Amaylia Oehadian, Pandji Irani Fianza, Trinugroho Heri Fadjari Rachmat Sumantri, Iman Supandiman

dokumen-dokumen yang mirip
ASPEK HEMATOLOGI TUBERKULOSIS. Amaylia Oehadian Sub-Bagian Hematologi-Onkologi Medik SMF Penyakti Dalam RS Perjan Hasan Sadikin/FK UNPAD Bandung

Kelainan darah pada lupus eritematosus sistemik

Pola Lekemia Limfoblastika akut di Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK-USU/RS. Dr. Pirngadi Medan

BAB 1 PENDAHULUAN. sampai bulan sesudah diagnosis (Kurnianda, 2009). kasus baru LMA di seluruh dunia (SEER, 2012).

Kelainan darah pada Lupus eritematosus sistemik

LEUKEMIA. - pendesakan kegagalan sumsum tulang - infiltrasi ke jaringan lain

BAB I PENDAHULUAN. Menurut American Cancer Society (2014), Leukemia adalah jenis kanker yang

Anemia Megaloblastik. Haryson Tondy Winoto, dr.,msi.med.,sp.a Bag. Anak FK-UWK Surabaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Polisitemia Vera (PV) adalah salah satu jenis keganasan mieloproliferatif.

BAB 6 PEMBAHASAN. tahun, usia termuda 18 tahun dan tertua 68 tahun. Hasil ini sesuai dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. rawat inap di RSU & Holistik Sejahtera Bhakti Kota Salatiga. kanker payudara positif dan di duga kanker payudara.

BAB I PENDAHULUAN. banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis. World Health Organization

MANIFESTASI KLINIS DAN GAMBARAN LABORATORIK LEUKEMIA MIELOID RONIK DI RSUP DR. KARIADI Periode 1 Januari Maret 2007 ARTIKEL

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Pola Gambaran Darah Tepi pada Penderita Leukimia di Laboratorium Klinik RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang

Anemia Hemolitik. Haryson Tondy Winoto,dr,Msi.Med.,Sp.A Bag. IKA UWK

Korelasi Mutasi JAK2 V617F dengan Keparahan Klinis pada Pasien Neoplasma Myeloproliferatif yang Memiliki Kromosom Philadelphia Negatif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian. pemeriksaan kultur darah menyebabkan klinisi lambat untuk memulai terapi

Curriculum vitae Riwayat Pendidikan: Riwayat Pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Chronic Myelogenous Leukemia (CML) merupakan suatu. keganasan hematologi yang berupa kelainan klonal dari

ASPEK LABORATORIUM Acute Promyelocytic Leukemia (APL) AML-M3

Leukemia. Leukemia / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi neonatus khususnya sepsis neonatorum sampai saat ini masih

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang paling sering dijumpai pada anak. Data di Departemen Ilmu Kesehatan Anak,

PAPER HEMATOLOGI MENGHITUNG JUMLAH ERITROSIT

BAB 2 DESKRIPSI SINGKAT PEMBESARAN GINGIVA. jaringan periodonsium yang dapat terlihat secara langsung sehingga mempengaruhi

ABSTRAK. Pembimbing I : Lisawati Sadeli, dr., M.Kes. Pembimbing II : Hartini Tiono, dr.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

MATA KULIAH PATOLOGI KLINIK

BAB I PENDAHULUAN. β-thalassemia mayor memiliki prognosis yang buruk. Penderita β-thalassemia. 1.1 Latar Belakang

Trombositemi Esensial

Kanker Darah Pada Anak Wednesday, 06 November :54

Kejadian Anemia Pada Penderita Leukemia Limfoblastik Akut di RSUD Dr. Hi. Abdul Moeloek Provinsi Lampung

BAB V PEMBAHASAN. yang telah memenuhi jumlah minimal sampel sebanyak Derajat klinis dibagi menjadi 4 kategori.

