BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN

KUESIONER TENTANG PERAN KOMITE SEKOLAH

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN. dan pemerintah. Dapat dikatakan pada saat ini tanggung jawab masing masing

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV ANALISIS PENGELOLAAN KOMITE SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN DI SD ISLAM AL AZHAR 29 SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. keinginan pemerintah dan kebutuhan masyarakat. Paradigma baru manajemen

BAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, terutama setelah diberlakukannya Undang-Undang Republik

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan temuan penelitian sebagaimana disajikan pada bab IV, dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan, salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah

PERAN KOMITE SEKOLAH DALAM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI SMA KRISTEN 2 SALATIGA

BAB I PENDAHULUAN. Nasional (PROPENAS) Tahun Dalam BAB VII PROPENAS. ini memuat tentang Pembangunan Pendidikan, dimana salah satu arah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pusat sumber belajar untuk siswa Sekolah Dasar (SD). SDN ini terletak sangat

5.2. Implikasi penelitian Implikasi teori Implikasi terapan

BAB I PENDAHULUAN. Di era persaingan global, Indonesia memerlukan sumber daya manusia

BAB II TELAAH PUSTAKA

IKA FIA UB GARIS BESAR ATURAN ORGANISASI IKATAN ALUMNI FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

KEPUTUSAN PENGURUS KOMITE SLTP NEGERI 6 SRAGEN Nomer : 01 / Komite / SLTP N 6 / 2003 Tentang Anggaran Dasar Komite Sekolah SLTP Negeri 6 Sragen

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

ANGGARAN DASAR / ANGGARAN RUMAH TANGGA HIMATIKA FMIPA UNY

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam peningkatan

Indikator Empirik Penjabaran Sub Peran dan Fungsi Komite Sekolah KOMITE SEKOLAH. pada satuan pendidikan dalam. program. satuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. mengutamakan kepuasan pelanggan dengan memberikan pelayanan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 30 TAHUN 2007 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. mengamanatkan bahwa pemerintah daerah, yang mengatur dan mengurus

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN ALUMNI SMA NEGERI DELAPAN JAKARTA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pendidikan juga merupakan cara yang efektif sebagai proses nation and

BAB I PENDAHULUAN. investasi. Dengan demikian nilai modal ( human capital ) suatu bangsa tidak hanya

A N G G A R A N D A S A R KEKERABATAN ALUMNI ANTROPOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA (KELUARGA) MUKADIMAH

DRAFT ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN KELUARGA ALUMNI TEKNIK KIMIA (IKA TEKNIK KIMIA) POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA

ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERAN KOMITE SEKOLAH DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN DI SD NEGERI 2 GEMEKSEKTI KEBUMEN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. Berdasarkan rumusan masalah dan hasil penelitian tentang peran komite

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rizqi Syaroh Amaliyah, 2013

Bab I Pendahuluan. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menuju pemerintahan daerah yang demokratis dan pembangunan yang

1 BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan antara yang satu dengan yang lainnya. Terbentuknya organisasi. sesama manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ANGGARAN DASAR BADAN SEMI OTONOM TEKNOLOGI INFORMASI DAN MULTIMEDIA HIMATIKA UNY

IKATAN ALUMNI CEDS UI

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. manfaat penelitian secara teoritik dan praktis, serta penegasan istilah.

KEPUTUSAN MUSYAWARAH BADAN LEGISLATIF MAHASISWA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGA

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

BUPATI KEPULAUAN YAPEN

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SOAL EDS ONLINE UNTUK KS.

BAB VI PENUTUP. tersebut akan disajikan secara rinci sebagai berikut: 1. Peran Komite Sekolah Sebagai Badan Pertimbangan (Advisory Agency)

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Bantuan United Nations Children s Fund (UNICEF) Dalam Mensukseskan

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI ANTROPOLOGI INDONESIA

Lembaran Negara Nomor 4548);

PERATURAN DIREKTUR POLITEKNIK INDRAMAYU NOMOR : 001/DIR/PER/III/2013 TENTANG ORGANISASI KEMAHASISWAAN DI LINGKUNGAN POLITEKNIK INDRAMAYU

BAB I PENDAHULUAN. yang bernama komite sekolah (SK Mendiknas Nomor 044/U/2002). karena pembentukan komite sekolah di berbagai satuan pendidikan atau

BAB II GAMBARAN UMUM SEKOLAH

MUKADDIMAH. Forum Pimpinan Fakultas Bidang Ilmu Pertanian PTM se Indonesia (FPF-BIP PTM) mempunyai:

FORM EDS KEPALA SEKOLAH

WALIKOTA TASIKMALAYA

BUPATI MANDAILING NATAL

ANGGARAN DASAR HIMPUNAN ALUMNI SEKOLAH BISNIS INSTITUT PERTANIAN BOGOR PEMBUKAAN

2016, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI KEMASYARAKATAN.

