UJI DAYA HASIL 9 GENOTIPE TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill.) PADA BUDIDAYA DATARAN RENDAH (TAJUR, BOGOR) ACHMAD DIMYATI A

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam klasifikasi tumbuhan, tanaman tomat termasuk kelas Dicotyledonae

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Paprika. Syarat Tumbuh

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicon esculentum mill) merupakan tanaman yang berasal dari

3. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut :

PELAKSANAAN PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Galur Cabai Besar. Pembentukan Populasi F1, F1R, F2, BCP1 dan BCP2 (Hibridisasi / Persilangan Biparental) Analisis Data

Makalah Pemuliaan Tanaman

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai telah dibudidayakan sejak abad ke-17 dan telah ditanam di berbagai daerah di

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Kel. Gunung sulah, Kec.Way Halim, Kota Bandar

Pedoman Penilaian dan Pelepasan Varietas Hortikultura (PPPVH) 2004

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian,

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Percobaan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Botani Cabai

HASIL DAN PEMBAHASAN

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung,

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman melon sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai

I. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman palawija jenis

ADAPTASI BEBERAPA GALUR TOMAT (Lycopersicon esculentum Mill.) DI LAHAN MEDIUM BERIKLIM BASAH DI BALI DENGAN BUDIDAYA ORGANIK

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ordo: Polypetales, Famili: Leguminosea (Papilionaceae), Genus:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

HASIL DAN PEMBAHASAN

Daun pertama gandum, berongga dan berbentuk silinder, diselaputi plumula yang terdiri dari dua sampai tiga helai daun. Daun tanaman gandum

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun petani Desa Rimbo Panjang

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

III BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan. Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012.

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Oleh Administrator Kamis, 07 November :05 - Terakhir Diupdate Kamis, 07 November :09

BAB I PENDAHULUAN. 1993). Yang dimaksud dengan hama ialah semua binatang yang mengganggu dan

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis

III. MATERI DAN METODE

2 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan dan Biologi Tanaman Kedelai

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang kecil, menunjukkan

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga

TINJAUAN PUSTAKA. Morfologi dan Fisiologi Tanaman Jagung (Zea mays L.)

EVALUASI DAYA HASIL SEMBILAN HIBRIDA CABAI BESAR IPB DI REMBANG OLEH DIMAS PURWO ANGGORO A

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: cangkul, parang, ajir,

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan dengan memberi perlakuan (treatment) terhadap objek. penelitian serta adanya kontrol penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan sebagai berikut :

HASIL DAN PEMBAHASAN

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

PENGENALAN DAN PENANGANAN HAMA PENYAKIT PADA TANAMAN TOMAT

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Morfologi dan Agroekologi Tanaman Kacang Panjang. Kacang panjang merupakan tanaman sayuran polong yang hasilnya dipanen

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

III. BAHAN DAN METODE

Transkripsi:

i UJI DAYA HASIL 9 GENOTIPE TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill.) PADA BUDIDAYA DATARAN RENDAH (TAJUR, BOGOR) ACHMAD DIMYATI A24070174 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

ii RINGKASAN ACHMAD DIMYATI. Uji Daya Hasil 9 Genotipe Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) pada Budidaya Dataran Rendah (Tajur, Bogor). (Dibimbing oleh SOBIR). Penelitian ini bertujuan untuk menguji daya hasil dan kualitas 9 genotipe potensial tomat yang ditanam di dataran rendah. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Tajur yang terletak pada ketinggian 190 mdpl dan Laboratorium Pascapanen Departemen Agronomi dan Hortikultura, IPB. Penelitian dimulai bulan Maret sampai Agustus 2011. Bahan yang diuji terdiri atas 7 genotipe potensial, yaitu B0, M0, P0, SMO64, R0, P, NP dan 2 pembanding EF1(EMS) dan PrmT (Permata). Penelitian ini menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) satu faktor dengan 7 genotipe potensial tomat dan 2 pembanding sebagai perlakuan dengan 3 ulangan sehingga terdapat 27 satuan percobaan. Dari semua genotipe dan varietas yang diuji, tiga diantaranya memiliki tipe pertumbuhan determinate (P, R0 dan EF1) dan enam memiliki tipe pertumbuhan indeterminate (B0, M0, P0, SMO64, P dan Prmt). Dari hasil penelitian, dapat dilihat bahwa pertumbuhan genotipe yang diuji cukup baik, tiga genotipe (B0, M0 dan SMO64) yang diuji memiliki potensi produktivitas diatas 30 ton/ha, walaupun dari segi produktivitas masih di bawah varietas pembanding. Dari keseluruhan peubah yang diamati genotipe B0 memiliki tinggi tanaman tertinggi, varietas Prmt memiliki jumlah daun dan jumlah buah terbanyak, varietas E F1 menghasilkan bobot terbesar, genotipe SMO64 memiliki ukuran buah serta bobot rata-rata buah paling tinggi. Karakter semua peubah yang diamati terbukti memiliki heritabilitas yang tinggi (h² bs = 70.55-96.52%). Hal ini menunjukkan bahwa penampilan lebih ditentukan oleh faktor genetik. Karakter demikian lebih mudah diwariskan pada generasi berikutnya.

iii UJI DAYA HASIL 9 GENOTIPE TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill.) PADA BUDIDAYA DATARAN RENDAH (TAJUR, BOGOR) Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor ACHMAD DIMYATI A24070174 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

iv JUDUL NAMA NIM : UJI DAYA HASIL 9 GENOTIPE TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill.) PADA BUDIDAYA DATARAN RENDAH (TAJUR, BOGOR) : ACHMAD DIMYATI : A24070174 Menyetujui, Dosen Pembimbing Dr. Ir. Sobir, MSi NIP: 19640512 198903 1 002 Mengetahui, Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Dr. Ir. Agus Purwito, M.Sc. Agr. NIP: 19611101 198703 1 003 Tanggal lulus :

v RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Desa Leuwidinding, Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat pada tanggal 28 Januari 1989. Penulis merupakan anak kedua dari delapan bersaudara dari Bapak Djafar dan Ibu Anah. Tahun 2001 penulis lulus dari SD Negeri Harapan Baru V, kemudian pada tahun 2004 penulis menyelesaikan pendidikan SLTP Negeri 1 Bekasi. Penulis menyelesaikan pendidikan di SMA Negeri 1 Bekasi pada tahun 2007. Tahun 2007 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada Departemen Agronomi dan Hortikultura. Semasa menjadi mahasiswa, penulis aktif di berbagai kegiatan organisasi dan kepanitiaan. Penulis tergabung dalam pengurus Bimbingan Remaja dan Anakanak (BIRENA) pada tahun 2007. Penulis aktif di Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Tingkat Persiapan Bersama pada tahun 2008 dan menjadi koordinator acara TPB SEHAT. Penulis menjabat sebagai Kepala Divisi Infokom Forum Komunikasi Rohis Departemen (FKRD) Fakultas Pertanian tahun 2008-2009. Pada program Kuliah Kerja Profesi (KKP) pada tahun 2010, penulis menjadi koordinator kabupaten Pekalongan.

vi KATA PENGANTAR Puji syukur bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia- Nya. Shalawat beserta salam semoga senantiasa terlimpah curah kepada Nabi Muhammad SAW sebagai suri tauladan bagi kita semua. Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul Uji Daya Hasil 9 Genotipe Tomat (Lycopersicum esculentum MILL.) pada Budidaya Dataran Rendah (Tajur, Bogor). Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Dr. Ir. Sobir, MSi selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan pengarahan dan saran dalam menyelesaikan skripsi ini. 2. Dr. Rahmi Yunianti, SP. MSi dan Dr. Ir. Memen Surachman, MSc.Agr selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan saran dalam penulisan skripsi. 3. Ir. Jan Barlian selaku pembimbing akademik yang telah memberikan motivasi dalam menjalankan studi di AGH. 4. Orang tua beserta seluruh keluarga besar yang telah memberikan cinta dan kasih sayang serta selalu mendukung dalam segala aktivitas. 5. Bapak Endang, Mas Awang serta seluruh pegawai Kebun Percobaan PKBT Tajur yang telah membantu selama proses penelitian berlangsung. 6. Segenap jajaran Dosen dan staf Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB yang telah memberikan ilmu dan pelayanan terbaik selama kuliah. 7. Warga Guinevere City : Away, Sidik, Akhir, Bowo, Joko, Rahmat, Mukhlis, Fikri, Enal, Zae, Ayu, Ipeh, Ufa, Cizzipy, dan Sakuranisa. 8. Teman-teman Laskar Petani AGH 44 yang telah memberikan warna dan kenangan bagi penulis. 9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan serta memajukan pertanian Indonesia. Bogor, Juni 2012 Penulis

