*) Bibit Supardi, S.Pd., MT adalah guru SMAN 3 Klaten dan Alumni S2 Mikrohidro Magister Sistem Teknik UGM.

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Ketergantungan akan energi bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak

MEMBANGUN DESA MANDIRI ENERGI BERBASIS PLTMH DI KABUPATEN KLATEN. OLEH : BIBIT SUPARDI, S.Pd., MT

d. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Boyolali (Jateng)

MIKROHIDRO SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF MASA KINI. Oleh : Bibit Supardi, S.Pd., MT *)

BAB III: DATA DAN ANALISA PERENCANAAN

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Indonesia dan terletak di pulau Jawa bagian tengah. Daerah Istimewa

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN KLATEN

BAB III TINJAUAN KAWASAN WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN. bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan tenaga listrik di Indonesia tumbuh rata-rata sebesar 8,4% per

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

I. PENDAHULUAN. optimal. Salah satu sumberdaya yang ada di Indonesia yaitu sumberdaya energi.

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya energi adalah kekayaan alam yang bernilai strategis dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

(SP2010) merupakan dasar. administrasi terkecil. tim. dasar. tangga. Klaten, Agustus 2010 BPS Kabupaten. Klaten Kepala,

BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI

PENGARUH JUMLAH BLADE TERHADAP KINERJA TURBIN ANGIN SUMBU HORIZONTAL

Pulau Ikonis Energi Terbarukan sebagai Pulau Percontohan Mandiri Energi Terbarukan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III TINJAUAN KAWASAN / WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN. listrik. Banyak masyarakat yang sangat bergantung akan keberadaan energi listrik.

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP), Pembangkit Listrik

Tahap II Proyeksi Peningkatan Rasio Elektrifikasi 80%

I. PENDAHULUAN. dalam melakukan penggilingan padi, keperluan irigasi, dan kegiatan yang lainnya.

Bab PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan suatu energi, khususnya energi listrik di Indonesia semakin

Tahapan Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro

V. GAMBARAN UMUM. Secara astronomi, Kota Depok terletak pada koordinat 6 o sampai

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kebutuhan energi listrik oleh masyarakat dan. dunia industri tidak sebanding dengan peningkatan produksi listrik

PRA - STUDI KELAYAKAN RENCANA PEMBANGUNAN PLTMH SUBANG

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dua, yaitu energi terbarukan (renewable energy) dan energi tidak

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari pulau

BAB III TRANSPORTASI ANGKUTAN JALAN RAYA KABUPATEN KLATEN

IMPLEMENTASI REGULASI DALAM RANGKA MEMENUHI KEBUTUHAN ENERGI LISTRIK. Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

EFISIENSI OPERASIONAL PEMBANGKIT LISTRIK DEMI PENINGKATAN RASIO ELEKTRIFIKASI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Kita tidak dapat dipisahkan dari

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PRODUKSI PADI SAWAH DI DAERAH PENELITIAN

Indonesia Water Learning Week

Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

I. KARAKTERISTIK WILAYAH

PRA - STUDI KELAYAKAN RENCANA PEMBANGUNAN PLTA GARUT

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. maju dengan pesat. Disisi lain, ketidak tersediaan akan energi listrik

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Rencana Pengembangan Energi Baru Terbarukan dan Biaya Pokok Penyediaan Tenaga Listrik Dialog Energi Tahun 2017

PERANCANGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN SKALA KECIL DI GEDUNG BERTINGKAT

BAB I PENDAHULUAN. (hydropower) adalah energi yang diperoleh dari air yang mengalir. Energi yang

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2014 meningkat sebesar 5,91% dibandingkan dengan akhir tahun 2013

ANALISIS PEMBANGUNAN PLTU MADURA KAPASITAS 2 X 200 MW SEBAGAI PROGRAM MW PT. PLN BAGI PEMENUHAN KEBUTUHAN LISTRIK DI PULAU MADURA

BAB I PENDAHULUAN. bahan bakar fosil sebagai bahan bakar pembangkitannya. meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan energi yang terus-menerus meningkat

BAB I PENDAHULUAN. perkiraan kapasitas pembangkit tenaga listrik.(dikutip dalam jurnal Kelistrikan. Indonesia pada Era Millinium oleh Muchlis, 2008:1)

