan angka 48,75. Kedua sungai strategis Nasional ini berada dalam kondisi waspada. Pada tahun 2016 jumlah pemantauan pada sumber pencemar lebih banyak. RINGKASAN EKSEKUTIF 6

Kondisi eksisiting konsentrasi beberapa parameter kunci hasil pemantauan kualitas air yang dilakukan oleh BLH Provinsi Jawa Timur, Perum Jasa Tirta I, dan Dinas Pengairan Provinsi Jawa Timur maupun BLH kabupaten/kota menunjukkan bahwa untuk beberapa parameter kunci di DAS Brantas melebihi baku mutu kualitas air sungai kelas II. Berdasarkan dianalisis pada 7 WS di Jawa Timur, maka sebaran persentase pemenuhan terhadap baku mutu kualitas air sungai kelas II untuk parameter urutan terbesar BOD (87%), TSS (65%), Fecal Coli (56%), Total Coli (49%) dan COD (7%). Pressure Penyebab menurunnya kualitas air adalah air limbah, dimana sumber pencemar utama adalah air limbah domestik dan air limbah industri. Potensi air limbah domestik dipengaruhi oleh jumlah penduduk di suatu wilayah. Dengan proyeksi jumlah penduduk Jawa Timur tahun 2016 sebesar 39.952.083 jiwa, maka potensi air limbah yang dihasilkan dari kegiatan domestik sebesar 4.794.250 m 3 /hari. Dari jumlah tersebut diperkirakan beban BOD dari air limbah domestik sebesar 390,811 ton per tahun, terbesar di Kota Surabaya sebesar 124.767.950 m 3 /tahun. Sumber air limbah domestik juga dipengaruhi oleh perilaku buang air sembarangan sebesar 16,43% atau sebanyak 1.829.515 rumah tangga dari 11.199.157 rumah tangga di Jawa Timur. Beban BOD dari sektor industri skala menengah-besar yang berhasil diinventarisasi adalah sebesar 11.177 ton/tahun. Namun, secara umum dapat diperoleh gambaran bahwa beban BOD dari sektor domestik memang jauh lebih tinggi jika dibandingkan dari Gambar. Kondisi sungai di pintu air sektor industri karena sektor industri sudah memiliki infrastruktur pengolahan air limbah (IPAL), sedangkan untuk sektor domestik belum dikembangkan secara terintegralistik. Beban air limbah industri yang berhasil diinventarisir dari industri yang mengikuti PROPER (85 industri) untuk parameter TSS sebesar 5.588 ton/tahun dan COD sebesar 14.541 ton/tahun. COD dan TSS cenderung diatas baku mutu air sungai kelas II. Beban pencemaran utama adalah air limbah domestik yang berasal dari aktifitas mandi dan cuci (grey water) serta limbah tinja (black water). Selain itu, terdapat aktifitas lain yang merupakan non-point sources (seperti aktifitas pertanian, perkebunan, erosi tanah, dll). RINGKASAN EKSEKUTIF 7

Response Dalam rangka meningkatkan Indeks Kualitas Air, Pemerintah Provinsi Jawa Timur telah menetapkan target capaian Indeks Kualitas Air (IKA) dalam dokumen perencanaan revisi RPJMD tahun 2014-2019. Upaya penanggulangan pencemaran air dari sektor industri dilaksanakan dengan pemberlakukan Pergub No.72 Tahun 2013 dan Pergub No.52 Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Industri dan/atau Kegiatan Usaha Lainnya. Kebijakan anggaran sebesar 2,9% dari APBD Provinsi Jawa Timur atau sebesar Rp.721.182.711.296. Pemantauan kualitas air telah dilaksanakan di lokasi sampel sebanyak 1.230 sampling. Peningkatan kapasitas pengelola lingkungan melalui pelatihan dan bimbingan teknis PPLHD sebanyak 14 personil. Kontrol terhadap pelaku usaha dilakukan dengan pembinaan dan bimbingan teknis kepada penghasil air limbah. Pemberlakuan izin lingkungan dan dan rekomendasi berupa Perolehan PROPER 2009-2016 AMDAL, UKL-UPL & Jawa Timur 138 143 127 127 SPPL sebanyak 78 rencana Emas 110 Hijau usaha