ANALISIS EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENERIMAAN PAJAK DAERAH KOTA MALANG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. bagi pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional. Tujuan lainnya untuk

BAB II LANDASAN TEORI. Undang nomor 16 tahun 2009, sebagai berikut :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BUPATI BARITO KUALA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BARITO KUALA NOMOR 65 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 49 TAHUN 2012 TENTANG BENTUK FORMULIR SURAT SETORAN PAJAK DAERAH (SSPD)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA METRO,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Prof. Dr. P. J. A Adriani dalam Thomas Sumarsan (2013: 3)

BUPATI SOLOK SELATAN PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SOLOK SELATAN NOMOR 2 14 TAHUN 2016 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PROVINSI BANTEN BUPATI TANGERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAJU PERTUMBUHAN PAJAK RESTORAN, HOTEL DAN HIBURAN DALAM PAD KOTA KEDIRI

BAB II TINJAUAN UMUM PAJAK DAERAH ATAS SUMBER DAYA AIR. pembangunan dalam suatu Negara. Hal ini dapat dilihat dari Anggaran

BAB II KAJIAN TEORITIS. Menurut Mardiasmo (2002: 132), pendapatan asli daerah adalah

BUPATI BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU

BUPATI SUBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. tentang Pemerintahan Daerah, pada Pasal 1 ayat (5) disebutkan bahwa otonomi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi daerah khususnya pemerintah kota merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sedangkan pengertian pajak menurut Marihot P. Siahaan (2010:7) adalah: 1. Yang berhak memungut pajak hanyalah negara.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk. membayar pengeluaran umum (Mardiasmo, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 8), Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada Negara untuk

PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 8 TAHUN 2012 TENT ANG TATACARA PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK DAERAH WALIKOTA MOJOKERTO

BAB II. Landasan Teori. membayar pengeluaran umum. Menurut Santoso (2005:2), Pajak adalah iuran

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar pembangunan tersebut dibutuhkan dana yang cukup besar.

BAB II TINJAUAN PUSAKA. Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa atau negara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I I TINJAUAN PUSTAKA

BUPATI PELALAWAN PROVINSI RIAU

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. bersumber dari pajak. Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam

EFEKTIVITAS PAJAK RESTORAN UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA PEMERINTAH DAERAH KOTA KEDIRI

TINJAUAN HUKUM MEKANISME PENGELOLAAN PAJAK HOTEL DAN PAJAK RESTORAN.

ANALISIS KONTRIBUSI PENERIMAAN PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR. Calen (Politeknik Bisnis Indonesia) Abstrak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB P2) TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN JEMBER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. membayar pengeluaran umum. Pajak menurut Pasal 1 angka 1 UU No.28 tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Di negara Indonesia pajak sangatlah penting untuk menambah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Andriani dalam bukunya Waluyo (2009: 2) menyatakan bahwa

BUPATI WONOSOBO PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG

KONTRIBUSI PAJAK SARANG BURUNG WALET TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN BANGKA INDUK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. reklame, dasar hukum pemungutan pajak reklame.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB II LANDASAN TEORI. dapat mengatasi masalah pembiayaan dalam pembangunan tersebut,

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

BAB II LANDASAN TEORI. untuk pengeluran umum (Mardiasmo, 2011; 1). menutup pengeluaran-pengeluaran umum (Ilyas&Burton, 2010 ; 6).

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

BAB III KONTRIBUSI PENDAPATAN PAJAK PARKIR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KOTA SEMARANG

POTENSI PAJAK RUMAH KOS SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN PAJAK DAERAH DALAM PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KOTA BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Peran pemerintah daerah semakin meningkat dengan adanya kebijakan otonomi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Rochmat Soemitro dalam Erly Suandy (2011:7). Pajak adalah

Pajak restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh. restoran.restoran adalah fasilitas penyedia makanan atau minuman dengan

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan suatu daerah otonom dapat berkembang sesuai dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. kapabilitas dan efektivitas dalam menjalankan roda pemerintahan. Namun

BAB II BAHAN RUJUKAN

ANALISIS KONTRIBUSI PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Seiring dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi dan informasi

