PENGARUH KLON DAN WAKTU OKULASI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERSENTASE HIDUP OKULASI JATI (Tectona grandis )

dokumen-dokumen yang mirip
Sugeng Pudjiono 1, Hamdan Adma Adinugraha 1 dan Mahfudz 2 ABSTRACT ABSTRAK. Pembangunan Kebun Pangkas Jati Sugeng P., Hamdan A.A.

Penyiapan Benih Unggul Untuk Hutan Berkualitas 1

TEKNIK GRAFTING (PENYAMBUNGAN) PADA JATI (Tectona grandis L. F.) Grafting Technique for Teak (Tectona grandis L.F.) I. PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG JATI PURWOBINANGUN 5/13/2016

PENYIAPAN BENIH UNGGUL UNTUK HUTAN BERKUALITAS 1

Pembangunan Uji Keturunan Jati di Gunung Kidul Hamdan A.A, Sugeng P, dan Mahfudz. Hamdan Adma Adinugraha 1, Sugeng Pudjiono 1 dan Mahfudz 2

I. PENDAHULUAN. Hutan jati merupakan bagian dari sejarah kehidupan manusia di Indonesia

PEMANFAATAN EKSTRAK BAWANG MERAH SEBAGAI PENGGANTI ROOTON F UNTUK MENSTIMULASI PERTUMBUHAN AKAR STEK PUCUK JATI (Tectona grandis L)

Oleh: Hamdan AA Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan

Sugeng Pudjiono Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan

BAB I PENDAHULUAN. dapat disediakan dari hutan alam semakin berkurang. Saat ini kebutuhan kayu

Jurnal Ilmu Kehutanan Journal of Forest Science

PENGARUH ASAL BAHAN DAN MEDIA STEK TERHADAP PERTUMBUHAN STEK BATANG TEMBESU

PENGARUH UMUR BATANG BAWAH DAN KONDISI BATANG ATAS TERHADAP TINGKAT KEBERHASILAN DAN PERTUMBUHAN GRAFTING JAMBU METE

TEKNIK AKLIMATISASI TANAMAN HASIL KULTUR JARINGAN Acclimatization Technique for Tissue Culture Plants I. PENDAHULUAN

STUDI AWAL PERBANYAKAN VEGETATIF NYAWAI (Ficus variegata) DENGAN METODE STEK

PENGEMBANGAN TEKNIK PERBANYAKAN VEGETATIF TANAMAN JATI PADA HUTAN RAKYAT

BAB I PENDAHULUAN. terutama Hutan Tanaman Industri (HTI). jenis tanaman cepat tumbuh (fast growing) dari suku Dipterocarpaceae

BAB I PENDAHULUAN. Perhutani sebanyak 52% adalah kelas perusahaan jati (Sukmananto, 2014).

Jenis prioritas Mendukung Keunggulan lokal/daerah

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013

PENGARUH BATANG ATAS DAN BAWAH TERHADAP KEBERHASILAN PENYAMBUNGAN JAMBU METE (Anacardium occidentale L.)

BAB I PENDAHULUAN. mandat oleh pemerintah untuk mengelola sumber daya hutan yang terdapat di

Pengaruh Lama Penyimpanan dan Diameter Stum Mata Tidur terhadap Pertumbuhan Bibit Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.)

ESTIMASI PARAMETER GENETIK UJI KLON JATI UMUR 5 TAHUN DI WONOGIRI, JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang menjadi sentra penanaman jati adalah puau Jawa (Sumarna, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. Jati (Tectona grandis Linn F.) merupakan salah satu produk kayu mewah

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.10/Menhut-II/2007 TENTANG PERBENIHAN TANAMAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang No.12 tahun 1992, pasal 1 ayat 4, benih tanaman yang

TEKNIK PENUNJUKAN DAN PEMBANGUNAN SUMBER BENIH. Dr. Ir. Budi Leksono, M.P.

