BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA. negara atau lintas negara yang mencakup ekspor dan impor. Tambunan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. negara yang berbeda serta mengakibatkan timbulnya pertukaran akan valuta asing

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS Pengertian Perdagangan Internasional

ekonomi KTSP & K-13 PERDAGANGAN INTERNASIONAL K e l a s A. Konsep Dasar Tujuan Pembelajaran

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. menukar yang didasarkan atas kehendak suka rela dari masing-masing pihak.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. variabel yang dianalisis, maka dalam penelitian ini teori-teori yang digunakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. dapat meningkatkan perekonomian di negaranya masing-masing, dimana bagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Aricha (2013), perdagangan internasional adalah perdagangan yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Joesron dan Fathorozzi (2003) produksi adalah berkaitan dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. perdagangan antar negara. Nopirin (1996:26) mengatakan bahwa perdagangan internasional

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS Konsep dan Teori Perdagangan Internasional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Universitas Bina Darma

PENGARUH EKSPOR, IMPOR DAN KURS TERHADAP CADANGAN DEVISA NASIONAL PERIODE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL INDONESIA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. bagi Indonesia. Persaingan dalam perdagangan global merupakan tantangan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. sebagai proses tukar menukar yang didasarkan atas kehendak sukarela dari masingmasing

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. bahwa setiap manusia memiliki kebutuhan. Karena adanya kebutuhan ini, maka

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan melakukan pembangunan baik dalam jangka pendek dan jangka

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. yang dilakukan antara satu negara dengan negara lainnya yang timbul akibat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL.

PERDAGANGAN INTERNASIONAL

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. yang didasarkan atas kehendak sukarela dari masing-masing pihak.

ekonomi Sesi PERDAGANGAN INTERNASIONAL A. KONSEP DASAR a. Faktor Pendorong Perdagangan Internasional

TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL TEORI KEUNGGULAN ABSOLUT, DAN KEUNGGULAN KOMPARATIF. Wahono Diphayana

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan dan pariwisata atau dalam istilah tertentu pariwisata memimpin

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB VII Perdagangan Internasional

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA Pengertian dan Asal Usul Perdagangan Internasional

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi

BAB I PENDAHULUAN. Uang merupakan suatu alat tukar yang memiliki peranan penting dalam

NERACA PERDAGANGAN DAN NERACA PEMBAYARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. kebutuhannya sendiri tanpa mengimpor barang dan jasa dari negara lain.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Tambunan (2001 : 1), perdagangan internasional diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara sedang berkembang selalu berupaya untuk. meningkatkan pembangunan, dengan sasaran utama adalah mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan pembangunan. Sasaran pembangunan yang ingin dicapai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. didasarkan atas kehendak sukarela dari masing-masing pihak. Masing-masing

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS P ENELITIAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun perekonomian. Pembangunan ekonomi diarahkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat diartikan sebagai proses tukar-menukar yang didasarkan atas kehendak dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dimaksudkan untuk mempercepat pencapaian tingkat kesejahteraan hidup yang tinggi

BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK. diambil dari mata uang India Rupee. Sebelumnya di daerah yang sekarang disebut

Konsep Dasar Ekonomi Internasional. Abdillah Mundir, SE, MM

Herdiansyah Eka Putra B

ANALISIS PENGARUH EKSPOR NETO TERHADAP NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLAR AMERIKA SERIKAT DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada tinjauan pustaka ini akan disampaikan teori-teori yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan yang tidak terbatas, sementara factor-faktor produksi yang tersedia

BAB II LANDASAN TEORI. ketentuan yang berlaku (Rinaldy, 2000: 77). Dalam aktivitas ekspor ada beberapa tahapan - tahapan yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Krisis mata uang di Amerika Latin, Asia Tenggara dan di banyak negara

I. PENDAHULUAN. Mata uang asing (valuta asing) merupakan suatu komoditas yang memiliki nilai

V. TEORI INFLASI Pengertian Inflasi

BAB II LANDASAN TEORI. tidaknya pembangunan ekonomi adalah dengan menentukan besarnya Produk

BAB 1 PENDAHULUAN. dan liberalisasi perdagangan barang dan jasa semakin tinggi intensitasnya sehingga

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

I.PENDAHULUAN. antar negara. Nilai tukar memainkan peran vital dalam tingkat perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas dalam perdagangan internasional seperti ekspor dan impor sangat

PERNYATAAN ORISINALITAS...

