BAB II RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA BINJAI. 2.1 Penggunaan Lahan Di Kota Binjai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan

Disajikan oleh: LIA MAULIDA, SH., MSi. (Kabag PUU II, Biro Hukum, Kemen PU)

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA CIMAHI TAHUN

MATA KULIAH PRASARANA WILAYAH DAN KOTA I (PW ) Jur. Perencanaan Wilayah dan Kota FTSP INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang

BUPATI BANGKA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. heterogen serta coraknya yang materialistis (Bintarto,1983:27). Kota akan selalu

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU KECAMATAN KOTA TENGAH KOTA GORONTALO. Sri Sutarni Arifin 1. Intisari

MEMUTUSKAN : : PERATURAN DAERAH TENTANG PENGELOLAAN RUANG TERBUKA HIJAU.

I. PENDAHULUAN. sebagai bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pranata Pembangunan Pertemuan 1 Pembangunan di Kawasan Hijau. Sahid Mochtar, S.T., MT. Ratna Safitri, S.T., M.Ars.

Rencana Tata Ruang Wilayah kota yang mengatur Rencana Struktur dan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA. Keserasian Kawasan. Perumahan. Pemukiman. Pedoman.

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG RUANG TERBUKA HIJAU KAWASAN PERKOTAAN KABUPATEN PURWOREJO

SALINAN BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 5 TAHUN 2010 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 5 TAHUN 2010

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 60 TAHUN TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN RUANG TERBUKA HIJAU

1.1 Latar Belakang Pengertian

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

JURNAL. Diajukan oleh : DIYANA NPM : Program Studi : Ilmu Hukum Program Kekhususan : Hukum Pertanahan dan Lingkungan Hidup FAKULTAS HUKUM

PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOMOR 29 TAHUN 2016 TENTANG

BAB IV ANALISIS KEBUTUHAN DAN PENYEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU KOTA CIREBON

PENGEMBANGAN ARSITEKTUR LANSEKAP KOTA KEDIRI STUDI KASUS: PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU JALUR JALAN UTAMA KOTA

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan, kawasan industri, jaringan transportasi, serta sarana dan prasarana

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU KAWASAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. mengembangkan otonomi daerah kepada pemerintah daerah.

Konsep Penataan Ruang Terbuka Hijau di Kota Ponorogo. Dirthasia G. Putri

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kota sebagai pusat pemukiman, industri dan perdagangan

SCAFFOLDING 1 (2) (2012) SCAFFOLDING. IDENTIFIKASI RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK KOTA REMBANG

TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Sekolah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. stabilitator lingkungan perkotaan. Kota Depok, Jawa Barat saat ini juga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk di Indonesia disetiap tahun semakin meningkat. Hal ini

INFORMASI RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DI PROVINSI JAMBI

HUTAN DIKLAT RUMPIN SEBAGAI SALAH SATU RUANG TERBUKA HIJAU DI KABUPATEN BOGOR

BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA

TIPOLOGI KEPEMILIKAN RTH DI PERKOTAAN TOBELO

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI WILAYAH KOTA SUKABUMI

PENDAHULUAN. banyaknya daerah yang dulunya desa telah menjadi kota dan daerah yang

BUPATI TOLITOLI PROVINSI SULAWESI TENGAH

PEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KELURAHAN WAWOMBALATA KOTA KENDARI TUGAS AKHIR

ANALISA PENYEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU PERKOTAAN, STUDI KASUS KOTA MARTAPURA

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

BAB I PENDAHULUAN. lahan terbangun yang secara ekonomi lebih memiliki nilai. yang bermanfaat untuk kesehatan (Joga dan Ismaun, 2011).

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA POSO (STUDI KASUS : KECAMATAN POSO KOTA)

terendam akibat dari naiknya muka air laut/rob akibat dari penurunan muka air tanah.

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KOTA BITUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota seringkali menyebabkan terjadinya perubahan kondisi ekologis lingkungan perkotaan yang

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2016 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dimensi ekonomi dibandingkan dengan dimensi ekologi. Struktur alami sebagai tulang punggung Ruang Terbuka Hijau harus dilihat

BAB I. Dewasa ini, tata ruang wilayah menjadi salah satu tantangan pada. penduduk yang cukup cepat juga. Pertumbuhan penduduk tersebut berimbas

BAB I PENDAHULUAN. RTH :Ruang terbuka hijau adalah ruang terbuka di wilayah. air(permen PU No.5 Tahun, 2008).

