BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang luas wilayahnya 64,79 km atau sekitar 0,58 % dari luas Provinsi Gorontalo.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan harga mutlak bagi setiap orang. Menurut Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. melakukan berbagai upaya sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan generasi penerus bangsa. Kualitas anak-anak akan

BAB I PENDAHULUAN. melakukan berbagai upaya sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. dengan harga yang murah, menarik dan bervariasi. Menurut FAO (Food

BAB I PENDAHULUAN. mikrobiologisnya. Secara visual faktor warna yang tampil terlebih dahulu terkadang

Kuesioner Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan rancangan cross

BAB I PENDAHULUAN. Makanan atau minuman adalah salah satu kebutuhan dasar manusia.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut WHO, makanan adalah : Food include all substances, whether in a

BAB 1 PENDAHULUAN. aman dapat menimbulkan gangguan kesehatan bahkan keracunan. Penentuan

BAB I PENDAHULUAN. tambahan pangan, bahan baku dan bahan lain yang digunakan dalam proses pengolahan

BAB 1 PENDAHULUAN. Makanan adalah salah satu kebutuhan manusia.dalam kehidupan sehari-hari.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Ilotidea, Tualango, Tabumela, Tenggela dan Tilote. Kecamatan Tilango memiliki

BAB I PENDAHULUAN. gizi dan mempunyai bentuk yang menarik, akan tetapi juga harus aman dalam arti

BAB I PENDAHULUAN. digunakan dalam makanan. Kurangnya perhatian terhadap hal ini telah sering

I. PENDAHULUAN. additive dalam produknya. Zat tambahan makanan adalah suatu senyawa. memperbaiki karakter pangan agar mutunya meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak memenuhi syarat, dan terhadap kerugian sebagai akibat produksi,

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya sasaran pembangunan pangan adalah menyediakan pangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kota Gorontalo sebagai ibukota Provinsi Gorontalo merupakan kota yang

I. PENDAHULUAN. setiap orang. Menurut Food and Agriculture Organization (FAO) dalam. terbawa hingga dewasa. Kegemaran masyarakat akan jajan atau

BAB I PENDAHULUAN. harus aman dalam arti tidak mengandung mikroorganisme dan bahan-bahan kimia

balado yang beredar di Bukittinggi, dalam Majalah Kedokteran Andalas, (vol.32, No.1, Januari-juni/2008), hlm. 72.

memerlukan makanan yang harus dikonsumsi setiap hari, karena makanan merupakan sumber energi dan berbagai zat bergizi untuk mendukung hidup

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh enzim, aktifitas mikroba, hewan pengerat, serangga, parasit dan

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Adapun lokasi dan waktu penelitian ini yakni sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Seluruh masyarakat merupakan konsumen dari makanan sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memerlukan makanan untuk menunjang kelangsungan hidupnya.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan bangsa khususnya pada Program Pendidikan Dasar, anak usia

Kata Kunci : Pewarna Tambahan Makanan, Sekolah Dasar.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bahan makanan. Zat gizi yaitu zat-zat yang diperoleh dari bahan makanan

PENERAPAN PENGETAHUAN BAHAN TAMBAHAN PANGAN PADA PEMILIHAN MAKANAN JAJANAN MAHASISWA PENDIDIKAN TATA BOGA UPI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Universitas Kristen Maranatha

IDENTIFIKASI KANDUNGAN FORMALIN PADA TAHU YANG DIJUAL DI PASAR SENTRAL KOTA GORONTALO. Sriyanti Dunggio, Herlina Jusuf, Ekawaty Prasetya 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Kita hidup di dunia ini dilengkapi dengan lima indra yaitu penglihatan,

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya di dalam setiap masakan makanan yang akan dimakan. juga sesuai dengan selera mereka masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan mental. Pertumbuhan serta perkembangan fisik memiliki. hubungan yang erat dengan status gizi anak dan konsumsi makanan

BAB I PENDAHULUAN. Bahan pangan adalah bahan yang memungkinkan manusia tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. murah akan mendorong meningkatnya pemakaian bahan tambahan pangan yang

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Faktor-faktor yang menentukan kualitas makanan baik, dapat ditinjau dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dasar (SD) adalah membeli jajanan di sekolah. Ketertarikan

BAB 1 PENDAHULUAN. kebanyakan masyarakat. Meskipun memiliki beberapa keunggulan, tetapi

BAB 1 PENDAHULUAN. alami tersebut, sekarang marak dipakai pewarna sintetik/buatan