1 Universitas Kristen Maranatha

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) MATA KULIAH FARMAKOTERAPI INFEKSI DAN TUMOR

BAB V PEMBAHASAN. (2009), dimana kesalahan pengambilan spesimen pada fase pra-analitik dari

SILABUS UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Darah merupakan salah satu komponen yang paling penting di dalam tubuh

: Ikhsanuddin Ahmad Hrp, S.Kp., MNS. NIP : Departemen : Kep. Medikal Bedah & Kep. Dasar

PELATIHAN NEFROLOGI MEET THE PROFESSOR OF PEDIATRICS. TOPIK: Tata laksana Acute Kidney Injury (AKI)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Pendekatan Klinis dan Diagnosis Anemia

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya sel myeloid (Perrotti et al., 2010). Di Asia,

Sesi dengan fasilitasi Pembimbing : 3 X 50 menit (coaching session) Sesi praktik dan pencapaian kompetensi: 4 minggu (facilitation and assessment)

Medan Diduga Daerah Endemik Malaria. Umar Zein, Heri Hendri, Yosia Ginting, T.Bachtiar Pandjaitan

Perbedaan Kadar Hb Pra dan Post Hemodialisa pada Penderita Gagal Ginjal Kronis di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta

Makalah Hematologi. Akademi Analis Kesehatan. Putra Jaya Batam. Mata Kuliah: Hematologi. Siswan Manto Badjo, M.Si.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERBEDAAN PENURUNAN TROMBOSIT PADA DEMAM BERDARAH DENGUE DERAJAT I DAN II DI RS BHAYANGKARA TRIJATA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah adalah suspensi dari partikel dalam larutan koloid cair yang

BAB III LEUKEMIA. Leukemia adalah sekumpulan penyakit yang ditandai oleh adanya akumulasi leukosit ganas dalam sumsum tulang dan darah.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh kuman TBC ( Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman. lainnya seprti ginjal, tulang dan usus.

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis sebagian besar bakteri ini menyerang

PERBANDINGAN KADAR RET HE, FE, DAN TIBC PADA PENDERITA ANEMIA DEFISIENSI FE DENGAN ANEMIA KARENA PENYAKIT KRONIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

RESPON HEMATOLOGI PASIEN LEUKEMIA MIELOID KRONIK YANG MENDAPAT PENGOBATAN TYROSINE KINASE INHIBITOR SELAMA SETAHUN DI RSUP SANGLAH DENPASAR

ABSTRAK PREVALENSI KASUS ITP DI RUMAH SAKIT IMMANUEL PERIODE TAHUN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

GAMBARAN INDEKS ERITROSIT PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU

DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. makhluk hidup. Sel eritrosit termasuk sel yang terbanyak di dalam tubuh manusia.

ABSTRAK GAMBARAN INFEKSI MALARIA DI PUSKESMAS SUNGAI AYAK III KALIMANTAN BARAT TAHUN 2010

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk

Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Bab 4 Batuk dan Kesulitan Bernapas Kasus II. Catatan Fasilitator. Rangkuman Kasus:

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

KEGANASAN HEMATOLOGI PADA ORANG DEWASA

BAB II LANDASAN TEORI

ABSTRAK. UJI VALIDITAS INDEKS MENTZER SEBAGAI PREDIKTOR β-thalassemia MINOR DAN ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA POPULASI ANEMIA HIPOKROM MIKROSITER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dengue dan ditandai empat gejala klinis utama yaitu demam yang tinggi, manifestasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Laboratorium Leukemia Kronik di Bagian Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Tuberkulosis paru adalah suatu infeksi kronik disebabkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berbentuk cakram dan mengandung granula. Terdapat keping

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sepsis didefinisikan sebagai adanya mikroorganisme atau toksin /zat beracun

BAB 1 PENDAHULUAN. mutasi sel normal. Adanya pertumbuhan sel neoplasma ini ditandai dengan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV METODE PENELITIAN. dan Penyakit Kandungan dan Ilmu Patologi Klinik. Penelitian telah dilaksanakan di bagian Instalasi Rekam Medis RSUP Dr.