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN TERDAHULU. Perdagangan luar negeri adalah perdagangan barang-barang suatu negara

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini

Jenis-Jenis Inflasi. Berdasarkan Tingkat Keparahan;

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. dengan kekuatan permintaan dan penawaran (Waluya, 2003)

SISTEM MONETER INTERNASIONAL. Oleh : Dr. Chairul Anam, SE

BAB I PENDAHULUAN. lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana dan terus-menerus

Tugas Ekonomi Internasional Teori Perdagangan Internasional Klasik

Kata kunci : Kunjungan Wisatawan,Inflasi,dan Kurs Dollar Amerika Serikat, dan Ekspor Anyaman Provinsi Bali.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. tersebut di banding dengan mata uang negara lain. Semakin tinggi nilai tukar mata

EKONOMI INTERNASIONAL. Irwan Sukmawan, S.Pd,,MM.

BAB I PENDAHULUAN. negara, meningkatkan output dunia, serta menyajikan akses ke sumber-sumber

TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL (Merkantilisme Klasik)

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dihasilkannya (Hariyani dan Serfianto, 2010 : 1). Menurut Tri Wibowo dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka,

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perekonomian menjadi semakin terbuka. Kini hampir semua

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era globalisasi seperti sekarang ini setiap negara melakukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Produk Domestik Bruto adalah perhitungan yang digunakan oleh suatu

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan berhasil dalam strategi pengembangan pembangunan jika laju

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

Materi Minggu 3. Teori Perdagangan Internasional (Merkantilisme Klasik)

BAB 2 LANDASAN TEORI

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Konsep Perdagangan Internasional Perdagangan internasional adalah kegiatan perdagangan barang-barang dan jasa, yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain. Selain itu, perdagangan internasional juga dapat diartikan sebagai transaksi dagang antara subyek ekonomi negara yang satu dengan subyek ekonomi negara yang lain, baik mengenai barang maupun jasa-jasa. Adapun subyek ekonomi yang dimaksud adalah penduduk yang terdiri dari warga negara biasa, perusahaan ekspor, perusahaan impor, perusahaan industri, perusahaan negara ataupun departemen pemerintah yang dapat dilihat dari neraca perdagangan (Sobri, 2000). Perdagangan luar negeri timbul karena pada hakekatnya tidak ada satupun negara didunia ini yang dapat menghasilkan semua barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan seluruh penduduknya (Deliarnov,1995). Kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi sendiri oleh suatu negara biasanya diperoleh dari negara lain melalui bentuk perdagangan internasional. Sedangkan menurut Nopirin (1996:26) mengatakan perdagangan internasional antar dua negara akan timbul karena adanya perbedaan permintaan dan penawaran. Perbedaan permintaan bisa disebabkan oleh jumlah dan jenis kebutuhan tiap negara yang berbeda-beda, jumlah pendapatan, kebudayaan, selera, dan sebagainya. Dari segi penawaran, disebabkan oleh perbedaan faktor produksi baik kualitas, kuantitas, maupun

