BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN. Berikut ini letak batas dari Desa Ponelo: : Pulau Saronde, Mohinggito, dan Pulau Lampu

V ASPEK EKOLOGIS EKOSISTEM LAMUN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ekosistem lamun, ekosistem mangrove, serta ekosistem terumbu karang. Diantara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lamun (seagrasses) adalah tumbuhan berbunga (Angiospermae), yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bahasa Gorontalo yaitu Atiolo yang diartikan dalam bahasa Indonesia yakni

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati membuat laut Indonesia dijuluki Marine Mega-

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Padang Lamun 2.2. Faktor Lingkungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENYUSUN Marindah Yulia Iswari, Udhi Eko Hernawan, Nurul D. M. Sjafrie, Indarto H. Supriyadi, Suyarso, Kasih Anggraini, Rahmat

JENIS DAN KANDUNGAN KIMIAWI LAMUN DAN POTENSI PEMANFAATANNYA DI INDONESIA. Rinta Kusumawati ABSTRAK

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. vegetatif. Rimpangnya merupakan batang yang beruas-ruas yang tumbuh

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia yang

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya yang sangat tinggi. Nybakken (1988), menyatakan bahwa kawasan

STRUKTUR KOMUNITAS, KEPADATAN DAN POLA DISTRIBUSI POPULASI LAMUN (SEAGRASS) DI PANTAI PLENGKUNG TAMAN NASIONAL ALAS PURWO KABUPATEN BANYUWANGI.

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : 200 TAHUN 2004 TENTANG KRITERIA BAKU KERUSAKAN DAN PEDOMAN PENENTUAN STATUS PADANG LAMUN

Kerapatan dan Keanekaragaman Jenis Lamun di Desa Ponelo, Kecamatan Ponelo Kepulauan, Kabupaten Gorontalo Utara

REPORT MONITORING SEAGRASS PADA KAWASAN TAMAN NASIONAL WAKATOBI KABUPATEN WAKATOBI

TINJAUAN PUSTAKA. Estuari oleh sejumlah peneliti disebut-kan sebagai area paling produktif,

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lamun Deskripsi lamun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Lamun (seagrass) adalah tumbuhan air berbunga (anthophyta) yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Komposisi Jenis, Kerapatan Dan Tingkat Kemerataan Lamun Di Desa Otiola Kecamatan Ponelo Kepulauan Kabupaten Gorontalo Utara

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu hutan mangrove yang berada di perairan pesisir Jawa Barat terletak

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KAJIAN EKOLOGIS EKOSISTEM SUMBERDAYA LAMUN DAN BIOTA LAUT ASOSIASINYA DI PULAU PRAMUKA, TAMAN NASIONAL LAUT KEPULAUAN SERIBU (TNKpS)

Jurnal Ilmiah Platax Vol. I-1, September 2012 ISSN:

KONDISI PADANG LAMUN PULAU SERANGAN BALI Tyas Ismi Trialfhianty 09/286337/PN/11826

EKOSISTEM LAUT DANGKAL EKOSISTEM LAUT DANGKAL

PENDAHULUAN. terluas di dunia. Hutan mangrove umumnya terdapat di seluruh pantai Indonesia

5.1. Analisis mengenai Komponen-komponen Utama dalam Pembangunan Wilayah Pesisir

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan secara geografis Indonesia terletak di antara benua Asia dan Benua

BAB I PENDAHULUAN. maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang

II. TINJAUAN PUSTAKA. perairan teluk Lampung, Desa Ketapang, kecamatan Padang Cermin,

Lamun (seagrass) adalah tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang. seluruh siklus hidupnya terendam di dalam air dan mampu beradaptasi dengan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil pengamatan parameter fisik dan kimia di keempat lokasi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

ASOSIASI GASTROPODA DI EKOSISTEM PADANG LAMUN PERAIRAN PULAU LEPAR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG. Oleh : Indra Ambalika Syari C

SEBARAN DAN BIOMASSA LAMUN DI PERAIRAN DESA MALANG RAPAT DAN TELUK BAKAU KABUPATEN BINTAN KEPULAUAN RIAU RUTH DIAN LASTRY ULI SIMAMORA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Air sungai. (Sosrodarsono et al., 1994 ; Dhahiyat, 2013).

