BAB I PENDAHULUAN. merupakan pelayanan mendasar bagi masyarakat kota. Sejalan dengan fungsi ini,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN Uraian Umum

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan - 1 -

BAB I PENDAHULUAN. maupun sanitasi. Infrastruktur memiliki keterkaitan yang sangat kuat dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. tantangan pembangunan kota yang harus diatasi. Perkembangan kondisi Kota

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP

BELAWAN INTERNATIONAL PORT PASSANGER TERMINAL 2012 BAB I. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkotaan merupakan pusat segala kegiatan manusia, pusat produsen, pusat

BAB 1 MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) KOTA TERNATE BAB PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 4 SUBSTANSI DATA DAN ANALISIS PENYUSUNAN RTRW KABUPATEN

KEPPRES 81/2001, KOMITE KEBIJAKAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. musim hujan, mengingat hampir semua kota di Indonesia mengalami banjir.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM 1.2 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. dari suatu tempat ke tempat lain. Pada kajian ini yang akan diangkat adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Air dan sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah

I. PENDAHULUAN. Transportasi juga diharapkan memiliki fungsi untuk memindahkan obyek sampai tujuan dengan

PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku buruk tentang sampah. Masyarakat membuang sampah sembarangan.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan

0 BAB 1 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

4/12/2009. Water Related Problems?

BAB IV ANALISIS. 4.1 ANALISIS FUNGSIONAL a) Organisasi Ruang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI PEMALI JUANA

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari lima Kota Besar di Indonesia adalah Kota Medan dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Jakarta merupakan ibukota Negara Indonesia dan pusat pemerintahan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. masyarakat yang bermukim di pedesaan, sehingga mereka termotivasi untuk

I. PENDAHULUAN. mempengaruhi tumbuh dan kembangnya pembangunan suatu kota, disamping faktor-faktor lain. Jumlah penduduk yang cenderung hidup di

PROFIL KABUPATEN / KOTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan suatu negara kepulauan yang curah hujannya cukup

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi

TUJUAN PEKERJAAN DRAINASE

kabel perusahaan telekomunikasi dan segala macam (Setiawan, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. Infrastruktur memegang peranan penting sebagai salah satu roda

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian khususnya perkotaan. Hal tersebut dikarenakan transportasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Analisis Kebutuhan Parkir dan Kajian Dampak Lalu Lintas Gedung Pusat Perbelanjaan Ramayana Makassar

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1996 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. besar, dimana kondisi pusat kota yang demikian padat menyebabkan terjadinya

: Pendekatan ekologi terhadap tata guna lahan. b. Pemakaian Lahan Kota Secara Intensif

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Bambang Herawan ( ) Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan Drainase Sistem Sungai Tenggang 1

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Bab 3 Metodologi. Setelah mengetahui permasalahan yang ada, dilakukan survey langsung ke lapangan yang bertujuan untuk mengetahui :

BABI PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan wilayah merupakan program komprehensif dan terintegrasi dari semua kegiatan dengan mempertimbangkan

BAB I PENDAHULUAN. ke bawah justru mengalami kemajuan yang pesat. Hal ini ditunjukkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Polusi maupun efek rumah kaca yang meningkat yang tidak disertai. lama semakin meninggi, sehingga hal tersebut merusak

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB I PENDAHULUAN. Banjir adalah peristiwa meluapnya air hingga ke daratan. Banjir juga

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

Tujuan. Keluaran. Hasil. Manfaat

AIR Banjir dan Permasalahannya Di kota medan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu aspek penting dan vital

II PENATAAN TAMAN KOTA DALAM KONTEKS RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA KUPANG

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Propinsi Sumataera Utara memiliki 2 (dua) wilayah pesisir yakni, Pantai

SISTEM DRAINASE UNTUK MENANGGULANGI BANJIR DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL (STUDI KASUS : JL. PDAM SUNGGAL DEPAN PAM TIRTANADI)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain:

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran pelabuhan yang memadai berperan besar dalam menunjang mobilitas barang dan

Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Balangan BAB 1 PENDAHULUAN

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. LAPORAN AKHIR (Final Report) Masterplan Drainase Kota Genteng Kabupaten Banyuwangi I - 1