dalam hal komposisi faktor produksi yang akan membedakan tingkat produktivitas tiap negara. Manfaat dari adanya perdagangan internasional adalah : 1) Memperoleh barang yang tidak dapat diproduksi di dalam negeri. Dimana Negara melakukan perdagangan antara satu sama lain dengan alasan yang paling nyata adalah karena setiap Negara tidak dapat menghasilkan semua barang yang dibutuhkannya. 2) Memperluas pasar industri-industri dalam negeri. Satu satunya cara untuk memperoleh pasar adalah dengan mengekspornya ke luar negeri. 3) Transfer teknologi dan meningkatkan produktivitas. Dengan mengimpor teknologi yang lebih modern, suatu negara dapat menaikkan produktivitasnya dan akan mempercepat pertambahan produksi. 4) Memperoleh keuntungan dari spesialisasi. Dengan mengadakan spesialisasi setiap Negara memperoleh keuntungan berikut : a. Faktor-faktor produksi yang dimiliki setiap Negara dapat digunakan dengan lebih efisien b. Setiap Negara dapat menikmati lebih banyak barang dari yang dapat diproduksi di dalam negeri. Bila dibandingkan dengan pelaksanaan perdagangan di dalam negeri, perdagangan internasional sangatlah rumit dan kompleks. Kerumitan tersebut disebabkan karena adanya bea, tarif atau quota barang impor. Kesulitan lainnya timbul karena adanya perbedaan budaya, bahasa, mata uang, serta pengaturan hukum dalam perdagangan. Berikut adalah teori-teori yang berkaitan dengan perdagangan internasional:

1) Teori Merkantilisme Para penganut merkantilisme berpendapat bahwa satu-satunya cara bagi suatu negara untuk menjadi kaya dan kuat adalah dengan melakukan sebanyak mungkin ekspor dan sedikit mungkin impor. Surplus ekspor yang dihasilkannya selanjutnya akan dibentuk dalam aliran emas lantakan, atau logam-logam mulia, khususnya emas dan perak. Semakin banyak emas dan perak yang dimiliki oleh suatu negara maka semakin kaya dan kuatlah negara tersebut. Dengan demikian, pemerintah harus menggunakan seluruh kekuatannya untuk mendorong ekspor, dan mengurangi serta membatasi impor (khususnya impor barang-barang mewah). Keinginan para merkantilis untuk mengakumulasi logam mulia ini sebetulnya cukup rasional, jika mengingat bahwa tujuan utama kaum merkantilis adalah untuk memperoleh sebanyak mungkin kekuasaan dan kekuatan negara. Dengan memiliki banyak emas dan kekuasaan maka akan dapat mempertahankan angkatan bersenjata yang lebih besar dan lebih baik sehingga dapat melakukan konsolidasi kekuatan di negaranya, peningkatan angkatan bersenjata dan angkatan laut juga memungkinkan sebuah negara untuk menaklukkan lebih banyak koloni. Selain itu, semakin banyak emas berarti semakin banyak uang dalam sirkulasi dan semakin besar aktivitas bisnis. Selanjutnya, dengan mendorong ekspor dan mengurangi impor, pemerintah akan dapat mendorong output dan kesempatan kerja nasional. 2) Teori Keunggulan Mutlak (Absolute Advantage Theory) Teori ini lebih mendasarkan pada besaran variabel riil bukan moneter sehingga sering dikenal dengan nama teori murni (pure theory) perdagangan

internasional. Murni dalam arti bahwa teori ini memusatkan perhatiannya pada variabel riil seperti nilai sesuatu barang diukur dengan banyaknya tenaga kerja yang dipergunakan untuk menghasilkan barang. Makin banyak tenaga kerja yang digunakan akan makin tinggi nilai barang tersebut. Contoh klasik yang dikemukakan oleh Adam Smith misalnya, hanya ada dua negara Amerika dan Inggris memiliki faktor produksi tenaga kerja yang homogen, menghasilkan dua barang yakni gandum dan pakaian. Untuk menghasilkan satu unit gandum dan pakaian maka Amerika masing-masing membutuhkan 9 unit tenaga kerja, dan 5 unit tenaga kerja. Sementara di Inggris setiap unit gandum dan pakaian, masingmasing membutuhkan tenaga sebanyak 11 unit dan 3 unit. Tabel 2.1 Banyaknya tenaga kerja yang diperlukan untuk menghasilkan per unit. Produksi Amerika Inggris Gandum 9 11 Pakaian 5 3 Dari tabel diatas menjelaskan bahwa Amerika lebih efisien dalam memproduksi gandum sedangkan Inggris lebih efisien dalam memproduksi pakaian. Untuk satu unit gandum diperlukan 11 unit tenaga kerja di Inggris sedangkan di Amerika hanya 9 unit.untuk satu unit pakaian di Amerika memerlukan 5 unit tenaga kerja sedangkan di Inggris hanya 3 unit. Keadaan demikian ini dapat dikatakan bahwa Amerika memiliki absolute advantage pada produksi gandum dan Inggris memiliki memiliki absolute advantage pada produksi pakaian. Dikatakan absolute advantage karena masing-masing negara