dan/atau kegiatan. Biru 74 Monitoring kualitas effluent 52 58 Merah 46 air limbah dilakukan Hitam 36 21 26 24 29 31 melalui pengawasan 3 6 12 18 16 21 13 15 15 6 9 12 4 0 1 1 0 terhadap 159 Industri, Pengawasan PROPER 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 sebanyak 188. Penegakan hukum diberlakukan kepada industri yang belum memenuhi ketentuan dalam Undang-Undang No.32 Tahun 2009 diterapkan Sanksi Pidana sebanyak 7 industri dan rekomendasi Sanksi Administrasi sebanyak 3 industri. Pencemaran air dari sektor domestik (perumahan/permukiman penduduk dan real esatate) dapat dilakukan dengan mendorong pembuatan IPLT dan IPAL Komunal sudah terbangun di Kabupaten Lumajang. Upaya pengendalian pencemaran air dengan pelibatan masyarakat melalui Patroli Air, dan pengelolaan ekosistem sungai melalui suaka ikan berdasar Kepgub No.188/785/kpts/013/2013. III.3 Kualitas Udara Informasi mengenai kualitas udara yang disajikan berdasarkan hasil pemantauan kualitas udara menggunakan pengamatan sesaat yang dilakukan di 38 Kabupaten/kota dan passive sampler di 15 kabupaten/kota yang dilakukan oleh Kementerian LHK. RINGKASAN EKSEKUTIF 8

State Indeks Kualitas Udara (IKU) Jawa Timur tahun 2016 adalah 90,09 atau berstatus sangat baik. Capaian IKU di Jawa Timur tahun 2016 sedikit menurun dibandingkan tahun 2015 sebesar 91,09, hal ini lebih banyak disebabkan oleh factor iklim. Konsentrasi CO, O 3, partikulat (PM10) dan Pb dari udara ambien perkotaan di seluruh wilayah kabupaten/kota di Jawa Timur memenuhi baku mutu. Nilai CO tertinggi ada pada area padat transportasi di Kabupaten Tuban (1.4733,1 µg/nm 3 ) dan terendah di area Permukiman di Kabupaten Bondowoso (68,75 µg/nm 3 ). Nilai O 3 tertinggi berada pada area industri di Kabupaten Bangkalan (125,2 µg/nm 3 ) dan terendah di area transportasi Kabupaten Blitar (4 µg/nm 3 ). Nilai rata rata O 3 secara umum semakin tinggi dari area permukiman, padat transportasi, dan industri berturut-turut sebesar 25,09 µg/nm 3 ; 27,93 µg/nm 3 dan 31,87 µg/nm 3. Kadar partikulat di beberapa kabupaten/kota melampaui baku mutu yang ditetapkan, antara lain di area industri Kabupaten Mojokerto, Jombang, Bojonegoro, dan area transportasi di Kabupaten Tulungagung, Gresik, Probolinggo, dan Kota Surabaya. Nilai Pb tertinggi ada pada area permukiman di Kabupaten Kediri (0,928 µg/nm 3 ) dan terendah di area permukiman Kota Mojokerto (0,0232 µg/nm 3 ). Berdasarkan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), rata-rata kualitas air hujan di Jawa Timur tahun 2016 mempunyai kandungan derajat keasaman (ph) sebesar 4,77 (kecenderungan bersifat asam). Pressure Penggunaan bahan bakar dari sector transportasi tahun 2016 didominasi oleh bensin sebanyak 14,46 juta kilo liter dan solar sebanyak 6.723,01 kilo liter. Penggunaan besin tersebut mengalami penurunan dimana pada tahun 2015 mencapai 15,08 juta kilo liter, sedangkan penggunaan solar mengalami peningnkatan, dimana pada tahun 2015 mencapai 586,44 kilo liter. Berdasarkan metode IPCC GL 2006, dari pemakaian bahan bakar minyak 2016 diperoleh emisi gas rumah kaca sebesar 33.891,51 Gg CO 2 e. Sektor transportasi dipengaruhi oleh jumlah kendaraan di Jawa Timur yang mencapai 15,67 juta unit dan meningkat 21% dibanding tahun 2014, terdiri dari 96% kendaraan berbahan bakar bensin dan 4% kendaraan berbahan bakar solar. Selain itu panjang ruas jalan di Jawa Timur pun mengalami penambahan secara signifikan. Total jumlah industri pada tahun 2016 adalah 813.140 industri meningkat 0,23% dari tahun 2015, yang terdiri dari 790.991 industri kecil (97,3%), 19.146 industri menengah (2,5%) dan 1.136 industri besar (0,1%). Keberadaan industri kecil dan menengah dengan jumlah besar berkontribusi besar terhadap RINGKASAN EKSEKUTIF 9

