BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan generasi penerus bangsa. Kualitas anak-anak akan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan harga mutlak bagi setiap orang. Menurut Undangundang

Factors That Affect Elementary School Snacks Traders in Using Metanil Yellow on District of Sukarame Bandar Lampung 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kunyit untuk warna kuning. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan

I. PENDAHULUAN. additive dalam produknya. Zat tambahan makanan adalah suatu senyawa. memperbaiki karakter pangan agar mutunya meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. melakukan berbagai upaya sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Makanan atau minuman adalah salah satu kebutuhan dasar manusia.

INTISARI IDENTIFIKASI METHANYL YELLOW PADA MANISAN BUAH NANAS

BAB I PENDAHULUAN. Warna merupakan salah satu sifat yang penting dari makanan, di samping juga

BAB I PENDAHULUAN. melakukan berbagai upaya sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAHAYA KERACUNAN METANIL YELLOW PADA PANGAN

BAB I PENDAHULUAN. diminati oleh mayoritas masyarakat Indonesia, karena rasanya yang gurih dan

BAB I PENDAHULUAN. Bahan pangan adalah bahan yang memungkinkan manusia tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

memerlukan makanan yang harus dikonsumsi setiap hari, karena makanan merupakan sumber energi dan berbagai zat bergizi untuk mendukung hidup

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi masalah adalah kebiasaan jajan dikantin atau warung di sekitar

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. gangguan perkembangan ( 2013)

BAB 2 DATA & ANALISA

BAB I PENDAHULUAN. mikrobiologisnya. Secara visual faktor warna yang tampil terlebih dahulu terkadang

BAB I PENDAHULUAN. memilih bahan makanan maka kita perlu memperhatikan kebersihan dan mutunya

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dasar (SD) adalah membeli jajanan di sekolah. Ketertarikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Makanan adalah salah satu kebutuhan manusia.dalam kehidupan sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut WHO, makanan adalah : Food include all substances, whether in a

BAB I PENDAHULUAN. dengan harga yang murah, menarik dan bervariasi. Menurut FAO (Food

BAB 1 PENDAHULUAN. aman dapat menimbulkan gangguan kesehatan bahkan keracunan. Penentuan

PENERAPAN PENGETAHUAN BAHAN TAMBAHAN PANGAN PADA PEMILIHAN MAKANAN JAJANAN MAHASISWA PENDIDIKAN TATA BOGA UPI

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya sasaran pembangunan pangan adalah menyediakan pangan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan rancangan cross

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memerlukan makanan untuk menunjang kelangsungan hidupnya.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang luas wilayahnya 64,79 km atau sekitar 0,58 % dari luas Provinsi Gorontalo.

BAB I PENDAHULUAN. digunakan dalam makanan. Kurangnya perhatian terhadap hal ini telah sering

BAB 1 PENDAHULUAN. kebanyakan masyarakat. Meskipun memiliki beberapa keunggulan, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak memenuhi syarat, dan terhadap kerugian sebagai akibat produksi,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Seluruh masyarakat merupakan konsumen dari makanan sekaligus

Kuesioner Penelitian

balado yang beredar di Bukittinggi, dalam Majalah Kedokteran Andalas, (vol.32, No.1, Januari-juni/2008), hlm. 72.

BAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi untuk dapat memenuhi fungsinya dan aman dikomsumsi karena

BAB I PENDAHULUAN. Makanan selalu dikonsumsi dalam kehidupan sehari-hari. Cara penyajian

I. PENDAHULUAN. setiap orang. Menurut Food and Agriculture Organization (FAO) dalam. terbawa hingga dewasa. Kegemaran masyarakat akan jajan atau

BAB I PENDAHULUAN. Pangan atau makanan merupakan kebutuhan primer setiap. manusia.keamanan serta kebersihan makanan tersebut menjadi faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. tambahan pangan, bahan baku dan bahan lain yang digunakan dalam proses pengolahan