LAPORAN TUTORIAL MODUL : Ilmu Penyakit Dalam TRIGGER 5. OLEH: Kelompok Tutorial XVII

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Arti tuberkulosis. Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Kanker atau keganasan merupakan pertumbuhan sel-sel yang abnormal

BAB 1 PENDAHULUAN. Anemia hemolitik autoimun atau Auto Immune Hemolytic Anemia (AIHA)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Penyebab timbulnya penyakit DHF. oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus (Arthropodborne

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produksi rantai globin mengalami perubahan kuantitatif. Hal ini dapat menimbulkan

LEUKEMIA. Disusun Oleh: DIAN SHEILA APRILIA HANAN MEI FATMAWATI

BAB I PENDAHULUAN. penyebab intrakorpuskuler (Abdoerrachman et al., 2007). dibutuhkan untuk fungsi hemoglobin yang normal. Pada Thalassemia α terjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sel darah putih ( lekosit ) rupanya bening dan tidak berwarna, bentuknya lebih besar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Aulia Yuma Hardono G2A HALAMAN PENGESAHAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 P a g e

Transkripsi:

KARAKTERISTIK PENDERITA SINDROMA MIELODISPLASI DI SUB BAGIAN HEMATOLOGIONKOLOGI MEDIK BAGIAN PENYAKIT DALAM RS. HASAN SADIKIN BANDUNG SELAMA 5 TAHUN (1997 2001) Amaylia Oehadian, Pandji Irani Fianza, Trinugroho Heri Fadjari Rachmat Sumantri, Iman Supandiman PENDAHULUAN Sindroma Mielodisplasi adalah suatu kelainan sel induk hematopoiesis dengan karakteristik adanya manifestasi kegagalan sumsum tulang dan kecenderungan mengalami transformasi menjadi fase lekemi akut disertai manifestasi patologis morfologi (displasi) darah tepi dan sumsum tulang. 1, 2 Penyebab Sindroma Mielodisplasi belum diketahui dengan pasti, diduga karena paparan senyawa mutagen (bensen, obatobat kemoterapi terutama obatobat alkilating) dan radiasi. 3 Pada Sindroma Mielodisplasi terjadi mutasi multipel sel induk hematopoiesis dengan kecenderungan resisten terhadap kemoterapi. Karakteristik klinis dan laboratorium sangat bervariasi dari anemi ringan dengan netrofil dan trombosit normal sampai gambaran lekemi. 3 Berdasarkan hal tersebut di atas, dilakukan penelitian di Sub Bagian Onkologi Medik Bagian Penyakit Dalam RS. Hasan Sadikin Bandung selama 5 tahun (1997 2001) untuk mempelajari karakteristik klinis dan laboratorium penderita Sindroma Mielodisplasi. BAHAN DAN METODA Dilakukan penelitian retrospektif dengan mengambil data dari rekam medik penderita Sindroma Mielodisplasi yang menjalani rawat inap dan rawat jalan di Sub Bagian Hematologi Onkologi Medik RS. Hasan Sadikin Bandung selama 5 tahun ( 1 Januari 1997 31 Desember 2001 ). HASIL PENELITIAN Selama periode 5 tahun didapatkan 14 penderita Sindroma Mielodisplasi yang terdiri dari 7 penderita pria (50%) dan 7 penderita wanita (50%), dengan perbandingan pria : wanita 1 : 1. Penderita penderita tersebut merupakan 0,56% kasus baru rawat inap dan rawat jalan (14 dari 2475 penderita baru). Dari 14