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. manusia dan makhluk hidup lainnya. Dengan air, maka bumi menjadi planet

SURVEY POTENSI PLTM KANANGGAR DAN PLTM NGGONGI

BAB I PENDAHULUAN. manajemen baik dari sisi demand maupun sisi supply energi. Pada kondisi saat ini

1 BAB I PENDAHULUAN. Selama ini sumber energi utama yang dikonversi menjadi energi listrik

BAB I PENDAHULUAN. melepaskan dirinya dari ketergantungan terhadap energi. Gerak pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pada akhir Desember 2011, total kapasitas terpasang pembangkit listrik di

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah , 2014 Rancang Bangun Simulator Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH)

IDENTIFIKASI POTENSI ENERGI MIKROHIDRO UNTUK PEMENUHAN KEBUTUHAN LISTRIK DI PROVINSI KALIMANTAN UTARA

BAB I PENDAHULUAN. Suatu masalah terbesar yang dihadapi oleh negara-negara di dunia

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV GAMBARAN UMUM

PENGEMBANGAN ENERGI BARU TERBARUKAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

KEMANDIRIAN MASYARAKAT DESA BATANG URU MERUBAH AIR MENJADI LISTRIK. Ir. Linggi. Penerima Penghargaan Energi Prakarsa Perorangan S A R I

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pegunungan mempunyai potensi energi air yang besar. Penggunaan PLTMh sebagai energi alternatif yang cost friendly,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu keharusan yang harus dipenuhi. Ketersediaan energi listrik yang

BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta Kondisi Geografis

BAB I PENDAHULUAN. seperti penerangan rumah, elektronik, hingga keperluan dalam perindustrian

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi energi itu sendiri yang senantiasa meningkat. Sementara tingginya kebutuhan

PENGARUH SUDUT PIPA PESAT TERHADAP EFISIENSI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO ( PLTMH )

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan emisi dari bahan bakar fosil memberikan tekanan kepada setiap

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kabupaten Temanggung terletak di tengah-tengah Propinsi Jawa Tengah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMENUHAN SUMBER TENAGA LISTRIK DI INDONESIA

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI

BAB I PENDAHULUAN. gempa bumi. Gempa bumi merupakan pergerakan (bergesernya) lapisan. batu bumi yang berasal dari dasar atau bawah permukaan bumi.

BAB I PENDAHULUAN. perhatian utama saat ini adalah terus meningkatnya konsumsi energi di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. dengan kebutuhan energi yang semakin meningkat. Pemenuhan kebutuhan energi

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

Transkripsi:

PLTMH SEBAGAI ALTERNATIF PENYEDIAAN SUMBER ENERGI LISTRIK DI KABUPATEN KLATEN OLEH : BIBIT SUPARDI, S.Pd., MT*) Pendahuluan Kebutuhan energi di Indonesia khususnya dan di dunia pada umumnya terus meningkat karena pertambahan penduduk, pertumbuhan ekonomi dan pola konsumsi energi itu sendiri yang senantiasa meningkat. Sedangkan energi fosil yang selama ini merupakan sumber energi utama ketersediaannya sangat terbatas dan terus mengalami deplesi (depletion: kehabisan, menipis). Proses alam memerlukan waktu yang sangat lama untuk dapat kembali menyediakan energi fosil ini. Direktur Direktorat Supervisi Ketenagalistrikan Departemen Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Emmy Perdanahari, PhD (dikutip dari Solopos, 8 Desember 2007) menjelaskan, dengan asumsi pertumbuhan Gross Domestik Produk (GDP) 6 persen per tahun maka dalam 20 tahun mendatang diperkirakan kebutuhan listrik Indonesia meningkat hingga 7,1 persen dengan asumsi suplai listrik terhambat. Kebutuhan tenaga listrik 4.000 5.000 Mega Watt per tahun jelas tidak akan terpenuhi dengan sumber energi minyak karena harga minyak dunia melonjak tinggi. Jika digunakan sumber energi lain seperti renewable energy misalnya angin dan air, kapasitas energi yang dapat disuplai kecil. Menurut data Blueprint Pengelolaan Energi Nasional 2005 2025 yang dikeluarkan oleh Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (DESDM) pada tahun 2005, cadangan minyak bumi di Indonesia pada tahun 2004 diperkirakan akan habis dalam kurun waktu 18 tahun dengan rasio cadangan/produksi pada tahun tersebut. Sedangkan gas diperkirakan akan habis dalam kurun waktu 61 tahun dan batubara 147 tahun. *) Bibit Supardi, S.Pd., MT adalah guru SMAN 3 Klaten dan Alumni S2 Mikrohidro Magister Sistem Teknik UGM.