BAB I PENDAHULUAN. dikelola dengan baik dan benar untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dicapainya keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.efektivitas

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam kajian pustaka ini, akan dijelaskan mengenai pengertian pajak, jenisjenis

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan keleluasaan pada

ANALISIS PENERIMAAN PAJAK REKLAME, PAJAK HIBURAN, PAJAK HOTEL DAN PAJAK RESTORAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA YOGYAKARTA PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. langsung berhubungan dengan teori keahlian yang diterima diperkuliahan. Praktik

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. yang menyelenggarakan pemerintahan (Waluyo, 2007: 2) untuk memelihara kesejahteraan secara langsung.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sommerfeld Ray M., Anderson Herschel M., dan Brock Horace R.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang.

PERATURAN BUPATI BREBES NOMOR 001 TAHUN 2018 TENTANG TENTANG TATA CARA PEMBERIAN INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DI KABUPATEN BREBES

BAB II LANDASAN TEORI. Pajak merupakan suatu kewajiban yang harus dibayarkan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGARUH PAJAK HOTEL DAN PAJAK RESTORAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DERAH (Studi Kasus Pada Dinas Pendapatan Kota Tasikmalaya)

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan perekonomiannya, Indonesia harus meningkatkan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat.

WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Djajadiningrat (1999) dalam Sari pengertian pajak adalah : Menurut Soemitro (1988) pengertian pajak adalah :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. berbagai faktor pendukung terutama stabilitas ekonomi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. KONSEP, KONSTRUK, DAN VARIABEL PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersebut mempunyai tujuan yang sama. Menurut Undang-Undang No.28 Tahun. Kententuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) bahwa:

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II LANDASAN TEORI. (2011), pajak adalah Iuran rakyat pada kas negara berdasarkan undang-undang (yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembayaran pajak dikenakan tarif pajak dalam proporsi yang sama dari

ANALISIS KONTRIBUSI PAJAK RESTORAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN MINAHASA SELATAN TAHUN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kontra-prestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah

KONTRIBUSI PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DALAM RANGKA PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH KOTA SAMARINDA

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat untuk penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENERIMAAN PAJAK DAERAH KOTA MALANG Avian Nur Andianto Universitas Brawijaya Malang aviannurandrian1996@gmail.com Amelia Ika Pratiwi Universitas Brawijaya Malang m3lly_16@yahoo.co.id Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana tingkat efektivitas dan efisiensi penerimaan pajak daerah di Dinas Pendapatan Daerah Kota Malang. Data yang dipakai berupa hasil wawancara kepada responden langsung yang ada di Dinas Pendapatan Daerah Kota Malang. Teknik pengambilan data yang digunakan untuk mengetahui bagaiamana efektivitas dan efisiensi penerimaan pajak di Dinas Pendapatan Daerah Kota Malang adalah dengan observasi langsung, dokumentasi dan wawancara. Hasil dari penelitian adalah adanya penurunan rasio efektivitas dari tahun 2013 ke tahun 2014 yang disebabkan kenaikan target penerimaan yang tidak disertai kenaikan rasio pajak pada pajak restaurant, pajak hiburan,pajak penerangan jalan,pajak BPHTB, PBB dan rasio efisiensi setiap tahunnya mengalami kenaikan dikarenakan biaya pengeluaran yang semakin besar setiap tahunnya. Keywords: Efektivitas dan Efisiensi Penerimaan Pajak Daerah PENDAHULUAN Kemajuan yang pesat, khususnya dibidang ekonomi telah menjadikan Kota Malang menjadi kota terbesar kedua di Jawa Timur. Sejalan dengan adanya pelaksanaan otonomi daerah yang dimana suatu daerah diberikan kewenangan untuk menggali sumber-sumber potensi pendapatan asli daerah untuk digunakan guna membiayai pelaksanaan pemerintah daerah. Pajak Daerah merupakan salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah yang dalam pengelolaannya di Kota Malang berpedoman pada Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang perubahan atas Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 (Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah) dan Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 2010 (Tentang Pajak Daerah yang telah diubah dengan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2015 tentang perubahan atas Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 16 Tahun 2010 tentang Pajak Daerah). Pajak Daerah menurut Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. 246