BAB I PENDAHULUAN. terhadap penduduk kota maupun penduduk dari wilayah yang menjadi wilayah

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEMBANGUNAN KOTABARU LAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG,

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sektor yang memiliki peranan yang cukup besar dalam. pembangunan perekonomian nasional adalah sektor pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan lingkungan termasuk pencegahan, penanggulangan kerusakan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANYUASIN

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan pembangunan yang pesat di Kota Surabaya menyebabkan perubahan

Pengaruh Drainase Terhadap Lingkungan Jalan Mendawai dan sekitar Pasar Kahayan

Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 1996 Tentang : Kepelabuhanan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi dan pusat pembangunan di Provinsi Sumatera Utara yang

`BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Pada dasarnya pembangunan dalam sektor permukiman adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. prioritas utama dalam pemenuhannya. Seiring dengan perkembangan jaman dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Peranan tersebut menjadikan angkutan umum perkotaan sebagai aspek

I. PENDAHULUAN. Kelurahan Purus merupakan salah satu kelurahan di kota Padang yang relatif berkembang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada prinsipnya semua bentuk dan keadaan kehidupan dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk yang pesat sebagai akibat dari faktor-faktor

BAB I PENDAHULUAN. sumberdaya lahan (Sitorus, 2011). Pertumbuhan dan perkembangan kota

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Prasarana kota berfungsi untuk mendistribusikan sumber daya perkotaan dan merupakan pelayanan mendasar bagi masyarakat kota. Sejalan dengan fungsi ini, kualitas dan efisiensi dari prasarana ini akan menjaga kesehatan dari sistem sosial kota, menjamin kelangsungan perekonomian dan aktivitas bisnis dan menentukan kualitas hidup masyarakat kota. Kekuatan ekonomi suatu kota dapat dilihat dari kondisi prasarana kotanya. Drainase perkotaan sebagai salah satu prasarana kota memiliki keterkaitan dengan prasarana kota lainnya, instansi penanggungjawabnya berbeda-beda dengan sumber dana yang beragam, sehingga apabila penanganannya tidak terpadu (integrated) maka sulit untuk menjaga suatu tingkat pelayanan yang baik. Salah satu kondisi yang menunjukkan kurangnya tingkat pelayanan prasarana perkotaan khususnya prasarana drainase perkotaan adalah terjadinya genangan air (banjir). Genangan air menimbulkan berbagai kerugian bagi masyarakat kota. Sumber daya yang ada dalam penanganan drainase kota meliputi informasi pengelolaan, institusi pengelola, keterlibatan masyarakat, pendanaan dan peraturan adalah terbatas sehingga perlu dikelola dengan manajemen yang lebih baik, terpadu dan berkelanjutan. Dalam penyelesaian penelitian ini, penulis mengunakan metodologi penelitian dengan beberapa tahapan penelitian, yaitu : penentuan objek penelitian dan batasan penelitian, pengumpulan data dan analisis data. Metode analisis dan pengembangan suatu sistem

drainase kota Medan yang dilakukan melalui evaluasi kualitatif. Dari hasil evaluasi yang dilakukan diketahui bahwa kapasitas saluran secara teoritis saat ini pada beberapa titik pengamatan tidak mempunyai kapasitas yang cukup, perencanaan pada masing-masing saluran dilakukan belum secara menyeluruh dan terpadu, kapasitas saluran yang berkurang, terjadi peningkatan debit oleh karena perubahan peruntukan lahan, koordinasi antar instansi penanggungjawab dan yang terlibat dalam pengelolaan drainase sub sistem Medan Johor belum terlaksana dengan baik. Saran dari hasil studi antara lain perlunya dilakukan perumusan dan perencanaan rencana induk (master plan) drainase kota Medan, studi lanjutan untuk pengembangan dan peningkatan kapasitas dan sistem saluran dan perencanaan fasilitas penahan air. Perlunya dilakukan kajian lebih lanjut untuk merumuskan kelembagaan yang efektif dalam membentuk suatu wadah koordinasi antar instansi, swasta dan masyarakat dan kajian lebih lanjut untuk merumuskan sistem pengelolaan yang lebih efektif. Kota Medan yang merupakan kota terbesar ke tiga di Indonesia sudah berusia 335 tahun. Laju pertumbuhan penduduk dari tahun 2001-2005 sebesar 1.35% (BPS Kotamadya Medan, 2005) dipengaruhi oleh arus urbanisasi dari daerah disekitarnya. Pada saat ini Kota Medan sedang mengalami perkembangan yang ditunjukkan dengan pertumbuhan perekonomian sebesar 5.49 % (Pemko Medan, 2007) sejalan dengan pencanangan kota Medan sebagai suatu Metropolitan. Prasarana-prasarana kota untuk mendukung perkembangan kota harus terus dibenahi termasuk penanganan sistem drainase. Namun demikian pada saat ini masih terdapat daerah-daerah strategis yang masih digenangi air walau hujan berlangsung dengan durasi yang singkat. Hal ini merupakan suatu masalah yang besar yang perlu ditangani karena genangan air