I. PENDAHULUAN. Makanan tradisional Indonesia mempunyai kekayaan ragam yang luar. biasa. Baik macam, bentuk, warna, serta aroma sesuai dengan budaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Ilotidea, Tualango, Tabumela, Tenggela dan Tilote. Kecamatan Tilango memiliki

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Zat Kimia Berbahaya Pada Makanan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini banyak sekali makanan dan minuman yang beredar di masyarakat yang

BAB 1 PENDAHULUAN. baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bahan makanan. Zat gizi yaitu zat-zat yang diperoleh dari bahan makanan

BAB I PENDAHULUAN. antar seorang perempuan dengan seorang laki-laki dengan tidak menyangkut juga

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan selera makan manusia sebagai konsumen. 2. Secara garis besar, terdapat 3 macam pewarna makanan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. akan menimbulkan penyakit bagi yang mengkonsumsinya (Fardiaz, 1993).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Ketidaktaatan pelaku..., Bosar M. Pardede, FISIP UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. makanan dan kosmetik di berbagai negara. Pangan yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Kita hidup di dunia ini dilengkapi dengan lima indra yaitu penglihatan,

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak memenuhi syarat keamanan dan dapat membahayakan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. dan merata. Maksudnya bahwa dalam pembangunan kesehatan setiap orang

BAB 1 PENDAHULUAN. ditambahkan dengan sengaja ke dalam makanan dalam jumlah kecil, dengan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU Republik Indonesia No. 18 Tahun 2012 Tentang Pangan, keamanan

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh enzim, aktifitas mikroba, hewan pengerat, serangga, parasit dan

INTISARI ANALISIS KUALITATIF RHODAMIN B PADA MINUMAN RINGAN BERKEMASAN YANG DIJUAL DI PASAR SEKTOR II KECAMATAN BANJARMASIN UTARA

Pengaruh sodium tripoliphosphat (STPP) terhadap sifat karak (kerupuk gendar) Noor Ernawati H UNIVERSITAS SEBELAS MARET I.

BAB 1 PENDAHULUAN. produsen makanan sering menambahkan pewarna dalam produknya. penambahan

BAB I PENDAHULUAN. setiap rakyat Indonesia dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas

PENGETAHUAN SISWA-SISWI TENTANG BAHAYA BAHAN TAMBAHAN PANGAN SEBELUM DAN SESUDAH PENYULUHAN DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 1 PARONGPONG

TES KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA (Soal Posttest) Mata Pelajaran : IPA Kelas/Semester : VIII/2 Materi Pokok : Makanan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Makanan merupakan komponen penting bagi kehidupan manusia, karena

BAB I PENDAHULUAN. makanan makhluk hidup dapat memperoleh zat-zat yang berguna bagi

BAB I PENDAHULUAN. murah akan mendorong meningkatnya pemakaian bahan tambahan pangan yang

BAB I PENDAHULUAN. diperuntukkan sebagai makanan dan minuman yang dikonsumsi manusia,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Universitas Kristen Maranatha

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha di Indonesia pada saat ini kian pesat, terutama di

BAB 1 PENDAHULUAN. pewarna sintesis yang digunakan dalam makanan adalah aman. bahan yang diwarnai berwarna merah. Penyalahgunaan Rhodamine B pada

STUDI DESKRIPTIF BAHAN TAMBAHAN KIMIA BERBAHAYA PADA JAJANAN ANAK SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN PEDURUNGAN KOTA SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA Anak Sekolah Dasar

SOSIALISASI PANGAN JAJANAN ANAK SEKOLAH (PJAS) YANG AMAN DI SDN 8 LANGKAI KOTA PALANGKARAYA.

