BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia industri dengan segala elemen pendukungnya selalu berkembang secara

BAB I PENDAHULUAN. para pihak diharapkan dapat melakukan pekerjaan dengan aman dan nyaman.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sektor industri saat ini merupakan salah satu andalan dalam

BAB 1 : PENDAHULUAN. teknologi serta upaya pengendalian risiko yang dilakukan. Kecelakaan kerja secara

BAB 1 : PENDAHULUAN. perhatian dan kerja keras dari pemerintah maupun masyarakat.

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang menjadi penentu pencapaian dan kinerja suatu perusahaan. Jika dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi suatu produk cepat menjadi ketinggalan zaman, pasar global tidak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. nasional, selain dapat meningkatkan perekonomian nasional juga dapat

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan traumatic injury. Secara keilmuan, keselamatan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Potensi bahaya dan risiko kecelakaan kerja antara lain disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Dalam menghadapi persaingan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)

Identifikasi Potensi Bahaya Akibat Pencahayaan Dengan Pendekatan HIRA (Hazard Identification And Risk Assessment)

BAB I PENDAHULUAN. kesusilaan dan perlakuan yang sesuai harkat dan martabat manusia serta nilainilai

BAB I PENDAHULUAN. Penjelasan umum Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu

PT. SUCOFINDO CABANG MAKASSAR JLN. URIP SUMOHARJO NO 90A MAKASSAR

PERATURAN BADAN AUDIT KEMAHASISWAAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG KODE ETIK BADAN AUDIT KEMAHASISWAAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian tentang kesadaran hukum siswa dalam berlalu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V PEMBAHASAN. Dengan mendefinisikan target-target BBS, berarti perusahaan telah

PENEGAKAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS)

KETUA SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NURUL JADID

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha. Tahun Mobil Penumpang Bis Truk Sepeda Motor Jumlah

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan untuk membantu kehidupan manusia. Penggunaan mesin-mesin,

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang menarik untuk dikaji pada suatu intansi

HUBUNGAN PERILAKU DENGAN KECELAKAAN KERJA PADA PEKERJA PETERNAK AYAM RAS DI KECAMATAN TILATANG KAMANG KABUPATEN AGAM TAHUN 2011 SKRIPSI

2016, No Indonesia Tahun 2004 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456); 2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang

* Sebagai suatu hak dasar, ada ketentuanketentuan yang harus ditaati dalam melakukan mogok kerja. (Pasal 139 dan Pasal 140 UUK)

PANITIA PEMBINA KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA ( P2K3 ) Keselamatan & Kesehatan Kerja

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 63 TAHUN 2000 (63/2000) TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN TERHADAP PEMANFAATAN RADIASI PENGION

DASAR HUKUM - 1. Peraturan Pelaksanaan. Pasal 5, 20 dan 27 ayat (2) UUD Pasal 86, 87 Paragraf 5 UU Ketenagakerjaan. UU No.

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III PENUTUP. sebagai jawaban atas permasalahan, yaitu : Klaten, antara lain adalah :

2.1.2 Faktor-faktor Disiplin Kerja Menurut Singodimenjo dalam Sutrisno (2011:86) bahwa hal yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 : PENDAHULUAN. ditandai dengan semakin berkembangnya prindustrian dengan mendayagunakan

BAB V PENUTUP. 1. Perubahan manajemen dalam UU ASN hanya mengenal 2 jenis pegawai

2016, No Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2003 tentang Pengesahan ILO Convention Nomor 81 Concerning Labour Inspection in Industry and Commerce

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAMPIRAN 1 Lembar Persetujuan Menjadi Responden ( Informed Consent )

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) memperkirakan setiap 15 detik

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II BAHAN RUJUKAN

PENDAHULUAN. yang memiliki peran penting dalam kegiatan perusahaan. dari potensi bahaya yang dihadapinya (Shiddiq, dkk, 2013).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Menerapkan Prosedur Kesehatan, Keselamatan dan Keamanan Kerja (K3)