2 PLTMH (Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro) dipilih sebagai salah satu energi alternatif dikarenakan memiliki beberapa keunggulan dibanding dengan pembangkit listrik jenis lainnya, seperti bersih lingkungan, renewable energy, tidak konsumtif terhadap pemakaian air, lebih awet (tahan lama / long life), biaya operasinya lebih kecil dan sesuai untuk daerah terpencil. Disamping itu perawatan mekanik dan elektrik PLTMH lebih mudah. PLTMH adalah salah satu Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) low head dengan kapasitas kurang dari 500 Kilo Watt. Potensi total PLTMH di Indonesia tahun 2002 adalah sebesar 500 Mega Watt (MW), yang sudah dimanfaatkan baru 21 MW. Potensi tersebut sebenarnya masih akan meningkat sejalan dengan intensitas studi potensi yang dilakukan untuk menemukan lokasilokasi baru. Jika potensi PLTMH dapat di kembangkan maka paling tidak 12.000 MWh (Mega Watt hour) atau sebesar 14% dari kebutuhan energi total Indonesia tahun 2005 dapat disumbang dari PLTMH. Jika studi potensi PLTMH dapat diintensifkan, maka prosentase sumbangan PLTMH terhadap kebutuhan energi nasional meningkat juga. Berdasarkan kemanfaatan pembangunan PLTMH maka diharapkan Kabupaten Klaten mulai mengembangkan PLTMH sebagai sumber energi alternatif dan sekaligus bisa membangun sebuah kawasan Desa Mandiri Energi (DME), karena dengan pembangunan PLTMH setidak-tidaknya akan dapat menambah pendapatan masyarakat dan dapat mengurangi pengangguran. Potensi mata air dan kondisi kelistrikan Kabupaten Klaten 1. Kondisi wilayah Secara geografis Kabupaten Klaten terletak diantara 110 o 26'14-110 o 47'51 BT dan 7 o 32'19-7 o 48'33 LS. Luas wilayah kabupaten Klaten mencapai 665,56 km 2. Di sebelah timur berbatasan dengan kabupaten Sukoharjo. Di sebelah selatan berbatasan dengan kabupaten Gunung Kidul (DIY). Di sebelah barat berbatasan dengan kabupaten Sleman (DIY) dan di sebelah utara berbatasan dengan kabupaten Boyolali.

3 Menurut topografi kabupaten Klaten terletak diantara gunung Merapi dan pegunungan Seribu dengan ketinggian antara 75-160 meter diatas permukaan laut yang terbagi menjadi wilayah lereng Gunung Merapi di bagian utara areal miring, wilayah membujur dataran rendah di sebelah Timur dan wilayah berbukit di bagian selatan. Ditinjau dari ketinggiannya, wilayah Kabupaten Klaten terdiri dari dataran dan pegunungan, dan berada dalam ketinggian yang bervariasi, yaitu 9,72% terletak di ketinggian 0 100 m dari permukaan air laut, 77,52% terletak di ketinggian 100-500 m dari permukaan air laut dan 12,76% terletak di ketinggian 500-1000 m dari permukaan air laut. Keadaan iklim Kabupaten Klaten termasuk iklim tropis dengan musim hujan dan kemarau silih berganti sepanjang tahun, temperatur udara rata-rata 28-30 o Celsius dengan kecepatan angin rata-rata sekitar 153 mm setiap bulannya. Berdasarkan data curah hujan milik Dinas Pekerjaan Umum Sub Dinas Pengairan pada tahun 2006 curah hujan tertinggi bulan Mei (533 mm) dan curah hujan terendah bulan Nopember (273 mm), dan bulan Juni sampai dengan Oktober musim kemarau (curah hujan 0 mm). Diperoleh juga data sumber mata air untuk wilayah Kabupaten Klaten, berdasarkan pengecekan lapangan ternyata ada 174 buah sumber mata air di wilayah Kabupaten Klaten. 2. Potensi energi mata air untuk PLTMH Potensi energi air di daerah Kabupaten Klaten begitu besar. Potensi energi air tersebut dapat dilihat dari grafik potensi PLTMH di bawah ini. Data potensi energi air ini merupakan rekapan hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh Badan Perencanaan Daerah (Bapeda) Kabupaten Klaten tahun 2004 dan hasil penelitian penulis dalam rangka penulisan tesis untuk menyelesaikan studi di Magister Sistem Teknik UGM Yogyakarta. Dari data yang ada terdapat 12 titik potensi PLTMH dari beberapa bendung di Kabupaten Klaten, potensi PLTMH yang dapat dibangkitkan sebesar 285,2 kw. Sedangkan potensi yang dibangkitkan dari mata air sebesar 121,549 kw. Jadi potensi energi air total yang dapat dibangkitkan adalah sebesar 406,749 kw.