TES KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA (Soal Pretest) Mata Pelajaran : IPA Kelas/Semester : VIII/2 Materi Pokok : Makanan

SUKOHARJO. Oleh : Kesehatan Bidang J NIM FAKULTAS

ANALISIS KANDUNGAN RHODAMIN B PADA CABAI MERAH GILING DI PASAR TRADISIONAL DI KABUPATEN SLEMAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Masalah keamanan pangan khususnya penggunaan bahan kimia. berbahaya pada bahan pangan masih menjadi masalah besar di Indonesia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi saat ini, penggunaan zat warna alami semakin

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai usaha dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Misalnya

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan mental. Pertumbuhan serta perkembangan fisik memiliki. hubungan yang erat dengan status gizi anak dan konsumsi makanan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang diperlukan dalam melaksanakan pembangunan nasional. Untuk

3. Apakah anda pernah menderita gastritis (sakit maag)? ( ) Pernah ( ) Tidak Pernah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempengaruhi kualitas saat mereka mencapai usia produktif (BPOM, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. 2004). Anak membeli jajanan menurut kesukaan mereka sendiri dan tanpa

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Banyak orang mengatakan membuat makanan tradisional sangat repot dan

BAB I PENDAHULUAN. Bakso merupakan makanan jajanan yang paling populer di Indonesia.

ANALISIS KANDUNGAN RHODAMIN B

Kata Kunci : Pewarna Tambahan Makanan, Sekolah Dasar.

BAB I PENDAHULUAN. ilmu pengetahuan terpenuhi. Menurut UU No.7 tahun 1996 menyebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. saing manusia akan meningkat yang berpengaruh terhadap kelanjutan serta kemajuan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan generasi penerus bangsa. Kualitas anak-anak akan menentukan kemajuan suatu bangsa di masa depan. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia harus dilakukan sejak dini, sistematis dan berkesinambungan. Salah satunya adalah dengan memperhatikan tumbuh kembang anak. Proses ini sangat dipengaruhi oleh pemberian asupan makanan dengan kualitas dan kuantitas yang baik serta benar (Judarwanto, 2012). Saat ini banyak sekali makanan dan minuman yang dalam proses pengolahannya menggunakan bahan tambahan pangan (Food Additive) dan zat kimia yang disalahgunakan pemakaiannya. Bahan tambahan makanan tersebut dapat berupa pemanis, penyedap, pengawet, antioksidan, flavor/aroma, pengemulsi/pengental, zat gizi, pewarna dan lain-lain (Baliwati dkk., 2004). Saat ini penggunaan zat pewarna semakin banyak digunakan baik pada industri pengolahan pangan maupun dalam pembuatan berbagai pangan jajanan (Cahyadi, 2009; Saparinto dkk., 2006). Hal ini disebabkan

2 karena warna yang menarik akan mempengaruhi konsumen dalam pemilihan suatu produk makanan dan minuman (Azizahwati dkk., 2007). Di Indonesia, penggunaan pewarna pada pangan diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 033 Tahun 2012 tentang Bahan Tambahan Pangan (BTP). Bahan tambahan makanan tersebut mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja ditambahkan ke dalam makanan untuk maksud teknologi pada pembuatan, pengolahan, penyiapan, perlakuan, pengepakan, pengemasan, penyimpanan, atau pengangkutan makanan untuk menghasilkan atau diharapkan menghasilkan (langsung atau tidak langsung) suatu komponen atau mempengaruhi sifat khas makanan tersebut (Mukono, 2006). Kendati pemerintah telah menetapkan peraturan tentang penggunaan BTP termasuk pewarna, namun hingga kini konsumen masih dihadapkan pada masalah terkait penyalahgunaan pewarna pada pangan. Salah satu bahan kimia terlarang yang masih sering dijumpai pada pangan adalah pewarna Metanil Yellow (BPOM, 2004). Metanil Yellow adalah pewarna sintetis yang digunakan pada industri tekstil, kertas dan cat. Pewarna ini berbentuk serbuk atau padat yang berwarna kuning kecoklatan. Pewarna kuning Metanil Yellow sangat berbahaya jika terhirup, mengenai kulit, mengenai mata dan tertelan. Penyalahgunaan pewarna Metanil Yellow antara lain pada mie, kerupuk dan jajanan lain yang berwarna kuning mencolok berpendar (Kristanti, 2010).