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan proyek konstruksi di Indonesia, penerapan. keselamatan dan kesehatan kerja masih kurang maksimal.

adalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki

HUBUNGAN KEPATUHAN INSTRUKSI KERJA DENGAN KEJADIAN KECELAKAAN KERJA PADA BAGIAN PRODUKSI DI PT. ANEKA ADHILOGAM KARYA CEPER KLATEN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanya oleh pemerintah, namun juga masyarakat. Salah satu fasilitas

BAB I PENDAHULUAN. Repository.Unimus.ac.id

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Pengawasan Melekat terhadap Kedisiplinan PNS di Dinas

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. terdahulu, dapat diambil kesimpulan-kesimpulan selama penelitian dilakukan.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu bagian

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara hukum, dalam pelakasanaan pemerintahan dan

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

- 2 - PASAL DEMI PASAL. Pasal I Angka 1 Pasal 1 Cukup jelas. Angka 2 Pasal 3 Cukup jelas.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam Undang Undang Dasar 1945 Pasal 27 Ayat 2 Ditetapkan bahwa Setiap warga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kimia, biologi, ergonomi, psikologis. 8 Salah satu jenis lingkungan kerja fisik.

BAB 1 : PENDAHULUAN. perusahaan, yang diiringi dengan meningkatnya penggunaan bahan-bahan berbahaya,

V. PENUTUP. pembahasan tentang upaya unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) dan

BAB IV. A. Upaya yang Dilakukan Pemerintah dan Masyarakat dalam Mencegah dan. Menanggulangi Pencemaran Air Akibat Limbah Industri Rumahan sesuai

BAB I PENDAHULUAN. Zaman berkembang semakin pesat seiring dengan kemajuan di sektor

BAB 1 : PENDAHULUAN. maupun pemberi kerja, jajaran pelaksana, penyedia (supervisor) maupun manajemen,

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN KERJA PADA KARYAWAN PT KUNANGGO JANTAN KOTA PADANG TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu upaya

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan tujuan organisasi, karena manusia dalam melakukan aktivitas di

JENIS DAN BENTUK SANKSI PELANGGARAN KODE ETIK

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. dampak positif bagi perkembangan dunia industri di Indonesia. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. bergeloranya pembangunan, penggunaan teknologi lebih banyak diterapkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan kondisi yang menunjukkan Indonesia tidak dapat menghindarkan diri dari

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI

Kuesioner Iklim Keselamatan Kerja Nordic

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER.03/MEN/1998 T E N T A N G TATA CARA PELAPORAN DAN PEMERIKSAAN KECELAKAAN

MEMPELAJARI PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI PT. HITACHI CONSTRUCTION MACHINERY INDONESIA

Hukuman Disiplin PNS Dilihat dari Aspek Hukum

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan kerja pada sektor migas sangat beresiko akan terjadinya

SISTEM PENGARSIPAN DOKUMEN KEUANGAN NEGARA

PERATURAN PERUNDANGAN TERKAIT K3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Proses industrialisasi telah mendorong tumbuhnya industri diberbagai sektor dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

MUTU PEKERJAAN dan KESELAMATAN KERJA Oleh : Parfi Khadiyanto Anggota Dewan Pengurus Bidang I (Prolima)LPJKD Prov. Jateng

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi oleh tenaga kerja di bengkel las (Widharto, 2007). Industri pengelasan merupakan industri informal yaitu industri yang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PROVINSI JAWA TIMUR

BAB V PEMBAHASAN. PT Dan Liris Sukoharjo Divisi Garmen yaitu terjatuh, terjepit, tertimpa,

2015 PENGARUH IMPLEMENTASI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) TERHADAP PEMBELAJARAN PRAKTIK PRODUKTIF DI BENGKEL OTOMOTIF SMK

BAB II DISIPLIN KERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL. sesungguhnya tidaklah demikian. Disiplin berasal dari bahasa latin Disciplina yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. jenis material baik untuk konstruksi utama maupun untuk accessories tambahan

