BAB III Penyakit Parasiter Pada Non Ruminansia Gastrointestinal

dokumen-dokumen yang mirip
RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS)

PENGANTAR KBM MATA KULIAH BIOMEDIK I. (Bagian Parasitologi) didik.dosen.unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian. peternakan skala besar saja, namun peternakan skala kecil atau tradisional pun

BAB I PENDAHULUAN. dengan hewan dapat menularkan penyakit, manusia tetap menyayangi hewan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sapi ongole merupakan keturunan sapi liar yang dijinakkan di India. Di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Vektor dalam arti luas adalah pembawa atau pengangkut. Vektor dapat berupa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nematoda disebut juga Eelworms (cacing seperti akar berkulit

BAB III VIRUS TOKSO PADA KUCING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi Trichuris trichiura adalah salah satu penyakit cacingan yang banyak

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

E. coli memiliki bentuk trofozoit dan kista. Trofozoit ditandai dengan ciri-ciri morfologi berikut: 1. bentuk ameboid, ukuran μm 2.

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kebutuhan konsumsi pangan asal hewan di Indonesia semakin meningkat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kondisi ekonomi menengah kebawah. Skabies disebabkan oleh parasit Sarcoptes

PARASITOLOGI. OLEH: Dra. Nuzulia Irawati, MS

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tingkat konsumsi ayam dan telur penduduk Indonesia tinggi. Menurut Badan

PARASTOLOGI. Tugas 1. Disusun untuk memenuhi tugas praktik komputer 1. Editor : Vivi Pratika NIM : G0C PROGRAM DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. personal hygiene. Hygiene berasal dari kata hygea. Hygea dikenal dalam sejarah

TREMATODA PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 2 triliun/tahun. (Anonim. 2014). sebagai berikut : adanya parasite, adanya sumber parasit untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penduduk di dunia. Biasanya bersifat symtomatis. Prevalensi terbesar pada daerah

BAB I PENDAHULUAN. Ternak babi merupakan salah satu jenis ternak yang memiliki banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue

BAB II TIJAUAN PUSTAKA. A. Infeksi cacing Enterobius vermicularis (Enterobiasis)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sapi Bali Sapi bali adalah sapi potong asli Indonesia yang merupakan hasil

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Toxoplasma

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. STH adalah Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, Strongyloides stercoralis,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang lalu. Salah satu bukti hubungan baik tersebut adalah adanya pemanfaatan

CACING TAMBANG. Editor oleh : Nanda Amalia safitry (G1C015006)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2. Strongyloides stercoralis

COXIELLA BURNETII OLEH : YUNITA DWI WULANSARI ( )

BAB 2 TI JAUA PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan (Siregar, 2004). Penyakit

NYAMUK SI PEMBAWA PENYAKIT Selasa,

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Trichuris trichiura disebut juga cacing cambuk, termasuk golongan nematoda yang

FAKTOR DAN AGEN YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT & CARA PENULARAN PENYAKIT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Enterobius vermicularis adalah cacing yang dapat masuk kemulut

Gambar 1. Perluasan lesi pada telapak kaki. 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Proses Penularan Penyakit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada anggota badan terutama pada tungkai atau tangan. apabila terkena pemaparan larva infektif secara intensif dalam jangka

Distribusi Geografik. Etiologi. Cara infeksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Soil transmitted helminths adalah cacing perut yang siklus hidup dan

Pengendalian Penyakit pada Sapi Potong

PENYAKIT-PENYAKIT DITULARKAN VEKTOR

Pada siklus tidak langsung larva rabditiform di tanah berubah menjadi cacing jantan dan

Universitas Sumatera Utara

MODUL PRAKTIKUM PARASITOLOGI PARASIT DARAH DAN JARINGAN BLOK 14 (AGROMEDIS DAN PENYAKIT TROPIS)

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

2 POLA TRANSMISI PENYAKIT PADA BADAK JAWA DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON

1. Penyakit Tetelo (ND=Newcastle Disease) Penyebab : Virus dari golongan paramyxoviru.

Pada dasarnya morfologi cacing dewasa terdiri dari : - Kepala/scolec, - Leher, -Strobila,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Nematoda merupakan spesies cacing terbesar yang hidup sebagai parasit.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

CONEGARAN TRIHARJO KEC. WATES 20 JANUARI 2011 (HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM DESEMBER

Proses Penyakit Menular

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

FORM A. LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN KONSULTASI DI BIDANG PETERNAKAN SECARA KONSTITUSI/ KELOPMPOK, OLEH; DARWIN RAUF,S.ST

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN VIII (DELAPAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PENCERNAAN MANUSIA

Jawaban. 1 Metamorfosis Sempurna (Holometabola)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Spesies Soil Transmitted Helminths termasuk fillum Nematohelminthes

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

... sesungguhnya segala sesuatu yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat rnenciptakan

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi dan Ekologi Tikus Sawah Rattus rattus argentiventer Rob & Kloss

II MODEL MATEMATIKA PENYEBARAN PENYAKIT DBD

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. yang dapat menimbulkan kerugian ekonomi (Wibowo, 2014). Hal ini disebabkan

Bagaimanakah Perilaku Nyamuk Demam berdarah?

