Upaya Peningkatan Kemampuan Berbicara dengan Metode Bercerita Bebas Non Tek dalam Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas VI di SDN 153 Pekanbaru

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hlm (Jakarta: Kementrian Agama Republik Indonesia, 2012), hlm. 27.

PENINGKATAN PERKEMBANGAN BAHASA ANAK MELALUI BERMAIN PERAN DI TAMAN KANAK-KANAK SYUKRILLAH AGAM. Azwinar

TINDAK TUTUR DALAM BERCERITA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 CIAMIS

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI EKSPOSITORIS DENGAN TEKNIK BRAINWRITING PADA SISWA KELAS X SMK MA ARIF 4 KEBUMEN

ARTIKEL ILMIAH KEMAMPUAN SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 2 KUALA TUNGKAL TAHUN AJARAN 2013/2014 BERCERITA DENGAN ALAT PERAGA SKRIPSI OLEH SONIA PRYANKA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 0486/UI/1992 tentang Taman Kanak-

BAB I PENDAHULUAN. (2001: 289), bercerita merupakan salah satu bentuk tugas kemampuan

BAB II KAJIAN TEORI. menyelesaikan tugas, mampu dan cekatan. 10. kreatifitasnya dalam mengerjakan atau menyelesaikan sesuatu. 11

BAB 1 PENDAHULUAN. datang. Anak dilahirkan dengan potensi dan kecerdasannya masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. Berkomunikasi adalah salah satu keterampilan berbahasa. Keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. gerakan menjadi ujaran. Anak usia dini biasanya telah mampu. mengembangkan keterampilan berbicara melalui percakapan yang dapat

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Pengertian Keterampilan Berbicara. manusia yang berbeda-beda antara satu manusia dengan yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan salah satu

BAB II KAJIAN TEORI. pembangkit tenaga munculnya satu tingkah laku tertentu 8. motivation dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Latin motivum yang

2014 UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIDATO DENGAN PENERAPAN PENDEKATAN KOMUNIKATIF PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA ANAK MELALUI PERMAINAN MAZE KATA DI TAMAN KANAK-KANAK PADANG ARTIKEL

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI EKSPOSITORIS DENGAN METODE MIND MAPPING

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI METODE MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa

MODEL SIMULASI KREATIF BERBANTU MEDIA VIDEO SEBAGAI ALTERNATIF PEMBELAJARAN INOVATIF

MODEL PEMBELAJARAN NONDIRECTIVE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA DAN KEPERCAYAAN DIRI PESERTA DIDIK

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMAK BERITA DENGAN METODE DRILLPADA PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP NEGERI 1KALIBAWANG TAHUN PEMBELAJARAN 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN. dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

JURNAL PENERAPAN METODE BERCERITA DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK CERITA RAKYAT PADA SISWA KELAS V SDN PANYINGKIRAN 3 KABUPATEN SUMEDANG

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN MELALUI PENGGUNAAN MEDIA AUDIOVISUAL TAYANGAN TELEVISI CERMIN KEHIDUPAN TRANS 7

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam perkembangan dan

Kata Kunci: Kemampuan Membaca, Permainan Bahasa Melengkapi Cerita, Kartu Bergambar

METODE PENGENALAN BAHASA UNTUK ANAK USIA DINI*

MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE SCRIPT SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK DONGENG SISWA SMP

BAB II LANDASAN TEORI

PENERAPAN METODE STORY READING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK MELATI / ABA 005 PULAU BALAI

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini merupakan anak-anak pada rentang usia 0 6 tahun yang. membutuhkan banyak stimulasi untuk membantu pertumbuhan dan

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA TEKNIS DENGAN MENGGUNAKAN KARTU HURUF PADA SISWA KELAS II SD

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan dari proses pembelajaran tersebut. Berbagai mata pelajaran diajarkan

KEMAHIRAN MENULIS KARANGAN NARASI BERDASARKAN LIRIK LAGU SISWA KELAS X SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 2 BINTAN TAHUN PELAJARAN 2012/ 2013.

