III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Auditor changes merupakan suatu tindakan keputusan yang diambil oleh perusahaan dengan tujuan tertentu, antara lain: untuk meningkatkan citra perusahaan, menarik para investor dan meningkatkan penjualan saham, serta tujuan lainnya. Salah satu jenis perusahaan yang terdapat di Bursa Efek Indonesia (BEI) adalah perusahaan manufaktur. Perusahaan manufaktur merupakan perusahaan yang mendominasi listing di BEI dengan tingkat persentase sebesar 43% dari total seluruh populasi yang ada dan sisanya sebesar 57 % terdiri atas perusahaan-perusahaan di sektor : 1. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan. 2. Pakan ternak. 3. Pertambangan dan Jasa Pertambangan. 4. Konstruksi. 5. Jasa Transportasi. 6. Komunikasi. 7. Perdangan dan Grosir. 8. Perbankan, Agen Kredit diluar Bank, Keamanan, Asuransi dan Perumahan. Perusahaan yang menjadi sampel pada penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur di Indonesia, dikarenakan sektor perusahaan ini mendominasi sebesar 43 % dari total populasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Alat analisis yang digunakan untuk mengukur tingkat kebangkrutan pada penelitian ini, yaitu Altman Z-score memang khusus dirancang untuk menghitung tingkat kebangkrutan pada sektor manufaktur tersebut, dengan maksud penelitian untuk memberikan referensi mengenai seberapa besar pengaruh dari pergantian auditor dalam meningkatkan nilai laba bersih saham perusahaan manufaktur Indonesia.
Perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (2006-2008) Variabel independen (bebas) Pergantian auditor dari KAP non-big Four menjadi KAP Big Four Variabel kontrol Ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP) Tingkat Kebangkrutan Nilai laba bersih saham Variabel dependen (terikat) Gambar 1. Kerangka Pemikiran Gambar 1 memperlihatkan kerangka pemikiran dari penelitian ini yang menganalisis pengaruh pergantian auditor (auditor changes) dari kantor akuntan publik (KAP) dengan luas jaringan regional atau lokal (KAP non Big Four)menjadi KAP yang memiliki jaringan internasional KAP Big Four (variabel independen) terhadap peningkatan nilai laba bersih saham perusahaan manufaktur di Indonesia (variabel dependen) dengan tingkat kebangkrutan dan ukuran kantor akuntan publik sebagai variabel kontrol. Tingkat kebangkrutan adalah posisi keuangan perusahaan yang dijadikan dasar pertimbangan atas segala pengambilan keputusan oleh manajemen perusahaan untuk dapat mempertahankan kelangsungan perusahaannya, sedangkan ukuran kantor akuntan publik (KAP) adalah penggolongan KAP berdasarkan luas jaringan yang dimlikinya, diantaranya regional, lokal dan internasional yang dapat dilihat afiliasinya. Variabel kontrol adalah variabel
yang bersifat alamiah, maksudnya bersifat alamiah ialah tidak mendapatkan perlakuan khusus dan berlangsung seperti umumnya. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juli hingga bulan Desember tahun 2009, terhadap perusahaan Go Public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2006 hingga tahun 2008 yang kemudian disaring lagi dengan kriteria tertentu. Kriteria yang dimaksud adalah Perusahaan tersebut telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebelum tanggal 31 Desember 2006 dan telah mempublikasikan laporan keuangan yang disertai laporan auditor independen untuk periode yang berakhir 31 Desember 2006 sampai dengan 31 Desember 2008. Dasar dipilihnya sampel penelitian perusahaan go public jika dibandingkan perusahaan non go public, dikarenakan variabel kemudahan memperoleh data juga karena sistem kerja yang dimiliki lebih unggul, yaitu sebelum data dipublikasikan melalui BEI, data tersebut terlebih dahulu diaudit oleh auditor independen. Pertimbangan pemilihan periode pengamatan penelitian yaitu antara tahun 2006 hingga tahun 2008 adalah karena tahun-tahun tersebut merupakan tiga tahun terakhir dikeluarkannya laporan tahunan saat berlangsungnya penelitian ini. Penelitian ini dimulai dengan tahap perencanaan dengan mempelajari literatur tentang pergantian auditor (auditor changes) dari penelitian terdahulu yang relevan dan kemudian dilanjutkan dengan tahap perumusan hipotesa dari variabel independen terhadap variabel dependen. Setelah hipotesa ditentukan, kemudian dilanjutkan dengan pengumpulan data. Data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor independen dan telah dipublikasikan oleh setiap perusahaan. Setelah semua data terkumpul, kemudian dilakukan pengolahan data dengan menggunakan SPPS 11,5 untuk mengetahui karakteristik data, uji hipotesa juga dilakukan untuk mengetahui tingkat signifikansi antara variabel independen (bebas) terhadap variabel dependen (terikat). Melalui hasil pengolahan data dan uji hipotesa, dapat diambil keputusan mengenai hipotesa yang telah diajukan. Variabel apa saja yang terbukti secara signifikan berpengaruh terhadap keputusan klien untuk melakukan praktek pergantian auditor (auditor changes). Dalam tahap ini pula dibahas dan