ISMKMI Ikatan Senat Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Indonesia Indonesian Public Health Student Executive Board Association

MEMBERDAYAKAN KOMITE SEKOLAH UNTUK MENINGKATKAN MUTU LAYANAN PENDIDIKAN. Oleh : Alpres Tjuana, S.Pd., M.Pd

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG DEWAN PENDIDIKAN DAN KOMITE SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Pangkalan Data Penjaminan Mutu Pendidikan. Negara Kesatuan Republik Indonesia. Panduan EDS Kepala Sekolah PADAMU NEGERI

BUPATI CILACAP TENTANG KABUPATEN CILACAP BUPATI CILACAP,

RINGKASAN PEMBERDAYAAN KOMITE SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN TATA KELOLA DAN AKUNTABILITAS PENDIDIKAN DASAR DI SULAWESI SELATAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2017 TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG BADAN PERWAKILAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

AD ART Komite Sekolah

1. Pendahuluan June, Volume 1 Number 1 Efektivitas Kinerja Komite Sekolah di SMP Negeri 1 Banjarsari. Sunardi

PARTISIPASI KOMITE SEKOLAH DALAM PENYELENGGARAAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DI SD NEGERI SE-KECAMATAN MUNTILAN

ASOSIASI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN INDONESIA (APS-TPI)

2008, No.2 2 d. bahwa Partai Politik merupakan sarana partisipasi politik masyarakat dalam mengembangkan kehidupan demokrasi untuk menjunjung tinggi k

KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MUSYAWARAH UMUM MAHASISWA FAKULTAS (MUMF) 2015

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN ALUMNI SMK NEGERI 5 DENPASAR

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN ALUMNI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS INDONESIA (ILUNI PPs UI)

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Responden Penelitian ini dilaksanakan di sekolah dasar (SD) yang tergabung dalam Gugus Diponegoro Kecamatan Dempet Kabupaten Demak. Di Gugus Maju terdapat 7 SD yang terdiri dari: 1 SD inti dan 6 SD imbas. Sebagai SD inti adalah SD Negeri Dempet 1 yang terletak di Desa Dempet Kecamatan Dempet. Sekolah Dasar yang menjadi SD imbas adalah: (1) SD Negeri Dempet 2; (2) SD Negeri Dempet 3; (3) SD Negeri Dempet 4 semuanya terletak di Desa Dempet Kecamatan Dempet; (4) SD Negeri Botosengon 1 yang terletak di Desa Botosengon Kecamatan Dempet; (5) SD Negeri Botosengon 2, yang terletak di Desa Botosengon Kecamatan Dempet; dan (6) SD Negeri Kedungori yang terletak di desa Kedungori Kecamatan Dempet. Responden dalam penelitian ini terdiri dari pengurus komite sekolah, kepala sekolah, guru, orang tua siswa, dan siswa: Selanjutnya data tentang responden dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut: 47

NO Kategori Subjek Tabel 4.1 Deskripsi Subjek Penelitian Jml (org) Usia Masa Kerja (tahun) Jml Pendidikan Jenjang 1 Komite 28 30-70 3-9 4 Sarjana Sekolah 4 Sarmud 11 SLTA 7 SLTP 2 SD 2 Kepala 7 49-56 3-12 7 Sarjana Sekolah 3 Guru 14 30-56 5-32 14 Sarjana 4 Orang 14 30-55 4 Sarjana Tua 6 SLTA Siswa 1 SLTP 3 SD 5 Siswa 14 10-13 Sumber: Data Primer, 2012 Dari Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa anggota komite sekolah dari 7 sekolah dasar se-gugus Diponegoro yang bukan berasal dari dewan guru berjumah 28 orang dengan usia termuda 30 tahun dan usia tertua 70 tahun. Masa kerja mereka sebagai Komite Sekolah berkisar antara 3 sampai 9 tahun. Tingkat pendidikan mereka terbanyak SLTA sejumlah 11 orang, SLTP sebanyak 7 orang, berpendidikan sarjana, sarjana muda masing-masing 4 orang, dan SD 2 orang. Sebanyak 7 kepala sekolah di Sekolah Dasar se- Gugus Diponegoro berusia antara 49 sampai 56 tahun, dengan masa kerja sebagai kepala sekolah 48

antara 3 sampai 12 tahun. Tingkat pendidikan mereka, 6 orang berijazah sarjana dan 1 orang yang sedang menempuh studi lanjut S2. Responden dari dewan guru sebanyak 14 orang dari 7 sekolah. Usia mereka berkisar antara 30 sampai 56 tahun dengan masa kerja sebagai guru antara 5 sampai 30 tahun. Tingkat pendidikan mereka 13 orang berijazah sarjana,1 tengah mengikuti studi lanjut. Orang tua siswa yang menjadi responden dalam penelitian ini sebanyak 14 orang, adalah mereka yang anaknya menjadi responden dan dipilih secara acak. Usia termuda mereka 30 tahun dan usia tertua 55 tahun. Tingkat pendidikan mereka cukup variatif yaitu berijazah sarjana 4 orang, SLTA 6 orang, SLTP 1 orang, dan berijazah SD 3 orang. Siswa yang menjadi responden dalam penelitian ini sebanyak 14 orang berasal dari 7 sekolah. Mereka dipilih secara acak diambilkan dari kelas 6 dan kelas 3 yang orang tuanya juga menjadi responden dalam penelitian ini. Kisaran umur mereka antara 10 sampai 13 tahun. 4.2 Analisis Dalam bagian ini akan dilakukan analisis terhadap data hasil penelitian terhadap empat peran komite sekolah yaitu sebagai badan pertimbangan, badan pendukung, badan pengontrol dan sebagai mediator. 49