KUESIONER PENELITIAN

I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi

BAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi untuk dapat memenuhi fungsinya dan aman dikomsumsi karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Pesatnya pembangunan Indonesia di bidang ekonomi telah memicu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. saing manusia akan meningkat yang berpengaruh terhadap kelanjutan serta kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. dan merata. Maksudnya bahwa dalam pembangunan kesehatan setiap orang

BAB I PENDAHULUAN. ilmu pengetahuan terpenuhi. Menurut UU No.7 tahun 1996 menyebutkan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. sedang istirahat di sekolah. Hal tersebut terjadi karena jarangnya orang tua

BAB I PENDAHULUAN. makanan makhluk hidup dapat memperoleh zat-zat yang berguna bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. makanan dan kosmetik di berbagai negara. Pangan yang ditemukan

I. PENDAHULUAN. Makanan tradisional Indonesia mempunyai kekayaan ragam yang luar. biasa. Baik macam, bentuk, warna, serta aroma sesuai dengan budaya

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini banyak sekali makanan dan minuman yang beredar di masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. teknologi pangan dan bahan kimia yang dibutuhkan agar mutunya baik.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi masalah adalah kebiasaan jajan dikantin atau warung di sekitar

BAB I PENDAHULUAN. diminati oleh mayoritas masyarakat Indonesia, karena rasanya yang gurih dan

BAB 1 PENDAHULUAN. baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai

RINGKASAN Herlina Gita Astuti.

ANALISIS PEWARNA RHODAMIN B DALAM ARUM MANIS SECARA KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DAN SPEKTROFOTOMETRI UV-Vis DI DAERAH SUKOHARJO DAN SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Masalah keamanan pangan khususnya penggunaan bahan kimia. berbahaya pada bahan pangan masih menjadi masalah besar di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan pokok manusia dalam menjalankan kehidupannya. Makanan

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha di Indonesia pada saat ini kian pesat, terutama di

BAB I PENDAHULUAN. Pangan atau makanan merupakan kebutuhan primer setiap. manusia.keamanan serta kebersihan makanan tersebut menjadi faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. makanan, kantin, swalayan di jalanan dan tempat-tempat keramaian umum

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 pasal 48 telah. kesehatan keluarga, perbaikan gizi, pengawasan makanan dan minuman,

BAB I PENDAHULUAN. akan menimbulkan penyakit bagi yang mengkonsumsinya (Fardiaz, 1993).

BAB 1 PENDAHULUAN. beberapa faktor, seperti cita rasa, tekstur, dan nilai gizinya, juga sifat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada waktu dimekarkan Kabupaten Bone Bolango hanya terdiri atas empat

BAB I PENDAHULUAN. Makanan selalu dikonsumsi dalam kehidupan sehari-hari. Cara penyajian

BAB I PENDAHULUAN. gangguan perkembangan ( 2013)

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam mendapatkan energi, membantu pertumbuhan badan dan otak.

Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah

KUESIONER SEKOLAH. 1. Nama Sekolah : 2. NSPN : 3. Alamat Sekolah :

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Propinsi Gorontalo terdiri dari 1 Kota dan 5 Kabupaten dalam luas wilayah

BAB I PENDAHULUAN. yang secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada penjual minuman olahan yang berada di pasar

STUDI KANDUNGAN BAKTERI Salmonella sp. PADA MINUMAN SUSU TELUR MADU JAHE (STMJ) DI TAMAN KOTA DAMAY KECAMATAN KOTA SELATAN KOTA GORONTALO TAHUN 2012

ARTIKEL IDENTIFIKASI SAKARIN PADA MINUMAN JAJANAN DI KAWASAN PENDIDIKAN SD DI WILAYAH KECAMATAN MOJOROTO KOTA KEDIRI

SUKOHARJO. Oleh : Kesehatan Bidang J NIM FAKULTAS

ANALISIS PENGGUNAAN RHODAMIN B PADA CABE GILING BASAH YANG DIJUAL DI PASAR KOTA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Makanan jajanan dapat memberikan kontribusi zat gizi dalam

TANGGAPAN ORANG TUA TENTANG INFORMASI JAJANAN SEKOLAH YANG MENGANDUNG BAHAN BERBAHAYA. Oleh. Poppy Suryanti *), Toni Wijaya *)

BAB I PENDAHULUAN. setiap rakyat Indonesia dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Sebelah Barat : berbatasan dengan Sungai Bulango. b. Sebelah Timur : berbatasan dengan Kelurahan Ipilo

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

ANALISIS KADAR NITRIT PADA SOSIS SAPI DI PASAR MODERN KOTA GORONTALO. Nurnaningsi Yalumini, Rama P Hiola, Ramly Abudi 1

SOSIALISASI PANGAN JAJANAN ANAK SEKOLAH (PJAS) YANG AMAN DI SDN 8 LANGKAI KOTA PALANGKARAYA.