BAB I PENDAHULUAN. Pegawai. Kesadaran Pegawai diperlukan dengan mematuhi peraturan-peraturan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ketenagakerjaan, merupakan kewajiban pengusaha untuk melindungi tenaga

BAB I PENDAHULUAN. infrastruktur sebagai pendukung untuk peningkatan ekonomi. Sisi positif dari

Transkripsi:

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan 1. Kecelakaan kerja yang terjadi pada unit usaha las sektor informal adalah luka-luka ringan akibat percikan api dan gerinda. Kecelakaan yang terjadi umumnya disebabkan karena kecerobohan pekerja dalam bekerja. 2. Awareness pekerja las sektor informal tehadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sudah cukup baik. Walaupun begitu awareness terhadap K3 belum cukup untuk menjamin pelaksanaan K3 di unit usaha sektor formal berjalan dengan baik, 3. Pengetahuan pekerja las sektor informal mengenai bahaya yang ada di tempat kerja sudah cukup baik. Namun perceived risk pekerja terhadap bahaya masih rendah. Hal ini dikarenakan beberapa hal, seperti faktor kecerobohan pekerja, kebiasaan bekerja dalam kondisi yang berisiko, dan lain-lain. 4. Dalam hal peralatan kerja, unit usaha las sektor informal telah menyediakan peralatan kerja yang cukup lengkap. Hal ini disebabkan karena pekerjaan las membutuhkan peralatan khusus, sehingga penyalahgunaan peralatan kerja relatif kecil terjadi. 86

87 5. Pelatihan keselamatan tidak pernah diberikan kepada pekerja oleh unit usaha las sektor informal. Hal ini dikarenakan pihak unit usaha las sektor informal masih lebih mementingkan target produksi dibandingkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). 6. Peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) belum menjadi hal yang terintegrasi ke dalam manajemen unit usaha las sektor informal. Hal ini dikarenakan unit usaha las sektor informal merupakan organisasi kecil dimana sektor informal ini sulit untuk menjalankan program keselamatan dan kesehatan kerja, dikarenakan kegiatan ini jarang terdaftar dan memiliki hubungan formal yang rendah dengan instansi yang berwenang. 7. Pengawasan yang dilakukan unit usaha las sektor informal masih tergolong rendah. Pengawasan yang dilakukan hanya sebatas mengawasi pekerjaan atau membimbing pekerja yang lebih bersifat produktivitas dan kualitas, dan tidak dilakukan untuk mengendalikan keselamatan. 8. Safety promotion/sign di unit usaha las sektor informal masih tergolong sangat rendah. Hal ini dikarenakan kurangnya kesadaran akan pentingnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang disertai tindakan nyata, dan faktor finansial. 9. Pihak unit usaha las sektor informal telah menyediakan APD (Alat Pelindung Diri) dalam jumlah yang cukup. Walaupun begitu APD yang ada tidak memenuhi standar dan tidak ada perawatan. Selain itu, masih ada pekerja yang tidak menggunakan APD dikarenakan ketidaknyamanan dan

88 kurangnya kesadaran baik dari pihak unit usaha maupun pekerja akan pentingnya penggunaan APD dengan baik dan benar. 10. Bentuk sanksi yang diberikan pihak perusahaan kepada pelanggarnya beragam mulai dari teguran, pengarahan atau konseling, dan bahkan potongan gaji.. Sanksi yang ada tidak tegas hanya berupa teguran dan tidak mengikat pekerja untuk jera terhadap kelalaiannya yang tentu saja akan menyebabkan pekerja berperilaku yang tidak diharapkan. 11. Unit usaha las sektor informal umumnya tidak menerapkan sistem penghargaan secara tertulis. Penghargaan diberikan kepada pekerja atas inisiatif pemilik unit usaha sektor informal bila telah menyelesaikan pekerjaan dengan baik. Hal ini membuktikan unit usaha las sektor informal masih beranggapan bahwa peraturan hanya dapat ditegakkan dengan diberlakukan sanksi. 12. Perilaku berisiko (At-Risk Behavior) pekerja las sektor informal masih sering terjadi. Hal ini dikarenakan banyak hal, diantaranya perceived risk pekerja rendah, motivasi yang rendah, the power of choice, familiarity breeds complacency (kebiasaan yang mengakibatkan pekerja menganggap bahaya yang ada sudah biasa), acceptable consequences, dan lain-lain.