dapat menghasilkan satu macam barang dengan biaya (diukur dengan unit tenaga kerja) yang secara absolut lebih rendah dari negara lain. Menurut Adam Smith kedua negara akan memperoleh keuntungan dengan melakukan spesialisasi dan kemudian berdagang. Amerika cenderung berspesialisasi pada produksi gandum dan Inggris pada produksi pakaian. 3) Teori Keunggulan Komparatif (Comparative Advantage Theory) Teori ini menyatakan bahwa suatu negara akan menghasilkan dan kemudian mengekspor suatu barang yang memiliki comparative advantage terbesar dan mengimpor barang yang memiliki comparative disadvantage, yaitu suatu barang yang dapat dihasilkan dengan lebih murah dan mengimpor barang yang jika dihasilkan sendiri memakan ongkos yang besar. Teori ini pada dasarnya menyatakan bahwa nilai suatu barang ditentukan oleh banyaknya tenaga kerja yang dicurahkan untuk memproduksi barang tersebut. Makin banyak tenaga kerja yang dicurahkan untuk memproduksi suatu barang, maka makin mahal barang tersebut. J.S. Mill memberikan contoh sebagai berikut : Tabel 2.2 Produksi mempergunakan 10 orang tenaga kerja dalam waktu 1 minggu Produksi Amerika Inggris Gandum 8 bakul 2 bakul Kain 12 meter 8 meter Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa besarnya comparative advantage untuk Amerika dalam produksi gandum 8 bakul dibanding 2 bakul dari Inggris

atau 4:1. Sedangkan dalam produksi kain 12 meter dibanding 8 meter dari Inggris atau 5/3 :1. Disini Amerika memiliki comparative advantage pada produksi gandum yakni (4:1) lebih besar dari (5/3:1). Sedangkan besarnya comparative advantage untuk Inggris dalam produksi gandum 2 bakul dibanding 8 bakul dari Amerika atau 1/4 : 1. Sedangkan dalam produksi pakaian 8 meter dibandingkan 12 meter dari Indonesia atau 3/5 :1. Disini Inggris memiliki comparative advantage pada produksi kain yakni 3/5 : 1 lebih besar dari 1/4 : 1. Oleh karena itu perdagangan akan timbul antara Amerika dengan Inggris, yakni Amerika akan berspesialisasi pada produksi gandum dan menukarkan sebagian gandumnya dengan kain dari Inggris. Begitu juga Inggris akan berspesialisasi pada produksi kain dan menukarkan sebagian kainnya dengan gandum dari Amerika. 4) Teori Heckscher-Ohlin (H-O) Teori ini disampaikan oleh Eli Heckscher dan Bertil Ohlin, teori ini sering disebut teori Heckscher-ohlin, yang berbunyi bahwa perdagangan internasional antara satu negara dengan negara lain dapat terjadi karena adanya perbedaan jumlah atau proporsi faktor produksi yang dimiliki tiap negara. Negara-negara yang mempunyai faktor produksi yang relative lebih banyak atau murah akan melakukan spesialisasi dan mengekspor barang yang dihasilkannya, sedangkan negara yang mempunyai faktor produksi yang relative lebih sedikit atau mahal akan mengimpor barang tertentu. Negara-negara atau daerah-daerah tropik berusaha menspesialisasikan diri mereka dalam produksi serta ekspor barangbarang yang berasal dari pertanian, perkebunan, dan pertambangan, sedangkan