BAB I PENDAHULUAN. dan pembinaan dari pemerintah. Akibat kemajuan ilmu teknologi pangan di dunia

KEAMANAN PANGAN PADA MINUMAN ES SIRUP YANG DIJUAL DI SEKOLAH DASAR DI KELURAHAN KEBUN JERUK KECAMATAN KEBUN JERUK JAKARTA BARAT

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Kota Gorontalo merupakan salah satu wilayah dari Provinsi Gorontalo yang luas wilayahnya 64,79 km atau sekitar 0,58 % dari luas Provinsi Gorontalo. Jumlah penduduk Kota Gorontalo sebesar 194.153 jiwa dengan kepadatan penduduk mencapai 2.996 jiwa/km². Secara geografis wilayah Kota Gorontalo terletak antara 000 28 17-000 35 56 utara (LU) dan 1220 59 44-1230 05 59 bujur timur (BT) dengan batas-batas sebagai berikut : Batas utara Batas timur : Kecamatan Bolango utara Kabupaten Bone Bolango : Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango Batas selatan : Teluk Tomini Batas barat : Kecamatan Telaga dan Batuda a Kabupaten Gorontalo Kota Gorontalo terdiri dari 9 Kecamatan dengan 50 Kelurahan yaitu : 1. Kecamatan Kota Barat : 7 Kelurahan 2. Kecamatan Dungingi : 5 Kelurahan 3. Kecamatan Kota Selatan : 5 Kelurahan 4. Kecamatan Kota Tengah : 6 Kelurahan 5. Kecamatan Kota Timur : 6 Kelurahan 6. Kecamatan Kota Utara : 6 Kelurahan 7. Kecamatan Sipatana : 5 Kelurahan 8. Kecamatan Dumbo Raya : 5 Kelurahan 9. Kecamatan Hulondalangi : 5 Kelurahan 37

Berdasarkan hasil observasi awal di Kota Gorontalo terdapat 22 Sekolah Menengah Pertama, dari 22 Sekolah tersebut terdapat 6 Sekolah yang menjual minuman olahan berwarna kuning. Adapun alamat dari 6 Sekolah Menegah Pertama tersebut adalah sebagai berikut. Tabel 4.1 Nama Sekolah Menegah Pertama di Kota Gorontalo yang dijadikan Lokasi Penelitian No Nama Sekolah Menegah Pertama Lokasi 1 SMP 1 Kecamatan Kota Selatan 2 SMP 2 Kecamatan Kota Selatan 3 SMP 3 Kecamatan Kota Tengah 4 SMP 6 Kecamatan Kota Selatan 5 SMP 7 Kecamatan Kota Selatan 6 MTS N Kecamatan Kota Utara Sumber : Data Primer 2013 Dilihat dari semua lokasi sekolah yang terletak berseberangan dengan jalan yang menjadi akses utama bagi siswa untuk masuk sekolah dan keluar disaat pulang sekolah menjadikan tempat tersebut strategis untuk para penjaja makanan yang menjajakan makanannya di depan sekolah. Hal ini memungkinkan setelah pulang sekolah dengan berbagai jenis jajanan yang dijual didepan sekolah termasuk minuman olahan menjadi daya tarik siswa untuk membeli. Sehingga para penjaja makanan lebih cenderung memilih Sekolah Menengah Pertama yang ada di perkotaan dibandingkan yang ada di pedesaan. 38