4.2.1 Peran Komite Sekolah sebagai Badan Pertimbangan Komite sekolah sabagai badan pertimbangan dituntut untuk mampu memberikan pertimbangan kepada pihak sekolah dalam rangka penentuan kebijakan sekolah. Dalam perannya tersebut komite sekolah diharapkan dapat mamberikan pertimbangan kepada sekolah dalam hal pendataan kondisi sosial ekonomi keluarga peserta didik dan sumber daya pandidikan yang ada dalam masyarakat; memberikan masukan dan pertimbangan kepada kepala sekolah dalam penyusunan visi, misi, tujuan, kebijakan, dan kegiatan sekolah; menganalisis hasil pendataan sebagai bahan pemberian masukan, pertimbangan dan rekomendasi kepada sekolah; menyampaikan masukan, pertimbangan dan rekomendasi secara tertulis kepada sekolah dengan tembusan kepada Dinas Pendidikan; memberi pertimbangan kepada sekolah dalam rangka pengembangan kurikulum muatan lokal dan meningkatkan proses pembelajaran dan pengajaran yang menyenangkan; serta memverivikasi RAPBS yang diajukan oleh kepala sekolah, memberikan pengesahan terhadap RAPBS setelah proses verivikasi dalam rapat komite sekolah. Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 28 pengurus komite sekolah yang berasal dari tujuh sekolah yang tergabung dalam Gugus Diponegoro Kecamatan Dempet diperoleh data sebagaimana pada Tabel 4.2 berikut: 50

Tabel 4.2 Peran Komite Sekolah Sebagai Badan Pertimbangan NO Indikator Min Max Mean SD 1 Mengadakan pendataan kondisi 1 5 2,92 1,36 sosial ekonomi keluarga peserta didik dan sumber daya yang ada dalam masyarakat. 2 Memberikan masukan dan 1 5 3,21 1,17 pertimbangan kepada sekolah dalam penyusunan visi, misi, dan tujuan, kebijakan dan kegiatan sekolah. 3 Menganalisa hasil pendataan 2 5 3,28 0,81 sebagai masukan, pertimbangan dan rekomendasi kepada sekolah 4 Menyampaikan masukan, 1 4 2,28 1,36 pertimbangan dan rekomendasi secara tertulis kepada sekolah dengan tembusan kepada Dinas Pendidikan. Total 1 5 2,87 1,18 Sumber: Data Primer yang diolah, 2013 Berdasarkan Tabel 4.2 diketahui bahwa peran komite sekolah sebagai badan pertimbangan diperoleh rerata sebesar 2,72 yang masuk dalam kategori cukup baik (2,60-3,39) dengan standar deviasi 1,18. Hal ini dapat diartikan sebagian besar responden beranggapan bahwa komite sekolah sudah melaksanakan perannya sebagai badan pertimbangan dengan baik. Ada 1 peran yang tergolong sangat sering yaitu dalam hal menga-dakan pendataan kondisi sosial ekonomi keluarga peserta didik dan sumber daya pendidikan yang ada dalam masyarakat. Ada peran komite yang tergolong cukup yaitu dalam hal menyampaikan pertimbangan kepada sekolah dalam rangka pengembangan kuri-kulum muatan lokal dan meningkatkan 51

proses pembelajaran dan pengajaran yang menyenangkan. Hal ini disebabkan karena kurikulum muatan lokal di Seko-lah Dasar sudah ditentukan oleh Dinas Pendidikan demi keseragaman. Oleh karena itu di tingkat sekolah kurikulum ini sudah tidak dilakukan pengembangan, dan kepada komite sekolah hanya diberikan informasi saja. Pemberian informasi inilah yang oleh sebagian besar komite sekolah sudah dianggap sebagai permintaan pertimbangan. 4.2.2 Peran Komite Sekolah sebagai Badan Pendukung Dalam perannya sebagai badan pendukung, komite sekolah diharapkan dapat memberikan dukungan untuk secara preventif dalam memberantas penyebarluasan narkoba di sekolah serta pemeriksaan kesehatan siswa; memberikan dukungan kepada sekolah dalam pelaksanaan kegitan ekstrakurikuler; mencari bantuan dana dari dunia usaha dan dunia industri untuk biaya pembebasan uang sekolah bagi siswa yang berasal dari keluarga kurang mampu; serta melaksanakan konsep subsidi silang dalam penarikan iuran dari orang tua siswa. Hasil penelitian untuk peran komite sekolah sebagai badan pendukung dapat dilihat pada Tabel 4.3 di bawah ini: 52

Tabel 4.3 Peran Komite Sekolah sebagai Badan Pendukung NO Indikator Min Max Mean SD 1 Memberikan dukungan kepada sekolah 2 5 3,53 0,79 untuk secara preventif dalam memberantas penyebarluasan narkoba di sekolah, serta pemeriksaan kesehatan siswa. 2 Memberikan dukungan kepada sekolah 1 5 3,10 1,35 dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler. 3 Mencari bantuan dana dari dunia 1 4 1,67 0,98 industri untuk biaya pembebasan uang sekolah bagi siswa yang berasal dari keluarga kurang mampu. 4 Melaksanakan konsep subsidi silang 1 4 2,53 0,99 dalam penarikan iuran dari orang tua siswa. Total 2,71 1,03 Sumber: Data Primer yang diolah, 2012 Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa peran komite sekolah sebagai badan pendukung cukup baik (2,60-3,39) dilihat dari perolehan total rerata sebesar 2,71 dengan standar deviasi 1,03. Dari empat indikator satu indikator dikategorikan rendah sekali yaitu peran Komite Sekolah dalam mencari bantuan dana dari dunia industri untuk biaya pembebasan uang sekolah bagi siswa yang berasal dari keluarga kurang mampu dimana perolehan rataratanya 1,67. Hal ini disebabkan karena di sekolah dasar kerjasama dengan dunia industri dirasa belum penting disebabkan pada umumnya sudah bebas biaya murni. Artinya semua siswa baik yang kaya maupun yang miskin dibebaskan dari segala jenis iuran. 53