pencemaran udara. Keberadaan teknologi pengendali pencemaran udara yang murah belum banyak berkembang dan digunakan oleh pelaku usaha skala kecil dan menengah. Industri skala besar pada umumnya telah diawasi sedemikian rupa oleh pemerintah dan pihak-pihak terkait sehingga sebagian besar telah memiliki infrastruktur pengendali pencemaran udara yang baik. Jawa Timur memiliki beberapa industri pembangkit (PLTU) untuk menyuplai energi listrik di Pulau Jawa, Madura dan Bali. Bahan bakar utama industri pembangkit adalah batu bara. Pembakaran bahan bakar fosil (batu bara) dengan jumlah pemakaian sebesar 15.875.006 ton pada tahun 2015, memiliki potensi tinggi dalam pencemaran udara yang menghasilkan gas SO 2 dan NO 2. Emisi GRK dari pembakaran batu bara oleh industri penghasil energi pada tahun 2015 adalah 28.979,43 Gg CO 2 e. Timbulan sampah di Jawa Timur tahun 2016 sebesar 17.394.879,20 kg/hari atau 6.349.130.908 ton/tahun, terbesar di Kota Surabaya (1.709,15 ton/hari) dan terkecil di Kota Mojokerto (62,85 ton/hari). Sebagian besar pengelolaan sampah di TPA masih menggunakan pengolahan secara controlled landfill dan open dumping, dalam hal ini emisi CH 4 di TPA akan di-release ke udara. Dari timbulan sampah tahun 2016 tersebut diperoleh emisi CH 4 sebesar 0,037 Gg atau setara dengan 0,777 Gg CO 2 e. Kebakaran hutan dan aktifitas pembakaran lain berpotensi menghasilkan Emisi gas berupa CO 2, CO, PM10, PM2.5, NOx, CH 4, senyawa organik volatil, HC, dll. Kebakaran hutan di luar kawasan pada tahun 2016 tercatat sebanyak 239,5 ha berasal dari wilayah Kabupaten Situbondo, Probolinggo, dan Nganjuk. Sedangkan untuk didalam kawasan sebesar 1.013,9 ha. Aktifitas pembakaran lain seperti pembakaran sampah pertanian dan pembakaran untuk aktifitas domestik juga berkontribusi menambah beban pencemaran. Response Dalam upaya meningkatkan Indeks Kualitas Udara (IKU), Pemerintah Provinsi Jawa Timur telah menetapkan target capaian Indeks Kualitas Udara dalam revisi RPJMD tahun 2014-2019. Kebijakan pengendalian pencemaran udara dilakukan melalui penerapan baku mutu udara emisi dan ambien melalui Peraturan Gubernur Jawa Timur No.10 Tahun 2009. Upaya lain juga melalui Penerapan Peraturan Gubernur Jawa Timur No.67 Tahun 2012 tentang Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca yang dikontrol oleh SKPD terkait di level provinsi dengan dana APBD Provinsi Jawa Timur. Pemantauan kualitas udara ambien secara rutin pada lokasi pemukiman, lalu lintas padat dan sekitar industri di 38 kabupaten/kota. Penerapan ecco office melalui surat edaran Gubernur Jawa Timur. RINGKASAN EKSEKUTIF 10

Tindakan persuasif dilakukan melalui program pembinaan dan penilaian kinerja lingkungan Instansi pemerintah, swasta maupun masyarakat umum yang berdampak pada perbaikan mutu udara seperti pembinaan pengelolaan lingkungan bagi industri dan kegiatan usaha lainnya, penghargaan PROPER dan industri hijau untuk industri oleh K/L terkait, penghargaan Kalpataru, Adiwiyata, Program Desa/Kelurahan Bersih Sehat Lestari (Berseri), Perindangan dan Hutan Kota., Program Kampung Iklim untuk skala dusun, car free day, penghijauan dan reboisasi. Tindakan