BAB I PENDAHULUAN. juga merupakan sasaran pembelajaran berbahasa Indonesia di sekolah dasar.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia pada dasarnya merupakan upaya untuk

PENINGKATAN MEMBACA ANAK MELALUI PERMAINAN DADU KATA BERGAMBAR DI TAMAN KANAK-KANAK AISYIYAH NARAS PARIAMAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Maulida Zahara, 2013

melakukan hubungan komunikasi dengan orang lain. 11

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan yang penting untuk menjamin

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS GEGURITANDENGAN METODE OBJEK LANGSUNGSISWA KELAS X SMA NEGERI 2 KEBUMEN

2015 PENERAPAN METODE BRAINSTORMING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MENGGUNAKAN METODE BERCERITA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR 1 PEDES, SEDAYU, BANTUL, TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam rangka menghasilkan sumber daya manusia indonesia seutuhnya.

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PERSUASI MENGGUNAKAN MEDIA POSTER PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 6 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN. bernalar serta kemampuan memperluas wawasan. Menurut Tarigan (2008:1) ada

MEDIA GAMBAR BERCERITA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK USIA DINI

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia. Bahasa juga pada umumnya digunakan untuk menyampaikan perasaan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK MELALUI METODE PENUGASAN. Cicih Wiarsih 1, Tri Yuliansyah Bintaro 2

I. PENDAHULUAN. Kurikulum nasional untuk mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia berorientasi

Upaya Meningkatkan Kemampuan Berbicara Melalui. Metode Tanya Jawab Pada Anak Usia 4-5 Tahun

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK MELALUI METODE BERCERITA DENGAN MEDIA GAMBAR PADA ANAK. Abstrak

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas seperti motorik, berbahasa, sosial emosional, kognitif dan efektif. 1 Kata

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Oleh: Prihatini Mualifah Program Studi Pendidikan dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi yang berupa sistem lambang bunyi yang

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN METODE COPY THE MASTER PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 SRUWENG TAHUN PEMBELAJARAN 2015/2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Erni Nurfauziah, 2013

MODEL PEMBELAJARAN BERBICARA MENCERITAKAN TOKOH IDOLA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KOMUNIKATIF PADA SISWA KELAS VII SMPN 2

BAB I PENDAHULUAN. berkembang semenjak bayi, kemampuan berbicara erat kaitannya dengan

BAB I PENDAHULUAN. menulis seperti membuat ikhtisar, menulis puisi, mencatat pelajaran, menulis

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia dengan. terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia.

PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE SCRIPT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK SISWA KELAS V SDN BULAK 1 BENDO MAGETAN. Cerianing Putri Pratiwi 1

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA TAMAN KANAK-KANAK KOTA A DISUSUN OLEH: MARYANI.M SEMESTER 4 PROGRAM STUDI S1 PAUD

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1).

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI TEKNIK MENYUSUN KALIMAT SISWA KELAS IV SEMESTER GANJIL SDN PUNCU 2

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurikulum 2013 terdapat pada Kompetensi Inti (KI) 4 yaitu Mencoba,

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AWAL ANAK MELALUI PERMAINAN KARTU GAMBAR DI TAMAN KANAK-KANAK NEGERI PEMBINA AGAM

BUDIYONO Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia

Peningkatan Keterampilan Menulis Naskah Drama dengan Media Pembelajaran Video Stop Motion Untuk Siswa Kelas VIII A SMP N 1 Semanu

Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Sederhana Siswa Kelas IV SDN Pembina Liang Melalui Strategi Aktivitas Menulis Terbimbing

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sebagai bahasa negara, BI dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Kemampuan Menulis. menghasilkan sebuah tulisan. memberdayakan pengetahuan dan perasaan.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia, bahasa merupakan alat menyatakan pikiran dan