4.2.3 Peran Komite Sekolah Sebagai Badan Pengontrol Dalam perannya sebagai badan pengontrol, komite dekolah berperan untuk meminta penjabaran kepada sekolah tentang hasil belajar siswa; menyebarkan kuesioner untuk memperoleh masukan, saran, dan ide kreatif dari masyarakat; serta menyampaikan laporan secara tertulis tentang hasil pengamatan Komite Sekolah terhadap sekolah. Hasil penelitian tentang peran komite sekolah sebagai badan pengontrol dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut: Tabel 4.4 Peran Komite Sekolah Sebagai Badan Pengontrol NO Indikator Min Max Mean SD 1 Meminta penjabaran kepada sekolah tentang hasil belajar siswa. 2 Menyebarkan kuesioner untuk memperoleh masukan, saran, dan ide kreatif dari masyarakat. 3 Menyampaikan laporan kepada sekolah secara tertulis tentang hasil pengamatan komite sekolah terhadap sekolah. 1 5 3,10 1,12 1 5 2,67 1,31 1 5 2,67 1,31 Total 1 5 2,78 1,25 Sumber: Data Primer yang diolah, 2013 Data hasil penelitian menunjukkan bahwa peran Komite Sekolah sebagai badan pengontrol cukup baik (2,60-3,39) dengan diperolehnya rata-rata 2,78 dan standar deviasi 1,25. Dalam hal meminta penjabaran 54

kepada sekolah tentang hasil belajar siswa tergolong cukup berperan dengan diperolehnya rata-rata 3,00. Hal ini disebabkan selama ini komite sekolah memang diundang ke sekolah rata-rata hanya dalam rangka penerimaan rapor atau kelulusan. Dengan demikian forum tersebut sekaligus merupakan forum penjabaran hasil belajar siswa. 4.2.4 Peran Komite Sekolah Sebagai Mediator Peran komite sekolah sebagai mediator diuraikan dalam delapan indikator yaitu membantu sekolah dalam menciptakan hubungan dan kerja sama antara sekolah dengan orang tua dan masyarakat; mengadakan rapat atau pertemuan secara rutin atau insidental dengan kepala sekolah dan dewan guru; mengadakan kunjungan atau silaturahmi ke sekolah, atau dengan dewan guru di sekolah; bekerja sama dengan pihak sekolah dalam kegiatan penelusuran alumni. Data hasil penelitian tentang peran komite sekolah sebagai mediator dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut: 55

Tabel 4.5 Peran Komite Sekolah Sebagai Mediator NO Indikator Min Max Mean SD 1 Membantu sekolah dalam menciptakan 1 4 3,04 0,58 hubungan dan kerjasama antara sekolah dengan orang tua dan masyarakat. 2 Mengadakan rapat atau pertemuan secara 3 4 3,21 0,42 rutin atau insidental dengan kepala sekolah dan dewan guru. 3 Mengadakan kunjungan atau silaturahmi 2 5 2,61 0,50 ke sekolah, atau dengan dewan guru di sekolah. 4 Bekerjasama dengan sekolah dalam kegiatan penelusuran alumni. 1 2 1,11 0,92 Total 1 5 2,20 0,60 Sumber: Data Primer yang diolah, 2013 Tabel 4.5 menunjukkan bahwa secara keseluruhan peran komite sekolah sebagai mediator kurang baik (1,80-2,59) dengan diperolehnya rerata 2,20 dan standar deviasi 0,60. Hal yang jarang dilakukan oleh semua komite sekolah adalah dalam hal bekerjasama dengan sekolah dalam kegiatan penelusuran alumni. Penyebabnya adalah kurangnya pengetahuan Komite Sekolah tentang perannya dalam manajemen berbasis sekolah, dan juga karena pihak sekolah belum menempatkan komite sekolah sesuai peran, tugas dan fungsinya sebagaimana yang diamanatkan oleh Kepmendiknas No. 044/U/2002. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan untuk rerata empat peran komite sebagai badan pertimbangan, badan pendukung, badan pengontrol dan mediator sebagai berikut: 56

Tabel 4.6 Tabel Rerata Peran Komite Sekolah No Peran Komite Min Max Mean SD 1 Badan Pertimbangan 1 5 2,87 1,18 2 Badan Pendukung 1 5 2,71 1,03 3 Badan Pengontrol 1 5 2,78 1,25 4 Mediator 1 5 2,20 0,60 Tabel 4.6 menunjukkan bahwa ada tiga peran komite sekolah cukup baik, yaitu peran komite sekolah sebagai badan pertimbangan, badan pendukung, dan badan pengontrol. Sedangkan peran komite sekolah sebagai mediator dalam kategori kurang baik. 4.3 Pembahasan Berdasarkan hasil analisis data, secara keseluruhan peran komite sekolah dalam manajemen berbasis sekolah di Gugus Diponegoro Kecamatan Dempet dalam katagori baik. Selanjutnya akan dilakukan pembahasan per aspek mengenai peran komite sekolah dalam manajemen berbasis sekolah di Gugus Diponegoro Kecamatan Dempet. 4.3.1 Peran Komite Sekolah sebagai Badan Pertimbangan Untuk peran komite sekolah sebagai badan pertimbangan dikategorikan baik. Hal ini berarti bahwa di Gugus Diponegoro, komite sekolah cukup dalam 57

