BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dunia usaha semakin berkembang dari hari ke hari, akibatnya setiap

BAB I PENDAHULUAN. Dampak dari globalisasi sudah semakin terlihat pada berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelangsungan hidup perusahaan, melakukan pertumbuhan serta upaya untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam keadaan krisis ekonomi seperti sekarang ini, setiap perusahaan harus

Akuntansi Biaya. Akuntansi Aktivitas: Perhitungan Biaya Berdasarkan Aktivitas dan Manajemen Berdasarkan Aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas, dunia industri harus mempersiapkan diri agar dapat terus

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menerapkan metode Activity Based Costing dalam perhitungan di perusahan. metode yang di teteapkan dalam perusahaan.

METODE PEMBEBANAN BOP

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAHAN RUJUKAN. 2.1 Akuntansi Biaya

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, untuk

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. organisasi bisnis (Warren, Reeve & Fess 2006: 236). Semakin derasnya arus

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) 2.2. Permasalahan Usaha Kecil dan Menengah (UKM)

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya jaman, kehidupan dunia usaha semakin berkembang.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PERHITUNGAN BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS (ABC) : ALAT BANTU PEMBUAT KEPUTUSAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam era globalisasi saat ini perekonomian mempunyai peranan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Akuntansi Biaya. Rista Bintara, SE., M.Ak. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Akuntansi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek yang cukup berperan dalam menentukan daya saing

Akuntansi Biaya. Activity Accounting: Activity Based Costing dan Activity Based Management. Wahyu Anggraini, SE., M.Si. Modul ke: Fakultas FEB

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan harus dapat mengendalikan biaya operasional dengan baik agar tetap

BAB II LANDASAN TEORI. mendefinisikan, Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan yang dihadapi perusahaan. Hal ini dapat terlihat dari semakin

BABI PENDAHULUAN. Pada saat ini terdapat 4 keadaan yang sangat berpengaruh atas dunia

BAB II LANDASAN TEORI

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUK YANG AKURAT DENGAN ACTIVITY BASED COSTING. I Putu Edy Arizona,SE.,M.Si

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. semacam ini sering disebut juga unit based system. Pada sistem ini biaya-biaya yang

AKUNTANSI BIAYA. Akuntansi Aktivitas: Perhitungan Biaya Berdasarkan Aktivitas Manajemen Berdasarkan Aktivitas. VENY, SE.MM. Modul ke: Fakultas EKONOMI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi dan ditunjang perkembangan dunia usaha yang

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE ACTIVITY BASED COSTING PADA PT MUSTIKA RATU, TBK.

BAB II LANDASAN TEORI. Hansen dan Mowen (2004:40) mendefinisikan biaya sebagai:

BAB 2 TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan pasar dan perdagangan internasional yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. manajemen perusahaan perlu mempunyai strategi-strategi yang dijalankan untuk. untuk jangka waktu yang panjang dan berkesinambungan.

BAB II LANDASAN TEORI. mengukur pengorbanan ekonomis yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi.

BAB I PENDAHULUAN. akan terjadi pada beberapa tahun kedepan yang dimana persaingan antar perusahaan

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TA...ii. HALAMAN PENGESAHAN... iii. HALAMAN PERSEMBAHAN... iv. MOTTO...

BAB II KERANGKA TEORISTIS PEMIKIRAN. Harga pokok produksi sering juga disebut biaya produksi. Biaya produksi

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Mulyadi ada empat unsur pokok dalam definisi biaya tersebut yaitu :

BAB I PENDAHULUAN. organisasi (Mulyadi, 2003;4). Atau lebih singkatnya dapat dikatakan bahwa kos

BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS

BAB II LANDASAN TEORI

ACTIVITY BASED COSTING (ABC) DAN ACTIVITY BASED MANAGEMENT (ABM)

BAB I PENDAHULUAN. Penetapan harga pokok produk sangatlah penting bagi manajemen untuk

Nama : Silvia Ayu Anggraini NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing :Dr. Emmy Indrayani

BAB IV PEMBAHASAN. manajemen di dalam mengambil keputusan. Manajemen memerlukan informasi yang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Persaingan tersebut tidak hanya persaingan bisnis dibidang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Akuntansi Biaya dan Konsep Biaya. dan pengambilan keputusan yang lain.

