IMPLEMENTASI SISTEM SERTIFIKASI HALAL BERBAGAI KATEGORI INDUSTRI PANGAN DAN UJI COBA IMPLEMENTASINYA DI KANTIN SAPTA-FATETA-IPB HA PHI RO

dokumen-dokumen yang mirip
Persyaratan Sertifikasi Halal. Kebijakan dan Prosedur HAS 23000:2

SERTIFIKASI HALAL OLEH LPPOM DAN MUI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika (LPPOM) adalah

Sertifikasi dan Sistem Jaminan Halal

populasi konsumen Muslim di Indonesia telah mencapai 90% dari jumlah total penduduk (BPS,2013). Sebagai negara dengan populasi kaum Muslim terbesar,

SERTIFIKASI HALAL DALAM PRODUK KULINER UMKM

KIAT MEMILIH PRODUK HALAL

MAKANAN DAN MINUMAN DALAM ISLAM OLEH : SAEPUL ANWAR

BAB I PENDAHULUAN. Kosmetik Oleh Mahasiswi Jurusan Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Airlangga, Jurnal EKonomi, 2016, hal. 1.

Manual SJH. Dokumen perencanaan yang menggambarkan cara perusahaan memenuhi 11 kriteria SJH Berfungsi sebagai panduan bagi perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. energi. Makanan dan minuman yang dikonsumsi manusia haruslah makanan. dalam Al-Qur an surat Al-Baqarah ayat 172:

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

apoteker123.wordpress.com 1 dari 5 DAFTAR PERIKSA Halal Assurance System 23000:1 PERTANYAAN PERIKSA HASIL PERIKSA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Populasi umat Muslim di seluruh dunia saat ini semakin meningkat.

III. TINJAUAN PUSTAKA

MANUAL Sistem Jaminan Halal

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL

SISTEM JAMINAN HALAL (S J H)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta dan sekitar 87%

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut ketentuan Pasal 1 Angka (1) Undang-undang No.7 Tahun 1996 tentang

MANUAL SISTEM JAMINAN HALAL [PERUSAHAAN ]

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal

Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) MEA

DOKUMEN KEHALALAN BAHAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sebuah informasi produk agar mudah dipahami oleh konsumen. Label

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar dalam membantu perekonomian rakyat. UKM Menurut UU No. 20 tahun 2008 Usaha Kecil dan Menengah adalah usaha

BAB I. Semakin maraknya persaingan bisnis global, pasar menjadi semakin ramai. dengan barang-barang produksi yang dihasilkan. Bangsa Indonesia dengan

MENU CEROL DAN KEBIJAKAN BARU

MENU CEROL DAN KEBIJAKAN BARU

BAB III USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) DAN SERTIFIKASI HALAL

BAB I PENDAHULUAN. hukum syara yang saling berseberangan. Setiap muslim diperintahkan hanya untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, budaya serta teknologi

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TENTANG

Sejauh mana penanganan label halal yang dilakukan oleh MUI (LPPOM) sekarang?

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

I. PENDAHULUAN. dengan nilai gizi yang tinggi dan disukai oleh anak-anak maupun orang dewasa

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1996 TENTANG PANGAN [LN 1996/99, TLN 3656]

KEYNOTE SPEECH DIREKTUR JENDERAL PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN TERTIB NIAGA DISAMPAIKAN PADA ACARA SEMINAR SAFETY DAN HALAL SEMARANG, 2 JUNI 2016

BAB I PENDAHULUAN. informasi tentang produk yang akan digunakan, informasi dapat didefenisikan

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan primer bagi setiap manusia. Sebagai kebutuhan primer, maka

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan pesatnya perkembangan media dewasa ini, arus informasi

PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Usaha kecil dan menengah (UKM) pada umumnya membuka usahanya di

TEMA SEMINAR Ketersediaan Kuliner Halal dalam menyukseskan Visit Indonesia 2011 dan tahun selanjutnya.

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi makanan seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA HALAL DETECTOR : APLIKASI CERDAS PENDETEKSI KEHALALAN PRODUK DI HANDPHONE BERBASIS ANDROID

BAB I PENDAHULUAN. mayoritas beragama Islam terbesar di dunia. Sebanyak 87,18 % dari

PENGEMBANGAN KONSEP MODEL SISTEM JAMINAN HALAL PRODUK DAGING AYAM DI RUMAH POTONG AYAM 1

SERTIFIKASI HALAL SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PRODUK OLAHAN KOMODITAS PERTANIAN UNGGULAN DAERAH

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang halal, karena setiap makanan yang kita konsumsi akan mendarah. daging dalam tubuh dan menjadi sumber energi yang penting untuk

Penerapan Sistem Jaminan Halal Pada UKM Bidang Olahan Pangan Hewani Application of Halal Assurance System on UKM Field of Animal Food Processing

Keputusan Menteri Agama R.I. Nomor 518 Tahun 2001 Tanggal 30 Nevember 2001 TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PEMERIKSAAN DAN PENETAPAN PANGAN HALAL

BAB I PENDAHULUAN. Islam agama yang sempurna, yang diturunkan oleh Allah SWT kepada. Nabi Muhammad SAW yang memiliki sekumpulan aturan.

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN FASILITASI SERTIFIKASI PRODUK DAN PROSES PRODUKSI TA. 2016

BAB II DESKRIPSI INDUSTRI

Kepala Bidang Auditing : Dr. Ir. Mulyorini R. Hilwan, MS dan Dr. Liesbetini Hartoto, MS

syarat penting untuk kemajuan produk-produk pangan lokal di Indonesia khususnya agar dapat bersaing dengan produk lain baik di dalam maupun di

STELLA MARIA RAHARDJO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 3 Tahun : 2016

AUDIT INTERNAL UNTUK MENJAWAB 11 KRITERIA SJH

II. KETENTUAN HUKUM TERKAIT KEAMANAN PANGAN. A. UU Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang beragama muslim, ada hal yang menjadi aturan-aturan dan

I PENDAHULUAN. kandungan gizi yang cukup baik. Suryana (2004) melaporkan data statistik

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, teknologi dan informasi, maka semakin luas alur keluar dan

BAB I PENDAHULUAN. informasi produk yang ditawarkan perusahaan, akan cepat sampai kepada

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi

BAB 1 PENDAHULUAN. makanan dan kosmetik di berbagai negara. Pangan yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. produk daging. Di Indonesia sendiri, daging yang paling banyak digemari

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran Agama Islam sebagai raḥmatallil ālamīn sesungguhnya telah

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan manusia merupakan suatu keadaan akan sebagian dari pemuasan

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

PEDOMAN DAN PROSEDUR PENETAPAN FATWA

ANALISIS HUBUNGAN DESAIN PEKERJAAN DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN PADA BAGIAN PRODUKSI CV DINAR KABUPATEN TANGERANG, PROPINSI BANTEN FENNY FARIANTI

Pancasila sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa

BAB VI JAMINAN KEHALALAN DAN MEKANISMENYA

PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 27 TAHUN 2017 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. perubahan perilaku konsumen, kebijakan pemerintah, persaingan bisnis, hanya mengikuti perkembangan penduduk namun juga mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pangan nasional. Menurut Irwan (2005), kedelai mengandung protein. dan pakan ternak serta untuk diambil minyaknya.