1 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL. viii DAFTAR GAMBAR. DAFTAR LAMPIRAN.. ix x PENDAHULUAN.. 1 Latar Belakang 1 Tujuan. 2 Hipotesis. 2 TINJAUAN PUSTAKA 3 Botani Tanaman Tomat. 3 Agriklimat.. 5 Mutu Buah Tomat.. 5 Pemuliaan Tanaman... 7 BAHAN DAN METODE.. 8 Tempat dan Waktu. 8 Bahan dan Alat.. 8 Metode Penelitian.. 8 Pelaksanaan 9 Pengamatan 10 HASIL DAN PEMBAHASAN. 11 Kondisi Umum.. 11 Rekapitulasi Uji F Berbagai Peubah.. 13 Peubah Vegetatif... 14 Peubah Generatif 16 Produksi.. 17 Peubah Kualitatif.. 19 Heritabilitas 21 KESIMPULAN DAN SARAN 23 DAFTAR PUSTAKA.. 24 LAMPIRAN. 26

1 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Ukuran buah tomat dalam beberapa kategori 6 2. Rekapitulasi uji F berbagai peubah 13 3. Nilai tengah tinggi tanaman dan jumlah daun majemuk 7 genotipe dan 2 varietas pembanding 15 4. Nilai tengah umur berbunga, umur panen dan jumlah fruitset 7 genotipe dan 2 varietas pembanding. 16 5. Nilai tengah produksi 7 genotipe dan 2 varietas pembanding... 17 6. Nilai tengah dimensi buah, kekerasan buah dan TAT 7 genotipe dan 2 varietas pembanding 20 7. Nilai duga heritabilitas dalam arti luas.. 21

2 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Penampilan tanaman penelitian di Kebun Percobaan IPB Tajur.. 11 2. Penampilan tomat yang terserang hama 12 3. Penampilan tomat yang terserang penyakit.. 12 4. Penampilan fruitset beberapa genotipe penelitian 16 5. Keragaan tujuh genotipe dan dua varietas pembanding tomat... 19

3 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Gambar dokumentasi penelitian 27 2. Tabel 1. Sidik Ragam Karakter Tinggi Tanaman 28 3. Tabel 2. Sidik Ragam Karakter Jumlah Daun Majemuk.. 28 4. Tabel 3. Sidik Ragam Karakter Jumlah Fruitset. 28 5. Tabel 4. Sidik Ragam Karakter Umur Berbunga.. 29 6. Tabel 5. Sidik Ragam Karakter Umur Panen 29 7. Tabel 6. Sidik Ragam Karakter Diameter Buah 29 8. Tabel 7. Sidik Ragam Karakter Panjang Buah.. 30 9. Tabel 8. Sidik Ragam Karakter Kekerasan Pangkal Buah 30 10. Tabel 9. Sidik Ragam Karakter Kekerasan Tengah Buah. 30 11. Tabel 10. Sidik Ragam Karakter Kekerasan Ujung Buah. 31 12. Tabel 11. Sidik Ragam Karakter Total Asam Tertitrasi... 31 13. Tabel 12. Sidik Ragam Karakter Jumlah Buah per Tanaman 31 14. Tabel 13. Sidik Ragam Karakter Bobot Buah per Tanaman. 32 15. Tabel 14. Sidik Ragam Karakter Bobot per Buah. 32

1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tomat (Lycopersicum esculantum Mill.) merupakan salah satu jenis sayuran yang sudah dikenal luas masyarakat. Rasa buah tomat adalah manis segar yang dapat memberikan kesegaran pada tubuh. Tomat sebagai komoditas sayuran berperan pula dalam penyediaan bahan baku industri makanan. Tomat mengandung zat lycopen yang tinggi. Lycopen ini merupakan pigmen yang menyebabkan tomat berwarna merah. Seperti halnya betakaroten, lycopen termasuk ke dalam golongan karotenoid. Zat lycopen berkhasiat untuk mencegah dan mengobati berbagai macam penyakit seperti kanker paru-paru, kanker prostat, kanker rahim, tumor pankreas dan tumor tenggorokan (Cahyono, 2008). Karena cita rasa dan manfaat tomat inilah, konsumsi akan komoditas tomat sangat tinggi dan menjadi komoditas perdagangan internasional. Komoditas tomat yang beradaptasi luas akan lebih mudah pengembangannya dibanding komoditas sayuran yang menghendaki kondisi lingkungan tertentu. Keterbatasan areal budidaya tanaman tomat di dataran tinggi dan sangat beresiko terjadinya degradasi lingkungan. Hal ini jelas merupakan ancaman bagi kelangsungan sistem pertanian dan tantangan bagi upaya konservasinya. Upaya pengembangan tomat dari tahun ke tahun terus meningkat (Hadi, 1994 dan BPS, 2010). Hal ini memberikan indikasi bahwa potensi pengembangan tomat di dataran rendah sangat prospektif. Namun masih terdapat berbagai kendala dalam budidaya tomat di dataran rendah, antara lain : (i) Kesesuaian iklim. Tomat tumbuh baik pada temperatur antara 65 F-90 F (18,3 C-32,2 C) dengan kelembaban udara sekitar 95% (Jones, 2008), (ii) Produktivitas. Perlu adanya peningkatan produktivitas tomat dataran rendah. Saat ini tanaman tomat dataran rendah memiliki produktivitas lebih rendah dibandingkan dengan tomat yang dibudidayakan di dataran tinggi, (iii) Kualitas Buah. Tomat yang ideal memiliki ukuran yang seragam, warna buah merata, berdaging buah tebal dan cukup keras, serta tinggi akan kandungan nutrisi, (iv) Ketahanan terhadap hama

2 dan penyakit. Tanaman tomat dataran rendah rentan terhadap penyakit, curah hujan tinggi disertai temperatur tinggi mudah terserang Pseudomonas solanacearum (penyakit layu bakteri), sehingga hasil buahnya akan rendah (Villareal, 1980). Bagian Genetika dan Pemuliaan Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB perlu melakukan perakitan varietas unggul baru. Upaya tersebut diharapkan dapat mencari varietas tomat unggul. Varietas-varietas tersebut diharapkan dapat dibudidayakan dengan baik pada dataran rendah, dengan produktivitas tinggi, tahan terhadap hama dan penyakit, yang penting pula memiliki tekstur kulit yang lebih tebal sehingga saat proses pengangkutan, buah tidak mudah rusak. Masalah yang dihadapi dalam penggunaan galur-galur potensial adalah fenomena perbedaan hasil bila ditanam pada lingkungan yang berbeda. Untuk itu diperlukan pengujian untuk mengetahui daya hasil dan kualitas varietas tersebut dengan kondisi lingkungan yang sesuai dengan kondisi tempat suatu varietas akan dibudidayakan. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk menguji serta membandingkan daya hasil dan kualitas 9 genotipe potensial tomat yang ditanam di dataran rendah. Hipotesis Terdapat genotipe yang memiliki daya hasil dan kualitas lebih baik dibandingkan varietas pembanding pada budidaya di dataran rendah.