KUTU DAN RELAPSING FEVER

LALAT TABAWIDAE DAN PERANANNYA DALAM EPIDEMIOLOGI PENYAKIT SURRA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

YANG DlTIMBULKANNYA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR. Oleh SUTIKNQ B

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR DINAS KESEHATAN PUSKESMAS LENEK Jln. Raya Mataram Lb. Lombok KM. 50 Desa Lenek Kec. Aikmel

Sumber penularan penyakit. Penerima. Diagram Penularan Penyakit

Etiologi Fasciola sp, hidup di dalam hati dan saluran empedu. Cacing ini memakan jaringan hati dan darah.

BAB I PENDAHULUAN. Hominis (kutu mite yang membuat gatal). Tungau ini dapat menjalani seluruh

BAB I PENDAHULUAN. pemukiman penduduk serta tempat-tempat umum lainnya. Pada saat ini telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia yang disebabkan oleh cacing Enterobius vermicularis, merupakan infeksi cacing

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

xvii Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Buletin Veteriner, BBVet Denpasar, Vol. XXVI, No. 84, Juni 2014 ISSN : X

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENGENDALIAN HAMA dan PENYAKIT ULAT SUTERA I. PENDAHULUAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PENYAKIT CACINGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HEMATOLOGI KLINIK ANJING PENDERITA DIROFILARIASIS. Menurut Atkins (2005), anjing penderita penyakit cacing jantung

PROGRAM KESEHATAN TERNAK SEHAT TARGET PRODUKSI TERCAPAI

BAB XXI. Nyeri atau Sakit di Perut bagian bawah. Nyeri perut hebat yang mendadak. Jenis nyeri perut. Beberapa pertanyaan mengenai nyeri perut

TINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Di awal atau penghujung musim hujan suhu atau kelembaban udara umumnya

bio.unsoed.ac.id la l b T'b ', */'i I. PENDAHULUAN zt=r- (ttrt u1 II. JENIS PENYAKIT CACINGA}I '"/ *

Transkripsi:

BAB III Penyakit Parasiter Pada Non Ruminansia Gastrointestinal Koksidiosis Eimeria deblecki Oosista elipsoid 20-30X14-19 µm, Waktu sporulasi 10 hari. Stadium endogen ada di sel epithel vili usus posterior dari saluran empedu. Meront generasi I terlihat pada hari ke 2. Mikrogamet-makrogamet dewasa lebih dari 5 hari setelah infeksi. Periode prepaten 156 jam. Agak patogen dengan jumlah oosista banyak. Menyebabkan eksudasi kataral jejenum babi umur 2-7 minggu. Eimeria neodebliecki Pada babi di seluruh dunia, merupakan oosista elipsoid atau ovoid 17-26X13-20 µm. Waktu sporulasi 312 jam pada. Periode prepaten 240 jam Eimeria perminuta Pada babi di seluruh dunia, oosista bundar 12-20X9-17 µm. Waktu sporulasi 7-9 hari, agak patogen. Eimeria porel pada jejenum dan ileum babi, oosista ovoid 18-27 X 13-18 µm. Waktu sporulasi 216 jam. Eimeria scabra Terdapat pada babi di seluruh dunia di sel epithel vili dan leher kripta usus halus posterior dan kofon babi. Oosista ovoid 25-45X18-28um. Waktu sporulasi 9-12 hari. Ada 3 generasi meront, generasi I dewasa 3 hr setelah, Generasi II 5 hr stih inf., generasi III 7 hari setelah infeksi. Periode prepaten 7-11 hari. Merupakan spesies penyebab sembeltt/konstipasi sementara atau diare pada babi dengan 200 oosista. Eimeria suis Pada babi di seluruh dunia. Oosista elipsoid 13-22 X 11-16 um. Waktu sporulasi 12 hari, periods prepaten 10 hari. Koksidiosis merupakan penyakit umum pada babi terutama babi muda. Yang dewasa dapat bertindak sebagai pembawa penyakit. Oosista E. debiiecki dan E, scabra dapat hidup infektif dalam tanah setema 15 buten pd suhu -4,5 dan 40 C. Universitas Gadjah Mada 1