III. PANGAN ASAL TERNAK DAN PERANANNYA DALAM PEMBANGUNAN SUMBERDAYA MANUSIA

-1- QANUN ACEH NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM JAMINAN PRODUK HALAL

V. EKONOMI GULA. dikonsumsi oleh masyarakat. Bahan pangan pokok yang dimaksud yaitu gula.

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR BATUBARA INDONESIA DI PASAR JEPANG OLEH ROCHMA SUCIATI H

LPPOM MUI_CEROL Provinsi 2016 Rev.1

2016, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Ne

LPPOM MUI_CEROL Provinsi 2016 Rev.1

BAB I. PENDAHULUAN. tahun Sedangkan dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 18 tahun

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

Transkripsi:

IMPLEMENTASI SISTEM SERTIFIKASI HALAL BERBAGAI KATEGORI INDUSTRI PANGAN DAN UJI COBA IMPLEMENTASINYA DI KANTIN SAPTA-FATETA-IPB HA PHI RO DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Implementasi Sistem Sertifikasi Halal Berbagai Kategori Industri Pangan dan Uji Coba Implementasinya di Kantin Sapta-Fateta-IPB adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Mei 2014 Ha Phi Ro NIM F24098001

ABSTRAK HA PHI RO. Implementasi Sistem Sertifikasi Halal Berbagai Kategori Industri Pangan dan Uji Coba Implementasinya di Kantin Sapta-Fateta-IPB. Dibimbing oleh FERI KUSNANDAR dan JOKO HERMANIANTO. Mengkonsumsi makanan halal merupakan kewajiban bagi setiap Muslim, sehingga penyediaan pangan halal menjadi sangat penting. Dewasa ini penyediaan pangan halal telah menjadi perhatian industri pangan hampir di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Bahkan Indonesia menjadi negara yang memelopori bagaimana jaminan halal oleh produsen pangan dilakukan. Jumlah permintaan produk pangan halal semakin meningkat sejalan dengan perkembangan jumlah penduduk Muslim dan kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi pangan halal. Jaminan produksi pangan halal oleh industri pangan dilakukan melalui proses sertifikasi halal. Di Indonesia, proses sertifikasi halal dilakukan oleh lembaga independen di bawah Majelis Ulama Indonesia (MUI), yaitu Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetika (LPPOM MUI). Saat ini LPPOM MUI sudah menyediakan Sistem Pelayanan Sertifikasi Halal Online (CEROL-SS23000) untuk memudahkan produsen dalam pendaftaran dan proses sertifikasi halal. Tujuan kegiatan magang ini adalah untuk mempelajari sistem sertifikasi halal untuk berbagai kategori industri pangan yang dilakukan oleh LPPOM MUI melalui sistem pelayanan sertifikasi online (sistem CEROL) dan implementasinya melalui persiapan sertifikasi halal di kantin Sapta-Fateta-IPB. Pengambilan data primer dilakukan untuk mengidentifikasi kategori industri pangan dan mempelajari sistem sertifikasi halal di LPPOM MUI. Survei kuesioner dilakukan untuk mengetahui tingkat kemudahan dan kepuasan produsen dalam memanfaatkan sistem pelayanan sertifikasi halal online (CEROL-SS23000). Kata kunci: CEROL-SS23000, LPPOM MUI, produk halal, sertifikasi halal.

ABSTRACT HA PHI RO. The Implementation of Halal Certification System for Various Categories of the Food Industries and Trial Implementation at Sapta Canteen Fateta IPB. Supervised by FERI KUSNANDAR dan JOKO HERMANIANTO. Consuming halal food is a mandatory for every Muslim. For this reason, it is important for food producers to provide halal food. Demand of halal food increases significantly in line with the growth of Muslim population and the awareness of Muslim to consuming halal food. Due to the high population of Muslim around the world halal food production has become the concern of food industries in the last twenty years, including in Indonesia. The assurance of halal food production by food industries was done through certification process. In Indonesia, the process of halal certification was conducted by an independent agency under the Indonesian Council of Ulama (MUI), namely the Institute for Foods, Drugs and Cosmetics (LPPOM MUI). Indonesia has become the pioneer in establishment of halal certification system. Currently LPPOM MUI has established Halal Certification Online Service System (CEROL-SS23000) in order to facilitate the registration of manufacturers and halal certification process. The objectives of this internship program was to study the halal certification system for various food industry categories conducted by LPPOM MUI, through the Certification Online Service System (CEROL system), and implementation through the preparation of halal certification in the catering Sapta-Fateta-IPB. The primer data was obtained through survey to some categories of food industries to evaluate Certification Online Service System (CEROL-SS23000) based on producer perception. Keywords: CEROL-SS23000, halal certificate, halal food, LPPOM MUI.

IMPLEMENTASI SISTEM SERTIFIKASI HALAL BERBAGAI KATEGORI INDUSTRI PANGAN DAN UJI COBA IMPLEMENTASINYA DI KANTIN SAPTA- FATETA-IPB Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Judul Skripsi :Implementasi Sistem Sertifikasi Halal Berbagai Kategori Industri Pangan dan Uji Coba Implementasinya di Kantin Sapta- Fateta-IPB Nama : Ha Phi Ro NIM : F24098001 Disetujui oleh Dr Ir Feri Kusnandar,MSc Pembimbing I Dr Ir Joko Hermanianto Pembimbing II Diketahui oleh Dr Ir Feri Kusnandar,MSc Ketua Departemen Tanggal Lulus:

PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya dan shalawat serta salam penulis kepada Nabi Muhammad shalallahu alaihi wassalam sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2013 ini ialah implementasi sistem sertifikasi halal, dengan judul Implementasi Sistem Sertifikasi Halal Berbagai Kategori Industri Pangan dan Uji Coba Implementasinya di Kantin Sapta-Fateta-IPB. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ayah dan Ibu yang selalu mendoakan dan menyemangati saya selama saya kuliah di Indonesia. Terima kasih kepada Bapak Dr Ir Feri Kusnandar dan Bapak Dr Ir Joko Hermanianto selaku pembimbing yang sangat membantu saya dalam menyelesaikan tugas akhir maupun selama saya kuliah di IPB. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Ir Hendra Utama dan staf dari Lembaga Pengkajian Pangan, Obatobatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) yang telah membantu penulis selama magang. Terima kasih kepada kak Endah sebagai staf di LPPOM MUI yang telah membantu saya dalam uji coba implementasi CEROL untuk kantin Sapta-Fateta-IPB. Terima kasih penulis juga ucapkan kepada teman-teman saya yaitu Rizki Wijayanti dan Cynthia yang telah banyak membantu saya dalam menyelesaikan tugas akhir. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Mei 2014 Ha Phi Ro

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Magang 4 Manfaat Magang 4 METODOLOGI MAGANG 5 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Magang 5 Metode Kegiatan Magang 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 6 Kategori Industri Pangan 6 Analisis Data Kelompok Produk yang Disertifikasi 8 Analisis Data Jumlah Perusahaan yang Melakukan Registrasi CEROL- SS23000 di Tiap Negara 10 Mempelajari Sistem CEROL-SS23000 dan Aplikasinya Untuk Industri Pangan 12 KESIMPULAN DAN SARAN 15 Kesimpulan 15 Saran 15 DAFTAR PUSTAKA 16 LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP

DAFTAR TABEL 1 Jumlah dan jenis industri yang disertifikasi halal oleh LPPOM MUI 6 2 Kelompok Produk yang Disertifikasi Halal 9 3 Jumlah Perusahaan di Tiap Negara yang Melakukan Registrasi CEROL- SS23000 11 4 Hasil Pengisian Kuesioner 13 DAFTAR LAMPIRAN 1 Kuesioner Terhadap Sistem CEROL-SS23000 18

PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Mengkonsumsi makanan halal merupakan kewajiban bagi setiap Muslim. Secara harfiah halal berarti lepas atau tidak terkait, sedangkan arti pangan halal adalah makanan atau minuman yang diijinkan untuk dikonsumsi atau tidak terkait dengan ketentuan-ketentuan yang melarangnya (Girinda 2006). Pangan halal diantaranya adalah makanan/minuman yang tidak berasal/ tidak mengandung babi, tidak mengandung komponen yang memabukkan, binatang yang bukan buas, atau bertaring, dan babi. Titik kritis bahan pangan yang berasal dari hewan yang dihalalkan untuk dikonsumsi adalah cara penyembelihan, peralatan yang digunakan untuk penyiapannya, dan bahan yang digunakan atau ditambahkan dalam proses pengolahan. Untuk bahan makanan yang berasal dari tumbuhan dan hewan laut telah jelas halal, yang menjadi titik kritis keharamannya adalah alat dan bahan yang ditambahkan dalam proses pengolahan dan pengemasan. Dalam hukum Islam surah Al-Baqarah ayat 173 mengatakan Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan kepada kamu memakan bangkai, dan darah, dan daging babi, dan binatang-binatang yang tidak disembelih tidak karena Allah maka sesiapa terpaksa (memakannya karena darurat) sedang ia tidak menginginnya dan tidak pula melampaui batas (pada kadar benda yang dimakan itu), maka tidaklah ia berdosa. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani. Peraturan Pemerintah No.69 tahun 1999 pasal 1 ayat 5 menyebutkan bahwa pangan halal adalah pangan yang tidak mengandung unsur atau bahan yang haram atau dilarang untuk dikonsumsi umat Islam, baik yang menyangkut bahan baku pangan, bahan tambahan pangan, dan bahan penolong (Adisasmito 2008). Peraturan yang mengatur pangan halal adalah Undang-undang Pangan No 18 tahun 2012, bagian kedelapan mengenai jaminan produk halal bagi yang dipersyaratkan, pasal 95 ayat 1 menyebutkan pemerintah dan pemerintah daerah melakukan pengawasan terhadap penerapan sistem jaminan produk halal bagi yang dipersyaratkan terhadap pangan. Selain itu, pasal 97 ayat 3 menyebutkan bahwa pencantuman label di dalam dan/atau pada kemasan pangan memuat paling sedikit keterangan mengenai nama produk; daftar bahan yang digunakan; berat bersih; nama dan alamat pihak yang memproduksi; halal bagi yang dipersyaratkan; tanggal, bulan, tahun kedaluwarsa; tanggal dan kode produksi; nomor izin edar; asal usul bahan pangan tertentu. Halal telah menjadi isu global. Berdasarkan hasil survei lembaga Amerika Serikat, Pew Research Center (2011), jumlah penduduk Muslim pada tahun 2010 mencapai 23.4% dari total penduduk dunia atau sekitar 1.6 miliar. Jumlah ini diprediksi akan mengalami peningkatan sebesar 3% pada tahun 2030 atau mencapai 26.4% dari total populasi dunia (setara dengan 2.2 miliar jiwa). Hal tersebut akan berpengaruh terhadap jumlah permintaan produk pangan halal di pasar internasional. Oleh sebab itu, untuk memenuhi kebutuhan pangan penduduk Muslim di pasar internasional, para produsen pangan harus melakukan sertifikasi halal. Kelompok produk pangan yang dapat disertifikasi halal oleh LPPOM MUI ada 33 yaitu kelompok daging dan produk olahan, susu dan makanan bayi, roti,

2 flavor, kosmetik, obat-obatan, dan sebagainya. LPPOM MUI mengkategorikan produk perusahaan pendaftar sertifikat halal MUI dan proses sertifikasi halal MUI berdasarkan tingkat kritis bahan dan tingkat kesulitan penelusuran kehalalannya. Kategori tersebut dibagi menjadi empat (3) yaitu (1)- Tidak berisiko (bila tidak melibatkan bahan kritis); (2)- Berisiko (bila melibatkan satu atau lebih bahan kritis); (3)- Risiko sangat tinggi (bila melibatkan bahan hewani dan/atau bahan yang sulit ditelusuri kehalalannya (LPPOM MUI 2013). Sertifikasi halal adalah suatu proses untuk memperoleh sertifikat halal melalui beberapa tahap untuk membuktikan bahwa penerapan SJH (Sistem Jaminan Halal) di perusahaan memenuhi persyaratan LPPOM MUI. Sertifikat halal adalah fatwa tertulis yang dikeluarkan oleh MUI melalui keputusan sidang Komisi Fatwa yang menyatakan kehalalan suatu produk berdasarkan proses audit yang dilakukan oleh LPPOM MUI (LPPOM MUI 2012). Tujuan proses sertifikasi halal oleh produsen pangan adalah untuk mendapatkan citra positif dimata konsumen dan memperoleh kepercayaan terhadap kehalalan produk yang dihasilkannya. Untuk memperoleh sertifikat halal tersebut, produsen harus memenuhi persyaratan-persyaratan dalam memproduksi pangan halal yang mengacu pada ketentuan yang berlaku sesuai syariah agama Islam. Di Indonesia, lembaga yang memiliki kewenangan untuk melakukan proses sertifikasi halal kepada produsen pangan adalah Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI). Setelah melalui proses audit sesuai ketentuan yang berlaku, MUI mengeluarkan sertifikat halal sebagai bukti bahwa pangan yang diproduksi oleh suatu industri pangan telah dinyatakan halal. Sistem sertifikasi halal yang dikembangkan oleh LPPOM MUI adalah sistem manajemen terintegrasi yang disusun, diterapkan dan dipelihara untuk mengatur bahan, proses produksi, produk, sumberdaya manusia, dan prosedur dalam rangka menjaga kesinambungan proses produksi halal sesuai dengan persyaratan LPPOM MUI. Selain itu, sistem jaminan halal juga merupakan persyaratan sertifikasi halal, yaitu menilai SJH Sistem Jaminan Halal. Status SJH adalah nilai hasil audit implementasi SJH, status SJH terdiri dari A (sangat baik), B (cukup), C (gagal). Masih banyak produsen pangan yang belum menyadari pentingnya sertifikasi halal karena sertifikasi halal masih bersifat sukarela. Kemungkinan hal ini disebabkan oleh masih terdapat pandangan produsen bahwa proses sertifikasi halal sulit. Di awal, proses sertifikasi halal oleh LPPOM MUI pada tahun 1992-2011, permohonan sertifikasi halal masih bersifat manual, dimana produsen harus mengirimkan langsung dokumen persyaratan ke LPPOM MUI. Hal ini membutuhkan waktu proses yang lama dan jumlah dokumen yang sangat banyak. Sejak tahun 2011, LPPOM MUI mengembangkan sistem pelayan sertifikasi halal secara online yang disebut CEROL-SS23000. CEROL-SS23000 adalah sistem pelayanan sertifikasi halal secara online. Sistem ini bertujuan untuk memberikan pelayanan sertifikasi halal yang lebih cepat dan lebih baik sehingga memudahkan produsen pangan dalam memperoleh sertifikat halal. Keunggulan sistem ini adalah waktu proses lebih cepat, dapat memonitor perkembangan proses sertifikasi secara real time dan mengurangi penggunaan kertas (LPPOM MUI 2013).

Dalam sistem yang baru, perusahaan yang mengajukan sertifikasi baik pendaftaran baru, pengembangan maupun perpanjangan melakukan pendaftaran secara online, tidak harus datang menyerahkan dokumen. Formulir pendaftaran diisi lengkap, disertai dengan dokumen pendukungnya sesuai dengan status pendaftaran (baru/ pengembangan/ perpanjangan) dan proses bisnis (industri pengolahan, rumah potong hewan, restoran, dan industri jasa). Bidang sistem jaminan halal (SJH) memeriksa manual SJH yang diisi oleh perusahaan dan bukti implementasi melalui sosialisasi, pelatihan internal dan audit internal. Manual SJH yang diisi oleh perusahaan meliputi 11 kriteria SJH, yaitu kebijakan halal, tim manajemen halal, pelatihan dan edukasi, bahan, produk, fasilitas produksi, proses tertulis untuk aktivitas kritis, kemampuan telusur, penanganan produk yang tidak memenuhi kriteria, audit internal, dan kaji ulang manajemen. Jika hasil pemeriksaan tidak memenuhi persyaratan pendaftaran, bagian auditing akan mengirimkan Pre-audit Memorandum yang berisi informasi tentang semua kekurangan yang harus segera ditindaklanjuti perusahaan. Setelah semua kekurangan tersebut dipenuhi oleh perusahaan dan dokumen dinyatakan lengkap dan akad sertifikasi lunas, bidang auditing dapat melakukan penjadwalan audit, dan hasil audit akan dibahas di rapat auditor. Rapat auditor merupakan rapat yang membahas hasil audit, temuan-temuan di lapang. Jika terjadi perubahan, misalnya data sesungguhnya berbeda dengan data yang dilaporkan di Cerol, bahan yang ditemukan digudang tidak ada di Cerol, penambahan bahan dan sebagainya, pihak perusahaan harus mengubah data yang kurang atau data tambahan yang ada di Cerol. Auditor harus memberikan formulir perubahan sebagai pengendali kepada pihak perusahaan untuk diisi pada saat audit dilaksanakan, sehingga pada saat rapat auditor, semua data yang mengalami perubahan telah diubah. Hasil rapat auditor akan dibahas di Rapat Komisi Fatwa, dan akan memutuskan produk yang mengajukan sertifikasi halal sudah halal atau masih dapat kekurangan persyaratan sehingga status halal produk belum dapat diputuskan. Jika produk sudah dinyatakan halal dalam Rapat Komisi Fatwa, maka sertifikat halal akan diterbitkan. Koperasi Sapta Fateta IPB merupakan koperasi sebagai sarana penunjang persaudaraan pegawai dan civitas Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor. Koperasi merupakan badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau badan hukum koperasi dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modal untuk menjalankan usaha, yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama di bidang ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip koperasi. Koperasi Sapta Fateta IPB memiliki Badan Hukum Nomor 185 A/PAD/BH/KDK105/IV/2004 yang diperoleh pada tanggal 28 April 2004. Berlokasi di Gedung Fakultas Teknologi Pertanian IPB, Kampus IPB Dramaga dan bergerak di bidang pengolahan dan penjualan makanan dan minuman. Koperasi beranggotakan beberapa pelaku usaha kecil/pedagan yang menjalankan usaha di lingkungan koperasi dan menyediakan beragam jenis makanan dan minuman di masing-masing kios/counter 3