2016 KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERD ASARKAN JUMLAH PEND UD UK D I KECAMATAN JATINANGOR KABUPATEN SUMED ANG

TINJAUAN PUSTAKA. waktu tidak tertentu. Ruang terbuka itu sendiri bisa berbentuk jalan, trotoar, ruang

ABSTRAK. Laporan Kegiatan Tahun Buku II BPK Palembang 111

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,

BAB III: DATA DAN ANALISA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG RUANG TERBUKA HIJAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA,

WALIKOTA MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI

BUPATI WONOSOBO, PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG RUANG TERBUKA HIJAU KAWASAN PERKOTAAN

Perhitungan Ruang Terbuka Hijau Perkotaan Jenis Publik (Studi Kasus : Kota Surakarta)

BAB IV ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG RUANG TERBUKA DI KELURAHAN TAMANSARI

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG

6.1.1 Hasil Analisis RTH pada Kabupaten Mimika. b. Hasil perhitungan berdasarkan status kepemilikan RTH eksisting: ha dengan pembagian:

19 Oktober Ema Umilia

RUANG TERBUKA HIJAU DI KECAMATAN KEMILING KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2016 (JURNAL) Oleh FADELIA DAMAYANTI

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

PENJELASAN A T A S PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN

WALIKOTA PANGKALPINANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RENCANA PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN RUANG TERBUKA, SERTA PRASARANA DAN SARANA UMUM

II. TINJAUAN PUSTAKA

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEBUN RAYA BALIKPAPAN

Kondisi Eksisting Lokasi Budidaya Tanaman Hias Kelurahan Srengseng

KEMENTERIAN NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan....

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan oleh proporsi bangunan fisik yang mengesampingkan. keberadaan Ruang Terbuka Hijau (RTH). Biasanya kondisi padat

PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN PERKOTAAN MELALUI PENGEMBANGAN RUANG TERBUKA HIJAU TERINTEGRASI IPAL KOMUNAL

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 31 TAHUN 2013

KAJIAN PENATAAN POHON SEBAGAI BAGIAN PENGHIJAUAN KOTA PADA KAWASAN SIMPANG EMPAT PASAR MARTAPURA TUGAS AKHIR. Oleh: SRI ARMELLA SURYANI L2D

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG

BAB II KAJIAN PUSTAKA...

Kebutuhan Masyarakat akan Ruang Terbuka Hijau pada Kawasan Pusat Kota Ponorogo

WALIKOTA LANGSA PROVINSI ACEH QANUN KOTA LANGSA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN HUTAN KOTA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Tabel 3 Kecamatan dan luas wilayah di Kota Semarang (km 2 )

REVIEW PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DIBIDANG PENGEMBANGAN HUTAN KOTA

WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI

ANALISIS MENGENAI TAMAN MENTENG

Transkripsi:

BAB II RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA BINJAI 2.1 Penggunaan Lahan Di Kota Binjai Dari data hasil Sensus Penduduk 2010, laju pertumbuhan penduduk Kota Binjaitahun 2000 2010 telah mengalami penurunan menjadi sebesar 1,43%, yang merupakan laju pertumbuhan penduduk terendah dilevel menengah di Sumatera Utara. Indikator makro pembangunan Kota Binjai secara umum dapat dilihat dari pencapaian dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang dibentuk dari indeks Pendidikan, Indeks Kesehatan dan Indeks Daya Beli. Secara keseluruhan, indeks tersebut mengalami peningkatan dan telah melebihi pencapaian Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Sumatera Utara yang hanya mencapai kisaran 74,65 dan IPM nasional yang hanya mencapaikisaran 72,77 di tahun 2012. Hal ini menunjukkan kualitas hidup masyarakat Kota Binjai memiliki tingkat lebih tinggi dibandingkan dengan kualitas hidup di Provinsi Sumatera Utara di setiap Indeks Capaian. Pencapaian IPM Tahun 2012 sebesar 76,88 atau meningkat 0,10 poin dibandingkan IPM tahun 2011 yaitu 76,78. Upaya peningkatan IPM terus dilakukan mengingat target pencapaian IPM tahun 2014 sebesar 77. Penggunaan Lahan di Kota Binjai telah ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang dan Wilayah Tahun 2010 2030 antara lain terdiri dari : 30