Tabel 4.2 Jumlah Sampel di 6 Sekolah Menengah Pertama Kota Gorontalo No Nama Sekolah Menengah Pertama Jumlah pedagang dan sampel di 6 Sekolah Keterangan Jumlah penjual Jumlah sampel 1 SMP 1 2 3 Minuman sirup dan es mambo 2 SMP 2 2 3 Minuman sirup 3 SMP 3 1 2 Minuman sirup 4 SMP 6 2 2 Minuman sirup 5 SMP 7 1 1 Minuman sirup 6 MTs N 1 1 Minuman sirup 9 12 Sumber : Data Primer 2013 4.2 Hasil Penelitian 4.2.1 Distribusi penjual berdasarkan umur Penjual minuman olahan sirup yang ditemukan pada setiap lokasi merupakan penjual tetap atau penjual yang telah lama berjualan. Distribusi penjual jajanan minuman olahan di Sekolah Menegah Pertama Kota Gorontalo berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel 4.2 Tabel 4.3 Disribusi frekuensi responden berdasarkan kelompok umur Kelompok umur n % (tahun) 35 40 5 41,7 41 46 2 16,7 47 52 4 33,3 53-58 1 8,3 12 100,0 Sumber : Data Primer 2013 Pada tabel menunjukkan bahwa sebanyak 5 responden (41,7 %) yang berumur 35-40 tahun, sebanyak 2 responden (16,7%) yang berumur 41-46 tahun, sebanyak 4 responden (33,3%) yang berumur 47-52 tahun dan 1 responden (8,3%) yang berumur 53-58 tahun. 39

4.2.2 Distribusi penjual berdasarkan jenis kelamin Distribusi frekuensi menurut jenis kelamin penjual minuman olahan di Sekolah Menegah Pertama dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin Jenis Kelamin n % Laki-laki 1 8,4 Perempuan 11 91,6 12 100,0 Sumber : Data Primer 2013 Pada tabel 4.3 bahwa hanya 1 orang (8,4%) responden adalah berjenis kelamin laki-laki dan sebanyak 11 orang (91,6%) responden yang berjenis kelamin perempuan. Jumlah tertinggi responden lebih banyak perempuan dibandingkan laki-laki. 4.2.3 Distribusi penjual berdasarkan tingkat pengetahuan Distribusi frekuensi menurut pendidikan terakhir responden di Sekolah Menengah Pertama, dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.5 Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat pendidikan Pendidikan Terakhir n % SD 2 16,6 SMP 9 75 SMA 1 8,4 12 100,0 Sumber : Data Primer 2013 Pada tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 9 orang (75%) yang berpendidikan SMP, 2 orang (16,6%) yang menamatkan pendidikan hingga SD, dan 1 orang (8,4%) yang pendidikan terakhirnya hingga SMA. 40

Hasil pemeriksaan Laboratorium Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Kota Manado, pada jajanan minuman olahan yang berwarna kuning di Sekolah Menegah Pertama Kota Gorontalo diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 4.6 Hasil identifikasi kualitatif Methanil Yellow pada minuman olahan sirup berwarna kuning di Sekolah Menegah Pertama Kota Gorontalo Hasil perbandingan baku methanil yellow dengan hasil sampel Sampel Minuman Keterangan Olahan Hasil Sampel (+) jika ditemukan (-) jika tidak ditemukan 1 Kuning pendar - Memenuhi Syarat 2 Kuning pendar - Memenuhi Syarat 3 Putih pucat - Memenuhi Syarat 4 Kuning pucat - Memenuhi Syarat 5 Putih bening - Memenuhi Syarat 6 Kuning telur - Memenuhi Syarat 7 Orens bening - Memenuhi Syarat 8 Orens bening - Memenuhi Syarat 9 Kuning bening - Memenuhi Syarat 10 Orens bening - Memenuhi Syarat 11 Kuning orens - Memenuhi Syarat 12 Kuning bening - Memenuhi Syarat Sumber : Data Diperoleh Dari Laboratorium BPOM Manado Dilakukan pengujian terhadap sampel minuman olahan sirup berwarna kuning untuk melihat ada atau tidak kandungan pewarna sintetis methanil yellow pada sampel minuman olahan dengan menggunakan metode Ekstraksi. Analisis yang dilakukan dilaboratorium adalah analisis kualitatif yaitu mengidentifikasi pewarna pada pangan sampel minuman yang diuji. Pada tahap pengujian kualitatif dengan metode ekstraksi, sampel minuman dimasukkan ± 30 ml kedalam corong pisah, kemudian menambahkan 6 ml larutan natrium hidroksida 10% b/v dan 60 ml larutan natrium klorida 20%, diekstraksi 2 kali, setiap kali dengan 25 ml amil alcohol. Kumpulkan ekstrak amil alcohol dan diekstraksi sebanyak 2 kali, setiap 41