Kota Malang melalui Dinas Pendapatan Daerah Kota Malang merupakan objek penelitian yang menarik, dikarenakan daerah ini terus meningkatkan aparatur daerahnya, terlihat dari Laporan Realisasi Penerimaan Pajak Daerah Kota Malang tahun anggaran 2013 sampai 2015, juga sumbangan Penerimaan Pajak Daerah yang cenderung meningkat di tahun 2013-2015 dari pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak air tanah, BPHTB, PBB dan pendapatan lain-lain yang sah. Akan tetapi terjadi penurunan pada tingkat efektivitas di tahun 2014 sebesar 5,7%. Peningkatan pajak daerah diharapkan akan mengurangi ketergantungan terhadap pembiayaan dari pusat sehingga mampu meningkatkan otonomi dan keleluasaan daerah. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, pengelolaan keuangan daerah dalam rangka pertanggungjawaban terhadap publik yang merupakan stakeholder perlu menjadi perhatian agar dana yang ada digunakan tepat sasaran untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, berkaitan langsung dengan kebijakan keuangan, pemerintah daerah harus mengoptimalkan anggaran secara efisien dan efektif, yang menjadi permasalahan adalah bagaimana tingkat efisiensi dan efektifitas pengelolaan keuangan daerah pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Malang. Berdasarkan pengamatan Penulis dapat merumuskan masalah yaitu Bagaimana tingkat efektivitas dan efisiensi penerimaan pajak daerah di Dinas Pendapatan Daerah Kota Malang? TINJAUAN PUSTAKA Perpajakan Pengertian Pajak menurut Undang-Undang pasal 1 angka 1 Undang-Undang nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah beberapa kali dengan Undang-Undang nomor 16 tahun 2009, sebagai berikut : Pajak adalah kontribusi wajib pajak kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung. Menurut Rochmat Soemitro (dalam Suandy, 2011) dalam bukunya Dasar-dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan adalah sebagai berikut: Pajak merupakan sumber penerimaan Negara yang mempunyai dua fungsi (Mardiasmo 2011: 1), yaitu : 1) Fungsi anggaran (budgetair) sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaranpengeluarannya. 2) Fungsi mengatur (regulerend) sebagai alat pengatur atau melaksanakan pemerintah dalam bidang sosial ekonomi 247

Berdasarkan pengertian pajak yang dijelaskan oleh beberapa ahli diatas bahwa pajak, Secara teoritis dan praktis dapat dilihat bahwa pajak memiliki beberapa fungsi dalam kehidupan negara dan masyarakat. Menurut Waluyo (2008:6) terdapat dua fungsi pajak, yaitu: 1. Fungsi Penerimaan (Budgeter) Pajak berfungsi sebagai sumber dan yang diperuntukkan bagi pembiayaan pengeluaranpengeluaran pemerintah. Sebagai contoh: dimasukkannya pajak dalam APBN sebagai penerimaan dalam negeri. 2. Fungsi Mengatur (Reguler) Pajak berfungsi sebagai alat untuk megatur atau melaksanakan kebijakan di bidang sosial dan ekonomi. Sebagai contoh: dikenakannya pajak yang lebih tinggi terhadap minuman keras, dapat ditekan. Demikian pula terhadap barang mewah Pembagian pajak dibagi menjadi tiga (Suandy, 2011:35) yaitu : 1. Pembagian Pajak berdasarkan Golongannya : a. Pajak Langsung Pajak langsung adalah pajak yang bebannya harus ditanggung sendiri oleh Wajib Pajak yang bersangkutan dan tidak dapat dialihkan kepada pihak lain. Misalnya : Pajak Penghasilan (PPh). b. Pajak Tidak Langsung Pajak tidak langsung adalah pajak yang bebannya dapat dialihkan atau digeser kepada pihak lain sehingga sering disebut juga sebagai pajak tidak langsung. Misalnya: Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah. 2. Pembagian Pajak berdasarkan sifatnya : a. Pajak Subjektif Pajak Subjektif adalah pajak yang memperhatikan kondisi/ keadaan wajib pajak. Dalam menentukan pajaknya harus ada alasan-alasan objektif yang berhubungan erat dengan keadaan materialya, yaitu gaya pikul. Gaya pikul adalah kemampuan Wajib Pajak memikul pajak setelah dikurangi biaya hidup minimum. b. Pajak Objektif Pajak Objektif adalah pajak yang pada awalnya memperhatikan objek yang menyebabkan timbulnya kewajiban membayar, kemudian baru dicari subjeknya baik orang pribadi maupun badan. Jadi, dengan perkataan lain pajak objektif adalah pengenaan pajak yang hanya memperhatikan kondisi objeknya saja. 3. Pembagian Pajak berdasarkan wewenang pemungutnya : a. Pajak Pusat/Negara Pajak Pusat/Negara adalah pajak yang wewenang pemungutannya ada pada pemerintah pusat yang pelaksanaannya dilakukan oleh Departemen Keuangan melalui Direktorat Jenderal Pajak. 248