2.1.1 Kawasan Lindung Jenis pemanfaatan ruang kawasan lindung yang terdapat di Kota Binjai adalah Kawasan perlindungan setempat (kawasan sekitar waduk/danau buatan, sempadan sungai) Kawasan perlindungan setempat di Kota Binjai terdiri dari sempa dan sungai, kawasan sekitar danau buatan, sempadan jalan kereta api. Sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kiri kanan sungai, termasuk sungai buatan/kanal/satulan irigasi primer, yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Tujuan dari penentuan ini adalah untuk melindungi sungai dari kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan merusak kuatitas air sungai, kondisi fisik dan dasar sungai, serta mengamankan aliran sungai. Dari hasil perhitungan GIS perkiraan luas kawasan lindung sempa dan sungai seluas 204,13 Ha. Adapun rencana sempadan di Kota Binjai adalah Sungai Mencirim 15 m, Sungai Bingai 15 m, Sungai Bangkatan 15 m, dan sungaisungai kecil 10 m. 2.1.2 Kawasan Cagar Budaya Kawasan pelestarian Cagar Budaya Kota Binjai mencakup empat kawasan, yaitu: 1. Kawasan Pusat Kota Bersejarah. Stasiun Kereta Api Kota Binjai, Kantor WaliKota Binjai. Gedung Kesenian Kota Binjai dan Masjid Raya Kota Binjai dan Keleteng Setia Budha. Kawasan rumah rumah tua di sekitar Pasar Tavip dan Jalan HOS Cokroaminoto. 31

2. Bangunan bangunan Bersejarah. Rencana pengelolaan bangunan bersejarah direkomendasikan untuk tetap memfungsikan kondisi awal bangunan tersebut. namun perlu ditetapkan peraturan bangunan untuk tidak merubah kondisi arsitekur bangunan dan untuk selalu melakukan pemeliharaan agar kondisi bangunan tidak rusak. 3. Kawasan Budidaya Pola ruang kawasan budidaya perkotaan penetapannya didasarkan pada kriteria yang meliputi aspek daya dukung atau kesesuaian lahan dapat dikembangkan untuk berbagai kegiatan fungsional perkotaan, serta aspek - aspek yang mempengaruhi sinergi antar kegiatan dan kelestarian lingkungan. 4. Kawasan budidaya di wilayah Kota Binjai pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna pemanfaatan ruang, sumberdaya alam dan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia untuk menyerasikan pemanfaatan ruang dan kelestarian fungsi lingkungan hidup. Jenis pemanfaatan ruang yang tercakup dalam kawasan budidaya perkotaan atau kawasan terbangun kota yang akan dikembangkan di Kota Binjai meliputi Perumahan/Permukiman Perkotaan, Perdagangan dan jasa Pemerintahan dan bangunan umum, Perindustrian (kawasan industri, zon industri, peruntukan industri dan pergudangan), Pariwisata dan Kawasan Peruntukan Lainnya. 2.2 Pemukiman / Perumahan 32

Pengembangan kawasan Perumahan terdiri dari perumahan perkotaandan perumahan formal, dengan sebaran sebagai berikut: 1. Perumahan perkotaan di kota Binjai, yang sebagian besar merupakan perumahan eksisting. 2. Pengembangan perumahan formal merupakan kawasan perumahan yang direncanakan, terdapat di SPK A (Kecamatan Binjai Utara) dan SPK B (Kecamatan Binjai Timur) dan di pusat pusat SPK lainnya. Kepadatan perumahan yang direncanakan untuk rata rata per wilayah dan kecamatan dengan pengembangan secara horizontal yang disesuaikan dengan ketersediaan ruang untuk pengembanganperumahan. Mengingat kondisi kepadatan permukiman di Kota Binjai terutama di Kecamatan Binjai Kota, maka pada lokasi lokasi yang direncanakan, diterapkan kebijakan pembangunan secara vertical dalam bentuk rumah bertingkat, rumah susun, kondominium, dan apartemen. Rencana pusat pemerintahan di Kota Binjai di arahkan di Kawasan eks HGU Kebun Tebu PTPN II yaitu di sekitar Kecamatan Binjai Timur Kelurahan Tunggurono. Pada kawasan ini terdapat lahan yang kosong sekitar 417 Ha yang cocok untuk dikembangkan pusat pemerintahan kota. Kawasan pemerintahan kecamatan dialokasikan di setiap ibukota kecamatan, berupa kantor camat dan bangunan bangunan pemerintahan yang lain pada lingkup wilayah kerja kecamatan, yang bisa dilengkapi dengan fasilitas pelayanan umum seperti pasar/toko, sekolah TK, SD, SLTP, Puskesmas, peribadatan, dan Taman Kota/Taman Lingkungan. 33