4 Tujuan Magang Tujuan kegiatan magang ini untuk mengetahui sistem sertifikasi halal untuk berbagai kategori industri pangan, sistem pelayanan sertifikasi halal online(cerol-ss23000) dan persiapan implementasi CEROL-SS2300 di kantin Sapta-Fateta-IPB. Manfaat Magang Manfaat dari kegiatan magang ini adalah memberikan informasi mengenai sistem sertifikasi halal dan sistem pelayanan sertifikasi online (CEROL-SS23000) sehingga dapat memudahkan produsen dalam memperoleh sertifikat halal, serta dapat memenuhi jumlah permintaan produk halal bagi konsumen Muslim maupun non Muslim.

METODOLOGI MAGANG 5 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Magang Kegiatan magang dilakukan di LPPOM MUI yang bertempat di Gedung Global Halal Center, jalan Pemuda No.5, Bogor. Dalam kegiatan magang ini penulis ditempatkan pada bagian sistem jaminan halal. Kegiatan magang ini dilakukan selama empat bulan, terhitung mulai bulan Februari sampai dengan bulan Juni 2013, setiap hari kerja dengan mengikuti jam kerja yang diterapkan. Kegiatan magang yang dilakukan berupa kegiatan kerja, pengambilan data primer, pembuatan kuesioner dan pengolahan data yang telah tersedia di LPPOM MUI. Untuk persiapan implementasi CEROL-SS23000 di kantin Sapta-Fateta-IPB. Metode Kegiatan Magang Kegiatan magang ini terdiri dari empat tahap. Tahap satu adalah mengindentifikasi kategori industri pangan yang disertifikasi halal oleh LPPOM MUI. Tahap dua adalah mempelajari sistem sertifikasi halal untuk masing-masing kategori industri pangan. Tahap tiga adalah mengkaji implementasi Sistem Pelayanan Sertifikasi Halal Online (CEROL-SS23000). Tahap empat adalah mempersiapkan dokumen untuk proses sertifikasi halal di kantin Sapta-Fateta- IPB. Identifikasi kategori industri pangan yang disertifikasi halal oleh LPPOM MUI pada tahap I dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder, pengumpulan data primer melalui diskusi dengan staf di LPPOM MUI dan dan melalui kajian literatur. Literatur yang digunakan adalah buku-buku dan data-data yang tersedia di LPPOM MUI. Kategori industri pangan berdasarkan kelompok produk yang disertifikasi halal oleh LPPOM MUI. Tahap selanjutnya setelah mengidentifikasi kategori industri pangan adalah mempelajari sistem sertifikasi halal untuk masing-masing kategori industri pangan tersebut. Sistem sertifikasi halal untuk masing-masing kategori industri pangan diperoleh melalui studi literatur dan berdiskusi dengan tim Sistem Jaminan Halal (SJH). Setelah mengetahui proses sertifikasi halal, tahap tiga adalah mengkaji efektivitas Sistem Pelayanan Sertifikasi Halal Online (CEROL SS23000) dan aplikasinya untuk sistem sertifikasi halal pada masing-masing kategori industri pangan. Untuk mengetahui aplikasi sistem CEROL-SS23000, maka dilakukan pengambilan data sekunder dan survei. Survei bertujuan untuk mengetahui tingkat kemudahan aplikasi sistem CEROL-SS23000 dari perspektif perusahaan pangan. Tahap terakhir yaitu mempersiapkan dokumen untuk proses sertifikasi halal di Kantin Sapta-Fateta-IPB. Pada tahap ini diperlukan menyusun Manual Sistem Jaminan Halal, dan mempersiapkan dokumen mengenai kantin Sapta-Fateta-IPB sesuai dengan persyaratan yang ditentukan oleh LPPOM MUI.

6 HASIL DAN PEMBAHASAN Kategori Industri Pangan LPPOM MUI mensertifikasi halal produsen pangan berdasarkan pada kelompok produk pangan. Kelompok produk di LPPOM MUI dibagi menjadi 33 kelompok produk, yaitu daging dan produk daging olahan, ikan dan produk olahannya, bakery ingredient, pemanis, dan lain-lainnya. Tiga puluh tiga kelompok produk tersebut kemudian digolongkan menjadi lima kategori, yaitu industri pengolahan, industri ingredien, rumah potong hewan, restoran/katering dan lain-lain (Tabel 1). Tabel 1 Jumlah dan jenis industri yang disertifikasi halal oleh LPPOM MUI Jenis Industri Jumlah Industri pada Tahun 2011 % 2012 % 2013 % Industri Pengolahan 6305 41.81 10717 41.36 16475 32.43 Industri Ingredien 7356 48.78 12525 48.34 29198 57.48 Restoran/Katering 1093 7.25 2158 8.33 4436 8.73 Rumah Potong Hewan 6 0.04 4 0.02 10 0.02 Lain-lain 321 2.13 506 1.95 675 1.33 Total 15081 100 25910 100 50794 100 Sumber : LPPOM MUI 2013 Berdasarkan Tabel 1, diketahui bahwa terjadi peningkatan jumlah industri yang disertifikasi halal oleh LPPOM MUI pada tahun 2012-2013. Peningkatan tersebut terjadi karena industri pangan mulai menyadari pentingnya produk halal yang beredar di Indonesia. Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar yaitu 193.6 juta dari total jumlah penduduk 220 juta jiwa (88%) (BPS 2007), sehingga industri pangan mulai meningkatkan produk halal dengan mensertifikasi halal di LPPOM MUI agar dapat memenuhi permintaan produk halal oleh konsumen Muslim maupun non-muslim. Industri pengolahan memiliki peran dalam pertumbuhan perekonomian wilayah melalui pemenuhan kebutuhan pasar dalam negeri maupun luar negeri. Beberapa dampak positif yang muncul diantaranya adalah peningkatan penyerapan angkatan kerja, peningkatan nilai investasi wilayah, pemerataan usaha, peningkatan nilai tambah bahan mentah dan peningkatan pendapatan perkapita suatu wilayah (Rejekiningsih 2004, Stanny 2009, Eriyatno 2011). Dengan berkembangnya industri pengolahan dan Indonesia sebagai negara dengan mayoritas penduduk Muslim, maka produk-produk yang beredar di Indonesia perlu sertifikat halal agar dapat meningkatkan nilai jual produk dan meningkatkan kepercayaan konsumen Muslim terhadap produk tersebut. Hal ini juga terlihat pada data LPPOM MUI jumlah industri pengolahan dapat serifikat halal pada tahun 2011, 2012 dan 2013 cukup besar yaitu 41.81%, 41.36%, dan 32.43%. Industri pegolahan telah berkembang dengan cepat dengan teknologi pengolahan yang semakin canggih, yaitu adanya ingredien-ingredien tertentu untuk meningkatkan kualitas, penampilan, masa simpan, rasa serta aroma seperti