3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat Tomat (Lycopersicum esculantum MILL.) berasal dari daerah tropis Meksiko hingga Peru. Semua varietas tomat di Eropa dan Asia pertama kali berasal dari Amerika Latin yang dibawa oleh orang Spanyol dan Portugis pada abah ke-16. Saat ini, budidaya tomat modern dan tomat hibrida dapat tumbuh dengan baik pada iklim yang berbeda dari daerah asalnya (Villareal, 1979). Klasifikasi botani tomat memiliki sejarah yang menarik, pertama kali tomat ditempatkan pada genus Solanum, bersama dengan kentang, dan diidentifikasikan sebagai Solanum lycopersicon. Walaupun telah diubah menjadi Lycopersicum esculentum, hal ini memiliki arti sederhana dapat dimakan. Walau terdapat persamaan karakteristik antara kentang dengan tomat, warna bunga terutama pada bentuk dan struktur tepung sari yang membedakan kedua tanaman tersebut. Dalam klasifikasi tumbuhan, tanaman tomat termasuk famili Solaneceae. Secara lengkap para ilmuwan mengklasifikasikan tanaman tomat dengan sistematik sebagai berikut. Kingdom Plantae, Subkingdom Tracheobionia, Division Magnoliophyta, Class Magnoliopsida, Subclass Asteridae, Ordo Solanales, Family Solaneceae, Genus Solanum, Spesies Lycopersicum esculentum (Jones, 2008). Tanaman tomat (Lycopersicum esculentum MILL.) adalah tanaman semusim, berbentuk perdu atau semak dan termasuk ke dalam golongan tanaman berbunga (Angiospermae). Bentuk daunnya bercelah menyirip tanpa stippelae (daun penumpu). Jumlah daunnya ganjil, antara 5-7 helai. Di sela-sela pasangan daun terdapat 1-2 pasang daun kecil yang berbentuk delta (Tugiyono, 2007). Tanaman tomat termasuk tanaman semusim (berumur pendek). Artinya tanaman hanya satu kali berproduksi dan setelah itu mati. Tanaman tomat berbentuk perdu yang tingginya dapat mencapai ± 2 meter. Oleh karena itu tanaman tomat perlu diberi penopang atau ajir agar tidak roboh di tanah tetapi tumbuh secara vertikal.

4 Untuk dapat berproduksi dengan baik diperlukan perkembangan organ yang baik. Organ-organ penting tersebut antara lain sebagai berikut : Akar. Tanaman tomat memiliki akar tunggang yang tumbuh menembus ke dalam tanah dan akar serabut yang tumbuh menyebar ke arah samping tetapi dangkal. Berdasarkan sifat perakaran ini, tanaman tomat akan tumbuh dengan baik bila ditanam pada lahan yang gembur atau porous. Ketersediaan air dan nutrisi merupakan dua faktor penting pada lingkungan perakaran, memiliki dampak pada perkembangan tanaman. Batang. Batang tanaman tomat berbentuk persegi empat hingga bulat, berbatang lunak tetapi cukup kuat, berbulu atau berambut halus dan diantara bulubulu tersebut terdapat rambut kelenjar. Batangnya berwarna hijau, pada ruas-ruas batang mengalami penebalan, dan pada ruas-ruas bawah tumbuh akar pendek. Selain itu batang tomat dapat bercabang dan apabila tidak dilakukan pemangkasan akan bercabang banyak yang menyebar secara merata. Daun. Daun tanaman tomat berbentuk oval, bagian tepinya bergerigi dan membentuk celah-celah menyirip agak melengkung ke dalam. Daun berwarna hijau dan merupakan daun majemuk ganjil yang berjumlah 5-7. Ukuran daun sekitar (15-30) cm x (10-25) cm dengan panjang tangkai sekitar 3-6 cm. Diantara daun yang berukuran besar biasanya tumbuh 1-2 daun yang berukuran kecil. Daun majemuk pada tomat tumbuh berselang-seling atau tersusun spiral mengelilingi batang tanaman. Bunga. Bunga tanaman tomat berukuran kecil, berdiameter sekitar 2 cm dan berwarna kuning cerah. Kelopak bunga yang berjumlah 5 buah dan berwarna hijau terdapat pada bagian bawah atau pangkal bunga. Bagian lainnya adalah mahkota bunga, berjumlah 6 buah dan berukuran sekitar 1 cm. Bunga tomat merupakan bunga sempurna, karena benang sari dan kepala putik terletak pada bungan yang sama. Bunganya memiliki 6 buah tepung sari dengan kepala putik berwarna kekuningan. Buah. Buah tomat memiliki bentuk yang bervariasi, bergantung pada jenisnya. Ada buah tomat yang berbentuk bulat, oval, dan bulat persegi. Ukuran nya sangat bervariasi, yang berukuran paling kecil memiliki bobot 8 gram dan yang berukuran besar memiliki bobot 180 gram. Buah tomat yang masih muda

5 berwarna hijau-muda, bila sudah matang berubah menjadi merah. Buah tomat muda memiliki rasa getir dan beraroma tidak sedap, sebab masih mengandung zat lycopersicin yang berbentuk lendir. Aroma yang tidak sedap itu akan hilang dengan sendirinya pada saat buah memasuki fase pematangan hingga matang. Rasanya juga akan berubah menjadi manis agak masam yang mencirikan rasa buah tomat. Buah tomat terdiri dari 2 hingga 12 lokul yang mengandung banyak biji (Jones, 2008). Agriklimat Untuk pertumbuhan yang baik, tanaman tomat membutuhkan tanah gembur dengan ph antara 5-6. Temperatur udara yang terbaik bagi pertumbuhan tomat adalah 23 C pada siang hari dan 17 C pada malam hari. Selisihnya adalah 6 C. Suhu yang tinggi diikuti kelembaban yang relatif tinggi menyebabkan penyakit daun berkembang, sedangkan kelembaban yang relatif rendah dapat mengganggu pembentukan buah. Untuk tanaman tomat yang masih muda, kelembaban relatif tinggi (95%) akan merangsang pertumbuhan, karena asimilasi CO menjadi lebih baik melalui stomata yang membuka lebih banyak. Mutu Buah Tomat Buah tomat sangat mudah berubah, baik dari segi fisik maupun karakteristik kimia. Ada dua penggunaan utama komoditas tomat : pengolahan dan konsumsi pasar segar. Komponen kualitas buah tomat untuk tipe olahan memiliki komponen kualitas yaitu warna, ph, total keasaman dan total padatan terlarut. Sedangkan komponen kualitas buah tomat untuk konsumsi segar meliputi ukuran, bentuk, kekerasan dan permukaan kulit yang bebas dari cacat dan serangan hama penyakit. Bentuk fisik dari buah tomat dipengaruhi oleh varietasnya, apakah bundar, oxheart, menyerupai plum. Ada beberapa kelainan buah yang akan mengubah bentuk buah. Salah satu kasus umum kesalahan bentuk disebabkan karena penyerbukan yang kurang sempurna, sehingga bila buah telah matang, satu atau

6 lebih lokul tidak mengandung jumlah biji yang dibutuhkan untuk mengisi ruang tersebut. Kekerasan kulit buah ditentukan oleh beberapa faktor. Umumnya penanganan dan penyimpanan buah dari waktu panen hingga waktu pengiriman ke pasar akan berpengaruh signifikan terhadap bagaimana buah tersebut dikomsumsi oleh konsumen. Faktor tersebut terkait oleh penyimpanan yang sesuai dan penanganan yang tepat. Faktor lain adalah hara kalium dan nitrogen, tanaman yang mendapat cukup kalium akan secara normal menghasilkan buah yang keras, tanaman yang tidak mendapatkan asupan hara kalium dan nitrogen yang seimbang akan menghasilkan kulit buah yang tipis. Tabel 1. Ukuran Buah Tomat dalam Beberapa Kategori Diameter (mm) Ukuran buah Minimum Maksimum Sangat Kecil 48 54 Kecil 54 58 Sedang 58 64 Besar 64 73 Sangat Besar 73 88 Ukuran Maksimal 88 - Sumber : (Jones, 2008) Klasifikasi Warna. Berikut ini adalah indikator dari tahap-tahap kematangan untuk beberapa macam kemasakan buah : Hijau: permukaan kulit tomat sepenuhnya berwarna hijau. Corak warna hijau dapat dibedakan antara cerah dan gelap. Semburat Kuning : ada batas antara warna hijau dengan kuning pucat, merah muda, merah tidak lebih dari 10% dari keseluruhan kulit buah. Turning: lebih dari 10%, tetapi tidak lebih dari 30% pada agregat kulit buah. Ada kombinasi warna antara hijau, kuning, merah muda, hingga merah pucat. Merah muda : lebih dari 30%, tetapi tidak lebih dari 60%, pada permukaan terlihat merah pucat dan merah. Merah cerah : lebih dari 60%, tetapi tidak lebih dari 90% dari keseluruhan permukaan terlihat merah cerah hingga merah. Merah : lebih dari 90% dari keseluruhan permukaan terlihat merah (Jones, 2008).

