BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Paradigma merupakan perspektif penelitian yang digunakan peneliti, yang berisi bagaimana peneliti bagaimana melihat realita (world views), bagaimana mempelajari fenomena, cara-cara yang digunakan dalam penelitian, dan cara-cara yang digunakan dalam menginterpretasikan temuan. Menurut Guba (1990) pemilihan paradigma penelitian dalam konteks desain penelitian menggambarkan pilihan suatu kepercayaan yang akan mendasari dan memberi pedoman seluruh proses penelitian. Selain itu, bagi Kuhn (1970) paradigma penelitian menentukan masalah yang dituju dan tipe penjelasan yang dapat diterimanya 31. Paradigma merupakan suatu kepercayaan atau prinsip dasar yang ada dalam diri seseorang tentang pandangan dunia dan membentuk cara pandangan terhadap dunia. R. Bailey berpendapat bahwa paradigma merupakan jendela mental (mental window) seseorang untuk melihat dunia 32. Paradigma dalam penelitian semiotika banyak mengacu pada paradigma konstruktivis, meski untuk sejumlah penelitian yang lain menggunakan paradigma 31 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori & Praktik, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2013, hal. 25 32 Ibid. hal. 27-28 46
47 kritis. Menurut Guba, paradigma adalah seperangkat kepercayaan dasar yang menjadi prinsip utama, pandangan tentang dunia yang menjelaskan pada penganutnya tentang alam dunia. Paradigma konstruktivis berbasis pada pemikiran umum tentang teoriteori yang dihasilkan oleh peneliti dan teoritisi aliran konstruktivis. Little John mengatakan bahwa teori-teori aliran ini berlandaskan pada ide bahwa realitas bukanlah bentukan yang objektif, tetapi dikonstruksi melalui proses interaksi dalam kelompok, masyarakat, dan budaya. Paradigma konstrukstivis dapat dijelaskan melalui empat dimensi diatas seperti diutarakan oleh Dedy N Hidayat, sebagai berikut: 1. Ontologis Relativism; realitas merupakan konstruksi sosial. Kebenaran suatu realitas bersifat relatif, berlaku sesuai konteks spesifik yang dinilai relevan oleh pelaku sosial. 2. Epistemologis Transactionalist / subjectivist; pemahaman tentang suatu realitas atau temuan suatu penelitian merupakan produk interaksi antara peneliti dengan yang diteliti. 3. Axiologis Nilai, etika, dan pilihan moral merupakan bagian tak terpisahkan dari suatu penelitian. Peneliti sebagai passionate participant, fasilitator yang menjembatani
48 keragaman subjektivitas pelaku sosial. Tujuan penelitian lebih kepada rekonstruksi realitas secara sosial secara dialektis antara peneliti dengan pelaku sosial yang diteliti. 4. Metodologis Menekankan empati, dan interaksi dialektis antara peneliti dengan responden untuk mengkonstruksi realitas yang diteliti melalui metode-metode kualitatif seperti participant observation. Kriteria kualitas penelitian authenticity dan reflectivity sejauh mana temuan merupakan refleksi otentik dari realitas yang dihayati oleh para pelaku sosial. Penelitian ini sendiri menggunakan metode penelitian kualitatif dalam pengerjaannya. Metode penelitian kualitatif lebih berdasarkan pada filsafat fenomenologis yang mengutamakan penghayatan (verstehen). Metode kualitatif berusaha memahami dan menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi tingkah laku manusia dalam suatu situasi tertentu menurut perspektif peneliti sendiri 33. Pendekatan kualitatif lebih banyak perhatiannya pada pembentukan teori subtantif berdasarkan konsep-konsep yang timbul dari data empiris (data lapangan) 34. Peneliti tidak merasa tahu tentang apa yang tidak diketahuiya, sehingga desain penelitian yang 33 Husaini Usman, Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2009, hal. 78 34 Sukidin, Mundir, Metode Penelitian: Membimbing dan Mengantar Kesuksesan Anda dalam Dunia Penelitian, Insan Cendekia, Surabaya, 2005, hal. 23