BAB I PENDAHULUAN. metode tradisional dalam menghitung harga pokok produksi. Metode tradisonal atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang berdampak pada ketatnya persaingan dunia usaha. Hal ini. terutama di perkembangan industri manufaktur.

Akuntansi Biaya. Activity Accounting: Activity Based Costing, Activity Based Management. Angela Dirman, SE., M.Ak. Modul ke: Fakultas FEB

PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM MENENTUKAN BESARNYA TARIF JASA RAWAT INAP PADA RUMAH SAKIT MATA DI SURABAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab IV PEMBAHASAN. perusahaan, sehingga perusahaan dapat menentukan harga jual yang kompetitif. Untuk

ACTIVITY BASED COSTING AND ACTIVITY BASED MANAGEMENT

commit to user 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian, Klasifikasi Kos (Cost) dan Biaya (Expense) 1. Kos (Cost) a. Pengertian Kos

BAB I PENDAHULUAN. industri. Kenapa sektor industri dituntut untuk selalu berkembang? Hal ini

Contoh PT kertasjaya memproduksi 2 macam produk. Contoh peraga 5.2 Perhitungan biaya satuan : produk tunggal. Biaya produksi

Pertemuan 3 Activity Based Costing

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan-perusahaan domestik harus mempersiapkan secara matang kinerja dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Metode Penelitian. untuk disajikan dan selanjutnya dianalisa, sehingga pada akhirnya dapat diambil

BAB I PENDAHULUAN. pakaian, dan lainnya. Setiap jenis usaha yang ada memiliki karakteristik yang

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE ABC DI PT TMG. SURABAYA

BAB II LANDASAN TEORI

Hubungan Activity-based costing (ABC) dengan Theory Of Contraint (TOC) Rochmad Bayu Utomo, S.E., M.Si., Ak., CA.

1. Bagaimana sistem akuntansi biaya tradisional (konvensional) yang diterapkan oleh PT. Martina Berto dalam menentukan Harga Pokok Produksi (HPP)? 2.

PENERAPAN ACTIVITY-BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI ( Studi Pada PT. JAMU AIR MANCUR Surakarta )

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. Definisi akuntansi manajemen menurut Abdul Halim (2012:5) adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam era globalisasi dan ditunjang perkembangan dunia usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. keyakinan bahwa dunia menjadi lebih homogen dan perbedaan-perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan suatu perusahaan adalah untuk dapat menjaga kelangsungan. hidup perusahaan, melakukan pertumbuhan serta dapat meningkatkan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I. PENDAHULUAN. global harus memiliki strategi dan kebijakan yang tepat. Salah satu strategi dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Mutu Pelayanan Kesehatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pada posisi , 02 sampai ,40 Bujur Timur, ,67

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghasilkan produk. Sistem akuntansi biaya tradisional yang selama ini

BAB II LANDASAN TEORI. dari biaya. Carter dan Usry yang diterjemahkan oleh Krista (2006:29) mendefinisikan

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II PENENTUAN BIAYA OVERHEAD PABRIK (BOP) BERDASARKAN ACTIVITY BASED COSTING (ABC) 2.1. Sistem Akuntansi Biaya Tradisional

BAB I PENDAHULUAN. khususnya di Indonesia. Salah satu dampak yang nyata bagi industri dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Implementasi Metode Activity-Based Costing System dalam menentukan Besarnya Tarif Jasa Rawat Inap (Studi Kasus di RS XYZ)

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang semakin pesat semakin mendorong perusahaan untuk tetap going