kali ekstraksi dengan 5 ml campuran ammonia-air (1:9) dan setelah itu air cuci dibuang. Pada masing-masing larutan uji dan larutan baku ditambahkan 2 ml HCL pekat untuk mengidentifikasi perubahan warna sebagai penentuan ada tidaknya kandungan pewarna methanil yellow pada sampel uji yang apabila sampel uji berubah warna menjadi ungu maka sampel mengandung methanil yellow. Bahan baku methanil yellow yang dijadikan pembanding mengalami perubahan warna ungu, ini mengindikasikan bahwa sampel yang akan diuji jika terjadi perubahan warna menjadi ungu maka sampel tersebut positif mengandung methanil yellow. Setelah diuji Didapatkan hasil negative (-) pada semua sampel. Ini dikarenakan hasil yang di dapat menunjukkan perbedaan warna pada sampel hasil uji dengan warna baku pembanding methanil yellow seperti pada tabel 4.5, Sehingga dapat diartikan keseluruhan sampel yang diuji tidak ditemukan pewarna terlarang methanil yellow. Perubahan warna ungu yang menjadi dasar dari hasil pengujian zat pewarna sintetis methanil yellow, bahwa lebih tinggi kadar zat pewarna yang digunakan maka akan semakin berwarna ungu hasil yang didapatkan. Perubahan warna ini merupakan hasil dari pelarutan zat yang ditambahkan dalam mengidentifikasi zat pewarna sehingga menghasilkan warna ungu yang menjadi penentuan dalam hasil pengujian (Astuti, 2012). 4.3 Pembahasan 4.3.1 Karakteristik responden Pengambilan sampel di 6 Sekolah dengan jumlah 12 sampel selama 1 hari, dalam pengambilan sampel ada beberapa penjual yang tidak bersedia, 42

penyebabnya penjual tidak ingin sampel minuman yang dijualnya untuk diperiksa. Dengan alasan penjual tersebut, lebih diduga adanya zat pewarna yang digunakannya seperti pewarna sintetis methanil yellow. Dari hasil laboratorium negative (-) maka diduga adanya zat pewarna lain yang digunakan seperti zat pewarna yang dizinkan yaitu sunset yellow yang pernah ditemukan pada makanan jajanan nasi kuning. Dalam wawancara yang dilakukan, beberapa penjual tidak mengetahui Bahan-bahan Tambahan Pangan (BTP) seperti pewarna Methanil yellow dan Rhodamine B. Meskipun banyak informasi mengenai pangan di media televisi dan koran, penjual tetap tidak memahami dikarenakan tingkat pengetahuan serta pendidikan yang hanya Sekolah Menengah Pertama (SMP) membuat beberapa penjual tetap santai dalam menjual meskipun tidak berbekal pengetahuan. Penjual biasanya membeli bahan baku untuk minuman di pasar yang lebih mudah dijangkau dan bahan-bahan yang dijual dipasar tradisional lebih murah dibandingkan pasar modern. Dengan hasil yang didapatkan negative (-) bahwa bahan baku methanil yellow masih jarang didapatkan dipasaran, melihat semua penjual lebih banyak memilih pasar sebagai pusat pembelian kebutuhan. Penjual juga biasanya lebih mencari kemudahan dalam menjual dengan membeli bahanbahan yang memang telah tersedia dipasaran dari pada bahan-bahan yang sulit didapatkan. Berdasarkan hasil wawancara dengan 9 pedagang yang berbeda, pada dasarnya dengan tingkat pendidikan yang rata-rata Sekolah Menengah Pertama (SMP) dimana tingkat pengetahuan mereka masih sangat minim, karena 43

umumnya para penjual minuman olahan tidak mengetahui secara spesifik mengenai zat pewarna yang dijual dipasaran seperti Methanil Yellow dan Rhodamin B. Walaupun dari laboratorium hasil yang didapatkan negative (-) hal ini disebabkan karena penjual minuman bukan tidak menggunakan pewarna sintetis methanil yellow, akan tetapi bahan-bahan yang digunakan atau dicampurkan dalam minuman jajanan biasanya didapatkan langsung dipasaran dan tidak menutup kemungkinan adanya zat pewarna lain yang digunakan penjual dalam minuman apabila tersedia bahan bakunya. Pengambilan sampel di 6 Sekolah yaitu sampel sirup dan es mambo yang berwarna kuning. Pada masing-masing Sekolah ada yang menjual lebih dari 1 minuman sirup seperti SMP 1, SMP 2, SMP 3 dan SMP 6. Sampel minuman sirup ini tersaji dalam bentuk cair dan padat dan telah didinginkan dalam kotak pendingin. Sampel dalam bentuk padat seperti es mambo, sebelum di bawa ke Laboratorium Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) sampel padat dicairan terlebih dahulu kemudian dituang dalam botol kaca yang berwarna gelap. Penjual minuman olahan, dapat dilihat pada tabel 4.4 dari beberapa penjual terdapat 1 penjual yang berjenis kelamin laki-laki dan lainnya berjenis kelamin perempuan. Perbedaan pengetahuan antara laki-laki dan perempuan tentang sistem penjualan sangat jauh berbeda, dimana laki-laki lebih santai dan hanya sekedar mengawasi barang-barang yang dijual seperti minuman. Untuk perempuan dalam hal menjual lebih banyak mengawasi dan lebih mengetahui serta bahan-bahan apa saja yang digunakan, seperti perempuan lebih mengetahui 44