Kawasan pusat pemerintahan kelurahan dialokasikan di setiap pusatkelurahan, berupa kantor lurah dan bangunan bangunan pemerintahanyang lain pada lingkup wilayah kerja kelurahan, yang bisa dilengkapi dengan fasilitas pelayanan umum seperti pasar/toko, sekolah TK, SD, rumah peribadatan, dan Taman Lingkungan. Berdasarkan deskripsi karakteristik wilayah perkotaan, dapat diidentifikasi bahwa Kota Binjai merupakan wilayah yang berpotensi tidak hanya rawan bencana alam di perkotaan seperti banjir, namun juga rawan masalah permukiman pada umumnya seperti air bersih, buruknya drainase dan wilayah kumuh. 2.3 Ruang Terbuka Hijau di Kota Binjai RTH menurut UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang adalah area memanjang atau jalur dan atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka sebagai tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah ataupun sengaja ditanam. Keberadaan Ruang Terbuka Hijau merupakan salah satu unsur penting dalam membentuk lingkungan kota yang nyaman dan sehat. UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang mengamanatkan perencanaan tata ruang wilayah kota harus memuat rencana penyediaan dan pemanfaatan RTH yang luas minimalnya sebesar 30% dari luas wilayah kota. RTH di perkotaan terdiri dari RTH Publik dan RTH privat dimana proporsi RTH pada wilayah perkotaan adalah sebesar minimal 30% yang terdiri dari 20% RTH publik dan 10% terdiri dari RTH privat. 34

Ruang Terbuka Hijau Publik merupakan ruang terbuka hijau yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah daerah kota yang digunakan untuk kepentingan masyarakat secara umum. Yang termasuk ruang terbuka hijau publik antara lain taman kota, taman pemakaman umum dan jalur hijau sepanjang jalan, sungai dan pantai. Sedangkan Ruang terbuka hijau privat, adalah RTH milik institusi tertentu atau orang perseorangan yang pemanfaatannya untuk kalangan terbatas antara lain berupa kebun atau halaman rumah/gedung milik masyarakat/swasta yang ditanami tumbuhan. Dengan tersedianya RTH yang ideal akan membawa manfaat, antara lain : 1. Sarana untuk mencerminkan identitas daerah 2. Sarana penelitian, pendidikan dan penyuluhan 3. Sarana rekreasi aktif dan pasif serta interaksi sosial 4. Meningkatkan nilai ekonomi lahan perkotaan 5. Menumbuhkan rasa bangga dan meningkatkan prestise daerah 6. Sarana aktivitas sosial bagi anak-anak, remaja, dewasa dan manula 7. Sarana ruang evakuasi untuk keadaan darurat 8. Memperbaiki iklim mikro 9. Meningkatkan cadangan oksigen di perkotaan 2.3.1 Runag Terbuka Hijau Jalur Hijau Jalan dan Fungsi Tertentu Selain taman kota yang berbentuk melingkar, Ruang Terbuka Hijau juga bisa berbentuk jalur hijau jalan, dimana bisa berupa pulau jalan dan median jalan. Taman pulau jalan adalah RTH yang terbentuk oleh geometris 35

jalan seperti pada persimpangan tiga atau bundaran jalan. Sedangkan median jalan berupa jalur pemisah yang membagi jalan menjadi dua lajur atau lebih. Median atau pulau jalan dapat berupa taman atau non taman. Dengan adanya RTH di sepanjang jalur jalan dapat menanggulangi polusi udara yang disebabkan oleh kendaraan. Ruang Terbuka Hijau Fungsi Tertentu ada dua, yaitu : 1. Jalur Hijau atau Ruang Terbuka Hijau Sempadan Rel Kereta Api. Penyediaan RTH pada garis sempadan jalan rel kerata api merupakan RTH yang memiliki fungsi utama untuk membatasi interaksi antara kegiatan masyarakat dengan jalan rel kereta api. Jalur sempadan jalan kerata pai yaitu di kawasan sisi kiri dan kanan rel kereta api dengan jarak sekurangnya 20 m. 2. Ruang Terbuka Sempadan Sungai. Ruang Terbuka Hijau sempadan sungai adalah jalur hijau yang terletak di bagian kiri dan kanan sungai yang memiliki fungsi utama untuk melindungi sungai tersebut dari berbagai gangguan yang dapat merusak kondisi sungai dan kelestariannya. Adapun rencana sempadan di Kota Binjai adalah Sungai Mencirim 15 m, Sungai Bingai 15 m, Sungai Bangkatan 15 m, Sungai-sungai kecil 10 m. 2.3.2 Ruang Terbuka Hijau Pemakaman dan Taman Kota Penyediaan ruang terbuka hijau pada areal pemakaman disamping memiliki fungsi utama sebagai tempat penguburan jenasah juga memiliki fungsi ekologis yaitu sebagai daerah resapan air, tempat pertumbuhan berbagai jenis vegetasi, pencipta iklim mikro serta tempat hidup burung serta 36