Diagnosis Dilakukan dengan cara menemukan stadium endogen dalam luka-luka di usus. Oosista mungkin belum dihasilkan sampai 2-3 hari setelah tanda pertama muncul. Pengobatan Sedikit diketahui obatnya Pencegahan Sanitasi akan mencegah babi dari koksidiosis. Kandang harus sering dibersihkan. Babi tidak boleh ditempatkan dalam kandang yang berjejal-jejal dan penuh. Sirkulasi dan jaringan Surra Trypanosoma evansi darah Kuda, keledai Vektor Transmisi melalui gigitan lalat Tabanus spp, Stomoxys spp., Chrysozona spp. Trypanosoma evansi sulit dibedakan dari T. brucei. Semua hewan terdomestikasi rentan terhadap penyakit ini, sementara itu beberapa hewan dapat bertindak sebagai hewan reservoir. Surra merupakan penyakit yang dapat berakibat fatal apabila tidak diobati dan dapat mengakibatkan kematian. Kematian dapat terjadi befaerapa hari atau beberapa bulan tergantung pada virulensi surra. Kelemahan umum, emasisasi dan oedema merupakan gejala umum yang tampak pada infeksi surra. Oedema bervariasi mulai dari adanya oedema urtikaria pada leher hingga lipatan kaki dan bagian bawah tubuh. Hewan terlihat demam, sulit berjalan, kelumpuhan, Universitas Gadjah Mada 2

konjunctivitis, hipertrofi nodus limfatikus superficial dan ascrtes. Pada stadium akhir dijumpai adanya gejala-gejala syaraf. Diagnosa Adanya emasiasi, oedema dapat dijadikan dugaan awal kea rah surra. Setelah itu perlu dilakukan pemeriksaan preparat apus darah. Terapi Pengobatan yang efektif terhadap T. evansi adalah dengan pemberian Quinapyramine 5 mg/kg sc. Dosis pemberian sebaiknya dibagi menjadi 3 bagian dan diberikan dengan interval 6 jam. Sodium suramin 7-10 mg/kg im atau iv dapat juga diberikan, namun obat ini sudah sulit didapat. Perlu dilakukan upaya pencegahan penularan melalui lalat dengan menyemprotkan insektisida. Pemberian dipping pada kuda atau menyemprot seluruh tubuh dapat dilakukan. Trichinelosis Trichinella spiralis Cacing dewasa berparasit di usus halus. Larva yang mengkista ditemukan di otot. Babi, manusia dan mamalia lainnya Cacing trichinella termasuk nematode kecil yang berukuran panjang 2-4 mm. Betina akan menghasilkan ratusan larva yang dapat migrasi melalui pembuluh darah dan limfa masuk ke otot dan bertahan hidup selama bebersapa tahun. Perkembangan selanjutnya hanya terjadi jika jaringan yang terinfeksi dimakan oleh hospes yang lain seperti tikus, manusia atau babi. Setelah babi menelan sista trichineila, maka larva akan dibebaskan dan menjadi masak untuk beberapa hari. Cacing dewasa melakukan kopulasi dalam usus dan betina masuk ke dalam mukosa untuk menghasilkan larva selama 2 minggu. Universitas Gadjah Mada 3

Gambaran patologis Trichineila spp kurang pathogen pada babi disbanding pada manusia. Larva akan terakumulasi dalam diafragma dan otot bawah leher. Sedikit kasus dijumpai adanya muntah, diare dan sakit di bagian abdomen. Setelah 4-6 hari infeksi terjadi, kematian dapat terjadi pada manusia yang disebabkan adanya paralisa otot-otot pemafasan dan infeksi di otak.. Infeksi dapat menyebabkan diare dan demam. Infeksi pada otot dapat menyebabkan myositis, sakit di bagian otot, polipnoe, oedema, eosinofilia dan kematian. Diagnosa Pada nekropsi ditemukan adanya larva yang mengkista. Untuk mendeteksi larva, dapat dilakukan penghancuran otot. Terapi Babi yang terinfeksi tidak diobati. Dagingnya sebaiknya dimusnahkan. Untuk mencegah infeksi pada babi, makanan limbah yang akan diberikan ke babi sebaiknya dimasak terlebih dahulu. Infeksi pada manusia dapat dicegah dengan memasak dan membekukan daging babi sebelum dikonsumsi. Skabies Sarcoptes suis Permukaan tubuh Kulit di daerah kepala, telinga, pundak, leher, kaki dan ekor. Pada infeksi berat dapat terjadi di seluruh tubuh. Babi Sarcoptes suis merupakan tungau kecil panjang 0,3-0,5 mm dengan tubuh bundar, ujung mulut tumpul. Universitas Gadjah Mada 4