PETUNJUK TEKNIS PERBANYAKAN TANAMAN DENGAN CARA SAMBUNGAN (GRAFTING)

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk

SKRIPSI. KEBERHASILAN OKULASI BIBIT DURIAN (Durio zibethinus Murr.) PADA MODEL MATA TEMPEL DAN STADIA ENTRES YANG BERBEDA

Suatu unit dalam. embryo sac. (kantong embrio) yang berkembang setelah terjadi pembuahan. Terdiri dari : ~ Kulit biji ~ Cadangan makanan dan ~ Embrio

1. Benuang Bini (Octomeles Sumatrana Miq) Oleh: Agus Astho Pramono dan Nurmawati Siregar

KINERJA JATI ASAL MUNA PADA PLOT UJI KLON JATI DI EMPAT LOKASI (Performance of Teak from Muna at Clonal Test in Four Locations)

No. Karya Tulis Ilmiah Ket

VARIASI PERTUMBUHAN AWAL BEBERAPA KLON TANAMAN JATI PADA TANAH MASAM DENGAN PEMBERIAN DOLOMIT

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian Percobaan I: Pengaruh Tingkat Berbuah Sebelumnya dan Letak Strangulasi Terhadap Pembungaan Jeruk Pamelo Cikoneng

HASIL DAN PEMBAHASAN

TEKNIK SINKRONISASI PENYEDIAAN BATANG BAWAH DAN MATA TEMPEL PADA PERBENIHAN APEL (Mallus Sylvestris Mill.)

PENGARUH PEMANGKASAN TERHADAP PRODUKSI TUNAS PADA KEBUN PANGKAS BIDARA LAUT

Lampiran 1. Data persentase hidup (%) bibit A. marina dengan intensitas naungan pada pengamatan 1 sampai 13 Minggu Setelah Tanam (MST)

BAB I PENDAHULUAN. jati memiliki kelas awet dan kelas kuat yang tinggi seperti pendapat Sumarna

PENYELAMATAN SUMBERDAYA GENETIK JENIS CENDANA

BAB I PENDAHULUAN. kering yang nyata, tipe curah hujan C F, jumlah curah hujan rata-rata 1.200

Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan

BAB I PENDAHULUAN. kering tidak lebih dari 6 bulan (Harwood et al., 1997). E. pellita memiliki

Pengaruh Jarak Tanam dan Ukuran Umbi Bibit terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kentang Varietas Granola untuk Bibit

I. PENDAHULUAN. keunggulan dalam penggunaan kayunya. Jati termasuk tanaman yang dapat tumbuh

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

PENGARUH DIAMETER BIDANG PANGKAS DAN TINGGI PANGKASAN TERHADAP KEMAMPUAN BERTUNAS PULAI

PENGARUH MACAM AUKSIN PADA PEMBIBITAN BEBERAPA VARIETAS TANAMAN JATI (Tectona grandis, L.)

ACARA VI. PERBANYAKAN/ PERKEMBANGBIAKKAN BERBAGAI TANAMAN DENGAN MACAM-MACAM BENTUK SAMBUNGAN (GRAFTING)

Sambung Pucuk Pada Tanaman Durian

PERBEDAAN BATANG BAWAH DAN MASA PENYIMPANAN ENTRES TERHADAP PERTUMBUHAN OKULASI BIBIT JERUK SIAM MADU (Citrus nobilis)


III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas

BAB I PENDAHULUAN. pertukangan dan termasuk kelas kuat dan awet II (Martawijaya et al., 1981). sebagai pilihan utama (Sukmadjaja dan Mariska, 2003).

III. FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH DALAM PERBANYAKAN VEGETATIF. Oleh : Danu dan Agus Astho Pramono

KORELASI BOBOT BENIH DENGAN KEJAGURAN BIBIT BATANG BAWAH KARET (Hevea brasilliensis Muell.-Arg.)

KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

I. PENDAHULUAN. Pertanian dan sektor-sektor yang terkait dengan sektor agribisnis

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Lama Penyimpanan Entris terhadap Keberhasilan Sambung Pucuk Beberapa Varietas Avokad

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu jenis kayu keras tropis yang paling berharga di pasar

BAB I PENDAHULUAN. Kayu jati (Tectona grandis L.f.) merupakan salah satu jenis kayu komersial

KESESUAIAN MEDIA TUMBUH STEK AKAR SUKUN (Artocarpus communis) (Fitness of Grow Media on the Roots Cutting of Sukun (A. communis))

PERTUMBUHAN TANAMAN UJI KETURUNAN JATI PADA UMUR 7 TAHUN DI GUNUNG KIDUL, YOGYAKARTA

TEKNIK PERBANYAKAN SAMBUNG PUCUK MANGGA DENGAN CARA PENGIKATAN TALI LANGSUNG SUNGKUP. Oleh RUSJAMIN JADI ALI DAN FARIHUL IHSAN

BAB I PENDAHULUAN. mengandalkan hidupnya dan bermata pencaharian dari hutan (Pratiwi, 2010 :

PERTUMBUHAN ANAKAN ALAM EBONI (Diospyros celebica Bakh.) DARI TIGA POPULASI DI PERSEMAIAN. C. Andriyani Prasetyawati *

PERTUMBUHAN LIMA PROVENAN PULAI GADING (Alstonia scholaris) UMUR 6 BULAN DI SUMBER KLAMPOK, BALI

KAJIAN PEMBERIAN KOMPOS BATANG PISANG DAN PUPUK NPK PADA PEMBIBITAN TANAMAN JATI

Pengaruh Posisi Sayatan dan Penyisipan Entris pada Batang Bawah terhadap Keberhasilan Penyambungan dan Kecepatan Pertumbuhan Benih Manggis

AGROVIGOR VOLUME 6 NO. 1 MARET 2013 ISSN PENGARUH PANJANG ENTRES TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BUAH JARAK PAGAR HASIL PENYAMBUNGAN

PENYEDIAAN BIBIT MIMBA MELALUI PERBANYAKAN STEK PUCUK DENGAN APLIKASI HORMON PERTUMBUHAN

PENGARUH DIAMETER PANGKAL TANGKAI DAUN PADA ENTRES TERHADAP PERTUMBUHAN TUNAS KAKO ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. penting yang dibudidayakan secara intensif dalam pembangunan Hutan Tanaman

BAB I PENDAHULUAN. B. Tujuan Penulisan

DEPARTEMEN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL JAKARTA

Maman Sulaeman I. PENDAHULUAN

ISSN: X. 22 Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek II

Studi Pembiakan Vegetatif Intsia bijuga (Colebr.) O.K. Melalui Grafting

KAJIAN OKULASI BENIH KARET. (Hevea brasiliensis Muell. Arg) DENGAN PERBEDAAN MATA TUNAS (ENTRES) DAN KLON. Tesis

KESESUAIAN SAMBUNG MINI TIGA KULTIVAR DURIAN (Durio zibethinus L. ex Murray) DENGAN BATANG BAWAH BERBAGAI UMUR

TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis

DEPARTEMEN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL JAKARTA

PERTUMBUHAN STUMP KARET PADA BERBAGAI KEDALAMAN DAN KOMPOSISI MEDIA TANAM SKRIPSI OLEH : JENNI SAGITA SINAGA/ AGROEKOTEKNOLOGI-BPP

J. Sains Dasar (2)

PENGARUH UMUR FISIOLOGIS SULUR DAN POSISI RUAS TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT VANILI KLON 1 DAN 2 DI RUMAH KACA

KAJIAN BERBAGAI LAMA PENYIMPANAN ENTRES TERHADAP HASIL SAMBUNG SAMPIN GKAKAO (Theobroma cacao L.) KLON SULAWESI

Model produksi daun pada hutan tanaman kayuputih sistem pemanenan pangkas tunas LATAR BELAKANG

PENGARUH KETINGGIAN BATANG BAWAH TERHADAP KEBERHASILAN TUMBUH DURIAN KLETING KUNING DALAM SISTEM TOP WORKING

Ketersediaan Eksplan, Tunas Aksiler dan Kalugenesis pada Perbanyakan Mikro Toona sinensis

ABSTRAK. (terima tgl. 06/06/2009 terbit tgl. 06/08/2009)

PELAKSANAAN PENELITIAN

Ari Fiani ABSTRACT. Keywords: Pulai Population, growth variation, plant height, stem diametre ABSTRAK

Penggunaan Spesies Kerabat Manggis sebagai Akar Ganda dan Model Sambung dalam Mempercepat Penyediaan dan Pertumbuhan Bibit Manggis