7 Pemuliaan Tanaman Pemuliaan tanaman adalah suatu aktivitas yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan potensi genetik tanaman, sehingga diperoleh varietas baru dengan hasil dan kualitas yang lebih baik. Umumnya perbaikan sifat genetik tersebut dapat dicapai melalui tiga cara yaitu : (1) dengan penggabungan sifat-sifat baik yang berasal dari dua atau lebih tetua, yang kemudian dilakukan seleksi, (2) dengan seleksi sifat-sifat baik yang telah tersedia dalam suatu populasi alam yang heterogen, (3) dengan manipulasi atau perubahan susunan genom dan gen secara mutasi (Purwati, 1997). Pada umumnya tujuan pemuliaan tanaman tomat adalah untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas, perbaikan ketahanan terhadap hama dan penyakit tertentu, perbaikan sifat-sifat hortikultura, dan meningkatkan sifat untuk mengatasi cekaman terhadap lingkungan tertentu, sehingga diperolehlah suatu varietas unggul. Untuk mendapatkan varietas baru dapat diperoleh dari sumber genetik (plasma nutfah) atau dari hasil persilangan. Melalui serangkaian percobaan yang dilakukan dari sumber genetik (plasma nutfah) maka dilakukan evaluasi. Apabila hasil evaluasi tersebut baik bisa didapat varietas baru, namun bila belum mendapatkan varietas unggul perlu dilakukan perakitan. Dalam penelitian ini hanya sampai pada tahap evaluasi pertama setelah pemilihan plasma nutfah. Setelah proses perakitan tersebut dilakukan evaluasi tahap dua. Galur yang beradaptasi baik dapat dilepas sebagai varietas baru. Penelitian varietas baru yang lebih unggul dari varietas yang telah beredar di masyarakat merupakan upaya untuk meningkatkan efisiensi usahatani.

8 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Tajur yang terletak pada ketinggian 190 mdpl dan Laboratorium Pascapanen Departemen Agronomi dan Hortikultura, IPB. Penelitian dilaksanakan bulan Maret sampai Agustus 2011. Bahan dan Alat Bahan yang diuji terdiri dari 7 genotipe potensial, yaitu B0, M0, P0, SMO64, R0, P, NP dan 2 pembanding EF1 dan PrmT. Alat yang digunakan dalam penelitian meliputi ajir, meteran, tray, alat tulis, kamera, penetrometer, handrefractometer dan alat-alat pertanian umum. Pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang, Urea, NPK mutiara, SP-36 dan KCl. Untuk melindungi tanaman dari serangan hama dan penyakit digunakan, pestisida nabati, furadan 3G, Curacron, Antracol, Kelthane. Metode Penelitian Penelitian menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) satu faktor dengan 7 genotipe potensial tomat dan 2 pembanding sebagai perlakuan dengan 3 ulangan sehingga terdapat 27 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan terdapat 25 tanaman dengan 10 tanaman contoh, jarak tanam 60 cm x 60 cm. Secara statistik model rancangan yang digunakan adalah : Y ij = µ + τ i + β j + ε ij Keterangan: Y ij = Pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = Rataan umum τ i = Pengaruh perlakuan genotipe ke-i β j = Pengaruh ulangan ke-j ε ij = Pengaruh galat percobaan dari genotipe ke-i dan ulangan ke-j i = 1,2,3,..9 j = 1,2,3 Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji-f dan apabila hasil yang diperoleh berpengaruh nyata maka dilakukan uji nilai tengah dengan menggunakan uji Dunnett pada taraf 5%.

9 Pelaksanaan Persemaian dan Penanaman Benih dikecambahkan dalam bak semai menggunakan media tanam bokasi yang telah disterilkan. Setelah berumur tiga minggu tanaman dipindahkan ke bumbungan selama tiga minggu. Lokasi persemaian berada di dalam nethouse. Perawatan persemaian berupa penyiraman dilakukan pada pagi atau sore hari. Sebelum penanaman, lahan dibersihkan dari gulma dan diolah dengan menggunakan cangkul dan kored, lalu lahan dibiarkan terjemur matahari selama dua minggu. Setelah 2 minggu pupuk kandang dan pupuk dasar yaitu SP-36 dicampur merata dengan tanah kemudian dilakukan pembuatan bedengan. Bibit tomat ditanam dengan jarak tanam 60 cm x 60 cm dan setiap bedengan ditanami 2 baris tomat. Penanaman dilakukan dengan cara transplanting dan setelah itu dilakukan penyiraman. Pupuk Urea, SP-36 dan KCl diberikan dengan cara melingkar. Pemeliharaan Pemeliharaan meliputi penyiangan, penyiraman, pengajiran, pemangkasan, perempelan, pemupukan serta pengendalian hama dan penyakit tanaman. Penyiangan dilakukan pada gulma yang mengganggu pertumbuhan tanaman. Penyiraman dilakukan pada pagi atau sore hari. Pengajiran dilakukan untuk membantu tanaman agar kokoh, mengoptimalkan sinar matahari ke tanaman, membantu penyebaran tunas, daun, ranting tomat supaya teratur dan dilakukan pada waktu tanaman berumur 2 MST. Ajir dipasang tegak di setiap tanaman tomat dengan jarak 10 cm, tanaman diikatkan ke ajir dengan menggunakan tali rafia dengan membentuk angka 8. Pengajiran dilakukan kepada semua tanaman baik tomat determinate maupun indeterminate. Pemupukan dilakukan seminggu sekali. Pemupukan dilakukan menggunakan pupuk NPK Mutiara dengan dosis 8 g/l air. Penyemprotan pestisida yang digunakan antara lain Antracol dengan dosis 2 g/l air.

10 Pengamatan Pengamatan dilakukan tiap minggu. Beberapa peubah yang diamati pada penelitian ini adalah peubah fisik dan kimia. Pengamatan yang diamati meliputi: 1. Tinggi tanaman, diukur dari permukaan tanah sampai ujung daun tanaman setelah panen kedua. 2. Jumlah daun majemuk, diamati dari tanaman contoh tiap genotipe. 3. Umur berbunga, diamati dari tanaman contoh tiap genotipe. 4. Umur panen, diamati dari tanaman contoh tiap genotipe. 5. Jumlah fruitset, diamati dari tanaman contoh tiap genotipe. 6. Ukuran buah, meliputi diameter buah dari 10 buah setiap genotipe di setiap ulangan. 7. Bobot per buah, diamati dari 10 buah tiap genotipe di setiap ulangan. 8. Bobot buah per tanaman, diamati dari tanaman contoh tiap genotipe. 9. Kekerasan pada buah diukur dengan menggunakan alat penetrometer. 10. Kandungan padatan terlarut total diukur dengan menggunakan handrefractometer. 11. Kandungan total asam tertitrasi (TAT) dilakukan dengan cara titrasi.