represif berupa pelaksanaan pengawasan dan penegakan hukum lingkungan. III.4 Resiko Bencana State Kerugian akibat banjir tahun 2016 mencapai Rp.125.874.531.500 atau lebih tinggi dari tahun 2015 sebesar Rp.40.325.622.900. Kejadian tertinggi terjadi di Kabupaten Pasuruan. Kerugian akibat kekeringan yang terjadi pada tahun 2016 hanya Rp.5.735.333.000 dan sangat Gambar. Banjir Porong, 2016 menurun drastis dibanding tahun 2015 yang mencapai Rp.146.800.000.000. Kejadian kebakaran hutan di tahun 2016 menurun dari tahun 2015. Kerugian akibat kebakaran hutan mencapai Rp.3.241.716.775 atau menurun dari tahun 2015 yang mencapai Rp.25.223.200.000. Kejadian longsor tahun 2016 meningkat dibanding tahun 2015 dengan kerugian meningkat tiga kali lipat mencapai Rp.44.541.755.000. Pressure Intensitas bencana pada 2016 meningkat jika dibandingkan tahun sebelumnya. Dari 2.384 bencana selama 2016, sekitar 92% adalah bencana hidrometeorologi yang didominasi oleh banjir, longsor dan puting beliung. Hal ini dikarenakan pada 2016 terjadi musim kemarau basah yang meningkatkan potensi terjadinya bencana hidrometeorologi. Curah hujan rata-rata Jawa Timur tahun 2014 sampai dengan 2016 terus menunjukkan peningkatan dari 106,3 mm ditahun 2014 dan menjadi 217,64 di tahun 2016 kondisi tersebut meningkatkan resiko bencana khususnya banjir dan tanah longsor yang besar, sedangkan potensi bencana kekeringan menurun drastis, karena tahun 2016 hampir setiap bulan RINGKASAN EKSEKUTIF 11

terjadi hujan yang berdampak pada tercukupinya persediaan air. Kondisi ini berdampak sebaran titik panas (hot spot) di Jawa Timur juga mengalami penurunan hingga 86% dari 358 titik menjadi 50 titik. Adapun daerah yang rentan bencana tanah longsor di Jawa Timur adalah Kabupaten Trenggalek, Probolinggo dan Ponorogo yang memiliki potensi longsor tinggi. Hal ini lebih banyak disebabkan karena kondisi geografisnya. Response Pengendalian bencana di Jawa Timur dilakukan dengan pemetaan wilayah rawan bencana, penyusunan rencana terintegrasi (rencana kontigensi) yang dilakukan oleh pemerintah provinsi, kabupaten/kota, masyarakat serta lembaga usaha dalam menghadapi ancaman bencana. Guna mengantisipasi terjadinya longsor akibat Gambar. Pemasangan EWS curah hujan yang cukup tinggi di awal tahun 2016 ini, BPBD Jatim mengoptimalkan ekstensometer. Alat untuk mendeteksi dini gerakan tanah atau longsor itu menjadi upaya mitigasi mengurangi resiko jatuhnya korban dan pemasangan sistem peringatan dini Early Warning Systems (EWS) yang dipasang berfungsi untuk pengendali bencana tsunami, banjir, tanah longsor dan gunung api sebanyak 74 titik. Kegiatan lainnya adalah pembangunan embung untuk pengendalian kekeringan. Dalam rangka kesiapsiagaan menghadapi bencana dilakukan edukasi penanggulangan bencana (pena sekolah), simulasi/gladi posko bencana banjir, tsunami dan gunung api; inisiasi KKN tematik bencana, serta pembentukan desa tangguh bencana yang sudah terbentuk sebanyak 137 sampai dengan tahun 2016. III.5 Perkotaan State Jumlah penduduk Jawa Timur sebanyak 38.847.561 jiwa dengan 12,93% merupakan penduduk miskin. Penduduk berkontribusi terhadap besarnya timbulan RINGKASAN EKSEKUTIF 12