Transkripsi:

PENGARUH KLON DAN WAKTU OKULASI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERSENTASE HIDUP OKULASI JATI (Tectona grandis ) Effect of Clone and Budgraft Time on Growth and Survival Rate Teak (Tectona grandis) Sugeng Pudjiono dan Hamdan Adma Adinugraha Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan Jalan Palagan Tentara Pelajar Km15, Purwobinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta 55582 ABSTRACT The establishment of teak hedge orchard is conducted by using seedlings that made from bud grafting method. The purpose of this study was to indentify the effect of clone and grafting periode on plant growth as follows : height, diameter, number of leaves and survival rate of grafted plant. The result showed that clones were significantly effect to diameter and survival rate of grafted plants. Grafting periode was significantly effect to height, diameter, number of leaves and survival rate of grafted plants. Keywords : Clone, time, growth, budgrafting, hedge orchard, teak. ABSTRAK Pembuatan kebun pangkas dilakukan dari bibit yang dibuat secara vegetatif dalam hal ini secara budgraft/okulasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh klon dan waktu okulasi terhadap pertumbuhan tanaman berupa tinggi, diameter, jumlah daun hasil okulasi dan persentase hidup okulasi. Bibit yang diperoleh akan digunakan untuk kebun pangkas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh klon berpengaruh nyata terhadap diameter tunas dan persentase hidup okulasi. Pengaruh waktu okulasi berpengaruh nyata terhadap tinggi, diameter, jumlah daun dan persentase hidup okulasi. Kata kunci : Klon, waktu, pertumbuhan, okulasi, kebun pangkas, jati I. PENDAHULUAN Kebutuhan bibit unggul sangat diperlukan untuk mendapatkan tegakan hutan yang berkualitas. Investasi dengan penggunaan bibit unggul diharapkan akan menjanjikan hasil panen dikemudian hari yang memuaskan. Hal ini mengingat bahwa investasi di bidang kehutanan memerlukan jangka panjang maka perencanaan yang matang dengan menggunakan bibit unggul tidak bisa ditawar lagi. Sampai saat ini sumber-sumber benih yang telah bersertifikat masih didominasi oleh sumber benih kelas terendah yaitu Tegakan Benih Teridentifikasi dan Tegakan Benih Terseleksi. Kementerian Kehutanan menargetkan areal sumber benih seluas 4.500 ha terkelola secara baik dan Balai Perbenihan Tanaman Hutan (BPTH) Jawa Madura menargetkan 250 ha sumber benih terkelola secara baik (Rukmini, N, 2011). 103

Wana Benih Vol 14 No. 2, September 2013, 103-108 Pada kegiatan pemuliaan tingkat lanjut, pengembangan klon sangat penting karena perhutanan klon (clonal forestry) yang dibangun menggunakan klon akan menghasilkan keseragaman sifat-sifat yang diinginkan dan dapat disesuaikan dengan keperluan industri. Salah satu jenis yang pada umumnya dilakukan pengembangannya dengan perhutanan klon adalah Jati (Baskorowati, 2012). Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan pada populasi pemuliaan perlu dikembangkan pada tahap populasi perbanyakan. Diantaranya adalah jenis Jati (Tectona grandis). Untuk jenis Jati difokuskan kepada klon, yaitu dengan membangun kebun pangkas sebagai populasi perbanyakan dari hasil penelitian populasi pemuliaan. Perbanyakan vegetatif dari klon-klon hasil pemuliaan Jati diperbanyak sebagai materi untuk pembangunan kebun pangkas. Permasalahan yang dihadapi pada jenis Jati ini masih sangat kurangnya sumber materi genetik Jati yang berasal dari hasil pemuliaan pohon melalui uji klon. Berangkat dari permasalahan tersebut pada Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan (BBPBPTH) ini telah dilakukan kegiatan penelitian populasi pemuliaan Jati melalui uji klon dan telah diperoleh klon unggul. Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka perlu untuk diperbanyak klon-klon tersebut untuk populasi perbanyakan dengan pembangunan kebun pangkas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh klon dan waktu okulasi terhadap pertumbuhan dan ketahanan hidup 10 klon Jati unggul. Hal ini karena setiap klon mempunyai kemudahan yang berbeda-beda untuk diperbanyak secara vegetatif. Waktu okulasi perlu diketahui untuk mendapatkan mata tunas yang tepat sesuai perkembangan mata tunas sehingga dapat meningkatkan keberhasilan okulasi. II. METODOLOGI A. Bahan Bahan yang digunakan untuk pembuatan okulasi berupa scion yang diambil dari Uji Klon umur 10 tahun yang berada di Watusipat Gunung Kidul dan Wonogiri Jawa Tengah. Rootstock Jati yang berumur 8 bulan dengan diameter batang 1-1,5cm. Scion/ mata tunas diambil dari pohon-pohon plus yang telah ditentukan dalam hal ini 5 klon terbaik dari Uji Klon di Watusipat Gunung Kidul dan 5 klon dari Uji Klon di Wonogiri Jawa Tengah. Scion diambil dari kedua lokasi tersebut diatas dipisah-pisahkan sesuai dengan kode klon masing-masing. Pembuatan okulasi dilakukan dengan cara memotong rootstock setinggi 15cm. Scion dari cabang yang diambil disayat untuk ditempelkan di rootstock yang sudah disayat dengan 104

