PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENJASORKES DI SMP NEGERI 3 PAINAN KAB. PESISIR SELATAN JURNAL

dokumen-dokumen yang mirip
KEMAMPUAN GURU DAN MOTIVASI SISWA SERTA SARANA DAN PRASARANA DALAM PEMBELAJARAN PENJASORKES KELAS IV DAN V DI SD NEGERI 22 ANDALAS PADANG

TINGKAT KESEGARAN JASAMANI SISWA KELAS V SDN 011 AIR EMAS KECAMATAN SINGINGIN JURNAL. Oleh DADANG SETIAWAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan

I. PENDAHULUAN. secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan salah satu mata

OLEH : RENDI OKTA SELGA NPM

JURUSAN PENDIDIKAN OLAHRAGA

LATAR BELAKANG ORANG TUA MENGIKUTSERTAKAN ANAK KE SEKOLAH LABORATORI OLAHRAGA BOLA VOLI (SELABORA) FIK UNY

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. gerak sebagai aktivitas jasmani adalah dasar bagi manusia untuk mengenal dunia

LEMPAR LEMBING DENGAN MEDIA PEMBELAJARAN LEMPAR TURBO DI SEKOLAH DASAR NEGERI 19 SERIRANG

TINGKAT MINAT SISWA TERHADAP PEMBELAJARAN GULING DEPAN KELAS VIII TAHUN AJARAN 2016/2017 DI SMP NEGERI 7 KOTA MAGELANG

FAKTOR PENDUKUNG PEMBELAJARAN PERMAINAN BOLAVOLI DI SMK MUHAMMDIYAH 1 PRAMBANAN KLATEN TAHUN AJARAN 2015/2016

MINAT SISWA DALAM MENGIKUTI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DI SMP NEGERI 2 TEMPEL KAB. SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 4 WATES TERHADAP PROSES PEMBELAJARAN PERMAINAN BOLABASKET

BAB I PENDAHULUAN. gerak sebagai aktifitas jasmani, maka dari itu besar bagi manusia untuk mengenal

ARTIKEL ILMIAH HASIL PENELITIAN PENERAPAN MODEL KOOPERATIF STAD MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PASSING CONTROL SEPAKBOLA

STUDI TENTANG PEMAHAMAN GURU-GURU PENJAS ORKES DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI SESUAI KURIKULUM KTSP DI SMA NEGERI KOTA PARIAMAN JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks penelitian. Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan pada dasarnya merupakan

ARTIKEL ILMIAH HASIL PENELITIAN IMPLEMENTASI MODEL KOOPERATIF TGT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH

SURVEI TINGKAT KESEGARAN JASMANI SISWA KELAS XI (SEBELAS) SMA MUHAMMADIYAH 1 BABAT KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan keterampilan olah raga tetapi pada perkembangan si anak seutuhnya.

MINAT SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 4 NGAGLIK TERHADAP PEMBELAJARAN PERMAINAN BOLAVOLI

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam mata pelajaran pendidikan jasmani, maka mereka memiliki fondasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan harus diarahkan pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Purnama Sidiq Nugraha, 2013

dan bahkan akan terbelakang. Dengan demikian pendidikan harus betul-betul samping memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik.

MOTIVASI KELAS UNGGULAN DAN KELAS REGULER DALAM MENGIKUTI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI

IN PRAMBANAN STATE SENIOR HIGH SCHOOL KLATEN

MOTIVASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN SISWA SMAN 1 TANAH PUTIH KECAMATAN TANAH PUTIH JURNAL

GALIH PERMANA, 2015 PENGARUH PENGGUNAAN ALAT BANTU MODIFIED SMARTER SPOTTER TERHADAP HASIL BELAJAR KETERAMPILAN SIKAP KAYANG

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aspek penting dalam pelaksanaan pembangunan

ARTIKEL ILMIAH HASIL PENELITIAN IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF NHT MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH

PENERAPAN PROFESIONALITAS GURU PENJASORKES DI SMP NEGERI KECAMATAN V KOTO TIMUR KABUPATEN PADANG PARIAMAN

MOTIVASI SISWA TERHADAP PEMBELAJARAN PENJAS ORKES DI SEKOLAH DASAR NEGERI 08 KOTO GADANG PADANG GANTIANG KABUPATEN TANAH DATAR JURNAL

I. PENDAHULUAN. lempar. Selain dari itu gerakan yang terdapat dalam. mengemukakan bahwa atletik ibu dari semua cabang olahraga.