dianalisis hasil pengolahan dan uji hipotesa yang telah digunakan sebagai dasar membuat kesimpulan terhadap penelitian ini. 3.2. Hipotesa Penelitian terdahulu cenderung berfokus pada variabel-variabel yang mempengaruhi klien (perusahan manufaktur go public) untuk membuat keputusan mengenai pergantian auditor. Berbeda dengan penelitian ini, yakni pengaruh pergantian auditor (auditor changes) dari kantor akuntan publik (KAP) dengan luas jaringan regional atau lokal (KAP non-big Four) menjadi KAP yang memiliki jaringan internasional KAP Big Four (variabel independen) terhadap peningkatan nilai laba bersih saham perusahaan manufaktur di Indonesia (variabel dependen) dengan tingkat kebangkrutan dan ukuran kantor akuntan publik sebagai variabel kontrol. Kenyataan di lapangan, ukuran kantor akuntan publik seringkali dihubungkan dengan kualitas dan audit fee yang ditentukan kantor akuntan publik. Pada penelitian ini besarnya ukuran KAP dilihat dari pembagian bentuk kepemilikan KAP berdasarkan luas jaringan dan afiliasinya, yaitu: internasional, regional dan lokal, serta lokal kecil. Melalui pandangan tersebut terdapat anggapan bahwa KAP yang berafiliasi dengan The Big Four (Ernst & Young yang berafiliasi dengan KAP Purwantono, Sarwoko, dan Sandjaya; Pricewaterhouse Coopers yang berafiliasi dengan KAP Haryanto Sahari & Rekan; Deloitte Touche Tohmatsu yang berafiliasi dengan KAP Osman Ramli Satrio dan Rekan; serta KPMG yang berafiliasi dengan KAP Sidharta, & Widjaja) memiliki auditor-auditor dengan standar kualitas yang tinggi, metode yang lebih baik, dan bertaraf internasional (Kartika, 2006). DeAngelo dalam Putri (2007) menyatakan bahwa KAP yang lebih besar memiliki dorongan yang lebih besar untuk mendeteksi dan mengungkapkan kesalahan pelaporan oleh pihak manajemen perusahaan. Umumnya perusahaan yang memiliki kondisi finansial yang baik cenderung akan memilih kantor akuntan publik yang besar (berafiliasi dengan big four) menjadi auditor perusahannya. Rasionalisasi dari tindakan mengganti KAP dengan memilih KAP yang lebih besar disebabkan karena perusahaan berharap prestise kantor akuntan publik yang besar akan
menghasilkan reaksi pasar yang positif, sementara perpindahan ke KAP yang kurang prestise memberikan reaksi pasar yang negatif (Simunic dalam Mardiyah, 2003). Ada beberapa pilihan jika perusahaan go public dengan kategori resiko kebangkrutan tinggi, yang pertama mereka harus melakukan penghematan dengan mengalokasikan dana mereka untuk biaya operasional dan kemudian memilih KAP dengan luas jaringan regional atau lokal yang mampu mereka bayar. Kedua mereka harus mengalokasikan dana mereka untuk menggunakan jasa KAP yang memiliki afiliasi/jaringan internasional, dengan harapan untuk meningkatkan harga saham mereka dengan mendapatkannya dari para investor yang percaya dengan kredibilitas, qualifikasi, dan kualitas dari KAP yang bertaraf internasional tersebut. Berdasarkan uraian tersebut maka disusun rumusan hipotesa berikut: H 1 : Pergantian auditor (auditor changes) dari kantor akuntan publik (KAP) non-big Four menjadi KAP Big Four berpengaruh signifikan terhadap peningkatan nilai laba bersih saham perusahaan manufaktur di Indonesia. H 0 : Pergantian auditor (auditor changes) dari kantor akuntan publik (KAP) non-big Four menjadi KAP Big Four tidak berpengaruh signifikan terhadap peningkatan nilai laba bersih saham perusahaan manufaktur di Indonesia. 3.3. Pemilihan Obyek Penelitian Perusahaan Go Public menjadi obyek penelitian disebabkan oleh pertimbangan variabel kemudahan memperoleh data juga karena sistem kerja yang dimiliki lebih unggul dibandingkan perusahaan non go public, sehingga penyajian laporan keuangannya lebih berstandar pada kualitas, lebih dapat dipercaya, dan pengaruh auditor changes dapat diamati secara lebih detail dari tahun ke tahunnya. Kemudian alasan dipilihnya perusahaan manufaktur adalah karena jenis perusahaan tersebut mendominasi perusahaan-perusahaan yang listing di BEI yaitu, sebesar 43 %.