4 Potensi Daya 45.0 40.0 35.0 30.0 25.0 20.0 15.0 10.0 5.0 0.0 40.0 39.1 37.2 27.0 26.2 25.5 25.2 18.1 9.1 Lokasi Potensi PLTMH 30.2 2.7 4.9 Plosowareng Taman Wantil Bagor Dolikan Bogem Jetak Kalikebo Jeto Talang Klumpit Gunden Gambar 1. Potensi PLTMH dari beberapa bendung di Kabupaten Klaten Potensi Daya 40 35 30 25 20 15 10 5 0 36.383 29.804 16.493 13.010 11.731 5.998 5.535 1.654 0.941 Lokasi Potensi PLTMH Ponggok Sal. Ploso Ke Timur Sal. Ploso Ke Selatan Bendung Cokro Nilo Jolotundo Plosowareng Pluneng Pelem Manten Gambar 2. Potensi PLTMH dari beberapa mata air di Kabupaten Klaten 3. Perkembangan desa berlistrik dan pelanggan Kabupaten Klaten Ratio Elektrifikasi adalah angka yang menunjukkan persentasi jumlah rumah tangga yang telah menikmati listrik dengan jumlah rumah tangga (KK) yang ada. Semakin besar prosentase ratio elektrifikasi, maka semakin banyak penduduk yang telah menikmati listrik. Kabupaten Klaten terdiri dari 26 kecamatan, 401 desa, jumlah penduduk 1.293.242 jiwa, jumlah KK 336.588 dan jumlah pelanggan rumah tangga 261.315. Ratio elektrifikasi Kabupaten Klaten dapat dihitung sebagai berikut : 261.315 Ratio Elektrifikasi = X 100% = 77,64% 336.588

5 4. Perkembangan listrik pedesaan Kabupaten Klaten Kebutuhan energi listrik akan terus meningkat sejalan dengan roda perekonomian. Sampai dengan tahun 2006 pelanggan listrik sejumlah 258.852 pelanggan, sedangkan jumlah pelanggan rumah tangga sebesar 94,78 persen dari total pelanggan. KWH terjual tahun 2006 mengalami peningkatan sebesar 8,11 persen dibanding tahun 2005. Sampai akhir bulan Oktober 2007 jumlah pelanggan meningkat menjadi 278.420 pelanggan. Jumlah pelanggan paling besar berada di wilayah pelayanan PLN Klaten Kota (98.049) dan diikuti oleh PLN pelayanan Pedan (79.229), Tulung (59.182), dan Delanggu (41.960) dengan daya tersambung total sampai akhir bulan Oktober 2007 sebesar 379.466.000 VA. 5. Kemampuan energi listrik PLN Kabupaten Klaten Tabel 1. Laju Pertumbuhan Ketersediaan Listrik Desa, Pelanggan dan Daya Di Kabupaten Klaten Tahun Jumlah Desa Desa yg sdh dialiri listrik Prosentase Desa yg sdh dialiri listrik Jumlah Pelanggan Daya Terpakai (MW) 2006 401 401 100 258.852 315,74 2007 401 401 100 278.420 379,47 Laju Pertumbuhan (%) 0 7,56 20,18 Sumber : PT PLN APJ Klaten 2007 6. Laju pertumbuhan energi listrik Konsumsi total energi listrik pada tahun 2007 adalah sebesar 379,5 Mega Watt Hour (MWh). Konsumsi total energi listrik ini mengalami peningkatan dari tahun ke tahun sejak tahun 1998. Konsumsi energi listrik meningkat pada laju rata-rata sekitar 11 % per tahun. Lonjakan konsumsi listrik terjadi pada tahun 1999 setelah Klaten lepas dari krisis ekonomi. Laju perkembangan antara tahun 2006 hingga tahun 2007 meningkat cukup tinggi sekali yaitu pada nilai sekitar 20,18 % per tahun.