89 7.2 Saran 1. Bagi Pemerintah Daerah setempat: a. Membuat peraturan yang jelas mengenai Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) khususnya di unit-unit usaha sektor informal. b. Lebih memperhatikan unit usaha sektor informal terutama masalah keselamatan kerja dengan cara memberikan pengarahan, pembinaan, dan pengembangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di unit usaha sektor informal tersebut guna meningkatkan kesadaran akan pentingnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Hal ini tentu sesuai dengan UU Ketenagakerjaan RI No. 25 Tahun 1997 Bab XI mengenai Tenaga Kerja di Dalam Hubungan Kerja Sektor Informal dan di Luar Hubungan Kerja Pasal 158-160. b. Melaksanakan pengawasan secara berkala ke unit-unit usaha sektor informal. c. Melakukan promosi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ke unitunit usaha sektor informal dengan cara memberikan safety sign atau poster keselamatan. 2. Bagi unit usaha las sektor informal: a. Meningkatkan pengetahuan pekerja mengenai bahaya yang ada di tempat kerja dengan cara pemberian materi pengenalan bahaya dan cara pencegahannya.

90 b. Memberikan pelatihan keselamatan kepada pekerja sektor informal. Dengan adanya pelatihan maka pengetahuan (cognitive aspect), perilaku (attitude aspect), dan keterampilan (skill) pekerja akan meningkat yang tentu saja akan meminimalisir terjadinya kecelakaan. c. Sebaiknya unit usaha sektor informal membuat peraturan secara tertulis terutama mengenai masalah-masalah terkait keselamatan kerja di tempat kerja bersangkutan. Peraturan keselamatan tersebut akan lebih efektif jika dibuat dalam bentuk tertulis, dikomunikasikan, dan didiskusikan dengan seluruh pekerja yang terlibat. Ketika pekerja ikut dilibatkan dalam perumusan peraturan, mereka akan lebih memahami dan mau mengikuti peraturan tersebut. d. Selain itu, objektivitas dan konsistensi sangat penting ketika menegakkan peraturan. Gagal untuk menjadi objektif dan konsisten dapat menurunkan kredibilitas dan efektivitas upaya perusahaan untuk mempromosikan keselamatan. e. Peraturan dapat berjalan dengan baik apabila didukung oleh pengawasan. Untuk itu sebaiknya unit usaha sektor informal dapat menjalankan kegiatan pengawasan dengan baik guna menghindari kemungkinan-kemungkinan yang dapat merugikan pekerja maupun unit usaha itu sendiri. f. Dalam menegakkan peraturan sebaiknya didukung dengan konsekuensi positif maupun negatif. Pengaruh peraturan terhadap pembentukan perilaku aman belum tentu berlangsung lama jika hanya diberlakukan

91 sanksi, karena umumnya pekerja mau mentaati peraturan karena takut terkena sanksi. Untuk itu pemberian sanksi dan penghargaan dapat menjadi motivasi pekerja untuk berperilaku aman. Karena itu, unit usaha sektor informal sebaiknya memberlakukan sanksi yang tegas dan penghargaan. g. Sebaiknya unit usaha las sektor informal membuat poster/sign mengenai keselamatan, dengan cara,melibatkan pekerja. Hal ini dikarenakan poster/sign merupakan activator yang paling popular digunakan untuk promosi program keselamatan dan akan lebh efktif bila pekerja dilibatkan. h. Unit usaha las sektor informal sebaiknya menyediakan peralatan kerja dan APD yang lengkap dan memenuhi standar guna meminimalisir kecelakaan yang akan terjadi.