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perusahaan merupakan suatu organisasi yang mempunyai kegiatan tertentu yang sangat kompleks. Pertumbuhan suatu badan usaha biasanya tidak lepas dari berbagai permasalahan yang dihadapi perusahaan. Hal ini dapat terlihat semakin banyaknya transaksi yang terjadi, perubahan dan permintaan konsumen dan target laba yang diinginkan oleh pemilik modal. Permasalahan tersebut diiringi dengan adanya situasi dan kondisi yang semakin kompetitif. Maka para pengusaha dan manajer memperoleh tantangan yang lebih berat, yaitu meningkatkan efektifitas dan efisiensi operasi perusahaan yang dikelola. Peningkatan efektifitas dan efisiensi tidak lepas dari bagaimana manajemen perusahaan dapat merencanakan, mengorganisasikan dan mengawasi jalannya perusahaan. Jadi, untuk mencapai tujuan tersebut perusahaan memerlukan suatu manajemen dalam mengelola faktor produksi. Sehingga sumber-sumber yang ada di dalam maupun di luar perusahaan dapat dikelola sedemikian rupa untuk memperoleh hasil dan daya guna yang maksimal. Suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang industri, yaitu perusahaan pupuk, siklus kegiatan usahanya berpusat di bagian produksi ammonia yang dihasilkan dari gas alam dan kegiatan-kegiatan menajemennya pun berhubungan dengan perhitungan dan pengendalian biaya produksi pupuk. Oleh karena itu, biaya produksi merupakan komponen biaya terbesar bagi perusahaan yang bergerak dalam bidang industri, sehingga perlu direncanakan dan dikendalikan. Pada bagian produksi ini kegiatannya dimulai dari pengolahan bahan baku sampai menjadi produk jadi dan berakhir dengan penyerahan produk tersebut ke bagian gudang untuk diserahkan kepada pembeli. Terdapat dua metode untuk mengalokasikan biaya-biaya ke dalam harga pokok produksi yaitu, metode konvensional dan metode Activity-Based Costing. Dalam metode konvensional, perhitungan harga pokok produk hanya

membebankan biaya produksi produk saja. Umumnya, metode konvensional terlebih dahulu melakukan estimasi atas biaya overhead/biaya tidak langsung. Setelah tarif biaya overhead ditentukan, baru dilakukan perhitungan harga pokok produk. Metode ini akan menjadi kurang akurat apabila perusahaan memproduksi lebih dari satu jenis produk. PT Pupuk Kujang Cikampek menggunakan dasar perhitungan harga pokok berdasarkan metode konvensional. Oleh karena itu dalam perhitungan harga pokok produk, PT Pupuk Kujang Cikampek menemui beberapa kesulitan, antara lain perhitungan tarif biaya langsung yaitu biaya bahan baku dan tenaga kerja langsung yang akan di bebankan pada produk, dan pengalokasian biaya overhead ke dalam harga pokok tersebut. Kesulitan dalam perhitungan harga pokok disebabkan karena produk mengkonsumsi lebih dari satu macam sumber daya dengan proporsi yang berbeda beda. Jenis produk yang di produksi pun lebih dari satu jenis antara lain urea,ammonia dan NPK. Akibat adanya kesulitan dalam perhitungan harga pokok produk tersebut menyebabkan PT Pupuk Kujang Cikampek sulit dalam menetapkan harga jual produk yang akurat dan wajar sehingga hal tersebut berdampak terhadap laba perusahaan yang tidak maksimal. Penelusuran rinci besarnya pemakaian sumber daya ke setiap produk memang akan menghasilkan biaya produk yang akurat, tetapi membutuhkan biaya dan waktu yang sangat besar.(bag.akuntansi PT Pupuk Kujang). Untuk menjawab keterbatasan perhitungan biaya produk berdasarkan metode konvensional tersebut maka muncul suatu metode yang menekankan pada perhitungan harga pokok produk berdasarkan aktivitas atau metode Activity-Based Costing (ABC). Dalam metode ABC, setiap jenis biaya ditelusuri aktivitas masing-masing untuk menentukan pemicu biayanya dan ditentukan biaya sesuai intensitas pemakaiannya. Dengan demikian, metode ABC memungkinkan perusahaan membebankan biaya-biaya ke produk dengan adil. Hal inilah yang membuat metode ini lebih akurat dibanding dengan metode konvensional. Berdasarkan uraian di atas, penulis memilih judul penelitian Analisis perbandingan metode konvensional dengan metode activity-based costing dalam pembebanan biaya overhead dan hubungannya dengan akurasi perhitungan harga pokok produk.