Pajak Pusat diatur dalam undang-undang dan hasilnya akan masuk ke Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). b. Pajak Daerah Pajak Daerah adalah pajak yang wewenang pemungutannya ada pada Pemerintah Daerah yang pelaksanaannya dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah. Pajak daerah diatur dalam undang-undang dan hasilnya akan masuk ke Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Jenis Pajak Daerah yang diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2011 sebagai berikut : 1. Pajak Hotel Setiap pelayanan yang disediakan hotel dengan pembayaran dipungut pajak dengan nama Pajak Hotel. Hotel adalah fasilitas penyedia jasa penginapan/peristirahatan termasuk jasa terkait lainnya dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga motel, losmen, gubuk pariwisata, wisma pariwisata, pesanggrahan, rumah penginapan dan sejenisnya, serta rumah kos dengan jumlah kamar lebih dari 10 (sepuluh). Tarif pajak hotel yang ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen). 2. Pajak Restoran Setiap pelayanan yang disediakan restoran dengan pembayaran dipungut pajak dengan nama Pajak Restoran. Restoran adalah fasilitas penyedia makanan dan/atau minuman dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga rumah makan, kafetaria, kantin, warung, bar, dan sejenisnya termasuk jasa boga/katering. Tarif pajak restoran yang ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen). 3. Pajak Hiburan Setiap penyelenggaraan hiburan dengan dipungut bayaran, maka dipungut pajak dengan nama Pajak Hiburan. Hiburan adalah semua jenis tontonan, pertunjukan, permainan dan/atau keramaian yang dinikmati dengan dipungut bayaran. Tarif pajak hiburan yang tertinggi ditetapkan sebesar 40% (empat puluh persen). 4. Pajak Reklame Setiap penyelenggaraan Reklame dipungut pajak dengan nama Pajak Reklame. Reklame adalah benda, alat, perbuatan atau media yang bentuk dan corak ragamnya dirancang untuk tujuan komersial memperkenalkan menganjurkan, mempromosikan atau untuk menarik perhatian umum terhadap barang, jasa, orang atau badan, yang dapat dilihat, dibaca, didengar, dirasakan dan atau dinikmati oleh umum. Tarif pajak reklame yang ditetapkan sebesar 25% (dua puluh lima persen). 5. Pajak Penerangan Jalan Setiap penggunaan tenaga listrik yang diperoleh dari sumber lain dipungut pajak dengan nama Pajak Penerangan Jalan. Pajak Penerangan Jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik, baik yang dihasilkan sendiri maupun diperoleh dari sumber lain. Tarif pajak hotel yang ditetapkan sebesar 8% (delapan persen). 249