1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang dua per tiga luasnya ditutupi oleh laut

BAB I PENDAHULUAN. kurang dari pulau dengan luasan km 2 yang terletak antara daratan Asia

BAB I PENDAHULUAN. yang kaya. Hal ini sesuai dengan sebutan Indonesia sebagai negara kepulauan

Gambar 11. Pembagian Zona UTM Wilayah Indonesia (Sumber: kampungminers.blogspot.com)

Keanekaragaman Lamun di Perairan Sekitar Pulau Dudepo Kecamatan Anggrek Kabupaten Gorontalo Utara

II. Tinjuan Pustaka. A. Bulu Babi Tripneustes gratilla. 1. Klasifikasi dan ciri-ciri

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki pulau dengan garis pantai sepanjang ± km dan luas

SURVAI EKOLOGI KAWASAN KONSERVASI LAUT DAERAH KABUPATEN ALOR EKOSISTEM PADANG LAMUN. Pendahuluan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

TINJAUAN PUSTAKA. Wilayah pesisir desa Sitardas memiliki panjang garis pantai sekitar 6 km dan

Gambar 6. Peta Lokasi Penelitian

I. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KOMUNITAS LAMUN DI PERAIRAN PESISIR PULAU YAMDENA, KABUPATEN MALUKU TENGGARA BARAT ABSTRACT

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BIOMASSA LAMUN DI PERAIRAN DESA BERAKIT KECAMATAN TELUK SEBONG KABUPATEN BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PERBEDAAN KEANEKARAGAMAN LAMUN (SEAGRASS) PADA ZONA INTERTIDAL DAN SUBTIDAL DI PERAIAN PANTAI DESA SULI. Prelly. M. J.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Kondisi Komunitas Padang Lamun Di Perairan Kampung Bugis, Bintan Utara.

3. mempunyai sistem perakaran jangkar yang berkembangbaik

BAB I PENDAHULUAN. (Estradivari et al. 2009).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

JURNAL MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lamun ( Seagrass Deskripsi Lamun

Struktur Vegetasi Lamun di Perairan Pulau Saronde, Kecamatan Ponelo Kepulauan, Kabupaten Gorontalo Utara

II. TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia sebagai negara kepulauan terletak diantara samudera Pasifik dan

BAB I PENDAHULUAN. dari buah pulau (28 pulau besar dan pulau kecil) dengan

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhannya bertoleransi terhadap salinitas (Kusmana, 2003). Hutan mangrove

LAMUN: KEHIDUPAN, PEMANFAATAN DAN PELESTARIANNYA

PERBANDINGAN JENIS LAMUN DI PERAIRAN MALANG RAPAT DAN BERAKIT KABUPATEN BINTAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kehidupan bergantung kepada air dalam berbagai bentuk. Air merupakan

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan yang hidup di lingkungan yang khas seperti daerah pesisir.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lamun (seagrass) adalah tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang seluruh

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENGANTAR 1.1.Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Oleh

TINJAUAN PUSTAKA. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai. Secara ekologis sungai

EKOSISTEM LAUT TROPIS (INTERAKSI ANTAR EKOSISTEM LAUT TROPIS ) ANI RAHMAWATI JURUSAN PERIKANAN FAKULTAS PERTANIAN UNTIRTA