sampah 17.394.879,2 kg/hari atau 6.349.130.908 ton/tahun dengan asumsi komposisi sampah organik 60% dan sampah plastik 14%. Sedangkan timbulan sampah padat sektor industri dari 85 perusahaan (PROPER) mencapai 24,75 m 3 /hari, dengan asumsi sampah yang dihasilkan adalah 0,5 liter/karyawan/hari (SNI 3242:2008). Timbulan sampah yang dihasilkan dari sumber bergerak (terminal, bandara, stasiun dan pelabuhan) sebesar 63.230 m 3 /hari, sedangkan timbulan sampah yang dihasilkan dari sumber tidak bergerak (pariwisata) sebesar 16.42 m 3 /hari. Tak hanya sampah rumah tangga maupun sampah sejenis rumah tangga, jenis sampah spesifik yang mengandung limbah bahan berbahaya dan beracun (limbah B3) juga memiliki potensi besar dihasilkan dari sektor industri. Jumlah Gambar. TPA Pakusari Kab. Jember kasus pengaduan lingkungan yang dilaporkan tahun 2016 kebanyakan terkait limbah B3, antara lain kasus dumping limbah B3 tanpa izin. Dumping limbah B3 ke media lingkungan tanpa izin membawa dampak negatif bagi lingkungan. Tak hanya itu, dampak sosial seperti timbulnya keresahan dan kekhawatiran pada masyarakat juga perlu mendapatkan perhatian. Jumlah kasus pengaduan lingkungan di Jawa Timur mengalami peningkatan dari 28% pada tahun 2015 menjadi 40% dari total pengaduan lingkungan yang diterima sebanyak 47 kasus pada tahun 2016. Sebanyak 73% dari total pengaduan yang disampaikan terkait dengan kegiatan dumping limbah B3 tanpa izin. Timbulan limbah B3 meningkat sebesar 0,0053% dari 18.335.247,25 menjadi 18.336.211,97 ton/tahun (PROPER tahun 2016). Tingkat kesehatan masyarakat Jawa Timur tertinggi menderita ISPA dan diare. Sanitasi masyarakat menggunakan sumber air minum ledeng dan sumur sebanyak 9 juta KK dengan rincian 20,75% menggunakan air ledeng dan 25,39% menggunakan air sumur. Pressure Pengelolaan sampah selama ini masih menggunakan metode controlled landfill dan open dumping, sehingga belum sesuai dengan metode dan teknik pengelolaan sampah yang berwawasan lingkungan. Permasalahan sampah mulai muncul pada saat jumlah lahan yang tersedia semakin terbatas akibat dari tingginya angka pertumbuhan penduduk dan semakin beragamnya aktifitas seiring dengan pesatnya kegiatan pembangunan. Selain itu, aspek pembiayaan sering menjadi kendala suatu daerah dalam mengatasi masalah sampah, karena APBD yang terbatas untuk penanganan dan pengelolaan sampah. Begitu juga, partisipasi RINGKASAN EKSEKUTIF 13

masyarakat dalam pengelolaan sampah dan pengurangan jumlah sampah yang dihasilkan masih minim. Pengelolaan sampah di Jawa Timur dilakukan dengan berbagai cara, yaitu diangkut, ditimbun, dibakar, dibuang ke kali atau tempat lainnya. Pengelolaan dengan cara diangkut khususnya untuk pemukiman yang terlayani angkutan truk sampah untuk selanjutnya dikelola di TPA, sedangkan bagi yang tidak terlayani angkutan truk sampah pada umumnya sampah ditimbun atau dibakar di pekarangan rumah, bahkan ada sebagian penduduk yang masih membuang sampah ke sungai terutama yang pemukimannya di bantaran sungai. Pengolahan limbah B3 oleh beberapa hotel dan rumah sakit di Provinsi Jawa Timur masih belum optimal. Jenis limbah B3 yang umumnya dihasilkan hotel adalah lampu bekas, oli bekas dan aki bekas. Sedangkan untuk rumah sakit, yaitu limbah laboratorium dan sisa operasi juga termasuk dalam limbah B3. Hal inilah yang menyebabkan biaya pengolahan limbah B3 menjadi mahal. Dikarenakan biayanya yang mahal, beberapa hotel dan rumah sakit kurang memperhatikan pengolahan limbah B3 dan melakukan tindakan pembuangan limbah B3 ke media lingkungan secara illegal. Padahal, jenis limbah ini termasuk jenis yang berbahaya bagi lingkungan. Response Dalam rangka meningkatkan kualitas hidup masyarakat, kebijakan pengelolaan sampah diwujudkan