penyedap rasa, flavor, pengawet, pewarna dan sebagainya. Saat ini, ingredieningredien memiliki risiko tinggi mengandung bahan yang haram, misalnya pewarna merah bisa berasal dari darah yang jelas haram dalam hukum Islam. Gelatin merupakan biopolimer turunan dari kolagen yang memiliki kegunaan luas (Haug and Draget 2009). Pada umumnya, gelatin yang berasal dari mamalia banyak digunakan karena tingginya titik lebur, titik gelasi dan reversibilitas termalnya (Haug and Draget 2009), namun mamalia yang digunakan bisa berasal dari babi yang merupakan hewan haram untuk dikonsumsi, atau dari hewan lain yang disembelih tidak sesuai hukum Islam. Oleh karena itu, industri ingredien sangat membutuhkan sertifikasi halal untuk menelusuri tingkat kehalalan ingredien-ingredien tersebut, sehingga jumlah industri ingredien paling banyak disertifikasi pada tahun 2011, 2012, 2013 yaitu 48.78%, 48.35%, dan 57.48%. Rumah potong hewan adalah kompleks bangunan dengan desain tertentu yang dipergunakan sebagai tempat memotong hewan secara benar bagi konsumen masyarakat luas dan harus memenuhi persyaratan-persyaratan teknis tertentu. Dengan demikian diharapkan bahwa daging yang diperoleh dapat memenuhi kriteria aman (safety), sehat (sound), utuh (wholesomeness), halal dan berdayasaing tinggi. Rumah potong hewan merupakan tempat dimana daging halal berasal untuk memenuhi kebutuhan konsumsi daging halal untuk masyarakat Indonesia yang mayoritas agama Islam. Pada kenyataannya rumah potong hewan masih sedikit yang memiliki sertifikat halal. Hal ini terlihat pada data dari LPPOM MUI, yaitu pada tahun 2011. 2012, dan 2013 jumlah rumah potong hewan yang mengajukan sertifikasi halal masih sedikit yaitu 0.04, 0.02, dan 0.02. Hal ini mungkin disebabkan oleh kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi daging halal dan kasadaran produsen untuk memproduksi daging halal masih rendah. Selain itu, rendahnya jumlah rumah potong hewan yang mengajukan sertifikasi halal juga disebabkan data Tabel 1 merupakan data yang diambil dari LPPOM MUI pusat belum termasuk data dari LPPOM provinsi, sehingga jumlah rumah potong hewan mengajukan sertifiksai halal di LPPOM provinsi belum tercatat di data LPPOM MUI pusat. Pada umumnya, agama mengatur tentang apa saja yang diperbolehkan dan apa yang dilarang untuk dilakukan, termasuk perilaku konsumsi (Shafie dan Othman 2006). Perilaku konsumen seperti perilaku pada umumnya, dipengaruhi oleh aspek kultural, sosial, personal dan karakteristik psikologis. Faktor kultural dianggap paling besar pengaruhnya terhadap keinginan dan perilaku seseorang. Kebiasaan seseorang ketika membeli daging di toko atau pasar tradisional adalah tidak menanyakan daging tersebut berasal dari rumah potong hewan yang memiliki sertifikat halal atau belum memiliki sertifikat halal. Konsumen menganggap bahwa Indonesia mayoritas agama Islam sehingga daging-daging yang diproduksi mungkin akan halal juga. Hal ini dapat mengakibatkan produsen rumah potong hewan tidak mementingkan masalah harus ada atau tidaknya sertifikat halal, produsen menganggap bahwa hewan dipotong dengan membaca bismilah saja sudah termasuk halal, namun belum tentu semua rumah potong hewan dengan cara penyembelihan sesuai dengan hukum agama Islam, misalnya ayam untuk keperluan cepat dan dalam jumlah yang banyak, kemungkinan ayam yang disembelih mati karena ditumpuk, disiram air panas, bukan karena sebab disembelih dan sebagainya. Hal ini menyebabkan daging yang dihasilkan menjadi haram. 7

8 Dari Tabel 1, terlihat juga bahwa jumlah katering/restoran yang disertifikasi halal masih sedikit, yaitu pada tahun 2011, 2012, dan 2013 jumlah restoran/katering yang memiliki sertifikat halal sebesar 2.13%, 1.95%, dan 1.33%. Hal ini mungkin disebabkan, masyarakat belum peduli kehalalan makanan yang mereka konsumsi. Ini menunjukkan bahwa kesadaran konsumen Muslim untuk mengkonsumsi makanan bersertifikat halal masih rendah. Pengusaha katering/restoran juga cenderung acuh atau tidak peduli terhadap makanan yang mereka produksi (sajikan). Para pengusaha makanan tersebut beranggapan bahwa mereka memproduksi atau membuat makanan sudah dengan komposisi atau bahan-bahan yang aman, namun perlu diketahui yang aman belum tentu makanan tersebut halal. Diperlukan bukti yang kuat dengan cara para pengusaha mendaftarkan rumah makannya agar bersertifikat halal karena sertifikat halal merupakan jaminan yang pasti bagi konsumen Muslim bahwa makanan yang hendak dikonsumsinya tersebut halal atau haram. Analisis Data Kelompok Produk yang Disertifikasi Industri pangan telah berkembang dengan cepat. Pangan saat ini tidak hanya diolah secara sederhana, namun telah diolah dengan teknologi tinggi dengan penambahan berbagai bahan tambahan agar dapat meningkatkan kualitas, penampilan, aroma, warna, masa simpan, dan sebagainya. Seiring dengan perkembangan teknologi pangandan dengan berbagai produk pangan yang berbeda-beda, LPPOM MUI telah mengidentifikasi kelompok produk yang disertifikasi halal, yaitu ada 33 kelompok produk (Tabel 2). Berdasarkan Tabel 2 terlihat bahwa pada tahun 2011, 2012 dan 2013, jumlah kelompok produk Flavor Seasoning and Fragrance paling banyak disertifikasi halal, yaitu sebesar 37.90%, 34.03% dan 46.46%. Hal ini disebabkan, besarnya konsumen Muslim di Indonesia, banyak industri pangan yang mempersyaratkan ingredien yang digunakan termasuk flavor, harus memiliki sertifikat halal. Menurut General Manager Dept of Planning dan Koordinator Auditor Halal Internal PT Ajinomoto Indonesia Mojokerto Factory, Yudho Koesbandryo, halal merupakan salah satu titik kritis dalam pemilihan flavor di perusahaannya (Yudho 2011). Selain itu, flavor bisa terdiri dari banyak bahan penyusun yang masing-masing bisa bercabang menjadi jenis flavor lainnya (Osmena 2011). Berdasarkan masalah kehalalan produk pangan, rumah potong hewan menempati posisi yang sangat penting karena dari sini sumber bahan baku produk makanan berasal. Berdasarkan data LPPOM MUI, rumah potong hewan pada tahun 2011, 2012 dan 2013 adalah paling sedikit disertifikasi halal, yaitu sebesar 0.04%, 0.02% dan 0.02%. Hal ini dikarenakan belum adanya aturan tegas untuk seluruh rumah potong hewan untuk sertifikasi halal, padahal Indonesia menjadi negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia. Menurut Hakim (2010) yang perlu dikritisi adalah rumah potong hewan tidak mau disertifikasi halal padahal keluar dari rumah potong hewan, daging-daging yang dijual di pasar-pasar tidak ada registrasi, tidak ada pengawasan.