ADI FEBRIADI. Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji

II. TINJAUAN PUSTAKA. seperti kijing, kaung-kaung, kapal kapalan, kedaung dan kemudi kapal. Menurut

II. Tinjauan Pustaka A. Defenisi Padang lamun

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. LAMUN

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi dan Peranan Lamun 2.1.1 Biologi Lamun Lamun (seagrass) termasuk dalam sub kelas monocotyledonae dan merupakan tumbuhan berbunga (kelas Angiospermae) (Yulianda 2002). Sebagai tumbuhan yang memiliki pembuluh, lamun secara struktur dan fungsional memiliki kesamaan dengan tumbuhan (rumput) pada umumnya (Yulianda 1996). Di Indonesia sampai saat ini tercatat ada 12 spesies lamun. Kedua belas jenis lamun ini tergolong pada tujuh genus. Ketujuh genus ini terdiri dari tiga genus dari famili Hydrocharitaceae yaitu Enhalus, Thalasia dan Halophila dan empat genus dari famili Potamorgetonaceae misalsyringodium, Cymodea, Holodule, dan Thalassodendrom (Nontji 1993). Halophila ovalis Enhalus acoroides Halodule uninervis Halophila spinulosa Gambar 1. Morfologi Lamun (Sumber: http://marinescienceunpad.files.wordpress.com) Lamun termasuk ke dalam sub kelas Monocotyledoneae dan merupakan tumbuhan berbunga (Kelas Angiospermae). Secara lengkap, klasifikasi beberapa jenis tumbuhan lamun yang terdapat di perairan pantai Indonesia (Yulianda 1995) adalah sebagai berikut:

Divisi Subkelas Ordo Famili Famili : Anthophyta : Monocotyledoneae : Helobiae : Hydrocharitaceae : Enhalus : Enhalus acoroides : Halophila : Halophila decipiens Halophila ovalis Halophila spinulosa Halophila minor : Thalassia : Thalassia hemprichii : Potamogetonaceae : Cymodocea : Cymodocea rotundata Cymodocea serrulata : Halodule : Halodule pinifolia Halodule uninervis : Syringodium : Syringodium isoetifolium : Thalassodendron : Thalassodendron ciliatum

Tabel 1. Daftar Jenis lamun Yang Ditemukan di Karimunjawa Nama 1. Cymodocea rotundata 2. Cymodocea serulata 3. Halodule pinifolia 4. Halodule uninervis 5. Syngodium isotifolium 6. Enhalus acoroides 7. Halophila ovalis 8. Thalassia hemprichii 9. Thalassodendrum ciliatum Sumber : BTNKJ Tahun 2012 2.1.2 Peranan Lamun Peranan lamun adalah mengurangi abrasi pantai akibat arus dan ombak yang tinggi. Dan banyak spesies ikan yang berasosiasi dengan padang lamun. Misalnya penyu hijau dan dugong yang menjadikan lamun sebagai makanan alaminya. 2.1.2.1 Peranan Lamun Dalam Wisata Bahari Fungsi lamun yaitu untuk memperlambat air yang disebabkan oleh arus dan ombak, sehingga perairan disekitarnya menjadi tenang. Arus yang tenang merupakan syarat untuk kesesuaian lahan wisata pantai (Yulianda 2007). Jika arus dan ombak terlalu besar maka sangat sulit wisatawan melakukan aktivitas di sekitar pantai, sehingga fungsi dari lamun dapat menenangkan perairan ini cukup penting untuk memajukan suatu kawasan wisata bahari. Pariwisata adalah sebuah industri yang penting karena hampir 10% jumlah pekerja dunia ini bekerja di sektor pariwisata dan tidak kurang dari 11% GDP (gross domestic product) seluruh dunia juga berasal dari sektor ini. Diperkirakan dalam 10 tahun ke depan sektor pariwisata menjadi sangat vital dan akan menjadi tulang punggung pedapatan berbagai negara (Yulianda 2000). Pelaksanaan wisata bahari yang berhasil apabila memenuhi kriteria, seperti kelestarian lingkungan alami, kesejahteraan penduduk yang mendiami wilayah tersebut, kepuasan pengunjung yang menikmatinya dan keterpaduan komunitas dengan pembangunannya (Nurisyah 2001). Dalam pembangunan pariwisata ini diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan yang berkelanjutan. Bukan hanya untuk memperoleh hiburan dari lingkungan pesisir dan lautan, tetapi juga diharapkan wisatawan dapat berpartisipasi langsung untuk membantu mengembangkan konservasi.