melalui Perda No.4 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Sampah Regional. Provinsi Jawa Timur telah memulai pembebasan lahan untuk pembangunan Pusat Pengelolaan Limbah Industri (PPLI) yang akan dibangun di Kabupaten Mojokerto sebagai solusi pengelolaan limbah B3. Peningkatan peran serta masyarakat dilakukan melalui program Adiwiyata, Desa/Kelurahan Berseri, Program Kampung Iklim (Proklim) dan Adipura. Pelayanan masyarakat t melalui penanganan kasus pengaduan sebanyak 47 kasus. Disisi lain para pihak yang terkait juga mengembangkan rumah kompos, bank sampah, kreatifitas pengelolaan sampah untuk kesejahteraan keluarga dan pengembangan ekonomi masyarakat sebesar Rp 14.588.226.743 yang dilakukan Bapemas Provinsi Jawa Timur. Upaya pemerintah lainnya melalui persetujuan proyek kerjasama SPAM Umbulan, pengembangan akses sanitasi sebesar 84% dan desa/kelurahan bebas BABS (ODF) sebesar 2,4%. Tentunya hal ini mendorong capaian peningkatan produk domestik bruto (PDRB) atas harga yang berlaku dengan peningkatan perkapita 9,75% dari tahun 2015. RINGKASAN EKSEKUTIF 14

IV INOVASI DAERAH DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP Pengelolaan lingkungan hidup sebagai unsur terpenting dalam pembangunan di Jawa Timur, hal tersebut telah dilakukan sinergi/sinkronisasi RPJMN dan RPJMD, dengan merevisi RPJMD 2014-2019. Indikator Kepala Daerah yang sebelumnya hanya fokus pada Biological Oxygen Demand (BOD) dan Chemical Oxygen Demand (COD), kini telah diubah menjadi Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) dengan target hingga akhir 2019 sebesar 68,50. Selain itu sudah 19 Kabupaten/Kota yang telah menetapkan IKLH dalam target kinerja daerah yang tertuang dalam RPJMD. Anggaran pengelolaan lingkungan hidup di Provinsi Jawa Timur tahun 2016 sebesar Rp.721.182.711.296 atau sekitar 2,91% dari total belanja daerah. Secara khusus anggaran BLH Provinis Jawa Timur naik dari Rp.24.848.114.500 pada tahun 2015 menjadi Rp.42.885.309.000 pada tahun 2016. Penggunaan anggaran di tahun 2016 difokuskan pada rencana pembangunan pusat pengelolaan limbah industri B3 dan Sampah, sebagai infrastruktur yang disiapkan oleh pemerintah yang dapat mengurangi biaya operasional pengelolaan limbah B3 bagi pelaku usaha di Jawa Timur. Peningkatan peran serta masyarakat dilaksanakan melalui beberapa program unggulan tingkat nasional dan daerah. Penghargaan tingkat nasional yang diperoleh pada tahun 2016, antara lain: Kalpataru (an. Dr. Gamal Albinsaid), Adipura (20 Kabupaten/Kota), Adiwiyata (Tingkat Mandiri 21 sekolah, Tingkat Nasional 94 sekolah), Desa Proklim (Kab. Malang), dan Peringkat pertama nasional Penghargaan Nirwasita Tantra Award 2016, Gambar. Peran serta masyarakat dalam pengelolaan lingkungan Penghargaan efisiensi energy nasional 2016, Penanaman pohon yang berkesinambungan. Sedangkan untuk beberapa program yang dikembangkan di Jawa Timur antara lain: Program BERSERI (Bersih Indah dan Lestari), PERMATA (Perlindungan Mata Air), sejuta biopori, pengembangan bank sampah, pengembangan energi alternatif (energi terbarukan), sistem EWS bencana, embung geomembran, pembangunan sanitasi untuk limbah domestik pada kawasan kumuh dan bantaran sungai serta pengembangan energy terbarukan (biogas, PLTS, PLTMH). RINGKASAN EKSEKUTIF 15

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR DINAS LINGKUNGAN HIDUP Jl. Wisata Menanggal 38, Surabaya Telp. 031-8543852-53 Fax. 031-8543851 RINGKASAN EKSEKUTIF 1