MINAT SISWA KELAS XI SMA N 1 PUNDONG KABUPATEN BANTUL TERHADAP PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN TAHUN AJARAN 2015/2016

SURVEI SARANA PRASARANA OLAHRAGA DENGAN EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENJASORKES SMP NEGERI KECAMATAN DAMPAL SELATAN KABUPATEN TOLITOLI ARMAN ABSTRAK

Journal of Physical Education, Sport, Health and Recreations

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN DEMONSTRASI TERHADAP KETERAMPILAN BERMAIN BOLA VOLI SISWA DI SMPN 1 BATU BERSURAT

BAB I PENDAHULUAN yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Ini merupakan proses yang

terhadap kepribadian pelakunya. Kegiatan yang untuk menggunakan tubuh secara menyeluruh dalam bentuk permainan atau pertandingan/ perlombaan

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS X JURUSAN ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK YPLP PGRI 1 MAKASSAR

I. PENDAHULUAN. secara keseluruhan. Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. moral, spiritual, dan lain-lain. Apabila manusia mengalami pendidikan yang baik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH METODE PERMAINAN TRADISIONAL TERHADAP KESEGARAN JASMANI SISWA KELAS IV DAN V SDN PELEM II TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI

TINGKAT KEAKTIFAN SISWA KELAS V DALAM MENGIKUTI PEMBELAJARAN TONNIS DI SD N 01 REJOSARI KABUPATEN KUDUS TAHUN AJARAN 2015/2016

I. PENDAHULUAN. maupun sebagai anggota kelompok yang dilakukan secara sadar dan. kemampuan, keterampilan jasmani, pertumbuhan kecerdasan dan

TINGKAT KESULITAN BELAJAR PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN SISWA KELAS V SD NEGERI SE KECAMATAN KOTAGEDE YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016

IMPLEMENTASI KOOPERATIF STAD UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR BERGULING SENAM LANTAI

TINJAUAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL PENYEBAB KESULITAN BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VIII SMPN 2 BAYANG KECAMATAN BAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN

Faktor-faktor (Muhammad Chandra.)1

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani pada dasarnya merupakan bagian integral dari sistem

BAB I PENDAHULUAN. mendorong dan menfasilitasi kegiatan belajar mereka.

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan psikis yanglebih baik, sekaligus membentuk pola hidup sehat dan

Tingkat Keterampilan Dasar Melempar, Menangkap dan Mem... (Ahmad Ubaidilah)

Key Words : Reading Comprehension, Answer the Questions

Prima Hendri Cahyono ( /PJKR A o8)

AKTIVITAS GURU DALAM PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DI SMA NEGERI SE-KABUPATEN KEBUMEN JAWA TENGAH

Journal of Physical Education, Sport, Health and Recreations

TINJAUAN STATUS GIZI DAN TINGKAT KESEGARAN JASMANI SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI 05 AIR TAWAR BARAT KECAMATAN PADANG UTARA JURNAL

I. PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran penting di era globalisasi ini, yakni bagaimana

IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DALAM PROSES PEMBELAJARAN PENJASORKES TINGKAT SEKOLAH DASAR SE-KECAMATAN MEGALUH TAHUN PELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan karakter bangsa dari suatu negara. Pendidikan jasmani

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani dan olahraga memiliki peran yang sangat penting

PENYEBAB KETIDAKHADIRAN PESERTA DIDIK DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI SMP NEGERI 11 PADANG. Oleh. Mita Fauzia. Afrizal Sano. Ahmad Zaini ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERSEPSI SISWA SMA N 1 PARIGI PANGANDARAN TERHADAP PEMBELAJARAN RENANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Keywords: Difficulties of physical education teachers, Learning aquatic

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan seseorang sebagai. dan pembentukan watak. Pendidikan Jasmani pada dasarnya merupakan

HUBUNGAN GAYA BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 4 PADANG JURNAL

PEMBINAAN EKSTRAKURIKULER BOLABASKET SISWA SMP NEGERI 1 MANDAU JURNAL. Oleh MIMI SALYENI SALIM

I. PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan sebagai bagian dari. Pendidikan Nasional, memiliki peranan sangat penting, yaitu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Wangan Indriyani Hendyat Soetopo Desi Eri Kusumaningrum. Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang 5 Malang 65145

: FIRDAUS FEBRI ARISETIYANA NIM

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN KARIR PESERTA DIDIK KELAS XII DI SMK NEGERI 1 PAINAN Oleh:

Kata-kata Kunci: TAI, aktivitas, hasil belajar, passing bola voli.