Lewaherilla (2002) dalam Azis (2009) mengemukakan bahwa suatu kawasan wisata yang baik dan berhasil bila secara optimal didasarkan kepada empat aspek yaitu : 1) Mempertahankan kelesatrian lingkungannya 2) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat dikawasan tersebut 3) Menjamin kepuasan pengunjung 4) Meningkatkan keterpaduan dan kesatuan pembangunan masyarakat di sekitar kawasan dan zona pengembangannya. 2.1.2.2 Peranan Lamun dalam Bidang Kelautan dan Perikanan Padang lamun adalah salah satu habitat yang penting bagi komunitas ikan. Banyak spesies ikan yang berasosiasi dengan padang lamun. Misalnya penyu hijau dan dugong yang menjadikan lamun sebagai pakannya. Ikan karnivora juga memanfaatkan padang lamun yang jauh dari terumbu karang pada malam hari. Hal tersebut memberikan indikasi bahwa padang lamun tersebut merupakan padang penggembalaan atau tempat mencari makan bagi ikan-ikan nokturnal. Jenis-jenis ikan yang berasosiasi dengan lamun yaitu seperti ikan serinding strip merah, ikan baronang, ikan katamba, dan ikan buntal. Dan jika fungsi lamun ini hilang akibat dari pariwisata, maka akan berpengaruh besar terhadap perikanan yang berasosiasi dengan padang lamun. Kegiatan pariwisata akan memberikan limbah yang salah satunya limbah domestik dan non domestik. Salah satu contohnya yaitu pencemaran minyak dari kapal yang beroperasi, minyak itu akan terbawa air dan akan menutupi perairan yang salah satunya terdapat tumbuhnya lamun. Komponen minyak yang tidak dapat larut di dalam air akan mengapung yang menyebabkan air laut berwarna hitam. Beberapa komponen minyak tenggelam dan terakumulasi di dalam sedimen sebagai deposit hitam pada pasir dan batuan-batuan di pantai. Komponen hidrokarbon yang bersifat toksik berpengaruh pada reproduksi, perkembangan, pertumbuhan, dan perilaku biota laut, terutama pada plankton, bahkan dapat mematikan ikan, dengan sendirinya dapat menurunkan produksi ikan. Proses emulsifikasi merupakan sumber mortalitas bagi organisme, terutama pada telur, larva, dan perkembangan embrio karena pada tahap ini sangat rentan pada lingkungan tercemar (Fakhrudin 2004). Sumadhiharga (1995) dalam Misran (2002) memaparkan bahwa dampak-dampak yang disebabkan oleh pencemaran minyak di laut adalah akibat jangka pendek dan akibat jangka panjang. Berdasarkan survei yang dilakukan WCS pada Bulan April dan September 2005 di 9 lokasi pengamatan tercatat 68 spesies ikan yang terbagi kedalam 12 famili di daerah lamun, dengan kelimpahan rata-rata ikan 2812 ind/ha. Komposisi spesies didominasi oleh Famili

Pomacentridae (20 spesies), Labridae (12 spesies), Nemipteridae (6 spesies), Siganidae (4 spesies), Apogonidae (3 spesies) dan Gobiidae (3 spesies), seperti pada tabel berikut. Tabel 2. Komposisi jumlah spesies untuk setiap famili ikan lamun di Karimunjawa No Famili 1 Pomacentridae 20 2 Labridae 12 3 Nemipteridae 6 4 Siganidae 4 5 Apogonidae 3 6 Gobiidae 3 7 Lethrinidae 3 8 Lutjanidae 3 9 Scaridae 3 10 Bleniidae 2 11 Muliidae 2 12 Lainnya 7 Total 68 Sumber : Wildlife Concervation Society Tahun 2005 a. Lamun Sebagai Habitat Biota Laut Padang lamun merupakan tempat berbagai jenis ikan berlindung, mencari makan, bertelur, dan membesarkan anaknya. Ikan baronang, misalnya adalah ikan yang hidup di padang lamun. Di samping itu, amat banyak biota laut yang berasosiasi dengan padang lamun. Sebut saja, teripang, bintang laut, landak laut, kerang, udang, dan kepiting. Siput laut sering terlihat menempel di daun lamun dan memakan daun tersebut. Penyu laut juga merupakan pemakan tumbuhan lamun. Duyung, merupakan mamalia laut yang hidup sangat bergantung pada tumbuhan lamun. Tanpa lamun, duyung tidak mampu bertahan hidup sebab makanannya adalah rumput laut ini. b. Lamun Sebagai Produsen Primer Tumbuhan lamun yang mendominasi flora padang lamun ini merupakan makanan bagi berbagai jenis ikan, siput laut, penyu dan duyung. Lamun mempunyai tingkat produktivitas primer tertinggi bila dibandingkan dengan ekosistem lainnya yang ada di laut dangkal seperti ekosistem terumbu karang karena ekosistem ini didominasi oleh tumbuhan. c. Lamun Sebagai Penangkap Sedimen Daun lamun yang lebat akan menambah terjangan air yang disebabkan oleh arus dan ombak, sehingga perairan di sekitarnya menjadi tenang. Di samping itu, rimpang dan akar