Pengaruh Klon dan Waktu Okulasi Terhadap Pertumbuhan dan Persentase Hidup Okulasi Jati (Tectona grandis ) Sugeng Pudjiono dan Hamdan Adma Adinugraha lebar sesuai antara scion dan rootstock. Masing-masing klon dibuat 30 okulasi sebagai 1 unit dengan ulangan 2 kali, kegiatan okulasi dilakukan 2 kali yaitu bulan Juli dan September. Sifat yang diukur adalah tinggi tunas hasil okulasi, diameter tunas hasil okulasi, jumlah daun hasil okulasi dan persentase hidup okulasi. Pelaksanaan okulasi Jati dilakukan di persemaian BBPBPTH Purwobinangun Sleman Yogyakarta pada bulan Juli dan September 2012. B. Analisis Data Data hasil pengukuran tinggi, diameter, jumlah daun dan persentase hidup dianalisis dengan analisis varians. Model matematis yang digunakan adalah : Yijk = µ + Ki + Wj + KWij + k Keterangan : I 1,2,... t dan j= 1,2,...r Yijk Pengamatan pada klon ke i dan waktu ke j dan ulangan ke k µ Rerata umum Ki Pengaruh klon ke i Wj Pengaruh waktu ke j Kwij Pengaruh interaksi klon ke dan waktu ke k = Random error pada klon ke i dan waktu ke j pada ulangan ke k. Dari analisis varians bila terdapat perbedaan yang nyata dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT). III. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1. Analisis varian pengaruh klon dan waktu okulasi terhadap pertumbuhan tinggi, diameter, jumlah daun dan persentase hidup okulasi umur 2 bulan. Sumber variasi Derajat Kuadrat Tengah Bebas Tinggi Diameter Jumlah daun Persentase hidup Klon 9 36,9196ns 0,488917* 0,8212ns 393,841** Waktu 1 556,516** 7,656250** 6,8890** 489,510** Waktu x Klon 9 42,9548ns 0,196250ns 0,4957ns 55,5933ns Sisa 20 20,5805 0,197250 0,8785 53,3805 Keterangan : ** berbeda sangat nyata pada taraf 0,01 * berbeda nyata pada taraf 0,05 105