fungsi sosial masyarakat disekitar seperti beristirahat dan sebagai sumber pendapatan. Pemakaman umum dibagi berdasarkan 2 (dua) jenis yaitu pemakaman umum dan Taman Makam Pahlawan. Taman kota merupakan suatu kawasan ruang terbuka hijau di wilayah perkotaan, lengkap dengan segala fasilitasnya untuk kebutuhan masyarakat kota sebagai tempat rekreasi secara aktif maupun pasif. Secara estetika, keberadaan taman kota mampu memberikan efek visual dan psikologis yang indah dalam totalitas ruang kota. Selain itu kota juga memiliki peranan penting sebagai paruparu kota, pengendali iklim mikro, konservasi tanah dan air, serta habitat berbagai flora dan fauna. Penataan taman kota di suatu kawasan tidak asal jadi, tetapi tujuan penyebaran tamannya harus jelas dan stategis. Tabel 1: Data Taman-Taman di Kota Binjai Tahun 2015 6 7 http://www.binjaikota.go.id/profil-43.html ((diakses pada tanggal 25 Juli 2016, pukul 10.00 Wib) 37

No Jenis Taman Lokasi Kecamatan Keterangan 1 TAMAN BALITA VETERAN BINJAI KOTA REKREASI 2 TAMAN PKK BINJAI KOTA REKREASI 3 TAMAN REMAJA BINJAI KOTA REKREASI 4 TAMAN PGRI TA. HAMZAH BINJAI UTARA REKREASI 5 TAMAN BUNDARAN BINJAI KOTA 6 TAMAN SEGITIGA SUTOMO BINJAI KOTA 7 TAMAN PINGGIRAN LAPANGAN MERDEKA BINJAI KOTA 8 TAMAN PULAU JALAN SOEKARNO BINJAI TIMUR HATTA 9 TAMAN SEGITIGA SIMP. SAMANHUDI BINJAI KOTA 10 TAMAN SEGITIGA SIMP. GATOT SUBROTO/ BINJAI KOTA 11 TAMAN PULAU JALAN (DEPAN BINJAI KOTA KANTOR WALIKOTA) 12 TAMAN PULAU JALAN (KAWASAN BINJAI KOTA PERNIAGAAN ) 13 TAMAN PULAU JALAN TA. HAMZAH BINJAI UTARA 14 TAMAN SEGITIGA IRIAN BINJAI KOTA 15 TAMAN SEGITIGA SUTOMO (DEPAN KANTOR POS) BINJAI KOTA 16 17 18 TAMAN PINGGIRAN JALAN (PENANAMAN BUNGA DALAM POT) TAMAN SEPANJANG TAMAN JAMIN GINTING SAMANHUDI JAMIN GINTING BINJAI SELATAN BINJAI SELATAN BINJAI SELATAN 38

19 20 21 22 23 24 25 26 TAMAN SEPANJANG TAMAN SEPANJANG TAMAN SEPANJANG TAMAN SEPANJANG TAMAN SEPANJANG TAMAN KANTOR DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN TAMAN SAMPING BANK BCA TAMAN SIMPANG IRIAN JUANDA / DIPENOGORO SOEKARNO HATTA GATOT SUBROTO BINJAI TIMUR BINJAI TIMUR BINJAI BARAT ISMAIL BINJAI BARAT RING ROAD MEGAWATI TANDEM BINJAI TIMUR SIBOLGA BINJAI SELATAN TITI SIMPANG IRIAN BINJAI KOTA BINJAI KOTA 39