lamun dapat menahan dan mengikat sedimen, sehingga dapat menguatkan dan menstabilkan dasar perairan. Air pun menjadi lebih jernih dan erosi dapat dicegah. d. Lamun Sebagai Pendaur Zat-zat Hara Lamun memegang peranan penting dalam pendauran berbagai zat hara dan elemenelemen yang langka di lingkungan laut. Khususnya, zat-zat hara yang dibutuhkan oleh alga epifit. Lamun juga dapat menyaring zat-zat pencemar yang berbahaya. 2.2 Parameter Lingkungan Fisik 2.2.1 Suhu Perubahan suhu terhadap kehidupan lamun, antara lain dapat mempengaruhi metabolisme, penyerapan unsur hara dan kelangsungan hidup lamun pada kisaran suhu 25-30 0 C akan meningkat dengan meningkatnya suhu. Demikian juga respirasi lamun meningkat dengan meningkatnya suhu, namun dengan kisaran yang lebih luas yaitu 5-35 0 C. 2.2.2 Arus Kecepatan arus perairan berpengaruh pada produktivitas lamun. Arus tidak dipengaruhi penetrasi cahaya, kecuali jika ia mengangkat sedimen sehingga mengurangi penetrasi cahaya. Kelebihan dari arus terhadap organisme terletak pada transport bahan makanan tambahan bagi organisme dan dalam hal pengangkutan bahan buangan (Moore 1958). Pada daerah arus cepat, sedimen pada lamun terdiri dari lumpur halus dan detritus. Hal ini menunjukkan bahwa lamun untuk mengurangi pengaruh arus sehingga mengurangi transport sedimen (Berwick 1983 dalam Mintane 1998). 2.2.3 Transparansi Kekeruhan secara tidak langsung dapat mempengaruhi kehidupan lamun karena dapat menghalangi penetrasi cahaya yang dibutuhkan oleh lamun untuk berfotosintesis masuk ke dalam air. Kekeruhan, baik oleh partikel-partikel hidup seperti plankton maupun partikelpartikel mati seperti bahan-bahan organik, sedimen dan sebagainya. 2.2.4 Substrat Lamun dapat ditemukan pada berbagai karakteristik substrat. Di Indonesia padang lamun dikelompokkan ke dalam enam kategori berdasarkan karakteristik tipe substratnya, yaitu lamun yang hidup di substrat lumpur, lumpur pasiran, pasir, pasir lumpuran, puing karang dan batu karang (Kiswara 1997). Sedangkan di kepulauan Spermonde Makassar,