11 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian dilakukan pada bulan Maret hingga Agustus 2011. Penyemaian dilakukan di kebun IPB Tajur, benih yang berkecambah mengalami etiolasi karena kekurangan cahaya matahari saat disemai beberapa saat sebelum penanaman bibit atau transplanting. Penanaman bibit dilakukan saat bibit berumur 42 hari, seharusnya penanaman bibit dilakukan ketika bibit berumur 25-35 hari, kondisi ini disebabkan terlambat dalam melakukan pembumbunan. Disamping itu kondisi ruang semai yang kurang pencahayaan serta kelembaban relatif tinggi, beberapa bibit yang telah dibumbun terserang jamur. Penanaman bibit dilakukan pada pagi hari agar tanaman tidak mengalami stres. Berdasarkan data Stasiun Meteorologi dan Geofisika, Bogor (2008), pada bulan April hingga Agustus, di kebun percobaan IPB Tajur curah hujan rata-rata 188,34 mm/bulan, suhu 25,54 C dan kelembaban 82,1%. Menurut Sutarya et al (1995) waktu tanam tomat yang baik adalah ditanam sebelum musim hujan berakhir yakni bulan April-Mei, sehingga curah hujan tidak menyebabkan kerusakan batang tanaman dan meningkatnya serangan OPT (Organisme Pengganggu Tanaman). Penanaman dilakukan pada bulan April, namun karena perubahan iklim global menyebabkan hingga bulan Juni hujan masih sering turun, hal ini mengakibatkan beberapa tangkai tomat patah dan akibat kondisi lembab disertai suhu yang tinggi beberapa tanaman tomat terserang OPT. Gambar 1. Penampilan tanaman penelitian di Kebun Percobaan IPB Tajur (A) Penampakan tanaman penelitian (B) Batang tanaman yang patah akibat deraan hujan.

12 Beberapa hama yang menyerang tomat selama penelitan adalah ulat buah tomat (Helicoverpa armigera Hubn.) dan ulat grayak (Spodoptera litura F.). Serangan hama tersebut tidak menurunkan kuantitas hasil panen, namun menurunkan kualitas hasil atau penampilan buah. Gambar 2. Tomat yang terserang hama (A) ulat buah tomat (Helicoverpa armigera Hubn.) (B) ulat grayak (Spodoptera litura F.). Penyakit yang menyerang tanaman tomat antara lain: penyakit rebah kecambah yang disebabkan oleh Rhizoctonia solani Kuhn. yang menyerang bibit semai tomat di persemaian, penyakit antraknos (Colletotrichum coccodes) dengan serangan tidak parah, penyakit layu fusarium (Fusarium oxysporum) yang menyerang beberapa tanaman contoh, serta penyakit virus kuning dan daun menggulung yang menyebabkan tanaman menjadi kerdil. Gambar 3. Penampilan tanaman tomat yang terserang penyakit (A) penyakit layu fusarium (Fusarium oxysporum) (B) Virus Kuning Daun Menggulung (TYLCV)

13 Rekapitulasi Uji F Berbagai Peubah Analisis ragam dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap karakter-karakter yang diamati. Hasil rekapitulasi sidik ragam pada berbagai peubah yang diamati menunjukkan bahwa perlakuan genotipe berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun majemuk, jumlah fruit set, umur berbunga, umur panen, panjang buah, diameter buah, diameter tinggi buah, kekerasan pangkal buah, kekerasan tengah buah, kekerasan ujung buah, PTT, TAT, jumlah buah per tanaman, bobot buah per tanaman, dan bobot per buah. Perlakuan genotipe tidak berpengaruh nyata terhadap peubah lainnya (Tabel 2). Tabel 2. Rekapitulasi Uji F Berbagai Peubah Peubah KT F hit KK (%) Tinggi Tanaman 728.066615** <.0001 6.31 Jumlah Daun Majemuk 145.839583** <.0001 6.67 Jumlah Fruit Set 80.2190972** <.0001 14.61 Umur Berbunga 11.94270833** <.0001 2.49 Umur Panen 76.65277778** 0.0005 1.31 Panjang Buah 47.8583384 tn 0.1130 9.79 Diameter Buah 63.3719045* 0.0113 10.51 Diameter Tinggi Buah 89.6179259** 0.0036 6.97 Kekerasan Pangkal Buah 143.852057* 0.0157 17.50 Kekerasan Tengah Buah 197.268924* 0.0321 16.53 Kekerasan Ujung Buah 258.767999* 0.0270 20.62 PTT 0.29220677 tn 0.398 6.75 TAT 0.01220816** 0.0098 12.96 Jumlah Buah per Tanaman 493.574670** 0.0008 20.44 Bobot Buah per Tanaman 695284.345* 0.0219 23.81 Bobot per Buah 329.761648* 0.0107 16.52 Keterangan : * berpengaruh nyata pada taraf 5% ** berpengaruh nyata pada taraf 1% tn tidak berpengaruh nyata Hasil di atas juga menunjukkan bahwa terdapat berbagai nilai koefisien keragaman (KK) pada sejumlah peubah yang diamati. Nilai KK tertinggi ditunjukkan oleh peubah bobot buah per tanaman sementara nilai KK terendah

14 dimiliki oleh peubah umur panen. Hal tersebut menunjukkan bahwa lingkungan memberikan pengaruh yang bervariasi terhadap peubah yang diamati. Nilai KK menunjukkan tingkat ketepatan perlakuan dan menunjukkan pengaruh lingkungan dan faktor lain yang tidak dapat dikendalikan oleh suatu percobaan (Gomez dan Gomez, 1995). Peubah Vegetatif Dari ke-9 genotipe dan varietas yang diuji, tiga diantaranya memiliki tipe pertumbuhan determinate (R0, NP dan EF1) dan enam lainnya memiliki tipe pertumbuhan indeterminate (B0, M0, P0, SMO64, P dan Prmt). Peubah yang diamati saat fase vegetatif adalah tinggi tanaman dan jumlah daun majemuk. Tinggi Tanaman Tanaman tomat yang mempunyai tipe pertumbuhan determinate pada ujung tanaman terdapat tandan bunga dan pada setiap ruas batang, sehingga tinggi tanaman setelah fase generatif muncul cenderung stabil (Jaya, 1997), seperti pada genotipe R0, NP dan varietas EF1. Sedangkan tanaman yang memiliki tipe pertumbuhan indeterminate (B0, M0, P0, SMO64, P dan Prmt) memiliki percabangan yang rimbun dan tandan bunga tidak terdapat pada setiap ruas batang dan ujung tanaman senantiasa terdapat pucuk muda. Kedua tipe pertumbuhan tersebut mempunyai karakter yang menguntungkan dan merugikan. Menurut Harjadi (1989) tanaman tomat dengan tipe indeterminate pematangan buahnya tidak serempak sehingga dapat dipanen berkali-kali. Oleh sebab itu tomat jenis ini sangat cocok untuk tujuan konsumsi segar. Kerugiannya menurut Villareal (1980) tomat jenis ini memerlukan budidaya yang sangat intensif karena memerlukan penopang ajir dan tenaga kerja yang lebih banyak. Pada awal pertumbuhan tinggi tanaman masih terlihat seragam, belum terlihat perbedaan antara varietas yang bersifat determinate dan indeterminate. Pada awal pertumbuhan tinggi tanaman pada sembilan genotipe dan varietas tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada umur 1 MST hingga 5 MST. Tinggi tanaman baru menunjukkan perbedaan pada umur 6 MST.

15 Tabel 3 menunjukkan tinggi tanaman genotipe B0, P0, dan P lebih tinggi dibandingkan dengan varietas EF1 tetapi tidak berbeda nyata dengan varietas Prmt. Genotipe R0 memiliki tinggi tanaman lebih rendah dibandingkan dua varietas pembanding. Sedangkan genotipe M0, SMO64 dan NP tidak berbeda nyata dengan dua varietas pembanding. Tabel 3. Nilai Tengah Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun Majemuk 7 Genotipe Genotipe dan 2 Varietas Pembanding. Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Daun Majemuk B0 129.30 a 44.9 M0 110.17 42.3 P0 118.80 a 37.3 b SMO64 110.23 41.2 R0 68.85 ab 20.8 ab NP 92.45 27.8 ab P 120.17 a 40.9 EF1 95.75 38.2 Prmt 113.30 47.4 Keterangan : angka yang diikuti dengan huruf a dan b berturut-turut berbeda nyata dengan varietas pembanding EF1 dan Prmt berdasarkan uji Dunnett taraf 5%. Jumlah Daun Pada tanaman bertipe indeterminate yang memiliki percabangan rimbun, mempunyai jumlah daun yang lebih banyak dibanding tanaman dengan tipe pertumbuhan determinate. Jumlah daun pada sembilan genotipe dan varietas tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dari 1 MST hingga 6 MST. Pengamatan menunjukkan (Tabel 3) semua genotipe tidak berbeda nyata dengan varietas pembanding. Genotipe P0 memiliki jumlah daun majemuk lebih rendah dibandingkan varietas Prmt. Jumlah daun majemuk genotipe R0 dan NP lebih sedikit dari pada dua varietas EF1 dan Prmt, dikarenakan tanaman mengalami penurunan jumlah daun karena di lapang mengalami serangan OPT.