3 Metanil Yellow sendiri lebih umum ditemukan dijajanan anak sekolah dibandingkan dengan pewarna pangan yang dilarang lainnya (Akbari, 2012). Metanil Yellow sering dipakai untuk mewarnai kerupuk, makanan ringan, terasi, kembang gula, sirup, biskuit, sosis, makaroni goreng, minuman ringan, cendol, manisan, gipang dan ikan asap (Mudjajanto, 2007). Pada penelitian yang dilakukan oleh Trestiati (2003) menunjukkan kadar Metanil Yellow yang ditemukan pada makanan dan minuman jajanan anak SD di Sekolah Dasar Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung dalam kadar yang cukup besar antara 7,841-3226,55 ppm. Penelitian yang dilakukan oleh Yayasan Layanan Konsumen Indonesia (YLKI) pada tahun 1990 terhadap pangan jajanan di daerah Jakarta dan Semarang, menunjukkan bahwa pisang molen dan manisan kedondong yang dijual di wilayah Jakarta setelah diuji ternyata positif mengandung Metanil Yellow dan di dalam limun merah yang diuji terdapat Amaranth atau pewarna merah kecoklatan. Terdapat 44 contoh pangan yang diuji juga positif menggunakan pewarna terlarang seperti rhodamin B atau pewarna merah, Metanil Yellow, atau orange RN.1 (Cahyadi, 2009). Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Walangadi (2012) menyatakan bahwa dari 10 sampel yang diperiksa pada hari pertama sampai hari ketiga ditemukan 10 sampel yang teridentifikasi Metanil Yellow yaitu pada nasi kuning. Pemeriksaan yang dilakukan oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Pusat, pada 195 Sekolah Dasar di 18 Propinsi, di

4 antaranya Surabaya, Semarang, Bandar Lampung, dan Denpasar sebanyak 861 sampel yaitu minuman ringan, es sirup, saos, kerupuk dan makanan gorengan. Hasil uji analisis menunjukkan bahwa 46 sampel minuman sirup mengandung Amaranth, dan 8 sampel minuman sirup mengandung Metanil Yellow (Akbari, 2012). Metanil Yellow merupakan salah satu pewarna azo yang telah dilarang digunakan dalam pangan. Hal ini dikarenakan, jika tertelan dapat menyebabkan iritasi saluran cerna. Selain itu, senyawa ini dapat pula menyebabkan mual, muntah, sakit perut, diare, demam, lemah, dan hipotensi Dampak yang terjadi akibat penggunaan zat pewarna Metanil Yellow dapat berupa iritasi pada saluran pernafasan, iritasi pada kulit, iritasi pada mata, dan bahaya kanker pada kandung kemih. Apabila tertelan dapat menyebabkan mual, muntah, sakit perut, diare, panas, rasa tidak enak dan tekanan darah rendah. Bahaya lebih lanjut yakni menyebabkan kanker pada kandung dan saluran kemih (Kristanti, 2010) (BPOM, 2004). Pada penelitian mengenai paparan kronik Metanil Yellow terhadap tikus putih (Rattus Norvegicus) yang diberikan melalui pakannya selama 30 hari, diperoleh hasil bahwa terdapat perubahan hispatologi dan ultrastruktural pada lambung, usus, hati, dan ginjal. Hal tersebut menunjukkan efek toksik Metanil Yellow terhadap tikus (Sarkar & Gosh, 2012). Penelitian lain yang menggunakan tikus galur Wistar sebagai hewan ujinya menunjukkan hasil bahwa konsumsi Metanil Yellow dalam jangka panjang dapat mempengaruhi