Studi tentang kelengkapan sarana dan prasarana penjasorkes sekolah dasar se-kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen tahun 2008

ZANUAR BUDIANTO K

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Pengertian penjasorkes telah didefinisikan secara bervariasi oleh beberapa

Oleh: Ferry Himawan E. P. P., Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Yogyakarta

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

PENINGKATAN PEMBELAJARAN DENGAN METODE EKSPERIMEN IPA DI KELAS IV SDN 20 GUNUNG TULEH PASAMAN BARAT

FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG PEMBELAJARAN ATLETIK SISWA KELAS VIII SMP N 2 WATES KABUPATEN KULON PROGO TAHUN AJARAN 2016/2017

ARTIKEL IMPLEMENTASI MODEL STAD UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PASSING BOLA VOLI. Oleh: I Ketut Jaya Laksana NIM.

PERSEPSI SISWA TERHADAP PEMBELAJARAN GURU PENDIDIKAN JASMANI DI SMA MUHAMMADIYAH KEDIRI

MASALAH BELAJAR PESERTA DIDIK TINGGAL KELAS DAN PROGRAM LAYANAN OLEH GURU BK (Studi di SMP MUHAMMADIYAH 6 PADANG) JURNAL RANI ETA PUTRI NPM:

I. PENDAHULUAN. proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. merangsang pertumbuhan dan perkembangan yang seimbang.

EFEKTIVITAS LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR PESERTA DIDIK DI KELAS X SMA NEGERI 1 PAINAN

I. PENDAHULUAN. nilai (sikap-mental-emosional-spiritual-sosial), dan pembiasaan pola hidup

BAB I PENDAHULUAN. persoalan yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Undang-undang Sistem. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK).

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia baik itu di sekolah maupun di luar sekolah selalu akan

Transkripsi:

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENJASORKES DI SMP NEGERI 3 PAINAN KAB. PESISIR SELATAN JURNAL Oleh: NOFRINDO SANDRA NIM. 18786 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN REKREASI JURUSAN PENDIDIKAN OLAHRAGA FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2015

ABSTRACT Problems in this study is not yet Penjasorkes learning implementation as appropriate, this may be caused by several factors such as the lack of attention of teachers to students, the school plays less than the maximum, the less attention from parents and environmental influences. This study aims to determine the extent of the lesson Penjasorkes in SMP Negeri 3 Painan Kab. South coast. This is a descriptive study. This study population is students of SMP Negeri 3 Painan class VII, VIII, IX Penjasorkes following study enrolled school year 2014/2015 as many as 185 people. The sampling technique was done by purposive sampling, the sample of 68 people. Data were collected by distributing a questionnaire designed so that could lead to information that is more objective than respondents. Research data analysis using frequency distribution techniques (descriptive statistics) by calculating the percentage of P = F / N 100%. Results of the analysis of data obtained from all variable amounts of Learning Implementation Penjasorkes in SMP Negeri 3 Painan Kab. South coast with a level of achievement 78.69% classified Good. i

ABSTRAK Masalah dalam penelitian ini adalah kurang berjalannya pembelajaran penjasorkes di SMP Negeri 3 Painan Kabupaten Pesisir Selatan namun tidak Penjasorkes belajar implementasi yang sesuai, ini mungkin disebabkan oleh beberapa faktor seperti kurangnya perhatian dari guru kepada siswa, sekolah memainkan kurang maksimal, kurang perhatian dari orang tua dan pengaruh lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana Penjasorkes pelajaran di SMP Negeri 3 Painan Kab. Pantai selatan. Ini adalah penelitian deskriptif. Populasi penelitian ini adalah siswa SMP Negeri 3 Painan kelas VII, VIII, IX Penjasorkes studi berikut terdaftar tahun ajaran 2014/2015 sebanyak 185 orang. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling, sampel 68 orang. Data dikumpulkan dengan menyebarkan kuesioner dirancang sedemikian rupa sehingga dapat menyebabkan informasi yang lebih objektif dari responden. Analisis data penelitian menggunakan teknik distribusi frekuensi (statistik deskriptif) dengan menghitung persentase P = F / N 100%. Hasil analisis data yang diperoleh dari semua jumlah variabel Belajar Penjasorkes Implementasi di SMP Negeri 3 Painan Kab. Pesisir Selatan dengan tingkat pencapaian 78,69% diklasifikasikan Baik. ii