Siklus hidup Tungau betina membuat lorong di kulit dan meletakan telurnya dalam 17 hari, Satu siklus lengkap metiputi telur, nimfa, dewasa, Empat hingga lima hari kemudian menjadi individu dewasa baru yang siap menghasilkan telur. Gambaran patologis Sarcoptes menyebabkan iritasi di kulit, gatal-gatal dan lesi dengan eksudat. Keradangan kronis yang dihubungkan dengan proliferasi jaringan.dan dapat menyebabkan terjadinya infeksi sekunder. Babi yang terinfeksi menjadi lesu, menggosok-gosokan badannya terus ke dinding kadnag dan menggaruk-garuk. Akibat gangguan gatal yang hebat, menyebabkan nafsu makan turun dan berat badan turun drastic. Diagnosa Dapat dilakukan dengan melihat perubahan-perubahan di kulit, gatal-gatal dan mengeluarkan suara gelisah. Pemeriksaan mikroskopis dapat dilakukan dengan mengambit kerokan kulit yang mengalami perubahan. Terapi Babi yang terinfeksi dicuci dengan acaricide atau diobati dengan ivermectine 300 µg/kg sc., 2 X dengan interval 28 hari. Sangat efektif bila pengobatan dilakukan serentak pada semua hewan. Babi yang terinfeksi sebaiknya dipisahkan dan yang sehat. Faktor-faktor predisposisi yang mempengaruhi seperti malnutrisi, parasit intestinal dan infeksi kronis lainnya periu dihindari. Lalat Tabanus spp., Haematopota spp., dan Chrysops spp. Permukaan tubuh Kuda Universitas Gadjah Mada 5

Tabanus betina menyerang mamalia dengan menghisap darah. Lalat ini menyebabkan sakit, gatal-gatal dan iritasi di kulit. Sejumlah penyakit dapat ditularkan oleh lalat ini misalnya : besnoitiosis, anaplasmosis, trypanosomiasis dan antrax yang secara mekanis ditularkan oleh Tabanus. Dapat dilakukan dengan penyemprotan dengan insektisida metawan stadium larva di tanah, terutama tanah yang lembab dan basah. Musca spp., Lyperosia spp dan haematobia spp. Lalat musca pada kuda terutama menyerang pada musim panas dan penghujan. Adanya lalat ini sangat mengganggu kuda-kuda, setitngga kadang-kadang kuda kehilangan tenaga untuk melawan serangan lalat Musca. Stomoxys calcitrans S. calcitrans merupakan anggota Musca yang dapat menyerang kuda dan mamalia lainnya. Lalat ini adalah lalat penghisap darah yang dapat mengakibatkan iritasi pada manusia dan kuda. Gasterophylus spp. Larva dari lalat ini dijumpai di dalam gastrointestinal. Setelah menetas, larva stadium 1 akan menuju ke lapisan dermal rongga mulut, kemudian menuju ke faring, lambung atau rectum. Larva hidup dari eksudat kulit dan tinggal dalam hospes hingga 1 tahun sebelum akhirnya menjadi masak, keluar bersama feses dan menjadi pupa dilanah. Lalat dewasa berwarna coklat dan berambut, kemudian akan meletakan telurnya di kulit kuda. Lalat betina meletakan telurnya di daerah kaki, lutut kuda. Adanya jilatan kuda dapat menyebabkan telur-telur lalat tersebut pecan. Pengobatan Acarisida dan insektisida dapat dilakukan untuk mengendalikan lalat. Aplikasinya dapat dilakukan dengan cara spray, dipping, topical. Untuk dipping ternyata lebih efektif disbanding metode lain. Pemberantasan ektoparasit ini seringkali mengalami banyak kendala akibat ektoparasit tersebut mampu hidup dalam kondisi lingkungan yang sesuai Universitas Gadjah Mada 6