memberikan pertimbangan kepada sekolah dalam rangka menentukan kebijakan sekolah yang tampak dalam banyak hal. Dalam mendata kondisi sosial ekonomi peserta didik dan sumber daya pendidikan yang ada dalam masyarakat, komite sekolah sudah banyak berperan. Namun demikian dalam hal memberikan masukan dan pertimbangan kepada sekolah dalam penyusunan visi, misi, tujuan, kebijakan, dan kegiatan sekolah serta dalam memverivikasi RAPBS yang disusun sekolah. Komite belum banyak terlibat, kondisi ini didukung oleh hasil wawancara dengan salah satu ketua komite sekolah: Sekolah menentukan kondisi sosial ekonomi berdasarkan analisa mereka terhadap keseharian siswa dengan pertimbangan dari Komite Sekolah. Ini disebabkan karena kebanyakan guru berdomisili jauh dari sekolah sehingga mereka kurang memahami kondisi sosial ekonomi siswa. Sedangkan dalam penyusunan visi, misi, tujuan, kebijakan, dan kegiatan sekolah yang ada di dalam KTSP dan RAPBS, Komite Sekolah belum dilibatkan. Biasanya kepala sekolah akan meminta tanda tangan Ketua Komite Sekolah untuk bukti pengesahan KTSP dan RAPBS yang telah tersusun. Jadi Komite Sekolah tidak terlibat dalam penyusunan KTSP dan tidak melakukan verivikasi terhadap RAPBS yang disusun sekolah. Dari hasil wawancara tersebut diketahui bahwa di Sekolah Dasar se-gugus Diponegoro, komite sekolah sebagai badan pertimbangan banyak diberdayakan. Hal ini tentu saja sangat menggembirakan. Dengan demikian dengan pertimbangan dari Komite Sekolah, sasaran bantuan dari sekolah akan lebih 58

tepat. Juga tentang visi, misi, tujuan, kebijakan, dan kegiatan sekolah yang disusun dan dilaksanakan akan lebih sesuai dengan kondisi masyarakat setempat mengingat komite sekolah merupakan representasi dari orang tua siswa dan masyarakat sekitar sekolah. Sementara itu dalam hal menganalisis hasil pendataan sebagai bahan pemberian masukan, pertimbangan dan rekomendasi kepada sekolah; dan menyampaikan masukan, pertimbangan, dan rekomendasi secara tertulis kepada sekolah dengan tembusan kepada Dinas Pendidikan dan Dewan Pendidikan, belum banyak dilakukan oleh komite sekolah. Penyebabnya adalah karena komite sekolah di sekolah dasar berada dekat dengan sekolah sehingga saran masukan lebih banyak disampaikan langsung secara lisan kepada sekolah. Untuk pertimbangan kepada sekolah dalam rangka pengembangan kurikulum muatan lokal, dan meningkatkan proses pembelajaran dan pengajaran yang menyenangkan cukup sering dilakukan, karena kurikulum muatan lokal, sudah merupakan paket dari Dinas Pendidikan maka tidak perlu lagi pengembangan di tingkat sekolah, hanya pemberitahuan saja oleh pihak sekolah kepada komite sekolah yang sudah dianggap sebagai pemberian pertimbangan. Kondisi ini didukung oleh hasil wawancara dengan salah seorang kepala sekolah di Gugus Diponegoro: 59

Komite Sekolah memang belum pernah memberikan saran pertimbangan secara terulis kepada kami dengan tembusan kepada Dinas Pedidikan. Saran tertulis yang diberikan kepada sekolah biasanya hanya dituliskan di buku tamu, itu juga lebih banyak berupa kesan bukan pesan. Untuk pengembangan Kurikulum Muatan Lokal di tingkat sekolah kami memang belum pernah melakukannya karena Kurikulum Muatan Lokal sudah merupakan paket dari Dinas Pendidikan untuk keseragaman. Kami hanya memberitahu saja kepada Komite Sekolah tentang mata pelajaran Muatan Lokal yang ada di sekolah kami. Dari wawancara tersebut dapat diketahui bahwa Sekolah Dasar di Gugus Diponegoro sudah banyak mendapatkan pertimbangan dari Komite Sekolah dalam banyak hal. Untuk Kurikulum Muatan Lokal, sebaiknya pengembangan di tingkat satuan pendidikan masih diperlukan meskipun kurikulum tersebut merupakan paket dari Dinas Pendidikan dan ada keseragaman di tingkat kabupaten/kota. Ini lebih dikarenakan agar pembelajaran muatan lokal yang dilaksanakan di sekolah lebih sesuai dengan kondisi yang ada di sekolah, lebih sesuai dengan makna muatan lokal itu sendiri, serta sesuai dengan semangat otonomi yang sesunggguhnya. Secara keseluruhan peran komite sekolah di sekolah dasar Gugus Diponegoro Kecamatan Dempet sebagai badan pertimbangan dikategorikan baik. Yang berarti bahwa komite sekolah sudah banyak memberikan pertimbangan kepada sekolah dalam merencanakan dan melaksanakan visi, misi, tujuan, kebijakan dan kegiatan sekolah. 60