1.2 Identifikasi Masalah 1. Bagaimana perhitungan harga pokok produk berdasarkan metode konvensional pada PT Pupuk Kujang Cikampek. 2. Bagaimana perhitungan harga pokok produk berdasarkan metode ABC pada PT Pupuk Kujang Cikampek. 3. Bagaimana hasil perbandingan harga pokok produk metode konvensional dengan metode ABC pada PT Pupuk Kujang Cikampek. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Tujuan dan maksud diadakan penelitian ini adalah: 1. Mengetahui memadainya perhitungan harga pokok produk berdasarkan metode yang diguakan oleh PT Pupuk Kujang Cikampek. 2. Menghitung keakuratan perhitungan harga pokok produk berdasarkan metode yang dugunakan oleh PT Pupuk Kujang Cikampek. 1.4 Kegunaan Penelitian Informasi-informasi yang dapat dikumpulkan selama penelitian ini, baik yang diperoleh dari pihak manajemen PT. Pupuk Kujang Cikampek maupun dari literatur, diharapkan dapat memberikan manfaat bagi : 1. Penulis Berguna untuk menambah pengetahuan, wawasan dan pola pikir serta berbagai eksperimen guna mengimplementasikan konsep dan teori dalam praktek yang sebenarnya, serta dapat lebih memahami mengenai ekspektasi penggunaan metode Activity Based Costing dalam penerapan harga pokok produk. 2. Perusahaan Dalam hal ini, diharapkan dapat menjadi masukan bagi manajemen perusahaan PT. Pupuk Kujang Cikampek dalam menentukan harga pokok produk lebih akurat.

3. Pembaca Dapat dimanfaatkan sebagai bahan referensi dan sumbangan pikiran bagi pembaca yang ingin mengetahui materi mengenai Analisis perbandingan perhitungan harga pokok produk antara metode konvensional dengan metode activity-based costing pada PT Pupuk Kujang Cikampek. 1.5 Kerangka Pemikiran Setiap perusahaan selalu berusaha memasarkan produk produknya untuk mendapatkan keuntungan. perusahaan harus mampu mengembangkan usahanya agar dapat menghadapi persaingan dengan perusahaan lain yang sejenis. Sehingga penetapan biaya produksi yang akurat menjadi sangat penting bagi perusahaan. Penetapan biaya produksi yang akurat akan menghasilkan perhitungan harga pokok yang akurat pula, sehingga dapat lebih kompetitif dan membantu manajemen dalam membuat keputusan yang berhubungan dengan penetapan harga, pengelolaan hubungan dengan pelanggan, kombinasi produk dan perancangan produk. Kesemua hal tersebut akan dapat mempengaruhi optimalisasi laba perusahaan, terutama perusahaan yang bererak di bidang produksi. Tajamnya persaingan mendorong perusahaan untuk meningkatan daya saingnya dalam memasarkan produk produk yang dihasilkannya. Salah satu strategi yang digunakan untuk meningkatkan daya saing adalah dalam penentuan harga pokok produk yang akurat. Menurut Hansen & Mowen (2000: 57), sistem akuntansi biaya konvensional mengasumsikan bahwa semua biaya diklasifikasikan sebagai biaya tetap atau biaya variabel berkaitan dengan perubahan unit atau volume produk yang diproduksi. Maka, unit produk atau pendorong lainnya sangat berhubungan dengan unit yang diproduksi. Menurut Amin Widjaya (1995: 10), kelemahan akuntansi biaya konvensional adalah sebagai berikut: 1. Akuntansi biaya konvensional tidak lagi cocok dengan lingkungan usaha dalam era globalisasi.