PENGARUH METODE BERCERITA TERHADAP KEMAMPUAN ANAK BERBAHASA LISAN DI KELOMPOK A1 TK KEMALA BHAYANGKARI 01 PALU

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENCERITAKAN PERISTIWA MELALUI MODEL ARTIKULASI DI KELAS III SDN 2 BOTUBILOTAHU KECAMATAN MARISA KABUPATEN POHUWATO

PERANAN METODE BERCERITA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANAK BERBAHASA LISAN DI KELOMPOK B1 TK TUNAS BANGSA DESA SIDERA KABUPATEN SIGI

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak usia dini adalah anak yang berumur nol tahun atau sejak lahir

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan sosial dan keterampilan berbicara merupakan hal yang paling

PENGGUNAAN PERMAINAN BAHASA LET S TELL A STORY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA SISWA KELAS V SDN CIPOCOK JAYA 2 TAHUN AJARAN 2015/2016

BAB II LANDASAN TEORI. Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan salah satu bentuk keterampilan berbahasa, yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

Upaya Peningkatan Kemampuan Berbicara dengan Metode Bercerita Bebas Non Tek dalam Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas VI di SDN 153 Pekanbaru HASMAWATI epidaermipku@gmail.com Guru SDN 153 Pekanbaru Abstract Kemampuan berbahasa anak merupakan suatu hal yang penting karena dengan bahasa tersebut anak dapat berkomunikasi dengan teman atau orangorang disekitarnya. Bahasa merupakan bentuk utama dalam mengekspresikan pikiran dan pengetahuan bila anak mengadakan hubungan dengan orang lain. Anak yang sedang tumbuh dan berkembang mengkomunikasikan kebutuhan, pikiran dan perasaannya melalui bahasa dengan kata-kata yang mempuyai makna Keywords: Kemampuan Berbicara, Metode, Bercerita Bebas Non Teks. LATAR BELAKANG Bercerita merupakan cara penyampaian atau penyajian materi pembelajaran secara lisan dalam bentuk cerita dan guru kepada anak didik. Oleh karena itu untuk menciptakan kembali semangat baru pada anak yang mungkin menurut akibat belajar atau aktivitas lain, maka memberikan kesempatan kepada anak adalah bercerita yang terbaik dilakukannya. Guru atau orang tua penting untuk memilih kegiatan bercerita yang mendidik untuk anak sehingga bercerita tersebut bukan sekedar memberikan keceriaan atau memuaskan hati anak. Dengan bercerita anak akan mampu mengembangkan akal dan pikiran memperkuat pengetahuan dan melatih anak-anak berani mengungkapkan pendapatnya bercerita. Tujuan bercerita adalah agar anak mampu mendengarkan seksama terhadap apa yang disampaikan orang lain, anak dapat menjawab pertanyaan, selanjutnya anak dapat menceritakan dan mengekspresikan terhadap apa apa yang didengarkan dan diceritakannya. Bercerita anak akan dapat terangsang emosinya. Semakin besar fantasi dan imajinasinya anak akan semakin lama dalam menekuni sebuah cerita, serta semakin menarik baginya. Kemampuan berbahasa anak merupakan suatu hal yang penting karena dengan bahasa tersebut anak dapat berkomunikasi dengan teman atau orangorang disekitarnya. Bahasa merupakan bentuk utama dalam mengekspresikan pikiran dan pengetahuan bila anak mengadakan hubungan dengan orang lain. Anak yang sedang tumbuh dan berkembang mengkomunikasikan kebutuhan, pikiran dan perasaannya melalui bahasa dengan kata-kata yang mempuyai makna. Menurut Wothman (2006:212) menyatakan bahwa kesiapan anak untuk berinteraksi dengan orang dewasa berarti berkembangnya pemahaman mereka mengenai aturan dan fungsi bahasa dengan orang dewasa akan menyediakan hubungan dengan konsep, dalam hal ini anak akan mendapatkan pengalaman belajar tentang bahasa dari lingkungan sekitar tempat tinggalnya dengan meniru gaya bahasa orang dewasa di sekitarnya juga. Oleh karena itu kemampuan bahasa pada anak usia dini maupun setelah remaja akan sangat tergantung terhadap pemerolehan kemampuan bahasa yang diperoleh sejak sekarang, maka akan menghasilkan kesuksesan dalam berbahasa di masa depannya. 1