4.3.2 Peran Komite Sekolah sebagai Badan Pendukung Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran Komite Sekolah di Sekolah Dasar Gugus Diponegoro Kecamatan Dempet sebagai badan pendukung dikategorikan baik. Namun dalam hal mencari bantuan dana dari dunia industri untuk biaya pembebasan uang sekolah bagi siswa yang berasal dari keluarga kurang mampu, belum banyak dilakukan. Penyebabnya adalah karena di sekolah dasar se-gugus Diponegoro semua siswa dibebaskan dari segala jenis iuran. Sedangkan dalam pelaksanaan konsep subsidi silang dalam penarikan iuran dari orang tua siswa telah banyak dilakukan oleh komite sekolah se-gugus Diponegoro. Ini disebabkan komite sekolah yang ada di Gugus Diponegoro kebanyakan adalah mereka yang benar-benar memahami kondisi sosial ekonomi orang tua siswa. Hal ini didukung oleh hasil wawancara dengan salah satu Ketua Komite Sekolah di Gugus Diponegoro: Sekarang ini di Sekolah Dasar telah diterapkan kebijakan bebas biaya murni, akan tetapi bila dibutuhkan dana untuk keperluan insidental, Komite Sekolah yang maju ke depan, dan biasanya kami menerapkan konsep subsidi silang. Dengan adanya BOS memang sekolah tidak diperbolehkan menarik iuran untuk keperluan apapun. Untuk itu apabila sekolah memerlukan dana untuk pengembangan sekolah, sekolah meminta kami yang menghimpunnya sehingga tidak menyalahi aturan dari pemerintah. 61

Hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa konsep subsidi silang masih tetap diterapkan. Meskipun sekolah sejak adanya dana BOS dilarang melakukan penarikan iuran dalam bentuk apa pun, akan tetapi untuk pengembangan sekolah, sering sekolah meminta bantuan dana Komite Sekolah. Dana ini akan dihimpun oleh komite sekolah dan pelaksanaan program juga oleh komite sekolah sehingga sekolah terhindar dari sanksi yang mengancam. Dalam hal memberikan dukungan kepada sekolah untuk secara preventif memberantas penyebarluasan narkoba di sekolah, serta pemeriksaan kesehatan di sekolah masih dikategorikan rendah. Demikian pula untuk hal memberikan dukungan kepada sekolah dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler. Kondisi ini sesuai dengan hasil wawancara dengan salah satu guru di Gugus Diponegoro yang mengatakan: Selama saya menjadi guru belum pernah ada anggota Komite Sekolah yang memberikan penyuluhan kepada anak didik kami, juga dalam hal kegiatan ekstrakurikuler, ada yang membantu akan tetapi dilaksanakan insidental hanya sebatas bila akan ada lomba saja, selain itu tidak. Hal ini didukung pula oleh hasil wawancara dengan salah satu siswa di Gugus Diponegoro yang mengatakan: Belum pernah ada anggota komite sekolah yang masuk ke ruangan kelas untuk mengajar. Untuk kegiatan ekstrakurikuler yang ada di sekolah kami 62

tidak ada yang dibantu oleh komite sekolah. Ada yang dibantu oleh komite sekolah yaitu pada kegiatan olahraga sepak bola tetapi itu hanya kalau akan ada lomba saja. Kedua wawancara tersebut membuktikan bahwa selama ini komite sekolah belum banyak terllibat dan dilibatkan dalam kegiatan sekolah baik kegiatan intrakurikuler maupun kegiatan ekstrakurikuler. Komite sekolah hanya terlibat secara insidental belum secara terprogram. Hasil penelitian tentang peran Komite Sekolah sebagai badan pendukung secara umum dikategorikan baik, yang berarti Komite Sekolah banyak memberikan dukungan dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan sekolah. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan pendapat Pantjastuti (2008) yang mengatakan bahwa selama ini komite sekolah yang ada masih meneruskan peran dan fungsi BP3 di masa lalu yang hanya berfungsi sebagai stempel saja bagi sekolah. 4.3.3 Peran Komite Sekolah sebagai Badan Pengontrol Data hasil penelitian tentang peran komite sekolah di sekolah dasar Gugus Diponegoro Kecamatan Dempet sebagai badan pengontrol tergolong baik. Dalam perannya untuk meminta penjabaran kepada sekolah tentang hasil belajar siswa dalam penelitian ini diperoleh kategori baik sekali. Artinya komite 63

sekolah telah sering meminta penjabaran kepada sekolah tentang hasil belajar siswa. Hal ini sering dilakukan oleh Komite Sekolah karena pertemuan antara sekolah dengan komite sekolah biasanya hanya diadakan dalam rangka penerimaan rapot. Pada kesempatan ini tentu saja merupakan forum penjabaran hasil belajar siswa. Dalam hal menyebarkan kuesioner untuk memperoleh masukan, saran, dan ide kreatif dari masyarakat tergolong cukup, tetapi ada juga Komite Sekolah di Gugus Diponegoro yang tidak pernah melakukan hal ini. Kondisi tersebut merupakan bukti bahwa peran ini memang belum tersentuh. Penyebabnya adalah karena komite sekolah di sekolah dasar berada dekat dengan lokasi sekolah dan juga tempat tinggal orang tua siswa, sehingga saran dan masukan bisa langsung disampaikan dan diakomodir tanpa harus melalui kuesioner. Dalam hal menyampaikan laporan kepada sekolah secara tertulis tentang hasil pengamatan komite sekolah terhadap sekolah, hasil penelitian menunjukkan kategori baik. Hal ini disebabkan karena komunikasi dengan pihak sekolah dapat dilakukan secara langsung kapan saja diperlukan. Di samping itu juga karena pengetahuan komite sekolah akan keharusan hal tersebut. Penyebab lain di antaranya adalah karena Pengurus komite sekolah yang ada selama ini lebih bersifat pasif dalam arti tidak melaksanakan peran dan fungsinya bila tidak ada undangan 64