untuk jangka waktu yang lama. Beberapa acaricida dan tnsektisida yang dapat digunakan pada kuda adalah : 1) Organophosphat : bromocyclene, coumaphos, crotoxyphos, diazinon, malathion, phoxim, pipoxur, stirofos dan irichlorfon. 2) Carbamat: Carbaryl 3) Chlorinated hydrocarbon : Lindane, methoxychlor 4) Pyrethrins dan pyrethroid : Flumethrin, cypermethrin, fenvalerate, permethrin, pyrethrin 5) Avermectin: ivermectin Respirasi Metastrongylus spp. Bronchus dan bronchiolus Babi dan babi rusa Gating nematode dewasa berbentuk gilig dan berwarna putih. Panjang mencapai 25 mm pada yang jantan, sedangkan betina hingga 48 mm. Siklus hidupnya tidak langsung melalui eating tanah sebagai hospes intermedier. Telur-telurnya diletakan di bronchus, kemudian dibatukan dan keluar melalui feses. Setelah menelan eating tanah, telur akan menetas dan dalam waktu 10 hari, larva 3 infektif akan berkembang dalam eating tanah. Larva stadium 3 akan masuk ke dalam usus halus babi melalui saluran limfa dan pembuluh darah. Periode prepatennya 2-4 minggu. Gating paru-paru dapat menyebabkan kehilangan berat badan, gangguan respirasi dan infeksi sekunder bakteri dan virus seperti swine influenza dan Hog cholera. Gating ini terutama banyak menyerang eating yang masih muda. Diagnosa Dapat dilakukan dengan cara pemeriksaan feses. Pada nekropsi dapat ditemukan eating dewasa di paru-paru Universitas Gadjah Mada 7

Terapi Untuk individual, dapat diberikan ivermectin 300 µg/kg sc., levamizole 7,5 mg/kg sc., efektif untuk membasmi eating dewasa. Anthelmintika berspektrum luas seperti Fenbendazole 5 mg/kg, lebih dari 5-15 hari, Flubendazole 30 ppm selama 10 hari dapat diberikan per oral selama 10 hari. Febantel 20 mg/kg pod an mebendazole 30 ppm juga efektif mengatasi Metastrongytus. Penanggulangan cacing paru-paru dekat hubungannya dengan pemberantasan eating tanah. Babi muda sebaiknya tidak banyak kontak dengan tanah, Selama musim penghujan, infeksi cacing ini diduga meningkat. Genital Dourine Trypanosoma equiperdum Saluran kelamin Kuda dan keledai Dourine adalah penyakit yang disebabkan oleh protozoa pada kuda yang ditularkan melalui coitus atau kawin dan jarang ditularkan oleh lalat. Penyakit ini tidak begttu jelas, oedema yang tampak alat kelamin tidak nyata dan plaq yang terjadi hanya kurang dari 10%. berkembang mulai dari mingguan hingga bulanan dengan diawali gejala berupa perubahan mukopurulen pada urethra dan dari vagina, diikutioedema di daerah genital. Perkembangan selanjutnya adalah munculnya plak berdiameter 2-10 cm yang berbentuk sirkuler, disertai gatal-gatal, kemudian melanjut secara progresif. Paralisa terjadi di akhir infeksi ditandai adanya emasiasi dan oedema di bagian bawah tubuh. Kematian pada kuda yang tidak diobati dapat mencapai 50-70%. Universitas Gadjah Mada 8

Diagnosa Deteksi adanya Trypanosoma dapat dilakukan dengan mengambil sample dari urethra dan vagina. Untuk plak dari kulit dan darah perifer adalah tidak mungkin, meskipun upaya sentrfugasi sedikit dapat membantu menemukan agen pathogen di bagian endapan. Hewan yang ierinfeksi dapat dideteksi dengan Complement fixation test, namun reaksi silang dengan Trypanosoma evansi dan 7. brucei sering terjadi. Pada daerah endemic, sebaiknya segera dilakukan pencegahan. Terapi Pengobatan dapat dilakukan dengan pemberianquinapyramine sulfat 3-5 mg/kg bb secara sc. Pencegahan di daerah endemic tidak secara nyata. Kuda yang terinfeksi dapat menularkan penyakitnya melalui coitus. Untuk menjaga penularan, perlu dilakukan pengawasan yang ketat pada kuda-kuda import. Penutup Topik pokok bahasan ini secara keseluruhan dapat dipahami intisarinya dengan cara mahasiswa mengerjakan soal-soal berikut ini: 1. Jelaskan-tentang penyaktt-penyakit koksidosis pada hewan non ruminansia! 2. Jelaskan tentang penyakit-penyakit gastrophilosis pada kuda! 3. Jelaskan tentang penyakit-penyakit scabies pada babi! 4. Jelaskan penyakit dourine pada kuda! 5. Jelaskan dengan infeksi cacing saluran pernafasan babi! Universitas Gadjah Mada 9