Menurut Dahlan (2004:119) Pengembangan berbahasa mempunyai empat komponen yang terdiri dari pemahaman, pembendaharaan kata, penyusunan katakata menjadi kalimat dan ucapan. keempat pengembangan tersebut memiliki hubungan yang saling terkait satu sama lain. Bercerita adalah menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan atau suatu kejadian dan disampaikan secara lisan dengan tujuan membagikan pengalaman dan pengetahuan kepada orang lain. Dengan demikian bercerita dalam konteks komunikasi dapat dikatakan sebagai upaya mempengaruhi orang lain melalui ucapan dan penuturan tentang sesuatu ide. Sementara dalam konteks pembelajaran anak usia dini bercerita dapat dikatakan sebagai upaya untuk mengembangkan potensi kemampuan berbahasa anak melalui pendengaran dan kemudian menuturkannya kembali dengan tujuan melatih anak dalam bercakap-cakap untuk menyampaikan ide dalam bentuk lisan. Kegiatan bercerita memberikan sumbangan besar pada perkembangan anak secara keseluruhan sebagai implikasi dari perkembangan bahasanya, sehingga anak akan memiliki kemampuan untuk mengembangkan aspek perkembangan yang lain dengan modal kemampuan berbahasa yang sudah baik. Adapun Upaya Peningkatan Kemampuan Berbicara dengan Metode Bercerita Bebas Non Tek dalam Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas VI di SDN 153 Pekanbaru KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Kemampuan Berbicara Pada manusia bahasa ditandai oleh adanya daya cipta yang tidak pernah habis dan adanya sebuah aturan. Daya cipta yang tidak pernah habis ialah suatu kemampuan individu untuk menciptakan sejumlah kalimat bermakna yang tidak pernah berhenti dengan menggunakan seperangkat kata dan aturan yang terbatas, yang menjadikan bahasa sebagai upaya yang sangat kreatif. Dengan demikian bahasa dapat diartikan sebagai suatu sistem simbol yang digunakan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Di samping itu bahasa dapat dimaknai sebagai suatu sistem tanda, baik lisan maupun tulisan. Bahasa merupakan sistem komunikasi antar manusia. Bahasa mencakup komunikasi non verbal dan komunikasi verbal. Bahasa dapat dipelajari secara teratur tergantung pada kematangan serta kesempatan belajar yang dimiliki seseorang. Bahasa mempunyai beberapa pengertian. Menurut Oxford Advanced Learner Dictionary bahasa adalah suatu sistim dari suara, kata, pola yang digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi melalui pikiran dan perasaan. Sedangkan menurut pandangan Hurlock (1978: 176) bahasa adalah sarana komunikasi dengan menyimbolkan pikiran dan perasaan untuk menyampaikan makna kepada orang lain. Syamsu Yusuf (2007: 118) mengatakan bahwa bahasa adalah sarana berkomunikasi dengan orang lain. Dalam pengertian ini tercakup semua cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk lambang atau simbol untuk mengungkapkan suatu pengertian. Dalam meningkatkan prestasi siswa, salah satu faktor yang menunjang adalah tingkat keterampilan dari siswa tersebut. Semakin tinggi tingkat keterampilan, maka semakin unggul pula prestasi siswa. Salah satu keterampilan yang harus dikembangkan oleh guru adalah keterampilan berbicara. Berbicara merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang kompleks dan rumit. Kompleks dan rumit tersebut karena dalam berbicara dibutuhkan beberapa persyaratan kebahasaan yang harus diperhatikan oleh pembicara. Apabila siswa dapat menguasai syarat kebahasaan tersebut, maka siswa tersebut dapat dikatakan memiliki keterampilan. Berbicara secara umum dapat diartikan sebagai suatu penyampaian maksud (ide, pikiran, isi hati) seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat dipahami oleh orang lain (Depdikbud dalam Haryadi dan Zamzani, 1996/1997: 56). Dengan berbicara, maka maksud yang akan disampaikan akan dipahami. Pengertian berbicara secara khusus juga dikemukakan oleh Henry Guntur Tarigan (2008: 16) yang mengemukakan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk 2

mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Mukhsin Ahmadi (1990: 18) memaparkan bahwa keterampilan berbicara merupakan keterampilan mereproduksikan arus sistem bunyi artikulasi untuk menyampaikan kehendak, kebutuhan, perasaan, dan keinginan kepada orang lain. Dalam hal ini, kelangkapan peralatan vokal seseorang (lidah, bibir, hidung, dan telinga) merupakan persyaratan alamiah yang mengijinkannya dapat memproduksikan suatu ragam yang luas dari bunyi artikulasi, tekanan, nada, kesenyapan, dan lagu bicara. Keterampilan ini juga didasari oleh kepercayaan diri untuk berbicara wajar, jujur, benar, dan bertanggungjawab dengan melenyapkan problema kejiwaan, seperti rasa malu, rendah diri, ketegangan, dan berat lidah. B. Konsep Metode Bercerita Besas Non Tek Hakikat Metode Bercerita Cerita menurut Horatius (Tadkiroatun Musfiroh, 2005: 37) berarti menyenangkan dan bermanfaat. Cerita memang menyenangkan karena cerita memberikan bahan lain dari sisi kehidupan manusia. Dalam cerita banyak terkandung nilai-nilai kehidupan yang dapat diresapi dan dicerna oleh siapa pun. Melalui cerita, pengalaman emosional dan intelektual dapat terbentuk. Selain itu, cerita membekali siswa dengan sesuatu yang bermanfaat bagi hidup. Karena cerita yang menarik adalah menyerupai hidup yang sebenarnya, tetapi tidak sama dengan kehidupan itu sendiri (Sudjiman, 1991 dalam Tadkiroatun Musfiroh, 2005: 38). Cerita dapat dikategorikan sebagai karya sastra. Di dalam cerita memiliki unsur-unsur utama pembangun yaitu tema, tokoh, alur, setting, sudut pandang, dan amanat. Pemilihan tema cerita menjadi hal yang penting dalam cerita. Tadkiroatun Musfiroh (2005: 39) tema adalah makna yang terkandung dalam sebuah cerita. Burhan Nurgiyantoro (Tadkiroatun Musfiroh, 2005: 40) pemilihan tema yang sesuai membuat cerita digemari oleh setiap orang di mana pun dan kapan pun. Tema sangat penting karena memiliki misi pedagogik dan berperan dalam pembentukan pribadi anak. Menentukan tema sebuah cerita tidak lain merupakan aktivitas memilih, mempertimbangkan, dan menilai di antara sejumlah makna yang terkandung dalam cerita. Pemilihan tema yang sesuai akan digemari oleh anak. Anak akan senang dengan cerita sehingga anak bercerita dengan penuh semangat dan kesungguhan. Bercerita adalah menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan atau suatu kejadian dan disampaikan secara lisan dengan tujuan membagikan pengalaman dan pengetahuan kepada orang lain. Dengan demikian, bercerita dalam konteks komunikasi dapat dikatakan sebagai upaya mempengaruhi orang lain melalui ucapan dan penuturan tentang sesuatu (ide). Melalui cerita, maka akan mendidik dan membentuk kepribadian siswa melalui pendekatan transmisi budaya atau cultural transmission approach (Suyanto dan Abbas dalam Tadkiroatun Musfiroh, 2005: 23). Lebih lanjut, Haryadi dan Zamzani (1996/ 1997: 61) cerita merupakan sejenis hiburan yang murah, di mana kehadirannya amat diperlukan sebagai bumbu dalam pergaulan. Kisah-kisah yang ada dalam cerita pada umumnya berisi nilai-nilai luhur yang bersifat universal sehingga menghasilkan keteladanan. Adapun tujuan metode bercerita menurut Bachtiar S. Bachri (2005: 10) menyatakan bahwa melalui bercerita, siswa akan dapat mengembangkan beberapa keterampilan sebagai berikut: 1. Keterampilan mendengarkan. 2. Keterampilan berbicara. 3. Keterampilan berasosiasi. 4. Keterampilan berekspresi dan berimajinasi. 5. Keterampilan berpikir atau logika. Lebih lanjut, Tadkiroatun Musfiroh (2005: 55) tujuan metode bercerita adalah mengembangkan beberapa aspek yaitu aspek perkembangan bahasa aspek perkembangan sosial, aspek perkembangan emosi, aspek perkembangan kognitif, dan aspek perkembangan moral. 1. Aspek Perkembangan Bahasa a. Perkembangan kosa kata Perkembangan kosa kata dipengaruhi 3