Erftemeijer (1993) menemukan lamun tumbuh pada rataan terumbu dan paparan terumbu yang didominasi oleh sedimen karbonat (pecahan karang dan pasir koral halus), teluk dangkal yang didominasi oleh pasir hitam dan pantai intertidal datar yang didominasi oleh lumpur halus. Selanjutnya Noor (1993) melaporkan adanya perbedaan penting antara komunitas lamun dalam lingkungan sedimen karbonat dan sedimen terrigen dalam hal struktur, kerapatan, morfologi dan biomassa. Tipe substrat juga mempengaruhi standing crop lamun (Zieman 1986). 2.3 Parameter Kimiawi Lingkungan 2.3.1 Derajat Keasaman Kisaran ph yang optimal untuk air laut antara 7,5-8,5. Kisaran ph yang baik untuk lamun adalah pada saat ph air laut 7,8-8,5 (Nybakken 1992). Nilai ph sangat mempengaruhi proses biokimiawi perairan, misalnya proses nitrifikasi akan berakhir jika ph rendah. Toksisitas logam memperlihatkan peningkatan pada ph rendah (Novotny dan Olem 1994 dalam Effendi 2003). 2.3.2 Oksigen Terlarut Oksigen terlarut atau dissolved oxygen (DO) merupakan dasar kehidupan tumbuhan dan hewan di perairan. Sumber oksigen terlarut dapat berasal dari difusi oksigen yang terdapat di atmosfere dan aktivitas fotosintesis oleh tumbuhan air dan fitoplankton (Novonty dan Olem 1994). 2.3.3 Salinitas Sebaran salinitas di laut dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pola sirkulasi air, penguapan, curah hujan dan aliran sungai (Nontji 1993). padang lamun mempunyai toleransi yang berbeda-beda, namun sebagian besar memiliki kisaran yang lebar yaitu 10%- 40%. Nilai optimum toleransi lamun terhadap salinitas air laut pada nilai 35% (Dahuri et al. 1996). 2.4 Pengelolaan Komunitas Lamun Pelestarian ekosistem padang lamun merupakan suatu usaha yang sangat kompleks untuk dilaksanakan, karena kegitan tersebut sangat membutuhkan sifat akomodatif terhadap segenap pihak baik yang berada sekitar kawasan maupun di luar kawasan. Pada dasarnya kegiatan ini dilakukan demi memenuhi kebutuhan dari berbagai kepentingan. Namun demikian, sifat akomodatif ini akan lebih dirasakan manfaatnya bilamana keberpihakan

kepada masyarakat yang sangat rentan terhadap sumberdaya alam diberikan porsi yang lebih besar. Dengan demikian, yang perlu diperhatikan adalah menjadikan masyarakat sebagai komponen utama penggerak pelestarian areal padang lamun. Oleh karena itu, persepsi masyarakat terhadap keberadaan ekosistem pesisir perlu untuk diarahkan kepada cara pandang masyarakat akan pentingnya sumberdaya alam persisir (Bengen, 2001). Salah satu strategi penting yang saat ini sedang banyak dibicarakan orang dalam konteks pengelolaan sumberdaya alam, termasuk ekosistem padang lamun adalah pengelolaan berbasis masyarakat (Community Based Management). Raharjo (1996) mengemukakan bahwa pengeloaan berbasis masyarakat mengandung arti keterlibatan langsung masyarakat dalam mengelola sumberdaya alam di suatu kawasan. Dalam perencanaan pembangunan pada suatu sistem ekologi pesisir dan laut yang berimplikasi pada perencanaan pemanfaatan sumberdaya alam, perlu diperhatikan kaidahkaidah ekologis yang berlaku untuk mengurangi akibat-akibat negatif yang merugikan bagi kelangsungan pembangunan itu sendiri secara menyeluruh. Perencanaan dan pengelolaan sumberdaya alam pesisir dan laut perlu dipertimbangkan secara cermat dan terpadu dalam setiap perencanaan pembangunan, agar dapat dicapai suatu pengembangan lingkungan hidup di pesisir dan laut dalam lingkungan pembangunan. Pengelolaan ekosistem padang lamun pada dasarnya adalah suatu proses pengontrolan tindakan manusia agar pemanfaatan sumberdaya alam dapat dilakukan secara bijaksana dengan mengindahkan kaidah kelestarian lingkungan. Apabila dilihat permasalahan pemanfaatan sumberdaya ekosistem padang lamun yang menyangkut berbagai sektor, maka pengelolaan sumberdaya padang lamun tidak dapat dilakukan sendiri-sendiri, tetapi harus dilakukan secara terpadu oleh beberapa instansi terkait. Kegagalan pengelolaan sumberdaya ekosistem padang lamun ini, pada umumnya disebabkan oleh masyarakat pesisir tidak pernah dilibatkan, mereka cenderung hanya dijadikan sebagai obyek dan tidak pernah sebagai subyek dalam program-program pembangunan di wilayahnya. Sebagai akibatnya mereka cenderung menjadi masa bodoh atau kesadaran dan partisipasi mereka terhadap permasalahan lingkungan di sekitarnya menjadi sangat rendah. Agar pengelolaan sumberdaya ekosistem padang lamun ini tidak mengalami kegagalan, maka masyarakat pesisir harus dilibatkan.