menimbulkan berbagai kerugian. Genangan air ini terjadi karena terdapat permasalahan teknis yaitu tidak berfungsinya drainase yang ada sebagaimana mestinya, kapasitas drainase tidak cukup, kapasitas drainase menurun, intensitas hujan yang tinggi dan terjadinya peningkatan debit sungai. Pembangunan antar infrastuktur kota dan hubungan antar instansi yang terkait yang tidak terkoordinasi dengan baik yang menimbulkan infrastruktur tidak dapat berfungsi secara optimal merupakan salah satu aspek non teknis. Jika dilihat lebih jauh permasalahan ini terjadi disebabkan oleh banyak aspek yang saling terkait disamping aspek teknis antara lain aspek sosial, ekonomi, hukum, lingkungan dan kelembagaan. Terkait dengan berbagai aspek tersebut di atas dalam permasalahan drainase kota Medan khususnya terdapat permasalahan yang menyagkut kurangnya informasi pengelolaan, koordinasi antara institusi pengelola yang kurang baik, kurangnya peran serta masyarakat dalam pengelolaan, keterbatasan pendanaan dan peraturan. Oleh karena terdapatnya beberapa permasalahan ini maka perlu dikelola dan dipertimbangkan dan direncanakan suatu pengelolaan yang baik, terpadu dan berkelanjutan. Kota Medan secara geografis terletak di antara 2 27'-2 47' Lintang Utara dan 98 35'-98 44' Bujur Timur. Posisi Kota Medan ada di bagian Utara Propinsi Sumatera Utara dengan topografi miring ke arah Utara dan berada pada ketinggian tempat 2,5-37,5 m di atas permukaan laut. Luas wilayah Kota Medan adalah 265,10 km2 dan secara administratif terdiri dari 21 Kecamatan dan 151 Kelurahan. Sarana dan prasarana perhubungan di Kota Medan terdiri dari prasarana perhubungan darat, laut, udara. Transportasi lainnya adalah kereta api. Disamping itu juga telah tersedia prasarana listrik, gas, telekomunikasi, air bersih dan Kawasan Industri Medan (KIM) I. Sebagai

daerah yang berada pada pinggiran jalur pelayaran Selat Malaka, Kota Medan sebagai ibukota Provinsi Sumatera Utara memiliki posisi strategis. Kota ini menjadi pintu bagi arus penumpang dan juga perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan domestik maupun luar negeri. Bagi Kota Medan, kegiatan perdagangan bersama aktivitas hotel dan restoran menjadi motor penggerak roda perekonomian kota. Pelabuhan laut berperan penting dalam mendorong pertumbuhan perekonomian di suatu wilayah. Pelabuhan laut yang menjadi andalan Kota Medan adalah Pelabuhan Belawan yang berjarak 26 km dari pusat kota. Pelabuhan ini tidak hanya berperan penting bagi perekonomian Kota Medan, namun juga bagi Provinsi Sumatera Utara. Kegiatan ekspor dan impor Kabupaten/Kota lain dilakukan di pelabuhan ini yang dapat dilihat dari aktivitas bongkar-muat barang setiap harinya. Dengan semua potensi dari sisi letak geografis, potensi ekonomi maupun dari sisi lingkungan dan kebudayaan, Kota Medan menjadi incaran para investor untuk mengembangkan bisnisnya. Hal ini menyebabkan perkembangan dan pertumbuhan Kota Medan terjadi sangat pesat. Namun pengelolaan Kota yang tidak mengedepankan prinsip Pengembangan Jangka Panjang dan cenderung tanpa perencanaan terarah membuat perkembangan yang terjadi justru menjadi boomerang tersendiri. Berbagai efek keruwetan kota yang biasa menghinggapi kota-kota besar yang salah urus mulai muncul di Kota Medan. Masalah infrastruktur jalan di Kota Medan merupakan masalah yang kompleks dan berkepanjangan yang menyangkut berbagai aspek. Buruknya sistem pemborongan proyek-proyek perbaikan infrastruktur jalan dan masih banyaknya praktek-praktek KKN memperburuk masalah ini.