cara-cara pembuatan serta pencampuran bahan-bahan dalam pembuatan minuman sirup yang akan dijual. Bahan-bahan seperti pewarna dan pengawet paling banyak dijual dipasar tradisional dibandingkan dengan pasar modern, dilihat dari pasar tradisional merupakan fasilitas umum dan tempat menjual semua bahan-bahan baku makanan dan minuman jajanan yang diperjual belikan secara bebas. Setiap bahan yang dijual tidak semua bisa didapatkan secara langsung dan cepat, banyak pedagang hanya melakukan pemesanan bahan baku apabila ada konsumen yang membutuhkan dalam jumlah besar/banyak. Banyak industri kecil lebih memilih pasar sebagai tempat untuk membeli bahan-bahan baku dibandingkan dengan tempat-tempat yang sulit didapatkan (Supraptini, 2009). Hasil yang negative (-) dari laboratorium sebagaimana penelitian sebelumnya yang dilakukan Sigar dan Yudhistira (2012) di Kota Manado, dari 18 sampel sirup yang diuji tidak teridentifikasi adanya zat pewarna methanil yellow, maka semua sampel dapat dikatakan bebas dari kandungan pewarna sintetis. Dari beberapa penjual terdapat satu penjual yang lebih memikirkan kesehatan, karena minuman yang dikonsumsi kebanyakan oleh anak-anak sekolah, dalam hal ini berdasarkan penelitian dari Jusniar (2009) bahwasannya untuk beberapa penjual dilingkungan sekolah, dalam menjajakan minuman hanya melihat dari segi kesehatannya dan tidak mencari keuntungan melihat jajanan yang dijual lebih banyak dikonsumsi oleh anak sekolah dibandingkan orang dewasa. Rendahnya pengetahuan penjual minuman olahan terhadap zat pewarna sintetis methanil yellow dapat dilihat berdasarkan tingkat usia, dimana rata-rata 45

penjual minuman olahan berusia 35-40 tahun dan 47-50 tahun dengan jenis kelamin perempuan, bahwa usia yang lebih tinggi pengetahuan yang didapat jauh lebih sedikit dibandingkan yang berusia 30 tahun lebih rendah. Tingkat pengetahuan mengenai bahan-bahan berbahaya lebih umum diketahui oleh remaja dari pada orang yang berusia lebih tinggi seperti 40 tahun keatas yang lebih menggunakan cara-cara yang praktis seperti bahan-bahan yang mudah didapat dan tidak memakan biaya relative mahal. Pengelompokkan usia dewasa awal dengan usia 18-40 tahun lebih memiliki produktivitas tinggi. Usia dewasa memungkinkan mempunyai pengetahuan gizi dan keamanan pangan yang lebih baik dari pada usai lebih tinggi/tua karena pengalaman dalam memperoleh akses informasi lebih banyak, baik televisi, radio dan majalah/koran maupun media lainnya, namun pada usia lebih tinggi memiliki kemungkinan kekurangan informasi tentang pengetahuan pangan sehingga dapat mempengaruhi cara berpikir, bertindak dan emosi (Nasution, 2009). Hasil wawancara dengan 9 penjual, kebanyakan penjual yang berusia tinggi tidak mengetahui tentang bahan-bahan pangan seperti pewarna dan pengawet. Beberapa penjual berpendapat bahwa bahan-bahan yang akan dicampurkan dalam minuman olahan yang dibuat seperti sirup A,B,dan C serta pemanis dibeli langsung dipasaran. Penjual biasanya lebih fokus dalam menjual dibandingan mencari tahu informasi mengenai bahan-bahan tambahan pangan. Pewarnanan makanan dan minuman yang biasa dicampurkan kedalam berbagai jenis minuman, terutama berbagai produk jajanan pasar serta berbagai 46