Tabel 2 Kelompok Produk yang Disertifikasi Halal 9 N 2011 2012 2013 Kelompok Produk o Jumlah % Jumlah % Jumlah % 1 Bahan Tambahan 247 1.64 692 2.67 605 1.19 2 Bakery (Roti dan Kue) 670 4.44 306 1.18 417 0.82 3 Bakery Ingredient 267 1.77 242 0.93 896 1.76 4 Minuman dan Bahan Minuman 829 5.50 1251 4.83 2527 4.97 5 Coklat Konfeksioneri dan Bahan Pendukungnya 653 4.33 319 1.23 1566 3.08 6 Bumbu, Rempah dan Kodimen 622 4.12 1386 5.35 2099 4.13 7 Kosmetik 111 0.74 842 3.25 1481 2.92 8 Telur & Produk Telur Olahan 16 0.11 21 0.08 29 0.06 9 Enzim 142 0.94 27 0.10 257 0.51 10 Ekstrak 89 0.59 674 2.60 551 1.08 11 Ikan dan Produk Olahannya 136 0.90 433 1.67 483 0.95 12 Flavor Seasoning and 37.9 34.0 5715 8818 Fragrance 0 3 23597 46.46 13 Tepung Pati dan Produk Turunan/Olahannya 176 1.17 327 1.26 402 0.79 14 Gelling Agent (Pembentuk Gel) 110 0.73 192 0.74 258 0.51 15 Herbal (Jamu) 140 0.93 149 0.58 164 0.32 16 Es Krim dan Bahan Pendukungnya) 81 0.54 297 1.15 359 0.71 17 Susu dan Makanan Bayi/Balita 114 0.76 187 0.72 456 0.90 18 Selai dan Jelly 153 1.01 232 0.90 314 0.62 19 Daging dan Produk Daging Olahan 283 1.88 500 1.93 548 1.08 20 Obat-obatan 0 0.00 8 0.03 28 0.06 21 Susu dan Produk Susu Olahan 291 1.93 516 1.99 1017 2.00 22 Mie Pasta dan Produk Olahannya 191 1.27 472 1.82 467 0.92 23 Minyak Lemak dan Produk Olahannya 520 3.45 1938 7.48 2417 4.76 24 Vitamin, Mineral dan zat gizi lainnya 51 0.34 353 1.36 536 1.06 25 Tumbuhan dan Produk Tumbuhan Olahan 1386 9.19 1239 4.78 2061 4.06 26 Protein dan Asam Amino 61 0.40 43 0.17 141 0.28 27 Restoran dan Katering 1043 6.92 2096 8.09 4385 8.63 28 Nasi dan Lauk Pauk 50 0.33 62 0.24 51 0.10 29 Rumah Potong Hewan 6 0.04 4 0.02 10 0.02 30 Snack (Makanan Ringan) 555 3.68 1680 6.48 1739 3.42 31 Suplemen dan Bahan Suplemen 8 0.05 15 0.06 43 0.08 32 Sweeteners (Pemanis) 44 0.29 83 0.32 215 0.42 33 Others (Lain-lain) 321 2.13 506 1.95 675 1.33 Total 15081 100 25910 100 50794 100 Sumber : LPPOM MUI 2013

10 Dunia obat-obatan berkembang semakin cepat mengikuti kualitas dan kuantitas penyakit yang tidak kalah cepat berkembang. Aspek kehalalan kembali menjadi kesulitan bagi farmasi yang telah memanfaatkan apa saja, asalkan bisa memberikan kesembuhan, penggunaan bahan dari babi, organ manusia, dan bahan haram lainnya. Hingga saat ini jumlah produk obat-obatan yang disertifikasi halal masih sedikit, yaitu pada 2011 jumlahnya 0%, 2012 jumlahnya 0.03% dan 2013 yaitu 0.06%. Hal ini disebabkan pengkajian mengenai kehalalan obat-obatan ini banyak mengalami kesulitan dan hambatan, terutama berkaitan dengan minimalnya informasi yang bisa diakses masyarakat umum. Pada obat-obatan yang beredar melalui resep dokter sangat sulit ditelusuri kandungan dan komposisi bahannya karena akses yang didapatkannya juga sangat terbatas. Disadari atau tidak, dalam kehidupan wanita sehari-hari tidak bisa terlepas dari produk kosmetik. Produk perawatan tubuh ini digunakan oleh sebagian besar wanita mulai dari bangun tidur hingga menjelang tidur. Oleh karena itu, banyak perusahaan berusaha memenuhi kebutuhan akan kosmetik dengan berbagai macam inovasi produk. Produk kosmetik yang beredar di pasaran nyatanya masih banyak yang belum mencantumkan label halal pada kemasan produknya. Namun, dengan besarnya konsumen Muslim di Indonesia, produk kosmetik mulai banyak yang sudah mencantumkan label halal, hal ini juga terlihat pada data LPPOM MUI yaitu pada tahun 2011 jumlah kosmetik memiliki sertifikat halal sebesar 0.74%, meningkat pada tahun 2012 yaitu 3.25% dan pada tahun 2013 sebesar 2.92%. Analisis Data Jumlah Perusahaan yang Melakukan Registrasi CEROL- SS23000 di Tiap Negara Dalam sistem perdagangan internasional masalah sertifikasi dan penandaan kehalalan produk mendapat perhatian baik dalam rangka memberikan perlindungan terhadap konsumen umat Islam diseluruh dunia. Negara-negara produsen akan mengekspor produknya ke negara-negara berpenduduk Islam termasuk Indonesia. Dalam perdagangan internasional tersebut label/tanda halal pada produk mereka telah menjadi salah satu instrumen penting untuk mendapatkan akse spasar untuk memperkuat daya saing produk domestiknya di pasar internasional. Tabel 3 yang menunjukkan perusahaan-perusahaan dari 29 negara yang telah registrasi CEROL-SS2300 tahun 2012 dan 2013. Dari Tabel 3, terlihat bahwa Indonesia merupakan negara dengan jumlah perusahaan terbanyak yang melakukan registrasi CEROL-SS23000, yaitu dengan nilai peningkatan sebesar 1191. Saat ini, konsumen Muslim di Indonesia memiliki kepedulian tinggi terhadap kehalalan barang dan jasa yang mereka konsumsi (Sucipto 2009). Oleh karena itu, produk pangan yang beredar di Indonesia semakin banyak yang disertifikasi halal untuk memenuhi permintaan jumlah produk halal yang semakin meningkat. Selain Indonesia, Cina juga merupakan negara dengan jumlah perusahaan terbanyak kedua yang melakukan registrasi CEROL-SS23000, yaitu dengan nilai peningkatan sebesar 307. Hal ini disebabkan Indonesia dan Cina terus meningkatkan kerja sama ekspor impor sehinga produk yang masuk ke Indonesia perlu sertifikat halal. Berdasarkan data Badan Pusat

Statistik pada tahun 2013, Cina masih menjadi negara pengimpor terbesar Indonesia yang memberikan peranan sebesar 12.33% (BPS 2013). Tabel 3 Jumlah Perusahaan yang Melakukan Registrasi CEROL-SS23000 di Tiap Negara No Negara Total Perusahaan yang Registrasi CEROL-SS23000 2012 2013 peningkatan 1 Argentina 0 2 2 2 Australia 2 8 6 3 Bangladesh 0 2 2 4 Belgia 0 2 2 5 Belarus 0 9 9 6 Cina 6 313 307 7 Perancis 1 7 6 8 Jerman 2 11 9 9 Hongaria 0 6 6 10 India 2 36 34 11 Indonesia 268 1459 1191 12 Italia 0 1 1 13 Jepang 2 12 10 14 Malaysia 4 19 15 15 Belanda 1 10 9 16 Selandia Baru 0 6 6 17 Filipina 4 7 3 18 Saudi Arabia 0 1 1 19 Singapura 7 48 41 20 Spanyol 0 1 1 21 Swiss 2 23 21 22 Afrika Selatan 0 1 1 23 Thailand 1 10 9 24 Turki 0 2 2 25 Vietnam 1 6 5 26 Republik Korea 0 23 23 27 Sri Langka 0 1 1 28 Inggris 0 2 2 29 Amerika Serikat 0 1 1 Sumber : LPPOM MUI 2013 Dari Tabel 3 juga terlihat bahwa sebagian besar perusahaan di benua Eropa dan Amerika, seperti Argentina, Belgia, Italia, Spanyol dan lain-lain mulai melakukan registrasi CEROL-SS23000. Hal ini menunjukkan bahwa halal mulai menjadi pusat perhatian dunia. Oleh karena itu, Indonesia dapat menjadi pusat sertifikasi halal dunia. Indonesia unggul pada faktor sistem sertifikasi yang saat ini menjadi acuan sertifikasi halal dunia (MUI,2010), potensi pasar yang merupakan pasar produk halal terbesar di dunia (Kassim, 2009). Sementara itu, jumlah perusahaan di Singapura yang registrasi CEROL- SS2300 juga mengalami peningkatan cukup besar yaitu 41. Hal ini diduga karena jumlah penduduk beragama Islam di Singapura sekitar 15.3 % dari total penduduk, 11