Selain itu, proyek infrastruktur jalan juga tidak diiringi dengan pembuatan drainase yang efektif. Kebiasaan buruk warga Medan yang sering membuang sampah ke sungai dan saluran pembuangan air kotor membuat aliran air tidak lancar. Akibatnya ketika hujan lebat, sungai dan parit seringkali meluap dan menyebabkan banjir. Masalah banjir ini sudah sering terjadi di Kota Medan dan seperti sudah menjadi penyakit menahun yang melanda setiap tahunnya ketika musim hujan tiba. Tata kota yang tidak terencana semakin memperburuk keadaan Kota Medan. Pembangunan gedung-gedung di Kota Medan terkesan semrawut dan mengesampingkan aspek keamanan dan keindahan. Hampir di setiap sudut kota terpampang beraneka poster dan iklan tak beraturan. Taman-taman jalan juga semakin minim serta trotoar yang dipenuhi pedagang hingga ke bahu jalan menyebabkan kemacetan juga menambah permasalahan kota ini yang diperparah dengan cara mengemudi para pengguna jalan yang tidak tertib. Selain itu, beragam masalah sosial juga melanda kota ini. Yang terbaru adalah fenomena geng motor yang sering meresahkan warga. Namun yang paling meresahkan warga dari tahun ke tahun adalah permasalahan banjir yang tak kunjung terselesaikan. Sejalan dengan perkembangan kota-kota dan ilmu pengetahuan sistem drainase kota berkembang secara intensif. Pada awalnya sistem drainase yang direncanakan secara konvensional sudah tidak mampu memberikan pelayanan yang optimal. Pengelolaan drainase dilakukan seadanya, penyelesaian permasalahan drainase diselesaikan kasus-perkasus dan cenderung memindahkan masalah ke masalah yang lain. Saat ini yang berkembang adalah sistem drainase kota yang berkelanjutan (sustainable urban drainage system) yang dikelola secara terpadu. Drainase perkotaan adalah drainase di wilayah kota yang berfungsi

mengendalikan kelebihan air permukaan, sehingga tidak mengganggu masyarakat dan dapat memberikan manfaat bagi kegiatan kehidupan masyarakat. Lingkup sistem drainase perkotaan meliputi drainase permukiman, drainase jalan raya, drainase lapangan terbang, sistem drainase khusus dan pengisian air tanah. Fokus penelitian ini adalah salah satu dimensi wajah pembangunan Kota Medan seperti yang dilaksanakan di Kecamatan Medan Johor khususnya di bidang Infrastruktur dalam pembangunan drainase. Ketika hujan yang turun masih dalam hitungan beberapa menit atau maksimal satu jam saja, Medan sudah seperti kolam besar. Bagaimana pula jika hujan yang turun hingga satu harian, mungkin Medan akan tenggelam dan terseret banjir. Apapun itu, sebenarnya faktor utama yang menyebabkan banjir adalah tidak lain dan tidak bukan adalah faktor drainase. Letaknya adalah drainase-drainase yang ada sudah mengalami pendangkalan. Ditambah lagi, masih banyaknya lokasi-lokasi di seputaran Medan yang belum memiliki drainase. Hanya saja, mengenai permasalahan semakin dangkalnya drainase yang ada disebabkan karena masyarakat juga terkesan acuh terhadap drainase yang ada. Masyarakat tidak peduli lagi dengan drainase yang sudah penuh dengan sampah atau semacamnya. Sementara itu, pemerintah dalam hal ini Pemko Medan tidak pernah mengimbau kepada masyarakat untuk melakukan pengerukan atau semacamnya. Seharusnya pemerintah Kota Medan kembali mengupayakan pembuatan drainase di semua titik di Kota Medan. Karena untuk pembuatan drainase itu sudah ada dianggarkan di APBD Medan. Artinya, dana yang telah ada harus segera dimaksimalkan untuk pembuatan drainase. Dengan pemaksimalan itu, bisa mencegah banjir di Kota Medan. Atau paling tidak diminimalisir. Kemudian mempersempit pembahasan penulis juga melihat salah satu sisi utama yang sangat