DAFTAR ISI HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ABSTRAK... DAFTAR ISI... i ii iii A. Pendahuluan... 1 B. Metodologi Penelitian... 6 C. Hasil Penelitian dan Pembahasan... 7 D. Kesimpulan dan Saran... 10 DAFTAR PUSTAKA iii

A. PENDAHULUAN Penjasorkes merupakan salah satu bidang studi yang wajib diberikan pada semua tingkatan pendidikan, mulai dari Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Atas. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Kurikulum 2013) Sekolah Menengah Pertama dijelaskan bahwa: Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (Penjasorkes) merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kesegaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan social,penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktifitas jasmani, olahraga dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistim matis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional. Berdasarkan kutipan di atas, maka jelaslah bahwa pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan yang diajarkan di sekolah mempunyai peran yang sangat penting yaitu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat langsung dalam berbagai pengalaman belajar melalui aktifitas jasmani yang dilakukan secara sistematis. Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina pertumbuhan fisik dan pengembangan pisikis yang lebih baik, sekaligus membentuk pola hidup sehat bugar sepanjang hayat. Depdiknas (2006: 648) mengemukakan bahwa: Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, 1

keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktifitas jasmani, olahraga dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional. Melalui gerak semua potensi seseorang dikembangkan, baik secara fisik maupun psikologis agar menjadi manusia yang cerdas dan beriman. Secara khusus, tujuan Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan dituangkan dalam kurikulum adalah untuk: 1) Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani dan olahraga serta pola hidup berbagai aktivitas jasmani dan olaharaga terpilih; 2) Meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik; 3) Meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar; 4) Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melaui internalisasi nilai-nilai yang terkandung dalam pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan; 5) Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab, kerja sama, peercaya diri dan demokratis; 6) Mengembangkan keterampilan untuk menjaga kesehatan diri sendiri, orang lain dan lingkunangan; 7) Memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga dilingkungan yang bersih sebagai informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, pola hidup sehat dan kebugaran, terampil serta memiliki sifat yang positif. (Depdiknas 2006:1) 2

Bila dicermati tujuan pendidikan jasmani yang akan dicapai di sekolah, ternyata cukup banyak hal yang perlu disikapi oleh para pengelola terutama sekali oleh para guru pendidikan jasmani. Guru harus mampu memperdayakan siswanya, agar semua tujuan yang telah digariskan dalam kurikulum tersebut dapat dicapai secara optimal. Dengan kata lain, para guru pendidikan jasmani harus punya kemampuan dalam karirnya secara profesional. Guru pendidikan jasmani dan kesehatan di sekolah seharusnya berusaha dengan sebaik mungkin bagaimana agar pembelajaran yang diberikan dilapangan dapat berpengaruh positif terhadap diri siswa. Dalam hal ini pembelajaran tersebut dapat meningkatkan kesegaran jasmani, motivasi, pertumbuhan dan perkembangan fisik, perkembangan intelektual, pembentukan kerjasama sosial dan emosional, prestasi belajar dan kondisi fisik disamping menimbulkan kesenangan, kegembiraan bagi siswa. Pembelajaran yang disajikan hendaknya bagian dari bentuk bermain atau dikenal juga dengan permainan kecil. Namun demikian, tidak semua sekolah yang memiliki kecocokan tentang idealnya suatu sekolah dalam melaksanakan pembelajaran penjasorkes. Motivasi siswa masih rendah untuk mengikuti pembelajaran Penjasorkes disekolah, hal tersebut disebabkan karena pelaksanaan pembelajaran penjasorkes disekolah tersebut sarana dan prasarana pembelajaran masih kurang, letak sekolah yang lumayan jauh dari pusat ibukota kabupaten, kemudian rendahnya perekonomian masyarakan di daerah 3