penderita tersebut didapatkan 11 penderita (78,6%) tipe RA (Refractory Anemia) dan 3 penderita (21,4%) tipe RAEB (Refractory Anemia with Excess Blast ). Umur penderita berkisar antara 22 tahun 66 tahun, ratarata berusia 48 tahun. Keluhan anemi didapatkan pada 100% penderita, perdarahan pada 28,6% penderita. Keluhankeluhan tersebut berlangsung selama 3 minggu sampai 1 tahun (rata rata 7 bulan) sebelum diagnosis Sindroma Mielodisplasi ditegakkan. Tidak ada riwayat radiasi atau kemoterapi sebelumnya pada semua penderita. Pada pemeriksaan fisik didapatkan anemi (100% penderita), ekimosis (14,3% penderita), hepatomegali (7,1% penderita), hepatosplenomegali (35,7% penderita). Sebagian besar penderita (78,6% penderita) dirawat dengan infeksi saluran pernafasan bawah, 2 penderita di antaranya menderita Tuberkulosis dan didapatkan 7,1% penderita dengan infeksi saluran kemih. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan pansitopeni (57,1% penderita), anemi tanpa lekopeni dan trombositopeni (7,1% penderita), anemi dan lekopeni (14,3% penderita), anemi dan trombositopeni (21,5%). Pada pemeriksaan sediaan apus darah tepi didapatkan gambaran eritosit normokrom (21,5% penderita), hipokrom (7,1% penderita) dan polikromasi (71,4% penderita). Didapatkan juga gambaran anisopoikilositosis pada 64,3% penderita. Adanya pergeseran seri eritrosit sampai normoblas didapatkan pada 14,3% penderita. Didapatkan pergeseran ke kiri seri lekosit sampai mielosit (35,7% penderita), promielosit (7,1% penderita) dan mieloblas (21,4% penderita). Dismaturitas inti dan sitoplasma didapatkan pada 7,1% penderita, hiposegmentasi dan hipogranuler pada 7,1% penderita. Trombositopeni didapatkan pada 78,6% penderita. Pada pemeriksaan apus sumsum tulang didapatkan selularitas normal (64,3% penderita), hiposeluler (14,3% penderita) dan dry tap (21,4% penderita). Hiperplasi eritropoietik didapatkan pada 14,3% penderita, sedangkan hiperplasi megakariosit didapatkan pada 7,1% penderita. DISKUSI Sindroma Mielodisplasi ditemukan terutama pada usia > 60 tahun. 5, ratarata penderita berusia 60 90 tahun. 4, 65 tahun. 2 Penderita Sindroma Mielodisplasi yang berusia < 50 tahun biasanya mempunyai riwayat radiasi atau kemoterapi sebelumnya ( mutageninduced). 2,4 Meskipun pada penelitian ini didapatkan ratarata usia penderita Sindroma Mielodisplasi yang lebih muda (48 tahun), tidak ada riwayat radiasi atau kemoterapi pada semua penderita.

Perbandingan jenis kelamin lakilaki dan wanita adalah 1,52 : 1. 2,4 Pada penelitian ini tidak ada perbedaan rasio penderita lakilaki dan wanita. Manifestasi klinis penderita Sindroma Mielodisplasia merupakan gejala dan tanda sitopeni perifer yaitu. 2,4,5 Anemi karena supresi eritropoiesis normal dan penggantian dengan sel prekursor abnormal yang menyebabkan eritropoiesis tidak efektif Infeksi karena netropeni, disfungsi granulosit (gangguan fagositosis, adesi dan kemotaksis) sehingga menyebabkan gangguan resistensi terhadap infeksi bakteri Manifestasi perdarahan karena trombositopeni Pada penelitian ini manifestasi klinik yang ditemukan sesuai dengan kepustakaan yaitu anemi (100%), perdarahan (28,6%) dan infeksi (78,6%). Pada pemeriksaan fisik, pada umumnya ditemukan kelainan yang sesuai dengan berbagai kepustakaan. Tabel 1. Kelainan pemeriksaan fisik penderita Sindroma Mielodisplasi Kelainan fisik Deiss (1993) List (1999) Peneliti (2001) Anemi Petekhi/purpura Ekimosis Hepatomegali Splenomegali Hepatosplenomegali 10 % 20 % 60 % 26 % 100 % 14,3 % 7,1 % 35,7 % Abnormalitas hematologis penderita Sindroma Mielodisplasi sangat heterogen, dengan karakteristik adanya defisiensi kuantitatif 1 atau lebih elemen hematopoiesis. 2 Pada penelitian ini kelainan hematologis yang ditemukan pada umumnya sesuai dengan kepustakaan.