oleh pajanan lingkungan (exposure). Semakin banyak pajanan kata, semakin banyak kemungkinan dalam mengakuisisi kata. b. Perkembangan struktur Perkembangan struktur kalimat melalui metode bercerita perlu akan dapat diketahui apakah siswa dapat menangkap isi cerita dan mengungkapkan kembali dengan kata dan struktur yang sama. c. Perkembangan pragmatik Perkembangan pragmatik adalah tentang konvensi bertutur. Dalam hal ini, siswa harus berkomunikasi secara sopan. 2. Aspek Perkembangan Sosial Aspek perkembangan sosial dapat pula diperoleh dari cerita yang dibawakan. Siswa dapat memetik hikmah dan amanat untuk direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari. 3. Aspek Perkembangan Emosi Dalam perkembangan emosi, adanya kemampuan mengenali dan mengendalikan emosi akan berkembang maksimal memperoleh stimulasi tepat dan realistis yang menghubungkan perasaan dan pikiran dengan konteks yang ditampilkan dalam cerita. 4. Aspek Perkembangan Kognitif Dalam memahami suatu cerita, maka siswa harus mempergunakan kemampuan kognitifnya. Siswa dapat mengidentifikasi, interpretasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. 5. Aspek Perkembangan Moral Dari metode bercerita tersebut, siswa akan dapat menerapkan prinsipprinsip abstrak, yang menyangkut benar salah, serta tatanan moral dan sosial yang lain. Dari pendapat tersebut, maka metode ini memiliki tujuan agar siswa memiliki beberapa keterampilan dan dapat mengembangkan aspek-aspek perkembangan dari cerita untuk kemudian diterapkan dalam kehidupan mereka. Menurut Tadkiroatun Musfiroh (2005: 95) manfaat metode bercerita adalah membantu pembentukan pribadi, moral, dan sosial, menyalurkan kebutuhan imajinasi 4 dan fantasi, memacu kemampuan verbal, dan merangsang kecerdasan emosi. 1. Membantu pembentukan pribadi, moral, dan sosial Bercerita sangat efektif untuk mempengaruhi cara berpikir dan berperilaku karena melalui cerita akan dapat menyemaikan nilai-nilai moral, etika, dan pekerti. Penyemaian ini membantu anak belajar mengidentifikasi permasalahan, termasuk juga belajar mengidentifikasi diri sendiri. Pembentukan sosial merupakan saat di mana siswa belajar bekerja sama dengan siswa lainnya. 2. Menyalurkan kebutuhan imajinasi dan fantasi Pada saat bercerita, imajinasi siswa mulai dirangsang. Siswa akan membayangkan suatu kejadian sesuai latar belakang pengetahuan dan pengalaman masing-masing. 3. Memacu kemampuan verbal anak Dalam hal ini adalah memacu kecerdasan linguistik yaitu siswa akan menjadi senang bercerita dan berbicara. Mereka belajar berdialog dan bernarasi dalam cerita. 4. Merangsang kecerdasan berbahasa Bercerita berpengaruh terhadap kecerdasan bahasa. Di dalam cerita, akan memancing rasa kebahasaan sehingga secara langsung siswa memiliki keterampilan berbicara, membaca, menulis, menyimak, dan memahami gagasan secara lebih baik. METHODOLOGY Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan kuantitatif deskriptif persentase. Yang mana dalam melakukan analisis proses tetap menggunakan angka-angka. Yang menjadi subjek penelitian ini yaitu siswa dan siswi SDN 153 Pekanbaru Kelas VI dengan jumlah siswa sebanyak 37 orang. Sementara prosedur yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Perencanaan, Pelaksanaan, Pengamatan dan Evaluasi, Refleksi. Adapun teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Analisis Deskriptif dan analisis isi. Metode analisis deskriptif adalah usaha untuk mengumpulkan dan menyusun suatu data, kemudian di analisis terhadap data tersebut