6. Pajak Parkir Setiap penyelenggaraan tempat Parkir di luar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor, dipungut pajak dengan nama Pajak Parkir. Pajak Parkir adalah pajak atas penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor. Tarif pajak parkir yang ditetapkan sebesar 20% (dua puluh persen). 7. Pajak Air Tanah Setiap pengambilan dan atau pemanfaatan air tanah dipungut pajak dengan nama Pajak Air Tanah. Air Tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan tanah. Tarif pajak air tanah yang ditetapkan sebesar 20% (dua puluh persen). 8. Pajak Sarang Burung Walet Setiap kegiatan pengambilan dan/atau pengusahaan sarang burung wallet dipungut pajak dengan nama Pajak Sarang Burung Walet. Burung Walet adalah satwa yang termasuk marga collocalia yaitu collocalia fuchliap haga, collocalia maxina, collocalia esculanta dan collocalia linchi. Tarif pajak sarang burung wallet yang ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen). Ciri- Ciri Yang Melekat pada Definisi Pajak 1. Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang serta aturan pelaksanaannya. 2. Dalam pembayaran pajak tidak dapat di tunjukkan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah. 3. Pajak dipungut oleh Negara, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. 4. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah yang bila dari pemasukannya masih terdapat surplus, digunakan untuk membiayai public investment. METODE Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan menggunakan pendekatan study kasus. Penelitian ini berlokasi di Dinas Pendapatan Kota Malang. Teknik analisis yang digunakan adalah teknik wawancara dan dokumentasi dari data sekunder di Dinas Pendapatan Kota Malang. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1. Tingkat Efektivitas Penerimaan Pajak Daerah Tahun Anggaran 2013-2015 Dinas Pendapatan Daerah Kota Malang 250

Tahun Anggaran Target (Rp) Realisasi (Rp) Rasio Efektivitas Keterangan 2013 210,287,899,778.18 238,499,748,161.57 113.42% Sangat Efektif 2014 260,000,000,000.00 280,076,794,369.87 107.72% Sangat Efektif 2015 272,000,000,000.00 316,814,967,743.76 116.48% Sangat Efektif Sumber: Data diolah peneliti Keterangan Persentase Sangat efektif > 100 Tabel 1 Efektif 100 Cukup efektif 90 99 menunjukkan hasil Kurang efektif 75 89 perhitungan untuk Tidak efektif < 75 mengetahui Rasio Efektivitas. Pada kolom pertama mencantumkan tahun anggaran yaitu tahun 2013 sampai 2015 dan pada kolom kedua dan ketiga adalah Target dan Realisasi yang merupakan Target penerimaan pajak daerah dan Realisasi Penerimaan pajak daerah. Secara keseluruhan, rata-rata tingkat efektivitas pengelolaan keuangan daerah pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Malang selama tahun anggaran 2013 sampai dengan tahun 2015 pada persentase 116.48% dan dinyatakan sangat efektif. Hal ini menunjukan kinerja pemerintah dalam merealisasikan pendapatan asli daerah berdasarkan potensi riil daerah dalam tahun anggran 2013-2015 sudah sangat baik. Tingkat efektivitas Penerimaan pajak daerah Kota Malang tahun anggaran 2013-2015 diuraikan sebagai berikut a. Pada tahun 2013, rasio efektivitas Kota Malang sebesar 113.42% Kinerja keuangan Kota Malang berdasarkan rasio efiektivitas penerimaan pajak daerah tergolong sangat efektif karena berada dalam kisaran lebih dari 100%. Hal tersebut menggambarkan pencapaian Penerimaan pajak daerah Kota Malang tahun 2013 melampaui target yang telah di tetapkan sebesar Rp 210.287.899.778,18 dan Realisasi penerimaan pajak daerah tahun 2013 sebesar Rp 238.499.748.161,57. b. Pada tahun 2014 mengalami penurunan presentase dari tahun 2013 yaitu dari 113.42% turun menjadi 107.72% tetapi hal tersebut tidak mempengaruhi ke efektivitas karena masih lebih dari 100% jadi melebihi target dari Rp.260.000.000.000,00 dan Realisasi tahun 2014 Rp.280.076.749.369,87. c. Pada tahun 2015 rasio efektivitas mengalami kenaikan yang signifikan sebesar 8.75% yaitu dari 107.72 % menjadi 116.48% hal tersebut menunjukkan rasio efektivitasnya sangat efektif dari target Rp 272.000.000.000,00 dan Realisai tahun 2015 Rp 316.814.967.743,76. 251