12 yang di Singapura menempati rangking ketiga setelah agama Budha dan Taoisme (Sharon Siddique 1995). Dengan jumlah penduduk beragama Islam yang cukup besar di Singapura sehingga perusahaan-perusahaan di Singapura mulai banyak yang registrasi CEROL-SS23000 untuk mensertifikasi halal, agar dapat memenuhi jumlah permintaan produk halal di Singapura. Selain itu, India juga memiliki jumlah perusahaan yang registrasi CEROL- SS23000 meningkat cukup besar yaitu 34. Hal ini dikarenakan perekonomi India tumbuh dengan pesat, bahkan India menjadi negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat kedua setelah Cina (Irwan Suhanda 2007). Salah satu ekspor utama India adalah produk pertanian, bahan kimia dan farmasi, mineral dan lainnya. Oleh karena itu, India memerlukan sertifikasi halal produk yang dihasilkannya agar dapat mengekspor ke negara-negara yang merpersyaratkan adanya sertifikat halal, salah satunya adalah negara Indonesia. Mempelajari Sistem CEROL-SS23000 dan Aplikasinya Untuk Industri Pangan Sistem CEROL-SS23000 dibuat dengan banyak keunggulan, yaitu waktu proses sertifikasi lebih cepat, dapat memonitor perkembangan proses sertifikasi secara real time, dapat mengunduh sertifikat halal dari sistem, tidak ada batas waktu dalam pengisian data sehingga dapat dikerjakan secara bertahap, dan yang paling unggul adalah bisa mengurangi penggunaan kertas. Selain itu, sertifikasi halal CEROL-SS23000 juga dapat melayani pengajuan approval bahan jika terdapat penggantian bahan selama masa berlakunya sertifikat halal, pengiriman laporan berkala sebagai bentuk komitmen untuk menjaga kehalalan produk, dan dapat mencari nomor sertifikat halal dari produk yang telah disertifikasi. Tingkat kemudahan aplikasi sistem CEROL-SS23000 bagi perusahaan yang sertifikasi halal produk dipelajari melalui survei kepada perusahaan. Kuesioner dibuat dengan 15 pertanyaan yang akan dijawab melalui 5 skala yaitu sangat tidak setuju (1), tidak setuju (2), netral (3), setuju (4) dan sangat setuju (5). Kuesioner disebarkan ke pelatihan LPPOM MUI dan dengan mengirim email ke perusahaan, dan kuesioner berhasil beredar pada 1 perusahaan kecil, 11 perusahaan menengah, dan 5 perusahaan besar.kuesioner dapat dilihat pada Lampiran 1 dan data hasil penyebaran kuesioner dapat dilihat pada Tabel 4. Berdasarkan hasil pengisian kuesioner, rata-rata jawaban pertanyaanpertanyaan perusahaan menengah dan perusahaan besar adalah pada skala 4 (setuju). Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan menengah dan perusahaan besar menganggap aplikasi sistem CEROL-SS23000 memudahkan perusahaan memperoleh sertifikat halal. Pada perusahaan kecil diperkirakan rata-rata jawaban pertanyaan adalah tidak setuju-netral. Hal ini dikarenakan UKM kurangnya kesadaran dan adanya persepsi bahwa penggunaan TI (teknologi informasi) akan menyebabkan biaya tinggi sehingga lebih memilih jalur yang sudah biasa dilaluinya daripada melalui jalur baru yang sebenarnya lebih singkat dan efisien (Dans 2001). Pada kenyataannya, hasil pengisian kuesioner rata-rata jawaban pertanyaan pada skala 4.2 (setuju). Hal ini menunjukkan perusahaan kecil setuju aplikasi sistem CEROL-SS23000 memudahkan perusahaan memperoleh sertifikat halal.

13 Tabel 4 Penilaian responden terhadap penerapan sistem CEROL dalam proses sertifikasi halal oleh LPPOM MUI Pertanyaan Perusahaan Kecil Perusahaan Menegah Perusahaan Besar Pengetahuan aplikasi CEROL 4 3.8 3.8 Pembacaaan User Manual CEROL terlebih dahulu 3 3.9 3.8 User Manual CEROL sangat informatif 3 3.9 3.8 Sistem CEROL lebih mudah digunakan 5 4.3 4.4 Kemudahan sistem CEROL untuk memperoleh sertifikat halal 5 4.4 4.6 Waktu penerbitan sertifikat halal lebih singkat 4 3.9 4.4 Tidak ada kendala dalam berkomunikasi melalui CEROL 4 3.2 3.6 Pemberian respon cepat terhadap registrasi perusahaan 5 3.9 4.2 Pelayanan melalui CEROL sudah baik 4 3.8 4.4 Tidak ada kendala ketika sign-up/logn in dalam CEROL 4 4.4 4.6 Tidak ada kendala ketika registrasi di CEROL 4 3.8 3.8 Tidak ada kendala dalam pembayaran registrasi 4 4.5 4.0 Tidak ada kendala dalam mengupload data 4 3.9 3.2 Tidak ada kendala dalam pembayaran akad 4 4.4 3.8 Tidak ada kendala dalam monitoring proses sertifikasi halal 5 4.3 3.6 Rata-rata 4.2 4.0 4.0 Keterangan : 1 = Sangat tidak setuju 2 = Tidak setuju 3 = Netral 4 = Setuju 5 = Sangat setuju Selain itu, pada kuesioner juga ada 5 pertanyaan tambahan. Berdasarkan 5 pertanyaan tambahan tersebut diketahui bahwa perusahaan-perusahaan mengetahui adanya sistem CEROL-SS23000 melalui internet dan pelatihan dari LPPOM MUI. Perusahaan-perusahaan juga mengakui kelebihan dari sistem CEROL-SS23000, yaitu dapat mengajukan permohonan sertifikasi halal dimana saja, tidak menggunakan banyak waktu. Selain itu, ada beberapa perusahaan juga mengakui kelebihannya, yaitu menghemat penggunaan kertas, mendapat update informasi secara otomatis dan online, dapat mengetahui dengan jelas sampai mana proses sertifikasi halal berjalan dengan adanya menu view history, proses monitoring lebih mudah. Perusahaan berharap fitur-fitur dalam CEROL-SS23000 bisa dibuat lebih menarik, waktu respon dapat dipercepat pada saat pre-audit, perbaikan dalam waktu meng-upload dokumen, perusahaan menganggap masih terlalu lama waktu yang dibutuhkan untuk meng-upload dokumen. Ketika meng-upload data mudahmudahan tidak error karena pengalaman perusahaan ketika meng-upload dokumen, kadang-kadang sistem CEROL-SS23000 tiba-tiba error sehingga harus logn in kembali agar dapat meng-upload dokumen. Perusahaan berharap personil untuk konsultasi mengenai CEROL-SS23000 diperbanyak, karena perusahaan mengalami kesulitan ketika menghubungi, sering tidak di tempat dan tidak ada personil lain sebagai penggantinya, dan mohon agar konsultasi melalui email dapat direspon tanpa harus dihubungi melalui telepon. Selain itu, sebaiknya ada dialog box antara pihak perusahaan dengan pihak LPPOM MUI untuk bertanya mengenai masalah dalam mengurus sertifikasi halal. Kuota untuk meng-upload data dapat ditambahkan (sistem selain Microsoft Word, seperti PDF atau JPEG),