makanan dan minuman olahan yang dibuat oleh industri kecil atau industri rumah tangga. Dengan secara sengaja maupun tidak sengaja lebih banyak digunakan oleh industri besar (Walangadi, 2012). Dalam pengunaan bahan-bahan pewarna oleh industri kecil seperti penjual makanan dan minuman olahan dikantin-kantin sekolah tanpa memikirkan efek negative terhadap konsumen terutama anak sekolah yang sering mengkonsumsi dapat menurunkan tingkat prestasi belajar anak-anak disekolah pada umumnya (Akbari, 2012). Meskipun demikian, penggunaan zat-zat berbahaya sepertinya tak terelakkan dalam pangan makanan dan minuman. Oleh sebab itu, konsumen harus tahu dan mengerti zat apa saja yang masih diperkenankan untuk dikonsumsi atau yang dilarang karena berdampak buruk terhadap kesehatan, serta dapat meningkatkan angka kasus keracunan bahan-bahan kimia berbahaya diindonesia (Arisman,2008). Dilihat dari faktor perilaku, pada dasarnya perilaku masyarakat merupakan suatu kebiasaan yang menunjuk pada tindakan secara otomatis dilakukan penjual pada keadaan tertentu dengan dasar pemikiran yang sangat terbatas. Penjual lebih cenderung menjual jajanan yang lebih banyak dikonsumsi sehingga tidak mendapatkan kesulitan dalam menjual, seperti menggunakan bahan baku yang mudah dijangkau. Pada umumnya penjaja minuman olahan menyadari akan dampak penggunaan zat kimia berbahaya untuk lebih spesifik dalam zat pewarna sintetis seperti methanil yellow penjual masih sangat minim dalam pengetahuan. Dalam penggunaan nya harus ada sifat kehati-hatian saat mengkonsumsi minuman olahan, karena apabila pewarna sintetis mudah didapati dipasaran akan mungkin 47

digunakan untuk dicampurkan dalam minuman olahan yang dijajakan dilingkungan sekolah. Maraknya fenomena peredaran bahan kimia berbahaya dapat menjadi masalah bagi keamanan pangan khususnya pangan jajanan anak sekolah. Banyaknya penjual minuman olahan di sekolah-sekolah dengan berbagai jenis warna yang dapat menarik anak-anak untuk membeli, sangat diperlukan tingkat kewaspadaan dalam mengkonsumsi minuman olahan yang berwarna mencolok karena dapat berdampak tidak baik bagi kesehatan apabila sering dikonsumsi setiap hari. Makanan dan minuman yang paling banyak menjadi penyebab gangguan kesehatan adalah dikantin-kantin kampus dan sekolah (Rahayu, 2002). Efek yang tidak baik dapat mengganggu fungsi kerja dalam tubuh pada anak-anak sekolah yang masih sangat rentan terhadap penyakit lebih utamnya terhadap zatzat berbahaya yang masuk dalam tubuh manusia. 4.3.2 Hasil uji identifikasi methanil yellow Pengujian laboratorium Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Manado, maka hasil yang didapatkan pada sampel minuman olahan yang berwarna kuning menunjukkan nilai Negative (-) atau tidak teridentifikasi zat pewarna sintetis Methanil Yellow. Hasilnya sesuai dengan yang dilakukan Akbari (2012) dari 20 sampel yang di uji pada jajanan anak sekolah dasar kencana juga tidak ditemukan mengandung zat methanil yellow. Tidak adanya zat pewarna methanil yellow pada minuman olahan tersebut mungkin dikarenakan bahan baku dari zat pewarna ini sulit untuk didapatkan. Namun, diduga adanya kandungan zat pewarna lainya pada 12 sampel tersebut yang dapat membahayakan bila sering 48