(Winarno, 1990:39). Pendapat di atas diperkuat pula oleh Lexy J. Moleong bahwa analisis data deskriptif adalah data yang dikumpulkan berupa kata-kata dan gambar, bukan dalam bentuk angka-angka, hal ini disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif, selain itu pula yang dikumpulkan kemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang telah di teliti. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada dasarnya data yang disajikan berikut ini adalah data yang diperoleh berdasarkan penelitian lapangan. Berdasarkan hasil observasi berkenaan dengan Upaya Peningkatan Kemampuan Berbicara dengan Metode Bercerita Bebas Non Tek dalam Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas VI SDN 153 Pekanbaru dapat digambarkan bahwa pada Siklus I aktivitas proses pembelajaran guru masih belum terlaksana secara profesional akan tetapi pada siklus II telah terlaksana dengan sangat baik. Begitu pula aktivitas proses pembelajaran siswa pada siklus I pertama belum terlaksana dengan baik akan tetapi pada siklus II dapat terlaksana dengan baik. Siklus I dilakukan untuk melihat kekurangan dalam pelaksanaan aktivitas baik guru maupun siswa. Sementara siklus II adalah perbaikan dari kekurangan yang ditemukan pada siklus I, sehingga secara rasional tentu akan didapati perbaikan dan peningkatan pada proses sebelumnya. Hal ini tergambar dari proses Silklus I II dari aktivitas guru dan siswa di atas. Peningkatan yang didapati cukup signifikan. A. Gambaran Peningkatan Aktivitas Berdasarkan hasil observasi berkenaan dengan Upaya Peningkatan Kemampuan Berbicara dengan Metode Bercerita Bebas Non Tek dalam Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas VI SDN 153 Pekanbaru dapat digambarkan peningkatan aktivitas siswa dari Siklus I II yaitu: NO 1 2 AKTIVITAS MURID menjawab salam Mendengarkan Orientasi dan FR SIKLUS I FR SIKLUS II 37 37 25 35 Motivasi Guru 3 Mendengarkan 25 35 Penjelasan Guru 4 Mendengarkan 15 35 Penjelasan Guru 5 Bercerita Bebas Non Teks 20 37 di Depan Kelas 6 Mendengarkan 30 37 Kesimpulan Guru 7 Siswa Menutup Pelajaran dengan Do a 37 37 JUMLAH MURID 189 253 Dari gambaran tabel di atas dapat terlihat bahwa pada point Mendengarkan Orientasi dan Motivasi Guru terjadi peningkatan dari 25 murid menjadi 35 murid. Mendengarkan Penjelasan Guru terjadi peningkatan dari 15 murid menjadi 35 murid. Hal ini terlihat ada peningkatan secara kuantitatif berkenaan dengan Upaya Peningkatan Kemampuan Berbicara dengan Metode Bercerita Bebas Non Tek dalam Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas VI SDN 153 Pekanbaru dari Siklus I kepada Siklus II dengan perbandingan angka kuantitatif 189 menjadi 253. B. Gambaran Peningkatan Hasil Belajar dalam Pembelajaran Berdasarkan hasil evaluasi hasil belajar murid berkenaan dengan Upaya Peningkatan Kemampuan Berbicara dengan Metode Bercerita Bebas Non Tek dalam Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas VI SDN 153 Pekanbaru dapat digambarkan peningkatan Hasil Belajar dalam Pembelajaran dari Siklus I II yaitu: SIKLUS SIKLUS KLASIFIKASI SKOR I II Sangat Tinggi 85-100 5 20 Tinggi 71-84 9 15 Sedang 56-70 10 2 Rendah 0-55 13 0 JUMLAH - 37 37 Dari gambaran tabel di atas dapat terlihat peningkatan hasil belajar dari siklus 5