dari pihak sekolah. Komite sekolah yang ada sebagian besar juga merupakan pemain lama yang selama menjadi komite sekolah belum pernah dilakukan reorganisasi. Pembaharuan kepengurusan hanya dilakukan apabila ada pengurus yang mengundurkan diri dengan cara tambal sulam. Hal tersebut sejalan dengan hasil wawancara dengan salah satu kepala sekolah di Gugus Diponegoro yang mengatakan: Komite Sekolah yang ada di sekolah ini belum pernah diganti selama kepemimpinan saya, mereka semua dibentuk sebelum saya bertugas di sekolah ini. Selama kepemimpinan saya, saya belum pernah memberikan sosialisasi kepada anggota komite sekolah tentang tugas, peran dan fungsinya karena saya juga belum pernah mendapatkan penjelasan tentang hal tersebut. Hasil wawancara di atas membuktikan bahwa keanggotaan komite sekolah di sekolah dasar Gugus Diponegoro tidak dibatasi waktu. Seharusnya keanggotaan komite sekolah dibatasi masa baktinya sesuai dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga yang disepakati bersama. Hal ini untuk menghindari kesan kenggotaan komite seumur hidup dimana dari tahun ke tahun tidak ada perubahan sehingga tidak ada dampak positif terhadap sekolah. Secara keseluruhan peran komite sekolah di sekolah dasar Gugus Diponegoro Kecamatan Dempet sebagai badan pengontrol dikategorikan baik. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Sulistyo (2007) 65

yang mengatakan bahwa dalam konteks manajemen berbasis sekolah dalam banyak kasus pembentukan komite sekolah sebagai mitra kepala sekolah dalam mengelola pendidikan dalam rangka kemajuan sekolah, masih belum dipahami secara proporsional. Akibantnya masih banyak ketimpangan dalam penyelenggaraan manajemen berbasis sekolah. ada pembentukan komite sekolah yang hanya merupakan syarat karena itu perlu ada di sekolah, sementara itu kinerja yang diharapkan belum ada. Sementara itu pada sekolah yang memiliki komite sekolah yang aktif malah terjadi tarik menarik kepentingan, bahkan persaingan antara komite sekolah dengan kepala sekolah dalam pengelolaan pendidikan di sekolah. Singkatnya dapat dikatakan bahwa komite sekolah yang diharapkan dapat memberdayakan sekolah melalui partisipasi masyarakat masih belum optimal. 4.3.4 Peran Komite Sekolah sebagai Mediator Hasil penelitian tentang peran komite sekolah di sekolah dasar Gugus Diponegoro Kecamatan Dempet sebagai mediator dikategorikan baik. Dalam hal menciptakan hubungan dan kerjasama dengan orang tua dan masyarakat dikategorikan baik. Artinya komite sekolah telah cukup sering membantu sekolah menciptakan hubungan yang harmonis dengan orang tua dan masyarakat. Hal ini terjadi karena sebagian besar 66

anggota komite sekolah di sekolah dasar Gugus Diponegoro adalah orang tua siswa sehingga mereka selalu membina hubungan baik dengan sekolah untuk kepentingan pendidikan anak-anak mereka. Dalam mengadakan rapat atau pertemuan secara rutin atau insidental dengan kepala sekolah dan dewan guru diperoleh kategori baik, artinya peran ini sudah banyak dilakukan, disebabkan karena rapat atau pertemuan dengan kepala sekolah dan dewan guru hanya dilakukan rutin, tidak hanya apabila ada undangan dari sekolah. Sementara itu dalam hal mengadakan kunjungan atau silaturahmi ke sekolah atau dengan dewan guru di sekolah diperoleh kategori sangat baik. Artinya peran ini sudah cukup sering dilakukan oleh komite sekolah. Sedangkan dalam hal penelusuran alumni belum banyak dilakukan. Demikian pula dalam membina hubungan dan kerjasama yang harmonis dengan seluruh stakeholder pendidikan dengan dunia usaha/ dunia industri serta dalam mengadakan penjajakan kerjasama atau MOU dengan dunia usaha/dunia industri, tergolong rendah sekali bahkan cenderung tidak pernah dilakukan. Hal ini lebih karena adanya anggapan sekolah gratis telah mematikan ide kreatif untuk pengembangan sekolah. Kondisi ini sesuai dengan hasil wawancara dengan salah satu ketua komite sekolah di Gugus Diponegoro: 67

Sekolah kami kebetulan berada di pedesaan dimana tidak terdapat kegiatan industri maju yang dapat memberikan sembangan kepada sekolah kami. Selama ini dana operasional di sekolah telah mencukupi dengan adanya dana BOS dari pemerintah, sehingga kami tidak atau belum pernah melakukan usaha untuk memperoleh bantuan kecuali dari pemerintah yang sering kami tempuh. Hasil wawancara ini menunjukkan bahwa komite sekolah belum banyak melakukan usaha kreatif untuk pengembangan sekolah. Pengembangan sekolah hanya mengandalkan bantuan dari pemerintah. Seharusnya pengembangan sekolah dapat dilakukan dengan bekerjasama dengan dunia usaha atau dunia industri yang tidak harus berada di sekitar sekolah. Misalnya dengan penerbit buku yang tentu akan dengan senang hati membantu pengembangan sekolah bila dilakukan MOU yang menguntungkan kedua pihak. Berikutnya dalam hal mengadakan kegiatan inovatif untuk meningkatkan kasadaran dan kemitraan masyarakat, dikategorikan rendah sekali bahkan belum pernah dilakukan oleh komite sekolah. Sedangkan untuk mengadakan rapat atau pertemuan secara berkala dan insidental dengan orang tua dan anggota masyarakat tergolong rendah artinya masih belum banyak dilakukan. Ini didukung dengan hasil wawancara dengan salah satu orang tua siswa di Gugus Diponegoro: 68