2. Akuntansi biaya konvensional yang menyebabkan berbagai distorsi dan perilaku disfungsional yang timbul sebagai akibat dari penerapan sistem pengandalia manajemen. 3. Akuntansi biaya konvensional lebih berorientasi pada teori klasik. 4. Strategi keuangan akuntansi biaya konvensional lebih mementingkan laba jangka pendek dari pada laba jangka panjang, sehingga lebih mampu orientasikan marketing strategy. 5. Akuntasi biaya konvesional pada paper profit hasil kreasi dari financial engineering. Menurut Hansen&Mowen (2000: 322), sistem ABC menawarkan lebih dari sekedar informasi biaya produk yang lebih akurat, melainkan memberikan informasi tentang biaya dan kinerja kegiatan dan sumber daya, dan sistem ABC dapat menelusuri biaya secara tepat sampai ke objek biaya selain dari produk. Menurut Carter, Usry (2004: 497), ABC mengakui aktivitas, biaya aktivitas, dan pemicu aktivitas pada tingkatan agregasi (level of aggregation) yang berbeda dalam satu lingkungan produksi. Empat tingkatan yang umumya diidentifikasikan adalah unit, batch, produk dan pabrik. Menurut Carter, Usry (2004: 497), pendekatan ABC mengklasifikasikan biaya produk ke dalam kelompok kelompok aktivitas sebagai berikut : 1. Tingkat Unit. Biaya yang meningkat saat satu unit di produksi. Biaya ini adalah satu-satunya biaya yang selalu dapat di bebankan secara akurat proporsional terhadap volume produksi. Pemicu tingkat unit merupakan ukuran aktivitas yang bervariasi dengan jumlah unit yang diproduksi dan dijual. Semua pemicu tingkat unit adalah proporsional tehadap unit output, dan merupakan satu-satunya dasar alokasi yang berkaitan dengan volume yang di gunakan dalam ABC. 2. Tingkat Batch. Tingkatan agregasi yang lebih tinggi berikutnya adalah batch. Biaya tingkat batch adalah biaya yang di sebabkan oleh jumlah batch yang diproduksi dan dijual. Contoh biaya tingkat batch meliputi biaya persiapan dan kebanyakan biaya penanganan bahan baku. Pemicu tingkat batch adalah ukuran aktivitas yang bervariasi dengan jumlah batch

yang diproduksi dan dijual. Contoh dari pemicu tingkat batch adalah persiapan, jam persiapan, pesanan produksi, dan permintaan bahan baku. 3. Tingkat Produk. Tingkatan berikutnya di atas batch adalah produk. Biaya tingkat produk adalah biaya yang terjadi untuk mendukung sejumlah produk berbeda yang dihasilkan. Biaya tersebut tidak harus dipengaruhi oleh produksi dan penjualan satu batch atau satu unit lebih banyak. Beberapa contoh dari dari biaya tingkat produk adalah biaya desain produk, pengembangan produk, dan teknik produksi. Pemicu tingkat produk adalah ukuran aktivitas yang bervariasi dengan bermacam-macam jumlah produk yang diproduksi dan dijual. Contoh dari pemicu biaya produk adalah perubahan desain, jam desain. 4. Tingkat Pabrik. Beberapa tingkat biaya dan pemicu dapat terjadi di atas tingkat produk. Hal ini termasuk tingkat lini produk, tingkat proses, tingkat departemen, dan tingkat pabrik. Hampir semua penerapan ABC mengakui hanya salah satu dari kategori-kategori tersebut, yaitu tingkat pabrik. Biaya tingkat pabrik adalah biaya memelihara kapasitas di lokasi pabrik. Contoh dari biaya tingkat pabrik adalah sewa, penyusutan, pajak properti, dan asuransi untuk bangunan pabrik. Luas lantai yang ditempati sering kali disebut dengan pemicu tingkat pabrik untuk membebankan biaya tingkat pabrik. Menurut headicke dan kawan-kawan (1995:10), metode ABC memiliki beberapa kelebihan sebagai berikut: ABC system can handle volume diversity and product diversity, ABC system can identify overhead cost through activity, ABC system can reduce cost to identify value added activities and non value added activities. Kelebihan-kelebihan seperti tersebut di atas memungkinkan perhitungan harga pokok yang lebih akurat di bandingkan metode konvensional. Karena dengan menggunakan metode ABC dapat menghasilkan perhitungan harga pokok lebih tepat walaupun produk yang dihasilkan lebih dari satu produk. Perhitungan harga pokok produk dengan menggunakan metode ABC mengunakan lebih dari satu pemicu biaya (cost drivers), sehingga pembebanan pada setiap produk yang dihasilkan sesuai dengan aktivitas. Oleh karena itu