mengkonsumsinya, seperti zat pewarna yang diizinkan Sunset yellow yang pernah ditemukan pada makanan nasi kuning di Sekolah Dasar Kota Gorontalo. Dalam hal ini zat pewarna sunset yellow telah dijual dipasaran. Berdasarkan Tingkat pengetahuan yang telah diuraikan pada tabel 4.5 di atas bahwa dilihat dari harga minuman yang dijual relatif murah memungkinkan penjual minuman olahan tersebut menggunakan pewarna jenis lain pada minuman olahannya. Penelitian yang dilakukan Nasution (2009) sebanyak 44,6% penjual Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) yang menambahkan Bahan Tambahan Pangan ke dalam makanan/minuman yang dijual, dan 61,9% penjual PJAS membeli Bahan Tambahan Pangan (BTP) di warung, dan hampir 70,0% penjual PJAS memakai penyedap rasa. Bahan Tambahan Pangan (BTP) merupakan bahan campuran dalam pangan untuk mengubah makanan dan minuman seperti bentuk, tekstur, warna, rasa, kekentalan, aroma, pengawet serta untuk mempermudah proses pengolahan. Salah satu Bahan Tambahan Pangan yang sering digunakan pada pangan adalah pewarna, baik pewarna alami maupun buatan. Pewarna sintetis Methanil Yellow umumnya merupakan pewarna sintetis yang dilarang penggunaanya oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI No.722/Menkes/Per/IX/88, karena merupakan pewarna tekstil dan dilarang keras dalam obat, kosmetik, makanan dan minuman. Dampak yang terjadi akibat penggunaan zat pewarna Methanil Yellow dapat berupa iritasi pada saluran pernapasan, iritasi pada kulit, iritasi pada mata, dan bahaya kanker dan kandung kemih (Purba, 2009). 49

Berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Pusat pada 195 sekolah di 18 provinsi diantaranya Surabaya, Semarang, Bandar Lampung, dan Denpasar sebanyak 861 sampel yaitu minuman ringan, es sirup, saos, kerupuk dam makanan gorengan. Hasil uji analisis menunjukkan bahwa 46 sampel minuman sirup mengandung Amaranth dan 8 sampel minuman sirup dan minuman ringan mengandung methanil yellow. Penelitian secara kualitatif yang dilakukan di Laboratorium Kesehatan Medan, dilakukan dengan menggunakan metode Kromatografi Kertas diperoleh hasil bahwa dari 20 sampel yang terdiri dari 10 minuman sirup dan 10 sirup yang diperiksa bahwa semua sampel minuman mengandung pewarna sintetis yang dilarang. Hasil pemeriksaan yang telah dilakukan oleh Badan pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) RI dibeberapa sekolah dasar di 18 provinsi dengan hasil positive (+) mengandung methanil yellow, pada Provinsi Gorontalo berdasarkan hasil wawancara telah melakukan pengawasan terhadap pengunaan zat-zat kimia berbahaya seperti pewarna dan pengawet pada tiap terjadi kasus keracunan, saat bulan puasa maupun sebelum terjadi kasus. Hanya saja pada saat pemeriksaan sampel dari BPOM, sampel yang dikumpulkan kebanyakan yang berlabel kadangkala juga sering diuji sampel yang tidak berlabel pada saat bulan puasa dilihat banyaknnya aneka jenis kue dan minuman olahan yang dijual siap saji disetiap tempat. Dengan tidak ditemukan methanil yellow pada minuman olahan sirup di beberapa Sekolah Menegah Pertama Kota Gorontalo dapat diartikan bahwa tingkat pengawasan terhadap Bahan Tambahan Pangan yang dilarang 50

penggunannya telah terlaksana dengan baik, dampak dari penggunaan bahanbahan kimia yang berbahaya sangat tidak baik bagi kesehatan terutama penggunaan methanil yellow yang sering dikonsumsi dapat menimbulkan tumor dalam berbagai jaringan hati, kandung kemih, saluran pencernaan atau jaringan kulit serta dampaknya bagi kesehatan lingkungan yaitu limbah dengan pewarna sintetis dapat mencemari sumber-sumber air warga, baik yang dibuang ke sungai, atau yang dibuang ke tanah karena akan mudah masuk ke sumur. Pewarna methanil yellow yang tidak di dapati atau dengan hasil negative(-) diharapkan dapat bertahan dari tahun 2013 sampai tahun berikut-berikutnya sehingga di Provinsi Gorontalo dapat terbebas dari angka keracunan zat-zat berbahaya dan anak-anak sekolah sebagai generasi penerus bangsa dapat terus berkembang dan berprestasi tanpa ada sentuhan penyakit-penyakit akibat gangguan kesehatan. Penggunan zat pewarna alami lebih menguntungkan dari segi kesehatan dibandingkan dengan buatan. Pewarna alami yang baik digunakaan seperti kunyit untuk warna kuning, caramel untuk warna coklat, klorofi dan daun pandan sebagai pewarna hijau. Dengan digunakan pewarna alami dapat menjamin konsumen/anak-anak sekolahan bebas dalam mengkonsumsi makanan dan minuman olahan. 51