tersebut menjadikan siswa masih ada juga yang tidak menggunakan perlengkapan pada saat pembelajaran penjasorkes. Penjasorkes merupakan media untuk mendorong pertumbuhan fisik, perkembangan psikis, keterampilan motorik, pengetahuan dan penalaran, pernyataan nilai-nilai (sikap, mental, emosional, sportifitas, spritual dan sosial), serta pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang. Selain Depdiknas (2003:1) mengemukakan bahwa : Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani yang direncanakan secara sistematik bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan individu secara organik, neoromuskuler, perseptual, kognitif, dan emosional, dalam kerangka sistem pendidikan nasional. Peranan motivasi dalam belajar adalah penggerak kegiatan belajar, tujuan belajar dan menentukan ketekunan belajar. Selain itu ada beberapa ciri tentang motivasi antaralain: tekun menghadapi tugas, ulet menghadapi kesulitan, menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah dan lebih senang belajar mandiri. Fungsi motivasi yaitu mendorong manusia untuk berbuat, menentukan arah perbuatan, untuk mencapai tujuan dan menyeleksi perbuatan yakni perbuatan mana yang akan dikerjakan. Selain fungsi, motivasi juga dapat diklasifikasikan dilihat dari dasar pembentukan yakni motivasi bawaan dan motivasi yang dipelajari. Disamping itu ada pula motivasi intrinsik dan ekstrinsik. 4

Motivasi intrinsik adalah motivasi yang datang dari diri sendiri atau dengan kata lain seseorang siswa akan terlibat dalam kegiatan belajar bila menurutnya bermanfaat. Sedangkan motivasi ekstrinsik yaitu motivasi yang keberadaannya karena pengaruh dari luar, bukan merupakan perasaan atau keinginan yang sebenarnya yang ada dalam diri sendiri. Jadi dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan suatu tindakan yang harus dilakukan karena adanya dorongan dari dalam diri dan luar diri siswa untuk memenuhi sebuah kebutuhan. Begitu pula dalam Penjasorkes di SMP, motivasi merupakan salah satu penunjang kegiatan yang akan dilakukan dalam proses pembelajaran. Salah satu yang menunjang kegiatan pembelajaran yakninya permainan kecil apabila dijadikan bagian dari pembelajaran Penjasorkes di SMP yang sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan anak. Sarana dan prasarana merupakan salah satu syarat dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan. Menurut Hidayat (1999 : 183) sarana adalah semua peralatan dan perlengkapan yang langsung digunakan dalam proses pembelajaran, sedangkan prasarana adalah semua komponen yang tidak langsung menunjang proses pembelajaran. Berdasarkan kutipan diatas, sarana dan prasarana adalah alat yang digunakan untuk menunjang berjalannya suatu proses belajar mengajar secara efektif dan efisien. Dalam pembelajaran pendidikan jasmani sarana dan prasarana sangat penting karena proses belajar mengajar akan dapat berjalan dengan lancar apabila ketersediaan sarana dan prasarana yang lengkap. 5

B. METODOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah deskriptif, yang bertujuan untuk mendiskripsikan Motivasi Siswa Terhadap Pembelajaran Penjasorkes di Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Painan. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Painan pada bulan Desember-Januari 2014. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VII, VIII, IX yang mengikuti pembelajaran Penjasorkes yang terdaftar tahun ajaran 2014/2015 sebanyak 185 orang, dengan rincian kelas VII 66 orang, kelas VIII 68 orang, IX 51 orang. Penarikan sampel menggunakan adalah Purposive Sampling yaitu sampel yang dipilih dengan pengunjukan sesuai dengan alasan yang jelas. Dari banyak sampel maka peneliti memilih kelas VIII. Hal tersebut disebabkan karena kelas VII masih belum bisa dikatakan kurang paham dalam pengisian angket dan kelas IX yang mempersiap diri untuk melaksanakan ujian akhir. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 68 orang, VIII 1: 23 orang, VIII 2: 23 orang, dan VIII 3: 22 Jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang langsung diperoleh dari responden dengan cara menyebarkan angket, dalam hal ini data yang di maksud adalah data tentang motivasi siswa terhadap Pelaksanaan Pembelajaran Penjasorkes Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Painan. Data sekunder merupakan data yang ada pada kantor tata usaha Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Painan. 6