d. Selisih rasio efektivitas dari tahun 2013 ke tahun 2014 yaitu 113,42% ke 107,72% berarti mengalami penurunan presentase rasio efektivitas karena adanya penurunan rasio penerimaan pajak daerah sebagai berikut : Tabel 2. Penurunan Rasio di tahun 2014 Uraian Rasio Tahun 2013 2014 Selisih Pajak Restaurant 118,85% 106,58% 12,27% Pajak Hiburan 118,30% 110,84% 7,46% Pajak Penerangan Jalan 107,64% 106,22% 1,42% Pajak BPHTB 116,50% 102,54% 13,96% PBB 104,80% 100,02% 4,78% Sumber: Data diolah peneliti Berdasarakan data tersebut menggambarkan penurunan rasio efektivitas dari tahun 2013 ke tahun 2014, pada dasarnya kinerja Dispenda tersebut sangat baik walaupun rasio efektivitasnya pada tabel diatas menunjukkan penurunan tetapi masih melampaui dari target yaitu lebih dari 100% dan Realisasi Penerimaannya juga mengalami kenaikan, faktor yang menyebabkan penurunan rasio efektivitas di tahun 2014 menurun di bandingkan tahun 2013 karena adanya kenaikan Target penerimaan pajak daerah di Dinas Pendapatan Daerah Kota Malang tersebut, dan tidak disertai kenaikan rasio pajak pada pajak restaurant,pajak hiburan,pajak penerangan jalan,pajak BPHTB, PBB sehingga rasio efektivitas di tahun 2014 mengalami penurunan. Tabel 3. Tingkat Efisiensi Penerimaan Pajak Daerah Tahun Anggaran 2013-2015 Dinas Pendapatan Daerah Kota Malang Tahun Anggaran Biaya Pemungutan Pajak (Rp) Realisasi ( Rp) Rasio Efisiensi Keterangan 2013 10,514,394,988.91 238,499,748,161.57 4.4% Sangat Efisien 2014 13,000,000,000.00 280,076,794,369.87 4.6% Sangat Efisien 2015 15,448,451,278.00 316,814,967,743.76 4.9% Sangat Efisien Sumber: Data diolah peneliti Keterangan Persen Sangat Efisien < 10 % Efisien 10%-20% Cukup Efisien 21%-30% Kurang Efisien 31%-40% Tidak Efisien > 40 % 252

Dalam Tabel 2 tersebut menunjukkan rasio efisiensi selama tahun 2013 sampai tahun 2015. Berdasarkan kriteria efisiensi yang digunakan, menunjukkan bahwa Dinas Pendapatan Daerah Kota Malang telah melaksanakan kegiatan pengelolaan dengan sangat efisien, berarti manfaat yang didapatkan lebih besar daripada jumlah biaya yang dikeluarkan. Walaupun setiap tahunnya tergolong sangat efisien, tetapi tingkat efisiensi pajak daerah terus mengalami kenaikan di setiap tahunnya. Hal ini dipengaruhi oleh peningkatan realisasi setiap tahunnya dan di pengaruhi besarnya biaya yang dikeluarkan. Rasio efisiensi tahun anggaran 2013-2015 dapat diuraikan pada pembahasan berikut ini : a. Pada tahun 2013, rasio efisiensi penerimaan pajak daerah di Dinas Pendapatan Daerah Kota Malang sebesar 4,4%. Kinerja keuangan Dinas Pendapatan Daerah Kota Malang berdasarkan efisiensi pada tahun 2013 tergolong Sangat efisien, karena rasio efisiensi berada dalam kurang dari 10%. Efisiensi tersebut menunjukkan bahwa Dinas Pendapatan Daerah Kota Malang memperoleh penerimaan pajak daerah telah berhasil menekan biaya yang dikeluarkan. Biaya pemungutan pajak daerah pada tahun 2013sebesar Rp 10.514.394.988,91 dari total Penerimaan pajak daerah yang terealisasi, yaitu sebesar Rp 238.499.748.161,57. b. Pada tahun 2014, rasio efisiensi penerimaan pajak daerah di Dinas Pendapatan Daerah Kota Malang sebesar 4,6% atau naik sebesar 0,2% dari tahun 2013. Sehingga pada tahun ini kinerja keuangan nya sangat efektif walau mengalami rasio kenaikan tetapi masih dibawah 10%, c. Pada tahun 2015, rasio efisiensi penerimaan pajak daerah di Dinas Pendapatan Daerah Kota Malang sebesar 4,9% atau naiksebesar 0,3% dari tahun 2014. Hal tersebut menunjukkan bahwa kinerja keuangan berdasarkan rasio efisiensi penerimaan pajak daerah tergolong sangat efisien. SIMPULAN DAN Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1) Perkembangan penerimaan pajak daerah di Dinas Pendapatan Daerah Kota Malang selama tahun 2013 sampai tahun 2015 mengalami kenaikan realisasi penerimaan pajaknya, tetapi rasio efektivitas nya mengalami penurunan sebesar 5,7% di tahun 2013 ke tahun 2014 hal ini di karenakan adanya kenaikan target penerimaan pajak setiap tahunnnya dan tidak disertai dengan kenaikan pada pajak restaurant, pajak hiburan,pajak penerangan jalan,pajak BPHTB dan PBB. 253