3.4. Metode Pengumpulan Data a. Jenis dan Sumber data Penelitian ini menggunakan data sekunder. Oleh karena itu guna memperoleh data-data untuk kepentingan penelitian ini, peneliti menggunakan metode dokumentasi atau metode arsip (archival research). Data sekunder ini diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory, Fact Book, dan JSX Statistics yang diterbitkan oleh BEI, laporan keuangan yang diterbitkan masing-masing perusahaan serta dari situs resmi BEI di www.jsx.co.id. Selain itu peneliti juga mempelajari literatur-literatur kuliah, buku-buku baik terbitan dalam maupun luar negeri, laporan-laporan dan peraturan-peraturan baik yang diterbitkan maupun tidak, artikel majalah maupun surat kabar, jurnal-jurnal dan skripsi-skripsi terdahulu yang berhubungan dengan penelitian ini. Keuntungan metode ini adalah relatif mudah didapat dan juga informasi yang ada dalam laporan keuangan cukup representatif. b. Populasi dan Teknik sampel Populasi adalah keseluruhan unsur-unsur yang memiliki satu atau beberapa karakteristik yang sama (Dajan 1986). Sedangkan menurut Mustafa (2000), populasi atau universe adalah sekelompok orang, kejadian, atau benda yang dijadikan obyek penelitian. Dalam penelitian ini, total populasinya adalah 117 perusahaan manufaktur yang terdaftar (listing) di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2006 sampai tahun 2008. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode purposive sampling. Alasannya didasarkan pada pertimbangan agar sampel data yang dipilih memenuhi kriteria untuk diuji. Kriteria yang dimaksud adalah perusahaan tersebut telah terdaftar di BEI sebelum tanggal 31 Desember 2006 dan telah mempublikasikan laporan keuangan yang disertai laporan auditor independen untuk periode yang berakhir tanggal 31 Desember 2006 sampai dengan tanggal 31 Desember 2008. Berdasarkan kriteria seleksi sampel yang telah ditetapkan (purposive sampling), maka didapatkan jumlah sampling akhir sebanyak 40 perusahaan manufaktur. Periode penelitian adalah tahun 2006 hingga tahun
2008, sehingga total keseluruhan data selama tiga tahun adalah 120 data laporan keuangan, yang tampak pada Tabel 1 berikut: Tabel 1. Hasil Seleksi Jumlah Sampel Perusahaan. No Keterangan Jumlah 1 2 Jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI sebelum 31 Desember 2006 dan masih terdaftar hingga 31 Desember 2008 Perusahaan manufaktur yang tidak memenuhi kriteria sampel 117 (77) Jumlah sampel selama satu tahun 40 Sumber: Data ICMD (Indonesia Capital Market Directory) yang telah diolah (2009). 3.5. Teknik Pengolahan Data A. Operasionalisasi Variabel 1. Variabel Dependen Variabel dependen dalam penelitian ini adalah nilai laba bersih saham pada akhir tahun yang dinotasikan dengan variabel dummy. Jika terjadi peningkatan diberikan angka 1, tetapi jika terjadi penurunan laba maka diberi angka 0. Pada penelitian ini nilai laba bersih saham diambil dari nilai laba bersih saham diakhir tahun 2006 hingga tahun 2008. 2. Variabel Independen Variabel independen pada penelitian ini adalah pergantian auditor (auditor changes). Pergantian auditor dapat didefenisikan sebagai keinginan perusahaan untuk mengganti kantor akuntan Publik, dari KAP yang satu ke KAP yang lainnya. Pada penelitian ini pergantian yang dihitung adalah pergantian auditor dari KAP non-big Four menjadi KAP Big Four. Pergantian auditor tersebut dinotasikan dengan variabel dummy, jika terjadi pergantian auditor dari yang KAP non-big Four menjadi KAP Big Four akan diberi angka 1, sementara itu jika tidak terjadi pergantian auditor atau pergantian terjadi adalah setaraf maupun pergantian auditor dari KAP Big Four menjadi KAP non-big Four akan diberi angka 0.