negara-negara atau daerah-daerah sedang, yang relatif akan kaya modal, berusaha untuk menspesialisasikan diri mereka dalam produksi serta ekspor barang-barang industri. 2.1.2 Konsep Ekspor Ekspor dapat diartikan sebagai total penjualan barang yang dapat dihasilkan oleh suatu negara, kemudian diperdagangkan ke negara lain dengan tujuan mendapatkan devisa. Suatu negara dapat mengekspor barang-barang yang dihasilkannya ke negara lain yang tidak dapat menghasilkan barang-barang yang dihasilkan negara pengekspor (Lipsey, 1995). Sementara itu, Menurut Punan (1992:2) ekspor adalah mengeluarkan barang dari dalam keluar daerah pabean Indonesia dengan memenuhi ketentuan berlaku. Ekspor adalah barang-barang (termasuk jasa-jasa) yang dijual kepada penduduk Negara lain, ditambah dengan jasa-jasa yang diselenggarakan kepada penduduk Negara tersebut berupa pengangkutan permodalan dan hal-hal lain yang membantu ekspor tersebut (Winardi, 1986). Menurut Amir (2001:2), kegiatan ekspor diartikan dengan pengeluaran barang-barang keluar negeri sesuai dengan ketentuan pemerintah dan menggunakan pembayaran dalam bentuk valuta asing. Dalam teori perdagangan internasional faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor dapat dilihat dari dua sisi, yaitu sisi penawaran (supply) dan permintaan (demand) (Krugman dan Obstfeld, 2005). Dari sisi permintaan, ekspor dipengaruhi oleh harga ekspor, nilai tukar riil, pendapatan dunia dan kebijakan devaluasi. Dari sisi penawaran, ekspor dipengaruhi oleh harga ekspor, harga

domestik, nilai tukar riil, kapasitas produksi yang bisa diproduksi melalui investasi, impor bahan baku, dan kebijakan deregulasi. 2.1.3 Konsep Wisatawan Wisatawan adalah orang-orang yang melakukan kegiatan wisata (Undangundang nomor 10 tahun 2009). Sesuai rekomendasi United Nation World Tourism Organization (UNWTO) dan InternationalUnion of Official Travel Organization (IUOTO) pengertian wisatawan ini hanya berlaku untuk wisatawan mancanegara, dimana wisatawan mancanegara adalah setiap orang yang mengunjungi suatu negara diluar tempat tinggalnya, didorong oleh satu atau beberapa keperluan tanpa bermaksud memperoleh penghasilan ditempat yang dikunjungi. Selanjutnya wisatawan dibedakan atas dua bagian, yaitu : 1. Wisatawan (tourist), adalah setiap pengunjung yang tinggal paling sedikit 24 jam, akan tetapi tidak lebih dari 6 bulan di tempat yang dikunjungi, dengan maksud kunjungan antara lain seperti berlibur, kesehatan, misi/pertemuan/konggres, mengunjungi teman/keluarga, keagamaan, olahraga dan lainnya. 2. Pelancong (excursionist), adalah setiap pengunjung yang tinggal kurang dari 24 jam di tempat yang dikunjungi (termasuk cruise passenger). Cruise Passenger adalah setiap pengunjung yang tiba di suatu negara dengan kapal atau kereta api, dimana mereka tidak menginap di akomodasi yang tersedia di negara tersebut.