49 dikembangkan selalu terbuka terhadap kemungkinan berbagai perubahan yang diperlukan dan lentur terhadap kondisi yang ada di lapangan. Pendekatan kualitatif memusatkan perhatian pada prinsip-prinsip umum yang mendasari perwujudan sebuah makna dari gejala-gejala sosial di dalam masyarakat 35. Objek analisis dalam pendekatan kualitatif adalah makna dari gejala-gejala sosial dan budaya dengan menggunakan kebudayaan dari masyarakat bersangkutan untuk memperoleh gambaran mengenai kategorisasi tertentu. Dalam pendekatan kualitatif, peneliti berusaha melakukan studi gejala dalam keadaan alamiahnya dan berusaha membentuk pengertian terhadap fenomena sesuai dengan makna yang lazim digunakan oleh subjek penelitian. Studi yang digunakan pendekatan kualitatif menggunakan khazanah dari fenomena empiris, seperti studi kasus, pengalaman pribadi, life history, wawancara, observasi, sejarah, interaksi, dan teks visual maupun konten pesan yang menggambarkan rutinitas dan problematika serta makna kehidupan individu. 3.2 Metode Penelitian Penulisan ini menggunakan metode analisis semiotika Charles Sander Peirce, yang menawarkan model triadic dan konsep trikotomi yang terdiri atas 36 : 35 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2006, hal. 306 36 Nawiroh Vera, op.cit, hal. 21-26
50 1. Representamen Bentuk yang diterima oleh tanda atau berfungsi sebagai tanda. Repesentamen kadang diistilahkan sebagai sign. 2. Interpretant Bukan penafsir tanda, tetapi lebih merujuk pada makna dari tanda. 3. Object Sesuatu yang merujuk pada tanda. Sesuatu yang diwakili oleh representamen yang berkaitan dengan acuan. Object dapat berupa representasi mental (ada dalam pikiran), dapat juga berupa sesuatu yang nyata diluar tanda. Proses pemaknaan tanda yang mengikuti skema ini disebut sebagai proses semiosis. Menurut Peirce, tanda menjadi wakil yang menjelaskan sesuatu: Peirce called the perceivable part of the sign a representamen (literally something that does the representing ) and the concept that it encodes the object (literally something cast outside for observation ). He termed the meaning that someone gets from the signthe interpretant. This I itself a sign in that it entails knowing what a sign means (stands for) in personal, social, and contexs-spesific ways. Berdasakan konsep tersebut maka dapat dikatakan bahwa makna sebuah tanda dapat berlaku secara pribadi, sosial, atau bergantung pada konteks tertentu. Perlu dicatat bahwa tanda tidak
51 dapat mengungkapkan sesuatu, tanda hanya berfungsi menunjukkan, sang penafsirlah yang memaknai berasarkan pengalamannya masing-masing. Model triadik dari Peirce sering juga disebut sebagai triangle meaning semiotics atau dikenal dengan teori segitiga makna, yang dijelaskan secara sederhana: tanda adalah sesuatu yang dikaitkan pada seseorang untuk sesuatu dalam beberapa hal atau kapasitas. Tanda menunjuk pada seseorang, yakni menciptakan di benak orang tersebut suatu tanda yang setara, atau suatu tanda yang lebih berkembang, tanda yang diciptakannya dinamakan interpretant dari tanda pertama. Tanda itu menunjukkan sesuatu, yakni objeknya. Gambar 3.2.1 Segitiga Makna (Triangle of Meaning) Sign / Representamen 37 Interpretant Object Keterangan: 1. Representamen / sign (tanda). 37 Ibid.