2) Penerimaan pajak daerah di Dinas Pendapatan Daerah Kota Malang selama tahun 2013 sampai tahun 2015 pada masing-masing tahun secara keseluruhan tergolong sangat efektif. Karena pada setiap tahunnya melebihi target yang telat di tetapkan atau realisasi penerimaan pajak daerahnya lebih dari 100%. 3) Penerimaan pajak daerah di Dinas Pendapatan Daerah Kota Malang tergolong sangat efisien walaupun mengalami kenaikan rasio efisiensi di tahun 2013 sampai tahun 2015 atau dalam arti mengalami kenaikan setiap tahunnya hal ini di karenakan target penerimaan pendapatan meningkat dan biaya pengeluaran juga ikut meningkat tetapi kinerjanya masih sangat efisien Karena tidak lebih dari 10%. SARAN Berdasarkan pada hasil analisa dan kesimpulan yang telah diperoleh, maka dapat diberikan saran sebagai berikut : 1. Perlu aktif memberikan penyuluhan tentang pentingnya membayar pajak daerah dan melakukan penyederhanaan prodesur pembayaran pajak daerah untuk memberi kemudahan bagi wajib pajak, sehingga dapat meningkatkan kepatuhan membayar pajak. 2. Perlu meningkatkan pengawasan, pembinaan, dan evaluasi terhadap pemungutan pajak daerah untuk meningkatkan penerimaan pajak daerah yang berkontribusi besar terhadap PAD. DAFTAR PUSTAKA Erly Suandy, 2008. Perencanaan Pajak. Salemba Empat : Jakarta Jurnal AKUNIDA ISSN 2442-3033 Volume 1 Nomor 2, Desember 2015 Jurnal EMBA vol.3 no 4 desember 2015,hal 23-32 http://malangkota.go.id/tag/dispenda-kota-malang/ Mahmudi. 2010. Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. UPP STIM YKPN. Yogyakarta Mardiasmo, 2004. Efisiensi dan Efektifitas, penerbit Andy Jakarta Abdul Mardiasmo, 2004. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah, Penerbit ANDI, Yogyakarta. Mardiasmo. 2011. Perpajakan Edisi Revisi.Yogyakarta:Penerbit Andi. Resmi, Siti. 2014. Perpajakan Teori dan Kasus, Edisi 8 Buku 1. Penerbit Salemba Empat : Jakarta. Suandy, Erly. 2011. Hukum Pajak, Edisi 5, Jakarta: Salemba Empat. Undang-Undang No. 32 dan 33 Tahun 2004, Tentang Otonomi Daerah, Fokusmedia, Bandung. Waluyo. 2010. Perpajakan Indonesia, Edisi10 Buku 1. Penerbit Salemba Empat : Jakarta 254