Wana Benih Vol 14 No. 2, September 2013, 103-108 Tabel 2. Rata-rata tinggi, diameter, jumlah daun dan persentase hidup hasil okulasi Jati dari Watusipat dan Wonogiri pada bulan Juli dan September pada klon yang berbeda dan Uji Duncannya. Kode klon Klon Tinggi (cm) Diameter Jumlah Persen hidup (mm) daun (%) 1 1 (Watusipat) 19,450 AB 4,775 ABC 7,250 80,0 2 3 (Watusipat) 22,575 A 5,250 AB 7,375 84,2 3 13 (Watusipat) 18,050 AB 4,950 ABC 6,750 83,3 4 18 (Watusipat) 16,925 AB 4,575 BC 6,050 79,2 5 34 (Watusipat) 16,800 AB 4,500 C 6,750 71,8 6 6 (Wonogiri) 16,675 AB 5,450 A 6,825 69,2 A 7 7 (Wonogiri) 12,850 4,875 ABC 7,250 32,3 B 8 11 (Wonogiri) 12,300 B 4,425 C 7,200 70,0 9 12 (Wonogiri) 15,100 AB 4,975 ABC 6,725 75,0 10 18 (Wonogiri) 18,375 AB 5,300 AB 6,175 A 83,3 A Keterangan : Huruf yang sama menunjukkan tidak beda nyata. Tabel 3.Rata-rata pertumbuhan tinggi, diameter, jumlah daun dan persentase hidup hasil okulasi Jati dari Watusipat dan Wonogiri pada bulan Juli dan September pada waktu yang berbeda dan Uji Duncannya. Kode waktu Waktu okulasi Tinggi (cm) Diameter (mm) Jumlah Persen hidup daun (%) 1 Juli 13,2 B 4,5 B 6,4 B 67,9 B 2 September 20,6 A 5,3 A 7,3 A 77,7 A Keterangan : Huruf yang sama menunjukkan tidak beda nyata. Dari Tabel 1 menunjukkan bahwa pengaruh waktu pembuatan okulasi berpengaruh sangat nyata terhadap pertumbuhan tinggi tunas hasil okulasi Jati. Pembuatan okulasi lebih baik pada bulan September dibanding pada bulan Juli (Tabel 3). Hal ini disebabkan karena pada bulan Juli tunas dorman masih belum acceptable untuk dilakukan okulasi. Mata tunas masih ada yang dorman. Berbeda halnya dengan tunas yang diambil pada bulan September, mata tunas sudah sewaktunya untuk diambil dan dilakukan okulasi, sehingga keberhasilannya lebih tinggi. Pengaruh klon tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi dan jumlah daun, demikian pula interaksi antara klon dan waktu tidak menunjukkan beda nyata terhadap 4 sifat yang diukur. Demikian pula hasil penelitian Okulasi Jati yang dilakukan oleh Mahfudz et. al., (2006) menunjukkkan hasil yang sama. Walaupun demikian bila dilihat secara rinci di DMRTnya maka terlihat bahwa kode klon 2 (Watusipat 3) dengan tinggi tunas 22,58cm berbeda dengan kode klon 7 (Wonogiri 7) dengan tinggi 12,85cm dan kode klon 8 (Wonogiri 11) dengan tinggi tunas 12,30cm (Tabel 2) Besar diameter tunas hasil okulasi dapat dilihat pada Tabel 1. Dari Tabel 1 menunjukkan bahwa pertumbuhan diameter tunas hasil okulasi berbeda sangat nyata dipengaruhi oleh waktu. Waktu terbaik untuk melakukan okulasi adalah pada waktu bulan 106