memungkinkan manajer dalam perhitungan harga pokok produk yang lebih akurat sebagai dasar yang dapat diandalkan untuk penetapan harga jual produk di bandingkan dengan metode konvesional. Berdasarkan uraian di atas penulis menarik suatu hipotesis terdapat perbedaan dalam penentuan harga pokok berdasarkan metode konvensional dengan metode activity based costing. 1.6 Metodologi penelitian Metode yang dipakai dalam rangka penelitian ini adalah metode deskriptif analisis yaitu metode yang mengumpulkan, menyajikan serta menganalisis data yang diperoleh berdasarkan teori yang telah dipelajari sehingga dapat diperoleh gambaran yang jelas mengenai objek yang diteliti. Adapun jenis dan sumber data yang penulis pergunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah : 1. Data Primer Yaitu data-data yang diperoleh langsung dari sumbernya di tempat dimana penelitian dilakukan. 2. Data Sekunder Yaitu data yang diperoleh dari buku-buku dan sumber-sumber lain yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. 1.6.1 Teknik Pengolahan Data Teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis adalah sebagai berikut : 1. Studi Lapangan (Field Research) Yaitu dengan melakukan penelitian secara langsung terhadap objek yang diteliti. Untuk melakukan studi lapangan ini dilakukan dengan cara :

a. Pengamatan (observasi), yaitu penulis melakukan pengamatan langsung atas aktivitas-aktivitas yang ada dalam perusahaan khususnya yang berhubungan dengan laporan arus kas. b. Wawancara (Interview), yaitu penulis melakukan wawancara atau tanya jawab secara langsung dengan pihak yang berkepentingan sesuai dengan data atau informasi yang penulis perlukan. 2. Studi Literatur (Library Research) yaitu dengan mempelajari buku-buku sumber sebagai penunjang teori terhadap masalah yang diteliti. 1.6.2 Operasionalisasi Variabel Operasionalisasi variabel adalah suatu cara untuk mengukur suatu konsep dan bagaimana konsep harus diukur sehingga terdapat variabel-bariabel yang saling mempengaruhi dan dipengaruhi. Sedangkan untuk menarik kesimpulan dengan cara menganalisis data yaitu membandingkan hasil perhitungan harga pokok produk antara metode konvensional dengan metode ABC. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas dua variabel yaitu memadainya perhitungan harga pokok produk dengan metode konvensional dan memadainya perhitungan harga pokok produk dengan metode ABC, seperti yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini

Tabel 1.1 Ikhtisar variabel, indikator variabel, dan skala pengukuran Variabel penelitian Sub indikator variabel Skala PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUK DENGAN METODE KONVENSIONAL - Biaya bahan baku - Biata tenaga kerja langsung - BOP yang ditentukan di muka berdasarkan alokasi menyeluruh atau alokasi departemen yang diterapkan oleh pihak perusahaan Ratio PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUK DENGAN METODE ACTIVITY BASED COSTING 1. pengklasifikasian kegiatan berdasarkan - klasifikasi proses - Klasifikasi tingkat kegiatan a. Unit level cost b. Batch level Unit c. Product level cost d. Facility level cost - Klasifiasi pendorong kegiatan 2. Pembebanan biaya - Pembebanan sumber daya tidak langsung kepada kegiatan yang dilaksanakan oleh sumber daya - Pembebanan biaya kegiatan berdasarkan konsumsi masing-masing produk terhadap kegiatan. Ratio

1.6.3 pengujian Hipotesis Hipotesis yang telah di kemukakan akan diuji dengan menggunakan metode pengujian, yaitu dengan membandingkan perhitungan harga pokok produk antara metode konvensional dengan metode activity based costing, dan analisis harga pokok produk mana yang akurat dan menguntungkan bagi perusahaan. 1.7 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada PT.Pupuk Kujang Cikampek, jalan Ahmad Yani No. 39 Karawang. Adapun waktu penelitian yang dilakukan adalah dimulai pada bulan Oktober 2009 sampai dengan selesai.