penting berkaitan dengan pembangunan tersebut yakni mengenai tingkat pengawasanyang dilakukan masyarakat kecamatan sendiri terhadap berbagai upaya pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur sebagaimana drainase di wilayah mereka. Dengan demikian terdapat nantinya gambaran nyata tentang bagaimana sebenarnya potret pengawasan yang telah dilaksanakan oleh masyarakat di Kecamatan Medan Johor. Kelebihan air pada suatu kawasan perkotaan akibat air hujan dan air limbah rumah dialirkan melalui suatu bangunan drainase perkotaan ke badan air. Untuk dapat menjalankan fungsinya drainase terdiri dari beberapa elemen bangunan yang direncanakan secara sistimatis sesuai dengan fungsi masing-masing sehingga membentuk suatu sistem drainase, sehingga sistem drainase dapat didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal (Suripin, 2004) yang dapat memberikan manfaat bagi kehidupan masyarakat. Adapun berbagai alasan memotivasi penulis namun yang paling utama dirasakan adalah keberadaan sistem drainase Kecamatan Medan Johor untuk menjaga arus air menuju kanal pengendalian banjir di Kota Medan. Oleh karena itu, penulis menganggap penting untuk mengukur Tingkat Partisipasi Masyarakat Kecamatan Medan Johor dalam mengawasi Program Pembangunan dan Pemeliharaan Drainase di Kecamatan Medan Johor.

1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan deskripsi di atas, secara jelas digambarkan selanjutnya mengenai rumusan masalah yang akan diteliti yakni; Bagaimanakah partisipasi masyarakat Kecamatan Medan Johor dalam mengawasi program pembangunan dan pemeliharaan drainase. 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penulisan ini adalah untuk merumuskan suatu sistem pengelolaan drainase kota Medan secara terpadu khususnya untuk penanganan masalah drainase pada Kecamatan Medan Johor yang dapat dipergunakan sebagai satu konsep untuk pengelolaan pada sub sistem yang lain yang mempunyai karakteristik sistem drainase yang sama sehingga permasalahan drainase kota dapat ditangani secara menyeluruh dan terpadu. Penulisan ini juga dapat menambah pengetahuan bagi penulis dan pembaca mengenai pengelolaan sistem drainase kota Medan. Tujuan penelitian ini tentunya menggambarkan hasil analisis dari keseluruhan pelaksanaan prosedur penelitian ilmiah. Dengan demikian yang menjadi tujuan penelitian ini yaitu; Untuk mengetahui dan menganalisis tingkat partisipasi masyarakat Kecamatan Medan Johor dalam mengawasi program pembangunan dan pemeliharaan drainase.

1.4. Manfaat Penelitian Secara teoritis Penelitian ini dapat menjadi referensi dan memberikan sumbangan konseptual bagi peneliti yang berkeinginan menganalisa permasalahan serta fokus yang serupa maupun civitas akademika dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan untuk perkembangan kemajuan dunia pendidikan. Selanjutnya secara praktis bagi praktisi pembangunan adalah untuk mengetahui manfaat peran serta masyarakat dalam mendukung program pembangunan baik yang dilakukan oleh pemerintah atau instansi non pemerintah.pemerintah Kabupaten Tanah Karo secara umum agar dapa