Data pada penelitian diperoleh dengan menggunakan kuesioner atau dengan penyebaran angket. Jenis angket yang digunakan adalah angket tertutup. Data penelitian diperoleh dari penyebaran angket. flasil angket disusun dan diolah secara deskriptif melalui persentase. C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Data penelitian diperoleh dari penyebaran angket. flasil angket disusun dan diolah secara deskriptif melalui persentase yaitu dengan menggunakan rumus sebagai berikut : x 100 % Keterangan : P = Persentase yang dicari f = Frekuensi jumlah pilihan angket) n = Jurnlah sampel atau responder Klasifikasi penentuan Kategori Pelaksana Pembelajaran penjasorkes deskriptif. untuk menentukan setelah data diolah dengan kriteria sebagai berikut: 81 % - 100 % = Sangat Baik 61 % - 80 % = Baik 41 % - 60% = Cukup baik 21 % - 40 % = Kurang baik 0 % - 20 % = Sangat Kurang Sekali (Arikunto, 2010) 7

Persentase 1. Motivasi Data tentang variabel motivasi terhadap Pelaksanaan Pembelajaran Penjasorkes di SMP Negeri 3 Painan Kab. Pesisir Selatan dari nomor 1 sampai 10 item/butir pernyataan kepada 67 orang siswa sebagai responden.hasil distribusi data dari variabel motivasi terhadap Pelaksanaan Pembelajaran Penjasorkes di SMP Negeri 3 Painan yang memberikan jawaban sangat setuju 905 (35,49%), sedangkan jawaban setuju 1228 (48,16%), selanjutnya jawaban ragu-ragu 285 (11,18%), kemudian yang memberikan jawaban kurang setuju 90 (3,53%) dan yang memberikan jawaban sangat tidak setuju 42 (1,65%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada histogram berikut: 50 40 30 20 35.49 48.16 10 0 Sangat 11.18 Ragu-Ragu Kurang Jawaban 3.53 1.65 Sangat Tidak Histogram 1. Distribusi Frekwensi Variabel Motivasi 2. Kemampuan Guru Penjas Orkes Data tentang variabel guru penjas orkes terhadap Pelaksanaan Pembelajaran Penjasorkes di SMP Negeri 3 Painan Kab. Pesisir Selatan dari nomor 11 sampai 20 item/butir pernyataan kepada 67 orang siswa sebagai responden. Hasil distribusi data dari variabel guru penjas orkes 8

Persentase terhadap Pelaksanaan Pembelajaran Penjasorkes di SMP Negeri 3 Painan Kab. Pesisir Selatan yang memberikan jawaban sangat setuju 910 (33,51%), sedangkan jawaban setuju 1460 (53,76%), selanjutnya jawaban ragu-ragu 303 (11,16%), kemudian yang memberikan jawaban kurang setuju 42 (1,55%) dan yang memberikan jawaban sangat tidak setuju 1 (0,04%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada histogram berikut: 60 50 40 30 20 10 0 33.51 Sangat 53.76 11.16 Ragu-Ragu Kurang 1.55 0.04 Sangat Tidak Jawaban Histogram 2. Distribusi Frekwensi Variabel Guru Penjas Orkes 3. Sarana dan Prasarana Data tentang variabel sarana dan prasarana terhadap Pelaksanaan Pembelajaran Penjasorkes di SMP Negeri 3 Painan Kab. Pesisir Selatan dari nomor 21 sampai 25 item/butir pernyataan kepada 67 orang siswa sebagai responden. Hasil distribusi data dari variabel sarana dan prasarana terhadap Pelaksanaan Pembelajaran Penjasorkes di SMP Negeri 3 Painan Kab. Pesisir Selatan yang memberikan jawaban sangat setuju 420 (31,79%), sedangkan jawaban setuju 668 (50,57%), selanjutnya jawaban ragu-ragu 198 (14,99%), kemudian yang memberikan jawaban kurang 9