Tabel 2. Kelainan hematologis penderita Sindroma Mielodisplasi Kelainan hematologis Deiss (1993) Peneliti (2001) Pansitopeni Anemi dan trombositopeni Anemi dan netropeni Sitopeni/monositosis tanpa anemi 50 % 2025 % 510 % < 5 % 57,1 % 21,5 % 14,3 % Abnormalitas morfologi apus darah tepi dan sumsum tulang pada penderita Mielodisplasi juga sangat bervariasi. Tabel 3. Abnormalitas morfologi penderita Sindroma Mielodisplasi. 2 Jenis sel Apus darah tepi Sumsum tulang Eritroid Ovalomakrosit Eritropoiesis megaloblastoid Eliptosit Nuclear budding Akantosit Ringed sideroblast Stomatosit Internuclear bridging Teardrops Karioreksis Normoblas Fragmen nuclei Basophilic stippling Vakuolisasi sitoplasma HowelJolly bodies Multinuklearitas Mieloid Anomali PseudoPelger Huet Hipogranulasi Nuclear sticks Hipersegmentasi Ringshaped nuclei Auer rods Defektif granulasi Hambatan maturasi pada tingkat mielosit Peningkatan bentuk monositoid Lokasi abnormal prekursor imatur Megakariosit Giant platelet Trombosit hipogranuler/ Agranuler Mikromegakariosit Hipogranulasi Nukleus kecil multipel

Pada penelitian ini kelainan morfologi darah tepi yang terbanyak ditemukan adalah polikromasi (71,4%) dan anisopoikilositosis (64,3%). Adanya hipogranuler dan hiposegmentasi seri myeloid hanya didapatkan pada 7,1% penderita. Sebagian besar penderita (64,3%) mempunyai sumsum tulang dengan selularitas normal, hiperplasia eritropoietik (14,3%) dan hiperplasia megakariosit ( 7,1%). KESIMPULAN Pada penelitian ini didapatkan 14 penderita Sindroma Mielodisplasi dengan tipe RA (78,6%) dan RAEB (21,4%) dengan ratarata usia 48 tahun, lebih muda bila dibandingkan dengan kepustakaan. Tanda dan gejala klinik serta kelainan hematologis yang ditemukan pada umumnya tidak berbeda dengan kepustakaan. Keluhan anemi didapatkan pada semua penderita dan berlangsung ratarata 7 bulan sebelum diagnosis ditegakkan. Kelainan fisik yang terbanyak adalah anemi diikuti dengan hepatosplenomegali. Kelainan hematologis terbanyak adalah pansitopeni, gambaran polikromasi dan anisopoikilositosis sedangkan sebagian besar penderita mempunyai gambaran sumsum tulang normoseluler.

DAFTAR PUSTAKA 1. Bennett JM, Kouides PA. The Myelodysplastic Syndromes : Morphology and Risk Assessment (2000), in Education Program Book 28 th World Congress of the International Society of Hematology, p : 3540. 2. List AF, Doll DC. The Myelodysplastic Syndromes. In : Lee GR, Foerster J, Lukens J, Parakevas F, Greer JP, Rodgers GM, eds. Wintrobe s Clinical Hematology, tenth ed. Vol 2. Philadelphia : Lippincott Williams and Wilkins 1999 : 2320 33. 3. Schiffer CA. Myelodysplasia : A Few More Steps. The American Society of Hematology 43 rd Annual Meeting 2001.http/www.medscape.com/ Med scape /CNO/2001/ 4. Lichtman MA, Brennan JK. Myelodysplastic Disorders ( Indolent Clonal Myeloid Diseases and Oligoblastic Leukemia). In : Beutler E, Lichtman A, Coller BS, KippsTJ, Seligsohn U. William Haematology, 6 th Ed. Vol 2. New York : Mc GrawHill 2001 : 1029 38. 5. Pierre RV. Myelodysplastic and Preleukemic Syndrome in : Mazza JM, ed. Manual of Clinical Hematology,2 nd Ed. Boston : Little Brown and Company, 1995 :21021. 6. Deiss A. Non Neoplastic Diseases, Chemical Agents, and Hematologic Disorders that may precede Hematologic Neoplasms. In : Lee GR, Bithell TC, Foerster J, Athens JW, Lukens JN. Eds. Wintrobe s Clinical Hematology, 9 th Ed, Vol 2, Pennsylvania, Lea and Febiger, 1993 : 194959.