2.1.4 Hubungan Kunjungan Wisatawan dengan Ekspor Ekspor barang dari tujuan pariwisata dan daya beli oleh wisatawan asing dikategorikan sebagai aset untuk neraca pembayaran luar negeri suatu negara. Bahkan dikatakan berbagai produk yang dihasilkan di dalam negara baik berupa barang maupun jasa yang digunakan oleh wisatawan asing selama kunjungannya di dalam negara adalah sama dengan ekspor. Jika diperhitungkan akibatnya terhadap neraca pembayaran luar negeri yang selanjutnya dikenal dengan nama invisible export. Jadi Ekspor sangat bergantung pada jumlah kunjungan wisatawan, pada saat jumlah kunjungan wisatawan asing mengalami kenaikan, maka akan diikuti oleh jumlah kenaikan volume ekspor (Pendit, 1999). Hal ini didukung oleh penelitian dari Diatmika (2011) yang menyatakan bahwa dengan meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara yang datang ke Bali, akan memberikan peluang bagi para produsen dalam memperkenalkan dan mempromosikan produknya sehingga mampu terjual. Hasil penelitian pendukung lainnya dikemukakan oleh Sarwedi (2001), yang menyatakan bahwa Bali merupakan pulau yang tidak mempunyai sumber minyak dan gas bumi maka pengembangan program eskpor difokuskan pada peningkatan perdagangan komoditi non migas, sehingga melalui sektor pariwisata ini Bali mampu mempromosikan komoditi-komoditi kerajinan langsung ke pasar internasional maka secara tidak langsung akan mempengaruhi nilai ekspor kerajinan Bali.

2.1.5 Konsep Inflasi Menurut Boediono (1994:155) definisi singkat dari inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi. Syarat adanya kecenderungan menaik yang terus menerus juga perlu digaris-bawahi. Kenaikan harga-harga karena, misalnya, musiman, menjelang hari raya, bencana, dan sebagainya, yang sifatnya hanya sementara tidak disebut inflasi. Menurut Bodie dan Marcus (2001:331) inflasi merupakan suatu nilai dimana tingkat harga barang dan jasa secara umum mengalami kenaikan. Menurut (Boediono, 1998: 162) inflasi dapat dibedakan menjadi : 1) Inflasi ringan adalah inflasi yang laju pertumbuhannya lebih kecil dari 10 persen per tahun. 2) Inflasi sedang adalah inflasi yang laju pertumbuhannya terletak antara 10-30 persen per tahun. 3) Inflasi berat adalah inflasi yang laju pertumbuhannya terletak antara 30-100 persen per tahun. 4) Hiper inflasi adalah inflasi yang laju pertumbuhannya lebih dari 100 persen per tahun. Menurut Sukirno (2000:339) dalam suatu negara inflasi sangat mempengaruhi stabilitas perekonomian negara tersebut karena : 1) Tingkat inflasi yang tinggi mempengaruhi tingkat produksi dalam negeri, melemahkan produksi barang ekspor. Tingkat inflasi yang tinggi menurunkan

produksi karena harga menjadi tinggi dan permintaan akan barang menurun sehingga produksi menurun. 2) Inflasi menyebabkan terjadinya kenaikan harga barang dan kenaikan harga upah buruh, maka kalkulasi harga pokok meninggikan harga jual produk lokal. Dilain pihak turunnya daya beli masyarakat terutama berpenghasilan tetap akan mengakibatkan tidak semua bahan habis terjual. Inflasi menyebabkan naiknya harga jual produksi barang ekspor, dan berpengaruh terhadap neraca pembayaran. Secara garis besar ada 3 kelompok teori mengenai inflasi yaitu : 1. Teori Kuantitas Teori kuantitas merupakan teori yang paling tua mengenai inflasi, namun teori ini masih sangat berguna untuk menerangkan proses inflasi di jaman yang modern ini, terutama di negara-negara yang sedang berkembang. Teori kuantitas ini menyoroti peranan dalam inflasi dari (Boediono, 1998) : (a) Jumlah uang yang beredar dan (b) psikologi (harapan) masyarakat mengenai kenaikan harga - harga. Inti dari teori ini adalah sebagai berikut : a) Inflasi hanya bisa terjadi kalau ada penambahan volume uang yang beredar. Tanpa ada kenaikan jumlah uang yang beredar, kejadian seperti misalnya kegagalan panen, hanya akan menaikkan harga-harga untuk sementara waktu saja. b) Laju inflasi ditentukan oleh laju pertumbuhan jumlah uang yang beredar dan oleh psikologi (harapan) masyarakat mengenai kenaikan harga-harga di masa mendatang.