Persentase setuju 34 (2,57%) dan yang memberikan jawaban sangat tidak setuju 1 (0,08%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada histogram berikut: 60 50 40 30 20 10 0 31.79 Sangat 50.57 14.99 Ragu-Ragu Kurang Jawaban 2.57 0.08 Sangat Tidak Histogram 3. Distribusi Frekwensi Variabel Sarana dan Prasarana 4. Pelaksanaan Pembelajaran Penjasorkes di SMP Negeri 3 Painan Kab. Pesisir Selatan Data tentang Pelaksanaan Pembelajaran Penjasorkes di SMP Negeri 3 Painan Kab. Pesisir Selatan yang terdiri dari tiga variabel yaitu motivasi, guru penjas orkes dan sarana dan prasarana terdiri dari 25 item/butir pernyataan kepada 67 orang siswa sebagai respoden. Hasil distribusi data Motivasi Peserta Didik dalam Pelaksanaan Pembelajaran Penjasorkes di SMP Negeri 3 Painan Kab. Pesisir Selatan yang memberikan yang memberikan jawaban sangat setuju 2235 (33,93%), sedangkan jawaban setuju 3356 (50,95%), selanjutnya jawaban ragu-ragu 786 (11,93%), kemudian yang memberikan jawaban kurang setuju 166 (2,52%) dan yang memberikan jawaban sangat tidak setuju 44 (0,67%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada histogram berikut: 10

Persentase 60 50 40 30 20 10 0 33.93 Sangat 50.95 11.93 Ragu-Ragu Kurang Jawaban 2.52 0.67 Sangat Tidak Histogram 4. Distribusi Frekwensi Pelaksanaan Pembelajaran Penjasorkes D. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data tentang Pelaksanaan Pembelajaran Penjasorkes di SMP Negeri 3 Painan Kab. Pesisir Selatan, maka dapat ditarik kesimpulan : a. Variabel motivasi diperoleh skor tingkat pencapaian siswa di SMP Negeri 3 Painan sebesar 76,12% dan tergolong Baik. b. Kemampuan Guru Penjas Orkes diperoleh skor tingkat pencapaian peserta didik dalam Pelaksanaan Pembelajaran Penjasorkes di SMP Negeri 3 Painan Kab. Pesisir Selatan sebesar 81,07% dan tergolong sangat baik. c. Variable Sarana dan Prasarana diperoleh skor tingkat pencapaian SMP Negeri 3 Painan sebesar 78,87% dan tergolong Baik, 11

d. Dan jika secara keseluruhan, pada Pelaksanaan Pembelajaran Penjasorkes di SMP Negeri 3 Painan memperoleh tingkat pencapaian sebesar 78,69% dengan klasifikasi Baik. 2. Saran-Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis menyarankan agar: a. Disarankan pada siswa dalam Pelaksanaan Pembelajaran Penjasorkes di SMP Negeri 3 Painan untuk mempertahankan dan meningkatkan Pelaksanaan Pembelajaran Penjasorkes di SMP Negeri 3 Painan, karena terlihat bahwa pelaksanaan pembelajaran penjasorkes dalam klasifikasi baik. b. Disarankan kepada guru dalam Pembelajaran Penjas Orkes di SMP Negeri 3 Painan untuk meningkatkan Pelaksanaan Pembelajaran Penjasorkes. c. Penelitian ini hanya terbatas pada Pelaksanaan Pembelajaran Penjasorkes di SMP Negeri 3 Painan Kab. Pesisir Selatan. Oleh sebab itu, bagi peneliti selanjutnya hal ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi dalam pengembangan penelitian lebih lanjut dengan jumlah populasi yang lebih besar dan di daerah yang berbeda. 12

DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.... 2002. Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta. Djabar. 2001. Kontribusi Strategi Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar. Padang : Sukabina. Mulyasa. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung : Remaja Rosda Karya. Permen No 22 Tahun 2006. Kesegaran. Jasmani dan Kesehatan. Jakarta : Segala. Syaiful. (2006). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfa Beta. Umar, Ali. 2004. Pengantar Teknologi Pembelajaran Penjas (Buku Ajar). Padang : Universitas Negeri Padang. Winarmo. 2006. Dimensi Pembelajaran Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Malang : UNM. Syaiful. 2006. Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Albabeta Bandung. Depdiknas. 2013. Kurikulum 2013 Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani. Jakarta : BP Cipta Daya.... 2003. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta : BP Cipta Daya. 13