3. Variabel Kontrol Variabel kontrol adalah sebagai pertimbangan tindakan alamiah yang dilakukan oleh manajemen perusahaan untuk mengontrol nilai perusahaan, dimana tingkat kebangkrutan perusahaan berkaitan dengan keputusan pemilihan ukuran KAP. Pada penelitian ini variabel kontrol dibagi menjadi 2, meliputi: a) Ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP) Ukuran kantor akuntan publik dibagi menjadi 2 kelompok besar, yang meliputi : KAP yang bertaraf internasional yang berafiliasi dengan the Big Four dan KAP non-big Four yang bertaraf regional atau lokal. Pembagian tersebut dinotasikan dengan variabel dummy, untuk ukuran KAP internasional (berafiliasi dengan the big four) diberi angka 1, sedangkan untuk ukuran KAP non- Big four 0. Di Indonesia kantor akuntan publik yang berafiliasi dengan the Big Four, terdiri dari : Tabel 2. KAP Big Four dan Afiliasinya di Indonesia The Big Four Mitra di Indonesia Ernst & Young Purwantono, Sarwoko, dan Sandjaja Pricewaterhouse Coopers Haryanto Sahari & Rekan Deloitte Touche Tohmatsu Klynveld Peat Marwick Goerdeler (KPMG) Osman Ramli Satrio dan Rekan Siddaharta & Widjaja Sumber: Fact Book (2008) b) Tingkat Kebangkrutan (Financial Distress) Williams dalam Putri (2007), menyatakan bahwa ukuran kenaikan atau penurunan terhadap Return on Asset (ROA) bisa dijadikan tolok ukur tingkat kebangkrutan (financial distress) yang sedang dialami perusahaan. Karena belum ada variabel yang tepat untuk mengukur financial distress perusahaan, maka persentase perubahan ROA dianggap sudah dapat mewakili. Berbeda dengan
pernyataan tersebut dan sejalan dengan pengertian Emery dan Finnery dalam Indah (1998), peneliti menganggap ROA saja tidak cukup menjadi indikator financial distress suatu perusahaan, dibutuhkan indikator yang lebih representatif dalam menggambarkan kondisi perusahaan dalam memenuhi kewajibannya. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan model untuk memprediksi kebangkrutan seperti yang digunakan oleh Indah (1998) dengan mengkombinasikan pendekatan Altman dan K&P. Dari metode Altman diambil pendekatan dengan analisis regresi sedangkan dari metode K&P diambil kategori resiko finansial (high, medium, dan low) dan ukuran-ukuran yang digunakan, yaitu liquidity, earning power, asset utilization dan leverage. Model hasil penelitian adalah satu bentuk persamaan regresi linier dengan persamaan umumnya, yaitu : 1 2 3 4..3) Dimana a < 0, b < 0, c < 0 dan d > 0. Ini diartikan terdapatnya hubungan negatif antara variabel z dan variabel X 1, X 2, dan X 3, sedangkan antara variabel x 4 terdapat hubungan positif. Berbeda dengan Altman yang menggunakan 5 variabel independen, dalam penelitian ini hanya menggunakan 4 variabel independen. Hal ini sesuai dengan ukuran yang digunakan K&P dalam penelitiannya. Variabel independen yang digunakan dalam variabel ini adalah : X 1 = Liquidity yang diukur dengan quick ratio (QR) X 2 = Earning Power yang diukur dengan return on investment (ROI) X 3 =Asset Utilization yang diukur dengan total asset turnover (TATO) X 4 = Leverage yang diukur dengan debt equity ratio (DER) Z = Keuntungan bersih
Dengan nilai cut off : Z bernilai > 1 kemungkinan kebangkrutan tinggi (high) Z bernilai = 1 kemungkinan kebangkrutan menengah (medium) Z bernilai < 1 kemungkinan kebangkrutan rendah (low) B. Analisis Regresi Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi sederhana. Metode analisis ini ditujukan untuk mengetahui bagaimana variabel dependen (nilai laba bersih saham) dapat diprediksikan oleh variabel independen pergantian auditor (Auditor changes) dari KAP non-big Four yang memiliki jaringan regional atau lokal menjadi KAP Big Four yang memiliki jaringan internasional. Persamaan regresinya, adalah : Y = a + bx..4) dimana : Y = (dibaca Y topi) variabel terikat yang diproyeksikan. X = variabel independent yang bernilai spesifik untuk diprediksikan. a = Nilai harga konstanta Y jika X= 0. b = Nilai tujuan sebagai arah peramalan (prediksi) untuk menunjukkan peningkatan (+) atau Penurunan (-) dari variabel Y. 3.6. Teknik Pengujian Hipotesa Penelitian ini menggunakan nilai signifikansi level sebesar 5 %, untuk mengetahui apakah ada pengaruh nyata dari variabel independen terhadap variabel dependen (Ridwan, 2009). Kriteria dari pengujian ini, yaitu : 1) Signifikansi level (Sig.) > 0,05; hal tersebut berarti terima H 0 dan tolak H 1 2) Signifikansi level (Sig.) < 0,05; hal tersebut berarti tolak H 0 dan terima H 1