I ke Siklu II. Klasifikasi sangat tinggi pada siklus I sebanyak 5 murid dan pada siklus II mendapatkan peningkatan menjadi 20. Klasifikasi tinggi pada siklus I sebanyak 9 murid dan pada siklus II mendapatkan peningkatan menjadi 15. Klasifikasi sedang pada siklus I sebanyak 10 murid dan pada siklus II hanya menjadi 2 sementara Klasifikasi rendah pada siklus I sebanyak 13 murid dan pada siklus II tidak terdapat murid yang mendapat nilai rendah. C. Faktor Lain Adapun faktor lain yang mempengaruhi Upaya Peningkatan Kemampuan Berbicara dengan Metode Bercerita Bebas Non Tek dalam Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas VI SDN 153 Pekanbaru yaitu: 1. Sarana Prasarana Sarana dan prasarana sangat dibutuhkan dalam Upaya Peningkatan Kemampuan Berbicara sebagai contoh adalah labor bahasa. Oleh karenanya perlu diklembangkan oleh sekolah. 2. Lingkungan Lingkungan merupakan suatu alat penting dalam Upaya Peningkatan Kemampuan Berbicara murid, sebab pergaulan terjadi setiap harinya dalam bentuk verbal. 3. Sosial antar peserta didik. harus pandai bersosial baik antar murid maupun kepada para guru. Sebab hal ini dapat dilakukan sebagai upaya Upaya Peningkatan Kemampuan Berbicara murid. KESIMPULAN Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini yaitu (1) Proses Pembelajaran guru dan siswa pada siklus II terjadi peningkatan dari siklus II. (2) Ada peningkatan secara kuantitatif berkenaan dengan Upaya Peningkatan Kemampuan Berbicara dengan Metode Bercerita Bebas Non Tek dalam Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas VI SDN 153 Pekanbaru dari Siklus I kepada Siklus II dengan perbandingan angka kuantitatif 189 menjadi 253. (3) Evaluasi hasil belajar murid berkenaan dengan Upaya Peningkatan Kemampuan Berbicara dengan Metode Bercerita Bebas Non Tek dalam Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas VI SDN 153 Pekanbaru terjadi peningkatan dari siklus I ke Siklu II. (4) Faktror lain yang mempengaruhi Upaya Peningkatan Kemampuan Berbicara dengan Metode Bercerita Bebas Non Tek dalam Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas VI SDN 153 Pekanbaru yaitu sarana prasarana, lingkungan dan sosial. REFERENSI Ahmad Rofi uddin dan Darmiyati Zuhdi. (1998/1999). Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi. Jakarta: Depdikbud Dahlan, M.S. (2004), Statistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan, Jakarta: Arkans. Arikunto, Suharsimi. 2007. Manajemen Pendidikan. Bandung : Rineka Cipta Azies, F. dan A. Chaedar Alwasilah, H. 1996. Pengajaran Bahasa Komunikatif Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Syamsu LN. (2004). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung:PT. Remaja Rosdakarya. Hurlock, Elizabeth.1997. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Penerbit Erlangga. Haryadi & Zamzani. (1997). Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti Proyek Pengembangan PGSD. Henry Guntur Tarigan. (2008). Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Oxford Advanced Learner Dictionary Pdf. Web Internet. 6