Selama kami menyekolahkan anak kami di sekolah dasar, kami pernah diundang untuk mengikuti rapat hanya untuk penerimaan rapot dan pengumuman kelulusan. Sekolah juga belum pernah mengadakan kegiatan inovatif untuk meningkatkan kesadaran dan kemitraan dengan masyarakat baik atas ide sekolah sendiri maupun atas ide komite sekolah. Bahkan banyak orang tua siswa yang tidak mengenal anggota komite sekolah kecuali ketua komite sekolah yang memang sering mengikuti kegiatan apabila ada rapat sekolah dengan orang tua siswa. Hasil wawancara tersebut menunjukkan rendahnya peran komite sekolah sebagai mediator. Seharusnya komite sekolah lebih bersifat proaktif dengan banyak berinisiatif dan berinovasi untuk pengembangan sekolah. Komite Sekolah perlu melakukan banyak pertemuan yang tidak hanya melibatkan ketua Komite Sekolah saja akan tetapi juga melibatkan anggota Komite Sekolah yang lain. Hal ini sangat diperlukan agar Komite Sekolah benar-benar dapat menjadi partner bagi kepala sekolah dalam pengembangan sekolah. Secara keseluruhan peran Komite Sekolah di sekolah dasar Gugus diponegoro Kecamatan Dempet sebagai mediator dikategorikan baik. Akan tetapi masih ada peran yang harus ditingkatkan perannya yaitu dalam hal penelusuran alumni. Hal ini senada dengan pendapat Akbar (2008) yang mengatakan peran dan fungsi komite sekolah tidak dapat dipisahkan dari pelaksanaan manajemen pendidikan di tingkat sekolah. Beberapa aspek manajemen yang 69

secara langsung dapat diserahkan sebagai urusan yang menjadi kewenangan tingkat sekolah adalah sebagai berikut: Pertama, menetapkan visi, misi, strategi, tujuan, logo, lagu, dan tata tertib sekolah. Kedua, memiliki kewenangan dalam penerimaan siswa baru sesuai dengan ruang kelas yang tesedia, fasilitas yang ada, jumlah guru, dan tenaga administratif yang dimiliki. Ketiga, menetapkan kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler yang akan diadakan dan dilaksanakan oleh sekolah. Keempat, pengadaan sarana dan prasana pendidikan, termasuk buku pelajaran dapat diberikan kepada sekolah, dengan memperhatikan standar dan ketentuan yang ada. Kelima, penghapusan barang dan jasa dapat dilaksanakan sendiri oleh sekolah, dengan mengikuti pedoman yang ditetapkan oleh pemerintah provinsi dan kabupaten. Keenam, proses pengajaran dan pembelajaran. Ini merupakan kewenangan profesional sejati yang dimiliki oleh lembaga pendidikan sekolah. Ketujuh, urusan teknis edukatif yang lain sejalan dengan konsep manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah (MPMBS) merupakan urusan yang sejak awal harus menjadi tanggung jawab dan kewenangan setiap satuan pendidikan. Dari analisis dan pembahasan diperoleh hasil bahwa peran komite sekolah dalam Manajemen Berbasis Sekolah di Gugus Diponegoro Kecamatan Dempet baik sebagai badan pertimbangan, badan pendukung, badan pengontrol maupun sebagai mediator masih dikategorikan baik. 70

Dari keempat peran tersebut diketahui bahwa peran komite sekolah sebagai badan mediator paling kurang optimal dibandingkan dengan peran lainnya. Hal tersebut disebabkan karena selama ini komite sekolah yang ada lebih bersifat pasif. Mereka melakukan tugas peran dan fungsinya hanya bila ada undangan dari pihak sekolah. Dengan kondisi tersebut menjadikan komite sekolah hanya sebagai pelengkap, artinya merupakan sebuah badan yang harus ada di sekolah. Keberadaan mereka tidak diikuti dengan pemahaman akan perannya sebagai partner sekolah dalam mengelola pendidikan guna kemajuan sekolah. Akibatnya, masih banyak ketimpangan dalam penyelenggaraan manajemen berbasis sekolah. Kondisi di atas sesuai dengan pendapat Jalal (2001) yang mengatakan bahwa pendidikan dengan segala persoalannya tidak mungkin diatasi hanya oleh lembaga persekolahan. Untuk melaksanakan programprogramnya sekolah perlu mengundang berbagai pihak (keluarga, masyarakat, dan dunia usaha/industri) untuk berpartisipasi secara aktif dalam berbagai program pendidikan. Partisipasi ini perlu dikelola dan dikoordinasikan secara baik agar lebih bermakna bagi sekolah terutama dalam meningkatkan mutu dan efektivitas pendidikannya. Partisipasi masyarakat tidak seharusnya hanya dalam bentuk dana, melainkan juga sumbangan pikiran dan tenaga. 71