6 Kebutuhan Daya 700000 600000 500000 400000 300000 200000 100000 y = 27304,229x - 54438066,838 R 2 = 0,909 0 2000 2002 2004 2006 2008 2010 2012 2014 2016 Tahun Gambar 3. Penggunaan daya listrik Kabupaten Klaten 7. Prediksi kebutuhan energi listrik di Kabupaten Klaten Untuk mengetahui kebutuhan energi listrik di Kabupaten Klaten dimasa yang akan datang (prediksi kebutuhan listrik) digunakan analisis regresi. Dari gambar 3 diperoleh persamaan regresi : y = 27.304,229x 54438066,838, dimana y menunjukkan kebutuhan daya dan x menunjukkan tahun dengan nilai koefisien regresi (R) = 0,9535. Sehingga pada tahun 2015 kebutuhan daya Kabupaten Klaten : y = 27.304,229(2015) 54438066,838 = 579.954,605 kw = 579,96 MW. Jadi, kebutuhan listrik Kabupaten Klaten pada tahun 2015 sebesar 579,96 MW. 8. Potensi daya PLTMH, kemampuan daya listrik PLN Kabupaten Klaten. Berdasarkan perkiraan kebutuhan listrik Kabupaten Klaten pada tahun 2015 sebesar 579,96 MW, sedangkan kemampuan daya PLN akhir tahun 2007 sebesar 578,79 MW maka pada tahun 2015 akan terjadi krisis listrik sebesar 1,17 MW dengan demikian pembangunan PLTMH layak diperlukan untuk memenuhi kekurangan energi listrik tersebut dan pengelolaan PLTMH secara optimal sehingga betul-betul mampu mensuplai kebutuhan energi listrik.

7 Tabel 2. Potensi daya PLTMH, kemampuan daya PLN dan kelebihan daya di Kabupaten Klaten. Kebutuhan Listrik Kabupaten Klaten Potensi Daya PLTMH Kecamatan Kemampuan Daya PLN Kelebihan Daya 26 Kecamatan Polanharjo 109,561 401 Desa Delanggu 39,1 1.293.242 Jiwa Juwiring 141,1 336.588 KK Trucuk 27,2 Bayat 30,2 Cawas 7,6 Karanganom 1,654 Kebonarum 0,941 Tulung 49,393 379.467 406,749 578.790,45 199.323,45 Sumber : PT PLN APJ Klaten 2007 dan penelitian Kesimpulan Setelah mengadakan penelitian dengan melakukan studi potensi PLTMH yang ada di Kabupaten Klaten, maka dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut : 1. Potensi air yang dapat dikembangkan untuk PLTMH di Kabupaten Klaten dari mata air ada 9 titik menghasilkan total 121,549 kw dan 12 titik dari beberapa bendung menghasilkan total 285,2 kw, jadi potensi total 406,749 kw. 2. Pada akhir tahun 2007 : kebutuhan listrik Kabupaten Klaten sebesar 379.467 kw dan kemampuan penyediaan daya PLN sebesar 578.790,45 kw, maka kelebihan dayanya sebesar 199.323,45 kw, akan tetapi pada tahun 2015 akan terjadi krisis listrik sebesar 1,17 MW dengan demikian pembangunan PLTMH layak diperlukan untuk memenuhi kekurangan energi listrik tersebut.