5 sistem saraf pusat yang mengarah pada neurotoksisitas (Nagaraja & Desiraju, 2013). Dengan masih banyaknya penggunaan pewarna tambahan yang berbahaya dikalangan siswa sekolah dasar merupakan hal yang memprihatinkan. Data menunjukkan bahwa anak sekolah rata-rata menghabiskan 4-5 jam waktunya di sekolah. Sebuah penelitian di Jakarta menemukan bahwa uang jajan anak sekolah rata-rata berkisar antara Rp.2000- Rp.4000 per hari, bahkan ada yang mencapai lebih Rp.7000 per hari dan hanya sekitar 5% anak sekolah tersebut yang membawa bekal dari rumah. Tingginya uang jajan pada anak sekolah akan mengakibatkan lebih terpaparnya mereka pada makanan jajanan kaki lima, karena mereka mempunyai kemampuan untuk membeli makanan tersebut yang belum dapat dipastikan keamanannya (Maskar, 2004). Pengetahuan dan sikap merupakan faktor yang mendasari terjadinya perubahan perilaku seseorang. Menurut Notoatmodjo (2003), perilaku seseorang akan lebih baik dan dapat bertahan lebih lama apabila didasari oleh tingkat pengetahuan yang baik. Pengetahuan juga akan berpengaruh terhadap pembentukan sikap. Sikap merupakan predisposisi dari tindakan suatu perilaku Menurut Sunaryo (2004) dalam berperilaku seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain faktor genetik dan faktor-faktor luar individu. Faktor genetik meliputi jenis ras, jenis kelamin, sifat fisik, sifat kepribadian, bakat pembawaan dan pengetahuan. Sedangkan faktor dari luar individu terdapat faktor lingkungan, pendidikan, agama, sosial ekonomi dan

6 kebudayaan. Dari uraian di atas dapat terlihat bahwa pengetahuan dan sikap dapat mempengaruhi perilaku seseorang. Selain pengetahuan dan sikap terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku terhadap penggunaan pewarna diantaranya adalah tingkat pendidikan, pengalaman penjual, tingkat ekonomi, pendapat panutan dari tokoh masyarakat. Selain itu dari segi pemerintah baik mulai dari peraturan, pembinaan dan pengawasan terhadap para pedagang juga berperan penting dalam perilaku penggunaan pewarna dalam bahan pangan (Pujiastuti, 2002). Hal ini menjadi dasar untuk penulis ingin meneliti lebih lanjut tentang makanan-makanan yang mengandung pewarna tambahan berbahaya khususnya pewarna tambahan Metanil Yellow. Peneliti juga ingin melihat hubungan pengetahuan dan sikap pedagang jajanan terhadap penggunaan pewarna Metanil Yellow serta mengeksplorasi faktor-faktor apa saja yang melatarbelakangi pedagang menggunakan pewarna Metanil Yellow tersebut. 1.2 Rumusan Masalah Penggunaan pewarna pada pangan diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 033 Tahun 2012 tentang Bahan Tambahan Pangan (BTP). Kendati pemerintah telah menetapkan peraturan tentang penggunaan BTP termasuk pewarna, namun hingga kini konsumen masih dihadapkan pada masalah terkait penyalahgunaan pewarna pada pangan. Salah satu bahan kimia terlarang yang masih sering dijumpai pada pangan adalah pewarna Metanil

7 Yellow (BPOM, 2014). Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya menyebutkan tingginya penggunaan Metanil Yellow pada bahan pangan dan ditemukan dalam jumlah yang tinggi. Metanil Yellow sering dipakai untuk mewarnai kerupuk, makanan ringan, terasi, kembang gula, sirup, biskuit, sosis, makaroni goreng, minuman ringan, cendol, manisan, gipang dan ikan asap (Mudjajanto, 2007). Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa penggunaan Metanil Yellow berbahaya untuk kesehatan. Hal ini dikarenakan Metanil Yellow akan mengiritasi saluran cerna yang dapat menyebabkan mual, muntah, sakit perut, diare, demam, lemah, dan hipotensi. Penelitian pada hewan coba juga menyebutkan konsumsi secara terus menerus Metanil Yellow akan menyebabkan perubahan hispatologi dan ultrastruktural pada lambung, usus, hati, dan ginjal. dapat mempengaruhi sistem saraf pusat yang mengarah pada neurotoksisitas (Sarkar & Gosh, 2012; Nagaraja & Desiraju, 2013). Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan utama yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah apakah terdapat hubungan antara pengetahuan dan sikap pedagang jajanan anak sekolah dasar terhadap penggunaan pewarna Metanil Yellow, serta faktor-faktor apa saja yang melatarbelakangi pedagang dalam menggunakan pewarna Metanil Yellow di Kecamatan Sukarame di Bandar Lampung.