2. Teori Keynes Teori Keynes mengenai inflasi didasarkan atas teori makronya, dan menyoroti aspek lain dari inflasi (Boediono, 1998). Menurut teori ini, dinyatakan bahwa inflasi disebabkan oleh gap antara kemampuan ekonomi masyarakat terhadap keinginan-keinginannya terhadap barang-barang. Yang dimaksud dengan gap disini adalah permintaan masyarakat terhadap barang-barang lebih besar daripada jumlah yang tersedia sehingga terjadi kenaikan harga, yang kemudian dikenal dengan istilah inflationary 3. Teori Strukturalis Teori strukturalis adalah teori inflasi jangka panjang, dimana teori ini mengungkapkan bahwa inflasi tidak semata-mata peristiwa moneter, tetapi juga peristiwa yang disebabkan oleh dorongan biaya atau dalam kata lain infleksibilitas struktur ekonomi suatu negara pasalnya perekonomian negaranegara berkembang cenderung masih mengandalkan sektor agraris.menurut teori ini ada 2 infleksibilitas utama dalam perekonomian negara sedang berkembang yang dapat menimbulkan inflasi, yaitu: infleksibilitas suplai bahan makanan dan barang-barang ekspor. Karena pasokan sektor pertanian tidak elastis, yang bermakna bahwa pasokan tidak dapat mengimbangi permintaan akibat dari penggunaan teknologi yang masih sangat sederhana (cara tradisional) sehingga menaikkan harga bahan makanan dan kelangkaan devisa. Akibat selanjutnya adalah kenaikan harga-harga barang lain, sehingga terjadi inflasi.

2.1.6 Hubungan Inflasi dengan Ekspor Inflasi adalah kecenderungan meningkatnya harga barang-barang secara umum dan terus menerus. Jika inflasi mengalamai peningkatan maka harga barang di dalam negeri akan naik, selain itu naiknya inflasi menyebabkan biaya produksi barang ekpor akan semakin tinggi. Hal ini tentunya akan menyebabkan eksportir tidak mampu berproduksi secara maksimal sehingga menyebabkan ekspor menjadi turun karena untuk memproduksi barang komoditi ekspor diperlukan biaya yang tinggi. Inflasi juga menyebabkan harga barang impor menjadi lebih murah dari pada barang yang dihasilkan di dalam negeri. Maka pada umumnya inflasi akan menyebabkan impor berkembang lebih cepat dan sebaliknya ekspor akan melambat (Sukirno : 1994). Jadi terdapat hubungan yang negatif antara inflasi dan ekspor. Hasil penelitian pendukung lainnya dikemukakan oleh Widhi Ari (2014) yang menyatakan bahwa inflasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ekspor kerajinan ukiran kayu Indonesia ke Amerika Serikat serta penelitian dari Dewi (2015) yang menyatakan bahwa inflasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap volume ekspor kepiting Indonesia. 2.1.7 Konsep Kurs Valuta Asing Menurut Krugman (2000:335) kurs adalah harga sebuah mata uang dari suatu negara yang diukur atau dinyatakan dalam mata uang negara lain dan mampu mempengaruhi ekspor. Nilai tukar mata uang (kurs) memainkan peranan sentral dalam hubungan perdagangan internasional, karena kurs memungkinkan dapat membandingkan harga-harga barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu

negara. Hal ini dijelaskan pula oleh Salvatore (1997) bahwa dalam melakukan transaksi perdagangan antar negara-negara, mereka menggunakan mata uang asing bukan mata uang negaranya. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi permintaan terhadap valuta asing, pertama yaitu faktor pembiayaan impor, semakin tinggi impor barang dan jasa maka semakin besar permintaan terhadap valuta asing sehingga nilai tukar akan cenderung melemah. Kedua, faktor aliran modal keluar. Semakin besar aliran modal keluar maka semakin besar permintaan terhadap valuta asing dan selanjutnya akan memperlemah nilai tukar. Sementara itu penawaran valuta aisng dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu yang pertama adalah faktor penerimaan hasil ekspor. Semakin besar volume penerimaan ekspor barang dan jasa maka semakin besar jumlah valuta asing yang dimiliki oleh suatu negara maka akan menyebabkan nilai tukar terhadap mata uang asing cenderung menguat atau apresiasi. Kedua adalah faktor aliran modal masuk, semakin besar aliran modal yang masuk maka nilai tukar akan cenderung semakin menguat. Aliran modal masuk itu dapat berupa penerimaan hutang luar negeri dan investasi langsung pihak asing (foreign direct investmen) ( Simorangkir dan Suseno, 2004 : 6) Menurut Nellis (2000:217) jenis sistem nilai tukar yang digunakan oleh suatu negara terdiri dari : 1. Nilai tukar mengambang (floating exchange rate system) Dalam sistem nilai tukar mengambang, nilai tukar mata uang suatu negara semata-mata ditentukan dari adanya permintaan dan penawaran mata uangnya dalam bursa pertukaran mata uang internasional. Sistem nilai tukar

mengambang didefenisikan sebagai hasil keseimbangan yang terus menerus berubah sesuai dengan berubahnya permintaan dan penawaran dipasar valuta asing. 2. Nilai tukar tetap (fixed exchange rate system) Pemerintah dapat mempertahankan suatu kebijakan yang menjaga agar nilai mata uangnya tetap pada tingkat yang stabil dengan menginterfensi dipasar devisa. Pada sistem nilai tukar tetap ini mata uang suatu negara ditetapkan secara tetap dengan mata uang asing tertentu. 3. Nilai tukar terkendali (managed floating exchange rate system) Sistem ini berlaku pada situasi dimana nilai tukar ditentukan berdasarkan permintaan dan penawaran, tetapi Bank Central dari waktu ke waktu ikut campur tangan guna menstabilkan nilainya. 2.1.8 Hubungan Kurs Valuta Asing dengan Ekspor Ekspor sangat tergantung pada kurs valuta asing dan harga dalam negeri. Suatu kenaikan dalam kurs valuta asing (misalnya karena apresiasi), maka akan mempunyai kecenderungan untuk menciptakan ekspor (Denburg, 1994:385). Menurut teori dari (Sukirno, 2000 : 319) menyatakan bahwa apabila kurs valuta asing mengalami kenaikan terhadap mata uang dalam negeri, akan menyebabkan harga (barang) ekspor dalam US dollar turun sehingga ekspor bagi luar negeri menjadi lebih murah yang mengakibatkan permintaan ekspor akan meningkat sehingga ekspor akan mengalami kenaikan. Jadi, kurs valuta asing mempunyai hubungan yang searah dengan ekspor. Apabila nilai kurs dollar meningkat, maka ekspor juga akan meningkat.

Hasil penelitian pendukung lainnya dari Dias Pratama (2015) yang menyatakan bahwa kurs dollar Amerika Serikat berpengaruh positif dan signifikan terhadap ekspor kerajinan kerang Provinsi Bali. Serta penelitian dari Budiawan (2009) yang menyatakan kurs dollar Amerika Serikat berpengaruh positif dan signifikan terhadap volume ekspor minyak kelapa sawit Indonesia ke India. 2.2 Rumusan Hipotesis Penelitian Berdasarkan pada rumusan Masalah, tujuan penelitian, dan kajian-kajian teori yang relevan ataupun hasil penelitian sebelumnya maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Kunjungan wisatawan, inflasi dan kurs dollar Amerika Serikat secara simultan berpengaruh signifikan terhadap nilai ekspor kerajinan bambu Provinsi Bali tahun 1994-2014. 2) Inflasi secara parsial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai ekspor kerajinan bambu Provinsi Bali tahun 1994-2014. 3) Kunjungan wisatawan dan kurs dollar Amerika Serikat secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai ekspor kerajinan bambu Provinsi Bali tahun 1994-2014.