Pengaruh Klon dan Waktu Okulasi Terhadap Pertumbuhan dan Persentase Hidup Okulasi Jati (Tectona grandis ) Sugeng Pudjiono dan Hamdan Adma Adinugraha September (5,3 mm) dibanding bulan Juli (4,5 mm) (Tabel 3). Pengaruh klon terhadap besar diameter tunas menunjukkan beda nyata, kode klon 6 berbeda dengan kode klon 4, 5 dan 8 (Tabel 2). Demikian pula kode klon 6,10 dan 2 berbeda dengan kode klon 5 dan 8 (Tabel 2). Tidak terdapat beda nyata terhadap interaksi antar waktu dan klon. Menurut Carlson dalam Mahfudz, et. al., 2001 menyatakan bahwa perbedaan klon suatu tanaman akan menghasilkan derajat pertumbuhan yang berbeda dalam sambungan. Terbentuknya kalus parenkim pada bidang sambungan berarti terjadinya pautan secara vaskuler antar scion dan rootstock, hal ini berpengaruh terhadap besarnya diameter. Pengaruh waktu okulasi ini juga menunjukkan beda yang sangat nyata untuk pertumbuhan jumlah daun maupun persentase keberhasilan hidup okulasi. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1. Pada Tabel 1 pengaruh waktu menunjukkan hasil berbeda yang sangat nyata. Aktivitas okulasi yang terbaik untuk jumlah daun dan persentase hidup okulasi tertinggi yang dilakukan pada bulan September dibanding yang dilakukan pada bulan Juli. Persentase hidup okulasi kode klon 7 menghasilkan keberhasilan yang paling rendah yaitu 32,3% berbeda dengan kode-kode klon lainnya. Keberhasilan yang tertinggi adalah kode klon 2 (Watusipat 3) sebesar 84,2%. Berhasil tidaknya suatu penyambungan tanaman tergantung pada terbentuknya graft union atau penyatuan antara batang bawah dengan mata tunas (Kurniawan, 2012). Bila dibandingkan persentase hidup Jati okulasi dari Watusipat yang dilakukan pada bulan Juli dan bulan September menunjukkan hasil kegiatan yang dilakukan bulan September lebih baik dari bulan Juli. Pada bulan Juli persentase hidup rata-rata 67,9% sedangkan pada bulan September rata-rata 77,7% (Tabel 3). Dari fenomena tersebut kemungkinan bahwa mata tunas yang diambil pada bulan September lebih baik daripada yang diambil bulan Juli. Pada bulan Juli keadaan lingkungan masih sangat kering jadi kondisi mata tunas belum muncul, sedangkan pada bulan September mata tunas mulai aktif tetapi belum pecah. Jadi kondisi mata tunas yang diambil pada bulan September lebih baik untuk dijadikan materi sebagai scion untuk kegiatan okulasi. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Santoso et. al., (2006) bahwa keberhasilan okulasi dipengaruhi oleh materi okulasi dan kondisi lingkungan. IV. KESIMPULAN 1. Klon berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan diameter dan persentase hidup secara nyata. Klon yang terbesar pertumbuhan diamaternya adalah klon 6 dari Wonogiri dan klon terbesar persentase hidup hasil okulasinya klon 18 dari Wonogiri. 107

Wana Benih Vol 14 No. 2, September 2013, 103-108 2. Waktu pembuatan okulasi berpengaruh nyata terhadap tinggi, diameter, jumlah daun dan persentase hidup okulasi. Waktu terbaik untuk okulasi adalah bulan September dari pada Juli. 3. Tidak ada interaksi antara klon dan waktu okulasi. V. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terimakasih kepada Saudara Susanto dan Maman Sulaeman atas bantuannya dalam hal pengambilan mata tunas Jati. Serta kepada Suwandi, S.Hut atas entri data penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Baskorowati, L. 2012. Pengembangan Klon dan Hibridisasi dalam Bunga Rampai Status Penelitian Pemuliaan Tanaman Hutan. Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Kementerian Kehutanan. 2012. Yogyakarta. Kurniawan, E. 2012. Teknik Okulasi Jati. Balai Penelitian Kehutanan Makassar. www.balithut makassar.org Diakses tanggal 9 Juli 2013. Mahfudz., H. Moko. dan A. Ajarul. 2006. Pengaruh Sumber Scion Terhadap Pertumbuhan Bibit Jati Asal Grafting. Prosiding Pertemuan Forum Komunikasi Jati V. Dengan Tema: Sertifikasi Benih Untuk mendukung Pembangunan Hutan Rakyat dan Hutan Tanaman. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Tanaman. Yogyakarta. Mahfudz., M. Na iem, H. Moko dan H.A. Adinugraha. 2001. Pengaruh Klon Untuk Scion Posisi Okulasi Dan Ukuran Sungkup Terhadap Keberhasilan Okulasi Pada Jati (Tectona grandis). Buletin Penelitian Pemuliaan Pohon. Vol.5. Vol 2. 2001. Rukmini, N. 2011. Sertifikasi Sumber Benih-Mekanisme, Target dan Rancangan Sumber Benih. Workshop Pembangunan Sumber Benih. UPT Lingkup Badan Litbang Kehutanan, 30 Juni-1 Juli 2011. Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. Yogyakarta. Santoso, B., B.W. Wardani. 2006. Variasi Pertumbuhan Jati Muna Hasil Okulasi. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman. Vol.2 No.3. Juni 2006. Hal 165-173. 108