8 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap pedagang jajanan anak sekolah dasar negeri terhadap perilaku penggunaan pewarna Metanil Yellow di Kecamatan Sukarame di Bandar Lampung. 2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi penggunaan pewarna Metanil Yellow pada jajanan anak sekolah dasar negeri di Kecamatan Sukarame di Bandar Lampung. 1.3.2 Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui gambaran pengetahuan pedagang jajanan anak sekolah dasar negeri dalam penggunaan pewarna Metanil Yellow di Kecamatan Sukarame di Bandar Lampung. 2. Mengetahui gambaran sikap pedagang jajanan anak sekolah dasar negeri dalam penggunaan pewarna Metanil Yellow di Kecamatan Sukarame di Bandar Lampung. 3. Mengetahui gambaran penggunaan pewarna Metanil Yellow pada pedagang jajanan anak sekolah dasar negeri di Kecamatan Sukarame di Bandar Lampung. 4. Mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi penggunaan pewarna Metanil Yellow pada jajanan anak sekolah dasar negeri di Kecamatan Sukarame di Bandar Lampung.

9 5. Menganalisis hubungan antara pengetahuan pedagang jajanan anak sekolah dasar negeri tentang pewarna Metanil Yellow dengan perilaku penggunaan pewarna Metanil Yellow pada pedagang jajanan anak sekolah dasar negeri di Kecamatan Sukarame di Bandar Lampung. 6. Menganalisis hubungan antara sikap pedagang jajanan anak sekolah dasar negeri tentang pewarna Metanil Yellow dengan perilaku penggunaan pewarna Metanil Yellow pada pedagang jajanan anak sekolah dasar negeri di Kecamatan Sukarame di Bandar Lampung. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut : 1. Bagi Peneliti Menambah pengetahuan peneliti mengenai hubungan pengetahuan dan sikap serta faktor-faktor yang mempengaruhi pedagang jajanan anak sekolah dasar negeri terhadap penggunaan pewarna Metanil Yellow di Kecamatan Sukarame di Bandar Lampung. 2. Bagi Masyarakat Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang penggunaan pewarna Metanil Yellow pada makanan atau minuman jajanan yang dijual oleh pedagang jajanan di sekolah dasar negeri di Kecamatan Sukarame di Bandar Lampung. 3. Bagi Pedagang Memberi informasi bahwa pewarna Metanil Yellow merupakan pewarna sintetik yang penggunaannya dilarang serta memberi informasi tentang

10 bahan tambahan pangan yang diizinkan dan dilarang penggunaannya dalam pangan. 4. Bagi sekolah Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi para guru dan semua warga sekolah dalam menghimbau dan menetapkan peraturan mengenai makanan jajanan yang sehat bagi para anak didiknya, karena pada dasarnya penindaklanjutan masalah keamanan jajanan anak sekolah tidak lepas dari partisipasi pihak sekolah. 5. Bagi siswa Memberikan pengertian pada siswa untuk mengetahui betapa pentingnya memilih makanan jajanan yang aman dikonsumsi. 6. Bagi Peneliti Lain Sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya. 1.5 Hipotesis dan Pertanyaan Penelitian Hipotesis penelitian ini adalah : 1. Ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku penggunaan pewarna Metanil Yellow pada pedagang jajanan anak sekolah dasar negeri di Kecamatan Sukarame Bandar Lampung. 2. Ada hubungan antara sikap dengan perilaku penggunaan pewarna Metanil Yellow pada pedagang jajanan anak sekolah dasar negeri di Kecamatan Sukarame Bandar Lampung

11 Pertanyaan penelitian ini adalah : 1. Bagaimanakah pengetahuan pedagang tentang pewarna Metanil Yellow? 2. Bagaimanakah sikap pedagang terhadap penggunaan pewarna Metanil Yellow? 3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pedagang terhadap penggunaan pewarna Metanil Yellow?