14 karena meng-upload membutuhkan waktu yang lama dan sering gagal. Komunikasi yang berkaitan dengan sertifikasi halal, izin penggunaan bahan baru, dan komunikasi lainnya dapat diintegrasikan dengan sistem CEROL-SS23000, agar history komunikasi terdokumentasi dengan baik, meskipun ada pergantian personil (karena adanya turn over karyawan), karyawan baru dapat mengetahui history sebelumnya. Harapan perusahaan mengenai sistem CEROL-SS23000 tidak hanya sebagai sistem untuk pengajuan SH (sertifikat halal) saja, tetapi juga dapat mengakses SH produk perusahaan ingin cari tahu seperti dalam daftar produk halal. Apabila ada revisi dalam User Manual CEROL-SS23000 dapat diinformasikan melalui CEROL-SS23000 ke perusahaan yang telah registrasi di CEROL-SS23000, dan ditambahkan infomasi di User Manual CEROL-SS23000 lebih spesifik dan kompleks agar ketika ada kendala tidak harus melalui email atau telepon. Perusahaan berharap adanya penambahan fitur misalnya Notification List, sehingga tidak perlu membuka satu persatu menu ( Material List, Produk List, Matrix List), adanya menu yang dapat menghapus informasi bahan dalam jumlah banyak dan tidak harus menghapus satu persatu, dan adanya penambahan fitur daftar rincian biaya proses sertifikasi halal. Semoga pihak LPPOM MUI melakukan sosialisasi secara berkala agar sistem Cerol SS-23000 selalu dipahami dan selalu update informasi terbaru. Namun, ada juga pernyataan dari salah satu perusahaan bahwa User Manual CEROL-SS23000 sangat informatif, dan mudah dipahami. Uji Implementasi SJH dan CEROL-SS23000 di Kantin Sapta-Fateta-IPB Kantin Sapta-Fateta-IPB berlokasi di Gedung Fakultas Teknologi Pertanian IPB, Kampus IPB Dramaga dan bergerak di bidang pengolahan dan penjualan makanan dan minuman. Untuk memperoleh makanan dan minuman yang terjamin kehalalannya, kantin Sapta mengajukan sertifikasi halal di LPPOM MUI. Proses sertikasi halal memerlukan penyusunan dan penerapan dari Manual SJH sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh sertifikat halal. Manual SJH adalah sistem manajemen terintergrasi yang disusun, diterapkan dan dipelihara untuk mengatur bahan, proses produksi, produk, sumber daya manusia dan prosedur dalam rangka menjaga kesinambungan proses produksi halal sesuai dengan persyaratan LPPOM MUI. Kantin Sapta-Fateta-IPB menyusun Manual SJH berdasarkan buku Persyaratan Sertifikasi Halal HAS 23000 yang dikeluarkan oleh LPPOM MUI. Penyusunan Manual SJH mencakup sebelas (11) kriteria sesuai dengan persyaratan LPPOM MUI yaitu kebijakan halal, tim manajemen halal, pelatihan dan edukasi, bahan, produk, fasilitas produksi, prosedur tertulis aktivitas kritis, kemampuan telusur, penanganan produk yang tidak memenuhi kriteria, audit internal, dan kaji ulang manajemen. Selain menerapkan SJH, kantin Sapta-Fateta-IPB juga harus mengikuti kebijakan dan prosedur sertifikasi halal yang ditetapkan LPPOM MUI dalam dokumen HAS 23000:2. Kantin Sapta-Fateta-IPB telah melakukan pendaftaran dan pembuatan username agar kantin dapat masuk ke aplikasi CEROL-SS23000, dan melakukan login untuk dapat masuk ke tahap mengupload dokumen halal yang diperlukan selama proses sertifikasi halal. Proses mengupload dokumen halal kantin Sapta-Fateta-IPB telah berhasil melewati tahap List of Product yaitu

mengupload nama 22 kios yang berada di kantin. Langkah berikutnya kantin mendaftarkan bahan yang digunakan untuk seluruh kios-kios di kantin yang akan disertifikasi. Selanjutnya kantin akan mengupload matriks produk yang menunjukkan bahan yang digunakan untuk semua makanan di setiap kios di kantin. Kantin Sapta-Fateta-IPB sedang melengkapi dokumen halal setelah menerima audit memorandum dari pihak LPPOM MUI. 15 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Halal telah menjadi perhatian dunia, penduduk Muslim di dunia semakin meningkat. Perusahaan pangan mulai menyadari pentingnya sertifikasi halal, sehingga jumlah perusahaan pangan yang mendaftar untuk sertifikasi halal semakin meningkat. Negara Indonesia paling banyak perusahaan yang sertifikaasi halal, dan Cina juga merupakan negara dengan jumlah perusahaan paling banyak kedua setelah Indonesia yang disertifikasi halal. Selain itu, negara-negara yang berkembang seperti United Kingdom dan United State of America juga mulai mendaftarkan diri untuk disertifikasi halal produk pangan. Saat ini, tidak hanya produk pangan yang disertifikasi halal, tapi produk obat-obatan dan kosmetik juga mulai menyadari pentingnya halal bagi konusmen Muslim. Saat ini LPPOM MUI telah menyediakan sistem pelayanan sertifikasi halal secara online (CEROL- SS23000), dan diakui oleh perusahaan pangan yaitu proses sertifikasi halal lebih mudah, cepat dan dapat menghemat waktu. Kantin Sapta-Fateta-IPB telah berhasil registrasi di CEROL-SS23000 dan sedang dalam tahap pemberitahuan jadwal audit dari pihak LPPOM MUI. Saran LPPOM MUI lebih mendorong pentingnya sertifikasi halal dan mengadakan sistem pelatihan khusus untuk Rumah Potong Hewan (RPH), karena RPH masih sedikit yang memiliki sertifikat halal dengan kerja sama dengan dinas terkait atau pemerintah daerah. Vietnam telah memiliki lembaga sertifikasi halal, namun lembaga ini masih belum terbentuk yang lengkap yaitu belum memiliki tenaga ahli, belum memiliki prosedur sertifikasi halal yang lengkap. Lembaga ini bekerja dengan tenaga yang berasal dari orang-orang yang mendalami syariah Islam, dan berjalan dengan prinsip-prinsip yang berdasarkan hukum Islam. Lembaga sertifiksi halal di Vietnam diharapkan akan bisa membangun lembaga sertifikasi halal yang memiliki prosedur sertifikasi yang lengkap; memiliki tenaga ahli bidang kimia, biologi, teknologi pangan dan sebagainya; dan jika perlu diaplikasikan 11 kriteria SJH dari LPPOM MUI yang sangat lengkap dan dapat menjaga konsistensi untuk menghasilkan produk yang halal.

16 DAFTAR PUSTAKA [LPPOM MUI] Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika. 2013. Customer User Manual-Manufacturing [terhubung berkala] http://www.elppommui.org/documents/manual-cerol-manufacturing 3.0.pdf (3 Januari 2013). [LPPOM MUI] Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika. 2013. Surat Keputusan LPPOM MUI tentang Kategori Produk Perusahaan Pendaftar Sertifikat Halal MUI dan Proses Sertifikasi Halal MUI Berdasarkan Tingkat Kritis Bahan dan Tingkat Kesulitan Penelusuran Kehalalannya. Bogor (ID): LPPOM MUI [LPPOM MUI] Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika. 2012. HAS 23000 Persyaratan Sertifikasi Halal. Bogor (ID): LPPOM MUI [PRC] Pew Research Center. 2011. The Future of Global Muslim Population: Projections for 2010-2030. [terhubung berkala] http://pewresearch.org/ pubs/1872/muslim-population-projectionsworldwide-fast-growth (3 Januari 2011). [BPS] Badan Pusat Statistik. 2007. Statistik Indonesia Tahun 2007. Jakarta [BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Berita Resmi Statistik. No. 17/03/Th. XVI, 1 Maret 2013 Dans E. 2001. IT Responsiveness in Small and Medium Enterprise: It Pays to Be on Top IT. Instituto de Empresa Mario de Molina. Eriyatno. 2011. Membangun Ekonomi Komparatif. PT. Elex Media Komputindo Jakarta. Essoo, Nittin, Dibb, Sally. 2004. Religious influences on shopping behaviour: an exploratory study.journal of Marketing Management 1(5):75 Girindra, Aisjah. 2006. Menjamin Kehalalan dengan Label Halal.Persfektif Food Review Indonesia Vol.1 No 9.hal.12-13. Bogor. Osmena G. 2011. Industri Falvor Dituntut Lebih Inovatif. [terhubung berkala]http://www.foodreview.biz/ preview.php?view2&id=56604#.uxideeqknc (20April2011) Hakim Lukmanul. 2010. Masih Sedikit RPH Bersertifikat Halal. [terhubung berkala] http://www.arrahmah.com/read/2010/02/08/6862-lppom-muimasih-sedikit-rph-bersertifikasi-halal.html (27 Mei2013) Haug IJ, Draget KI. 2009. Gelatin. Di dalam: GO Phillips, PA Williams, Ed. 2009. Handbook of Hydrocolloids. Ed ke-2. Woodhead Publishing Limited, Cambridge. pp. 142-163. Irwan Suhanda. 2007. India, Bangitnya Raksasa Dunia. Gramedia Pustaka: Jakarta. Hal. XXIII Kassim A. 2009. The Global Market Potential of Halal. Ministry For Religious Affairs, Domestic Trade And Consumer Affairs. Malaysia. Penang. Yudho K. 2011. Industri Falvor Dituntut Lebih Inovatif. [terhubung berkala]http://www.foodreview.biz/ preview.php?view2&id=56604#.uxideeqknhc (20April2011) [MUI] Majelis Ulama Indonesia. 2010. Perkembangan Produk Halal Indonesia.LPPOM-MUI. Jakarta