16 Peubah Generatif Penelitan ini mengamati karakter kuantitatif pada fase generatif seperti pengamatan pada umur berbunga, umur panen dan jumlah fruit set tanaman tomat yang diteliti. Pengamatan umur berbunga dan umur panen ditentukan dari jumlah hari setelah transplanting hingga 75% bunga mekar (umur berbunga) atau buah masak (umur panen). Gambar 4. Penampilan fruitset beberapa genotipe penelitian (A) Genotipe P0 (B) Genotipe M0 (C) Genotipe SMO64. Tabel 4. Nilai Tengah Umur Berbunga, Umur Panen, dan Jumlah Fruit Set 7 Genotipe dan 2 Varietas Pembanding. Genotipe Umur Berbunga (hari) Umur Panen (hari) Jumlah Fruit Set B0 23 a 74 22.3 a M0 24 74 18.2 P0 27 b 77 b 9.8 b SMO64 25 b 77 b 15.7 R0 30 ab 76 b 6.2 ab NP 30 ab 78 ab 6.7 ab P 26 b 78 ab 13.7 b EF1 25 75 13.5 Prmt 23 72 20.1 Keterangan : angka yang diikuti dengan huruf a dan b berturut-turut berbeda nyata dengan varietas pembanding EF1 dan Prmt berdasarkan uji Dunnett taraf 5%.

17 Berdasarkan Tabel 4, pada peubah umur berbunga, genotipe B0 lebih cepat dibandingkan varietas EF1, namun lebih lambat dibandingkan dengan varietas Prmt. Umur berbunga genotipe P0, SMO64 dan P lebih lama dibandingkan dengan varietas Prmt. Sedangkan umur berbunga genotipe R0 dan NP lebih lama dibandingkan dua varietas pembanding. Umur panen genotipe B0 dan M0 tidak berbeda nyata dengan varietas pembanding, umur panen genotipe SMO64 dan R0 lebih lama dibandingkan varietas Prmt. Umur panen genotipe NP dan P lebih lama dibandingkan dua varietas pembanding. Pada peubah fruit set, genotipe B0 lebih banyak dibandingkan varietas EF1, fruit set genotipe P0 dan P lebih sedikit dibanding varietas Prmt dan fruit set genotipe R0 dan NP lebih sedikit dibandingkan dua varietas pembanding. Produksi Karakter jumlah buah dihitung setiap panen. Bobot buah per tanaman dijumlahkan dari panen pertama hingga panen ke-5. Tabel 5 menunjukkan bahwa genotipe SMO64, R0 dan NP memiliki jumlah buah pertanaman lebih rendah dibandingkan dua varietas pembanding EF1 dan Prmt. Tabel 5. Nilai Tengah Produksi 7 Genotipe dan 2 Varietas Pembanding Genotipe Jumlah Buah per Tanaman Bobot Buah per Tanaman (gr) Bobot per Buah (gr) B0 46.0 2411.8 47.34 38.01 M0 48.9 1889.4 38.89 34.00 P0 34.8 1666.4 43.27 27.67 SMO64 25.0 ab 1798.8 73.94 ab 32.38 R0 9.6 ab 952.7 ab 63.60 12.74 NP 24.8 ab 1239.4 47.26 26.66 P 33.0 1277.8 a 47.65 20.78 EF1 50.7 2497.5 50.03 44.95 Prmt 53.3 2310.4 43.98 42.58 Produktivitas Ton/ha Keterangan : angka yang diikuti dengan huruf a dan b berturut-turut berbeda nyata dengan varietas pembanding E F1 dan Prmt berdasarkan uji Dunnett taraf 5%.

18 Sedangkan jumlah buah pertanaman genotipe B0, M0, P0, dan P tidak berbeda nyata dibandingkan dengan dua varietas pembanding. Jumlah buah pertanaman genotipe yang diamati berkisar antara 9.6-48.9 buah, sedangkan jumlah buah pada varietas yang menjadi pembanding berkisar 50.7-53.3 buah (Tabel 5). Bobot Buah per Tanaman Bobot buah pertanaman dari suatu genotipe yang diuji berkisar antara 952.7-2411.8 gram, untuk varietas pembanding berkisar 2310.4-2497.5 gram (Tabel 5). Pada data terlihat bahwa genotipe B0, M0, P0, SMO64 dan NP memilki bobot buah pertanaman tidak berbeda nyata dengan dua varietas pembanding. Bobot buah pertanaman genotipe P menghasilkan nilai yang lebih rendah dibandingkan varietas EF1. Bobot buah pertanaman genotipe R0 lebih rendah dibandingkan kedua varietas pembanding. Produktivitas suatu genotipe yang diuji berkisar 12,74-38,01 ton/ha, sedangkan varietas pembanding berkisar 42,58-44,95 ton/ha (Tabel 5). Genotipe B0 memiliki produktivitas paling besar dibandingkan genotipe yang lain berkisar 38,01 ton/ha, menyusul genotipe M0 (34,00 ton/ha) dan SMO64 (32,38 ton/ha). Terendah R0 hanya berkisar 12,74 ton/ha. Bobot Rata-rata Buah Dalam budidaya tomat, perlu mengetahui tujuan pemasarannya. Tomat memiliki ukuran yang beragam, diameter buah juga berkorelasi dengan bobot buah, walaupun tidak ada pengaruh antara bobot buah dengan tipe buah (Jones, 2008). Bobot rata-rata buah merupakan hasil bagi antara bobot buah per tanaman dengan jumlah buah. Pada panen pertama dan kedua genotipe dan varietas pembanding memiliki bobot rata-rata buah lebih tinggi dibanding bobot rata-rata akhir, hal ini disebabkan pada panen akhir terdapat jumlah buah yang banyak namun bobotnya relatif kecil, sehingga mempengaruhi bobot rata-rata buah akhir. Bobot rata-rata buah dari genotipe yang diuji berkisar 38.89-73.94 gr/buah. Sedangkan varietas berkisar 43.98-50.03 gr/buah (Tabel 5). Semua genotipe memiliki nilai yang tidak

19 berbeda nyata dengan varietas E F1 dan Prmt, sedangkan bobot perbuah genotipe SMO64 lebih tinggi dibandingkan dua varietas pembanding. Gambar 5. Keragaan Tujuh Genotipe dan Dua Varietas Pembanding Tomat Peubah Kualitatif Pada pengamatan dimensi buah dilakukan tiga pengukuran panjang (lingkar buah), lebar (bentuk ujung buah) dan tinggi buah. Hal ini guna memperoleh gambaran rata-rata bentuk dasar buah tomat, sehingga dapat dikategorikan kedalam buah bulat pipih, bulat, bulat persegi, silinder dan pear (Jaya, 1997). Pada peubah diameter buah semua genotipe tidak berbeda nyata dengan dua varietas pembanding, kecuali diameter lebar buah genotipe SMO64 lebih besar dibandingkan varietas EF1 dan Prmt. Pada peubah diameter tinggi buah (DTB), semua genotipe tidak berbeda nyata dengan pembanding, kecuali DTB genotipe R0 lebih kecil dibandingkan varietas EF1. DTB genotipe P0 dan P lebih tinggi dibandingkan varietas Prmt (Tabel 6). Kekerasan Buah Nilai kekerasan buah diukur dengan penetrometer, kekerasan buah makin tinggi bila nilai pada penetrometer makin kecil. Berdasarkan Tabel 5 pada peubah kekerasan pangkal buah semua genotipe tidak berbeda nyata dengan dua varietas pembanding, kecuali kekerasan pangkal buah genotipe R0 lebih tinggi dibandingkan varietas EF1. Pada peubah kekerasan tengah buah semua genotipe tidak berbeda nyata dengan dua varietas pembanding, genotipe R0 lebih tinggi