52 2. Object (sesuatu yang dirujuk). 3. Interpretant ( hasil hubungan representamen dengan objek). Model segitiga Peirce memperlihatkan masing-masing titik dihubungkan oleh garis dengan dua arah, yang artinya setiap istilah (term) dapat dipahami hanya dalam hubungan satu dengan yang lainnya. Peirce menggunakan istilah yang berbeda untuk menjelaskan fungsi tanda, yang baginya adalah proses konseptual, terus berlangsung dan tak terbatas (yang disebutnya semiosis tak terbatas, rantai makna-keputusan oleh tanda-tanda baru menafsirkan tanda sebelumnya atau seperangkat tanda-tanda). Dalam model Peirce, makna dihasilkan melalui rantai dari tanda-tanda (menjadi interpretants), yang berhubungan dengan model dialogisme Mikhail Bakhtin, dimana setiap ekspresi budaya selalu sudah merupakan respons atau jawaban terhadap ekspresi sebelumnya, dan yang menghasilkan respons lebih lanjut dengan menjadi addressable kepada orang lain. Menurut Peirce, salah satu bentuk tanda (sign) adalah kata. Sesuatu dapat disebut representamen (tanda) jika memenuhi dua syarat berikut: Bisa dipersepsi, baik dengan panca indera maupun dengan pikiran / perasaan, dan berfungsi sebagai tanda (mewakili sesuatu yang lain). Objek adalah sesuatu yang dirujuk tanda, bisa berupa materi yang tertangkap panca indera, bisa juga bersifat mental atau imajiner. Sedangkan interpretant adalah tanda yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda.
53 Apabila ketiga elemen makna itu berinteraksi dalam benak seseorang, maka muncullah makna tentang sesuatu yang diwakili oleh tanda tersebut. Tabel 3.2.1 1 2 3 Representamen Qualisign Signsign Legisign Object Icon Index Symbol Interpretant Rheme Dicisign Argument Berikut klasifikasi berdasarkan kategori yang dikembangkan oleh Charles Sanders Peirce: 1. Fisrtness (kepertamaan), yaitu mode sebagaimana adanya, positif dn tidak mengacu pada sesuatu yang lain. Ia adalah kategori dari perasaan yang tak terefleksikan, semata-mata potensial, bebas, dan langsung. 2. Secondness (kekeduaan), merupakan metode yang mencakup relasi antara yang pertama dan kedua, ia merupakan kategori perbandingan, faktisitas, tindakan, realitas, dan pengalaman dalam ruang dan waktu. 3. Thridness (keketigaan), mengantar yang kedua dalam hubungannya dengan yang ketiga. Ia adalah kategori mediasi, kebiasaan, ingatan, kontinuitas, sintesis, komunikasi (semiosis) representasi, dan tanda-tanda.
54 a) Trikotomi Pertama Sign / representamen merupakan bentuk fisik atau segala sesuatu yang dapat diserap panca indera dan mengacu pada sesuatu. Sesuatu menjadi representamen didasarkan pada ground-nya: 1. Qualisign, adalah tanda yang menjadi tanda berdasarkan sifatnya. 2. Signsign (singular sign), adalah tanda-tanda yang menjadi tanda berdasarkan bentuk atau rupanya di dalam kenyataan. 3. Legisign, adalah tanda yang menjadi tanda berdasarkan suatu peraturan yang berlaku umum, suatu konvensi, suatu kode. b) Trikotomi Kedua Sesuatu menjadi representamen berdasarkan objeknya: 1. Ikon, adalah merupakan tanda yang menyerupai benda yang diwakilinya atau suatu tanda yang menggunakan kesamaan atau ciri-ciri yang sama dengan apa yang dimaksudkannya. 2. Indeks, adalah tanda yang sifat tandanya tergantung pada keberadaannya suatu denotasi atau dapat dikatakan tanda memiliki kaitan atau kedekatan dengan apa yang diwakilinya. 3. Simbol, adalah suatu tanda dimana hubungan tanda dan denotasinya ditentukan oleh suatu peraturan yang berlaku umum dan ditentukan oleh suatu
55 kesepakatan bersama (konvensi). Menurut Arthur Asa Berger, simbol diklasifikasikan menjadi tiga bentuk: a. Simbol konvensional, yaitu kata-kata yang berdiri atau ada untuk menggantikan sesuatu. b. Simbol aksidental, yaitu sifatnya lebih personal. c. Simbol universal, yaitu sesuatu yang berakar dari pengalaman semua orang dan orang memahami sebuah simbol karena memiliki pengalaman yang sama. c) Trikotomi Ketiga Sesuatu menjadi representamen berdasarkan interpretant-nya: 1. Rheme, bilamana lambang tersebut interpretant-nya adalah sebuah first dan makna tanda tersebut masih dapat dikembangkan. 2. Dicisign (dicent sign), bilamana antara lambang dan interpretant terdapat hubungan yang benar ada (merupakan secondness). 3. Argument, bilamana suatu tanda dan interpretant mempunyai sifat yang berlaku umum (merupakan thirdness). 3.3 Unit Analisis Yang menjadi unit analisis dalam penelitian ini adalah visual dan audio atau sign yang terdapat di dalam film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita yang menggambarkan rasa empati. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif
56 secara konstruktif. Metode konstruktif adalah metode yang membangun atau membentuk penilaian seseorang terhadap suatu kejadian maupun peristiwa. Data kualitatif dapat berupa potongan gambar yang digunakan sebagai objek penelitian untuk memperkuat analisis data. Berdasarkan data-data yang telah didapat, penulis kemudian melakukan analisis menggunakan semiotik untuk mengkaji makna yang ada didalamnya. Setelah menganalisis data tersebut, penulis akan menghasilkan penelitian dalam bentuk kata-kata sebagai pendeskripsian tentang hasil yang didapat. Dan hasil penelitian nantinya akan menjawab bagaimana rasa empati dipresentasikan dalam film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita. 3.4 Teknik Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer Data primer, dalam pengumpulan data dan informasi penelitian ini peneliti menonton, mengamati, serta menganalisis data dengan menggunakan sarana DVD (Digital Video Disc) dan film 7 hati 7 cinta 7 wanita yang di download melalui internet, untuk mengumpulkan potongan-potongan gambar dari rasa empati yang dituunjukan oleh seorang dokter terhadap pasiennya. Sebagai bahan dalam penelitian ini menggunakan analisis semiotika Charles Sander Peirce.
57 3.4.2 Data Sekunder Data sekunder, pengumpulan data untuk melengkapi informasi seputar penelitian didapat dari buku-buku, internet, maupun teks-teks yang mengandung bahan-bahan penelitian. 3.5 Teknik Analisis Data Dalam menganalisis data dalam penelitian ini, yaitu dengan menonton film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita yang dianalisis adalah penggambaran rasa empati dalam film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan analisis semiotika menurut Charles Sander Pierce dimana metode ini merupakan ilmu tentang tanda. Metode analisis semiotika milik Pierce membentuk segitiga sama sisi yang terkenal dengan triangle of meaning (segitiga makna) yang merupakan hubungan antara sign / representamen (tanda), object (sesuatu yang dirujuk oleh tanda), dan interpretant (hasil dari tanda dan objek). Dari model metode tersebut dapat terlihat bahwa tanda tidak berdiri sendiri, melainkan melibatkan objek sebagai sesuatu yang dirujuk oleh tanda itu sendiri berupa hal-hal yang dapat dirasa oleh panca indera, dan juga interpretant yang merupakan hasil dari tanda dan objek yang berupa visualisasi dari objek yang diwakilkan oleh tanda di dalam diri penafsir. Pierce juga membagi tanda ke dalam tiga bagian, yakni ikon, indeks, dan simbol. Ikon adalah tanda yang mengandung
58 kemiripan rupa dengan objek yang diwakilinya. Sebagai contoh, rambu lalu lintas dengan gambar gambar berkelok yang menandakan bahwa tidak lama lagi orang yang melintas di jalan tersebut akan memasuki kawasan dengan jalan yang berkelok-kelok, gambar laki-laki dan perempuan di depan pintu toilet menjadi tanda pembeda antara toilet laki-laki dengan toilet perempuan. Indeks adalah tanda yang memiliki keterkaitan fenomenal yang bersifat kongkret dengan objek yang diwakilinya. Sebagai contoh, adanya asap menjadi tanda bahwa disitu ada kebakaran, jejak kaki di atas tanah menjadi tanda bahwa ada seseorang yang telah melewati jalan tersebut. Dan simbol adalah tanda yang bersifat arbiter dan konvesional sesuai kesepakatan sejumlah orang atau masyarakat. Sebagai contoh, melambaikan tangan ketiga pergi menjadi tanda salam perpisahan kepada orang yang akan ditinggal pergi, mengedipkan sebelah mata kepada lawan jenis dianggap sebagai tanda menggoda atau bersikap genit.