20 dibandingkan dua varietas pembanding yaitu EF1 dan Prmt. Pada peubah kekerasan ujung buah semua genotipe tidak berbeda nyata dengan dua varietas pembanding. Kekerasan ujung buah genotipe R0 lebih tinggi dibandingkan varietas EF1 dan Prmt. Total Asam Tertitrasi Secara umum nilai TAT genotipe dan varietas yang diuji berkisar 0.31-0.55. TAT semua genotipe yang diamati tidak berbeda nyata dengan dua varietas pembanding (EF1 dan Prmt), kecuali pada genotipe R0 lebih tinggi dibandingkan varietas EF1 (Tabel 6). Kandungan total asam tertitrasi dipengaruhi oleh faktor asam-asam organik pada buah. Asam-asam organik ini digunakan sebagai substrat dalam proses reaksi metabolisme sebagai cadangan makanan yang nantinya akan diubah menjadi gula atau direspirasikan (Santoso dan Purwoko, 1995). Tabel 6. Nilai Tengah Dimensi Buah, Kekerasan Buah, dan TAT 7 Genotipe dan 2 Varietas Pembanding. Diameter Kekerasan PanjangBuah Genotipe Buah Pangkal (mm) (mm) Buah Kekerasan Kekerasan Tengah Buah Ujung Buah TAT B0 35.43 56.28 31.44 46.52 46.93 0.34 M0 31.30 50.03 35.11 48.20 42.63 0.46 P0 32.78 59.19 b 26.67 39.89 29.33 0.34 SMO64 46.63 ab 54.31 32.22 41.74 40.33 0.38 R0 38.13 44.66 a 54.06 a 70.78 ab 67.28 ab 0.55 a NP 34.11 57.63 35.06 49.61 36.06 0.31 P 33.22 63.19 b 28.63 41.96 31.74 0.36 EF1 32.87 57.10 25.22 37.56 38.45 0.36 Prmt 31.18 46.46 36.06 41.78 40.11 0.42 Keterangan : angka yang diikuti dengan huruf a dan b berturut-turut berbeda nyata dengan varietas pembanding EF1 dan Prmt berdasarkan uji Dunnett taraf 5%.

21 Heritabilitas Nilai heritabilitas berkisar antara 0 dan 1. Heritabilitas dengan nilai 0 berarti bahwa variabilitas fenotipe terutama disebabkan oleh faktor lingkungan, sedangkan variabilitas dengan nilai 1 berarti variabilitas fenotipe terutama disebabkan oleh genotipe. Makin mendekati 1 dinyatakan heritabilitasnya makin tinggi, sebaliknya makin mendekati 0 heritabilitasnya makin rendah. Heritabilitas dalam arti luas digunakan untuk menduga nilai proporsi pengaruh genetik terhadap penampilan fenotipe. Tabel 7 menunjukkan nilai duga heritabilitas yang diamati dengan kisaran 70.55-96.52%. Tabel 7. Nilai Duga Heritabilitas dalam Arti Luas No Peubah h² bs (%) 1 Tinggi Tanaman 93.55 (tinggi) 2 Jumlah Daun Majemuk 95.44 (tinggi) 3 Jumlah Fruit Set 94.49 (tinggi) 4 Umur Berbunga 96.52 (tinggi) 5 Umur Panen 89.66 (tinggi) 6 Diameter Buah 78.20 (tinggi) 7 Diameter Tinggi Buah 83.82 (tinggi) 8 Kekerasan Pangkal Buah 76.13 (tinggi) 9 Kekerasan Tengah Buah 70.55 (tinggi) 10 Kekerasan Ujung Buah 72.06 (tinggi) 11 TAT 79.03 (tinggi) 12 Jumlah Buah per Tanaman 88.67 (tinggi) 13 Bobot Buah per Tanaman 73.76 (tinggi) 14 Bobot per Buah 78.56 (tinggi) Pendugaan nilai karakter dengan nilai duga heritabilitas tinggi menunjukkan karakter yang muncul terutama lebih banyak dikendalikan oleh faktor genetik dan sedikit dipengaruhi lingkungan. Suatu populasi yang secara genetik berbeda yang hidup pada lingkungan yang sama kemungkinan besar dapat memperlihatkan nilai duga heritabilitas yang berbeda untuk suatu karakter yang sama. Begitu pula sebaliknya. Nilai heritabilitas dipengaruhi oleh antara lain

22 faktor karakteristik populasi, sampel genotipe yang dievaluasi serta metode perhitungan (Fehr, 1987). Menurut Syukur et al. (2009) tinggi rendahnya nilai heritabilitas digolongkan berdasarkan tiga kategori : a). Rendah (H 2 bs< 0.2), b). Sedang (0.2 H 2 bs 0.5), c). Tinggi (H 2 bs> 0.5). Karakter 14 peubah yang diamati terbukti memiliki heritabilitas yang tinggi (h² bs = 70.55-96.52%, Tabel 6). Hal ini menunjukkan bahwa penampilan lebih ditentukan oleh faktor genetik.

23 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Genotipe R0, NP dan EF1 memiliki tipe pertumbuhan determinate sedangkan B0, M0, P0, SMO64, P dan Prmt memiliki tipe pertumbuhan indeterminate. Tinggi tanaman genotipe B0, P0 dan P lebih tinggi dibandingkan varietas EF1. Pada pengamatan jumlah daun genotipe R0 dan NP lebih sedikit dibandingkan dengan varietas pembanding. Pada pengamatan umur berbunga genotipe M0 yang tidak berbeda nyata dengan varietas pembanding. Umur panen genotipe B0 dan M0 tidak berbeda nyata dengan varietas pembanding. Genotipe M0 dan SMO64 memiliki nilai fruitset yang tidak berbeda nyata dengan varietas pembanding. Tiga genotipe (B0, M0 dan SMO64) yang diuji menunjukkan produktivitas diatas 30 ton/ha, walaupun dari segi produktivitas masih di bawah varietas pembanding. Genotipe EF1 menghasilkan bobot total terbesar, genotipe SMO64 memiliki ukuran buah serta bobot rata-rata buah paling tinggi, pada peubah kualitatif secara umum semua genotipe tidak berbeda nyata dengan varietas pembanding, kecuali genotipe R0. Karakter 14 peubah yang diamati terbukti memiliki heritabilitas yang tinggi (h² bs = 70.55-96.52%). Hal ini menunjukkan bahwa penampilan lebih ditentukan oleh faktor genetik. Karakter tersebut lebih mudah diwariskan pada generasi berikutnya, sehingga seleksinya dapat dilakukan pada generasi awal. Saran Untuk memperoleh hasil yang lebih teliti dalam pengujian genotipegenotipe introduksi, maka diperlukan pengujian lebih lanjut dengan mengelompokkan ke dalam kategori yang tingkat potensinya tidak terlalu berbeda. Perlu dilakukan kegiatan pemuliaan untuk genotipe dengan jumlah buah tinggi namun rentan terhadap serangan OPT.

24 DAFTAR PUSTAKA Cahyono, B. 2008. Tomat Usaha Tani dan Penanganan Pascapanen. Kanisius. Yogyakarta. Csizinsky A.A, D.J Schuster, Jones J.B, V.J.C Lenteren 2005. Crop Protection. P: 201-209, in Heuvelink, E. (ed). Tomatoes. CABI Publishing. Massachusetts. Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI. 1990. Daftar Komposisi Bahan Makanan. Penerbit Bharata. Jakarta. Fehr, W.R. 1987. Principles of Cultivar Development, Vol.1: Theory and Technique. Iowa State University. MacMillan Publ. Co. New York. Gomez, K.A. and A.A Gomez. 1995. Prosedur Statistika untuk Penelitian Pertanian. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. 698 hal. Harjadi, S. S., dan H. Sunarjono. 1989. Budidaya Tomat. Hal: 244-269. Dalam Harjadi, S.S. (ed), Dasar-dasar Hortikultura. Fakultas Pertanian, Jurusan Budidaya Pertanian, IPB. Bogor. Jaya, B. 1997. Botani Tanaman Tomat. Teknologi Produksi Tomat: 25-37. Balai Penelitian Tanaman Sayuran Lembang. Jones, B Jr. 2008. Tomato Plant Culture. In the field, Greenhouse and Home Garden. CRC Press. New York. 399 p. Kader, A. A. 1985. Post Harvest Technology of Horticulture Crops. Div. Of Agriculture. University of California. USA. Kementerian Pertanian Indonesia. 2010. Budidaya Tomat Dataran Rendah. http://www. Epetani/elektronik petani/budidaya-tomat-dataran-rendah- 1483.htm.[18Februari 2011]. Purwati, E. 1997. Pemuliaan Tanaman Tomat. Teknologi Produksi Tomat: 42-58. Balai Penelitian Tanaman Sayuran Lembang. Purwati, E. 2008. Hubungan antara karakteristik fenotipik buah tomat dengan jumlah biji. Jur. Agrigor 7(3): 222-229. Purwati, E. 2009. Daya hasil tomat F1 (Hibrida) di dataran medium. Jur. Hortikultura 19(2): 125-130. Santoso, B. B., dan B. S. Purwoko. 1995. Fisiologi dan Teknologi Pasca Panen Tanaman Hortikultura. Indonesia Australia Eastern University Project. 187 hal.

25 Sutarya, R., G. J. H. Grubben, dan H. Sutarno. 1995. Pedoman Bertanam Sayuran Dataran Rendah. Gajah Mada University Press, bekerjasama dengan Prosea indonesia dan Balithort Lembang. Syukur,M., S. Sujiprihati, dan R. Yunianti. 2009. Teknik Pemuliaan Tanaman. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. 300 hal. Tugiyono, H. 2007. Bertanam Tomat. Penebar Swadaya. Jakarta. Villareal, R.L. 1979. Tomato production in the tropics-problem and progress. P: 6-10, in Cowell, R. (ed). 1st International Symposium on Tropical Tomato. AVRD Publication. Taiwan. Villareal, R.L. 1980. Tomato in the tropics. Westview Press. Colorado. 174 p.

LAMPIRAN 26

27 Lampiran 1. Gambar Dokumentasi Penelitian Penyiraman bibit tomat Populasi tiap bedeng Penampilan fruitset Buah yang terserang ulat grayak Batang patah akibat deraan hujan Keragaan buah tomat Penampilan buah seluruh genotipe

28 Tabel 1. Sidik Ragam Karakter Tinggi Tanaman Sumber Keragaman DB JK KT F-Hit Pr>F Ulangan 2 633.598.389 316.799.194 5.77 0.0193 Varietas 8 1.294.080.250 728.066615 2.95 <.0001 Galat 11 604.044.278 54.913.116 Corrected Total 21 2.653.423.500 KK(%) 6.31 Tabel 2. Sidik Ragam Karakter Jumlah Daun Majemuk Sumber Keragaman DB JK KT F-Hit Pr>F Ulangan 2 16.227500 8.113750 1.04 0.3926 Varietas 8 1167.224167 145.839583 18.68 <.0001 Galat 11 70.280833 7.808981 Corrected Total 21 1291.069500 KK (%) 6.67 Tabel 3. Sidik Ragam Karakter Jumlah Fruitset Sumber Keragaman DB JK KT F-Hit Pr>F Ulangan 2 6870.100556 3435.050278 4.68 0.0339 Varietas 8 1976.215278 80.2190972 0.34 <.0001 Galat 11 8078.23444 734.38495 Corrected Total 21 18670.12000 KK (%) 14.61

29 Tabel 4. Sidik Ragam Karakter Umur Berbunga Sumber Keragaman DB JK KT F-Hit Pr>F Ulangan 2 133.4288889 66.7144444 7.40 0.0092 Varietas 8 267.8675000 11.94270833 3.71 <.0001 Galat 11 99.1711111 9.0155556 Corrected Total 21 536.4095455 KK (%) 2.49 Tabel 5. Sidik Ragam Karakter Umur Panen Sumber Keragaman DB JK KT F-Hit Pr>F Ulangan 2 2769.201667 1384.600833 5.50 0.0221 Varietas 8 1101.335833 76.65277778 0.55 0.0005 Galat 11 2769.471667 251.770152 Corrected Total 21 7411.445909 KK (%) 1.31 Tabel 6. Sidik Ragam Karakter Diameter Buah Sumber Keragaman DB JK KT F-Hit Pr>F Ulangan 2 1227.337622 613.668811 5.01 0.0284 Varietas 8 1101.454328 63.3719045 1.12 0.0113 Galat 11 1347.110261 122.464569 Corrected Total 21 3877.385786 KK (%) 10.51

30 Tabel 7. Sidik Ragam Karakter Panjang Buah Sumber Keragaman DB JK KT F-Hit Pr>F Ulangan 2 40.9209764 20.4604882 2.43 0.1337 Varietas 8 861.0803986 89.6179259 12.78 0.0036 Galat 11 92.651690 8.422881 Corrected Total 21 1029.787986 KK (%) 6.97 Tabel 8. Sidik Ragam Karakter Kekerasan Pangkal Buah Sumber Keragaman DB JK KT F-Hit Pr>F Ulangan 2 29.9298264 14.9649132 0.16 0.8511 Varietas 8 766.0298653 143.852057 1.05 0.0157 Galat 11 1005.948257 91.449842 Corrected Total 21 1787.437345 KK (%) 17.50 Tabel 9. Sidik Ragam Karakter Kekerasan Tengah Buah Sumber Keragaman DB JK KT F-Hit Pr>F Ulangan 2 44.286210 22.143105 0.24 0.7870 Varietas 8 1454.178996 197.268924 2.01 0.0321 Galat 11 994.850724 90.440975 Corrected Total 21 2489.678109 KK (%) 16.53

31 Tabel 10. Sidik Ragam Karakter Kekerasan Ujung Buah Sumber Keragaman DB JK KT F-Hit Pr>F Ulangan 2 456.278593 228.139297 1.70 0.2275 Varietas 8 1368.344940 258.767999 1.27 0.0270 Galat 11 1477.061024 134.278275 Corrected Total 21 3028.504186 KK (%) 20.62 Tabel 11. Sidik Ragam Karakter Total Asam Tertitrasi Sumber Keragaman DB JK KT F-Hit Pr>F Ulangan 2 818.3008222 409.1504111 5.05 0.0278 Varietas 8 446.1340278 0.01220816 0.69 0.0098 Galat 11 891.247694 81.022518 Corrected Total 21 2345.517550 KK (%) 12.96 Tabel 12. Sidik Ragam Karakter Jumlah Buah per Tanaman Sumber Keragaman DB JK KT F-Hit Pr>F Ulangan 2 389.039289 194.519644 2.36 0.1401 Varietas 8 4674.793744 493.574670 7.10 0.0008 Galat 11 905.626044 82.329640 Corrected Total 21 6178.296436 KK (%) 20.44

32 Tabel 13. Sidik Ragam Karakter Bobot Buah per Tanaman Sumber Keragaman DB JK KT F-Hit Pr>F Ulangan 2 656422.261 328211.131 0.95 0.4148 Varietas 8 9583844.021 695284.345 3.48 0.0219 Galat 11 3783918.43 343992.58 Corrected Total 21 14746209.65 KK (%) 23.81 Tabel 14. Sidik Ragam Karakter Bobot per Buah Sumber Keragaman DB JK KT F-Hit Pr>F Ulangan 2 573.600350 286.800175 2.13 0.1649 Varietas 8 1511.622950 329.761648 1.41 0.0107 Galat 11 1479.039750 134.458159 Corrected Total 21 3934.136727 KK (%) 16.52