ISOLASI RARE ACTINOMYCETES DARI PASIR PANTAI DEPOK DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA YANG BERPOTENSI ANTIFUNGI TERHADAP Candida albicans SKRIPSI

dokumen-dokumen yang mirip
ISOLASI RARE ACTINOMYCETES DARI PASIR PANTAI DEPOK DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA YANG BERPOTENSI ANTIBIOTIK TERHADAP Staphylococcus SKRIPSI

ISOLASI RARE ACTINOMYCETES DARI PASIR PANTAI DEPOK YOGYAKARTA YANG BERPOTENSI MENGHASILKAN ANTIBIOTIK TERHADAP Escherichia coli MULTIRESISTEN SKRIPSI

ISOLASI RARE ACTINOMYCETES DARI PASIR PANTAI DEPOK DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA YANG BERPOTENSI ANTIBIOTIK TERHADAP Propionibacterium acne SKRIPSI

ISOLASI STREPTOMYCES DARI RIZOSFER FAMILIA POACEAE YANG BERPOTENSI MENGHASILKAN ANTIJAMUR TERHADAP Candida albicans SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. 100 genus Actinomycetes hidup di dalam tanah. tempat-tempat ekstrim seperti daerah bekas letusan gunung berapi.

BAB I PENDAHULUAN. melanda peradaban manusia selama berabad-abad (Pelczar dan Chan, 2007).

tanah tersebut. Kata rare untuk jenis bakteri Actinomycetes yang

BAB I PENDAHULUAN. jamur oportunistik yang sering terjadi pada rongga mulut, dan dapat menyebabkan

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METODE PENGUJIAN ANTIBIOTIK ISOLAT STREPTOMYCES DARI RIZOSFER FAMILIA POACEAE TERHADAP Escherichia coli

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berjuang menekan tingginya angka infeksi yang masih terjadi sampai pada saat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berada di bawah garis kemiskinan sehingga masalah kebersihan lingkungan,

BAB I PENDAHULUAN. dan non-bergerak bulat kecil berbentuk atau non-motil cocci. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. yang menyebabkan infeksi karena jamur banyak ditemukan (Nasution, 2005).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Jamur merupakan salah satu penyebab infeksi terutama di negara beriklim

UJI AKTIVITAS ANTIJAMUR EKSTRAK ETANOL BUAH CEREMAI (Phyllanthus acidus (L.) Skeels) TERHADAP Candida albicans DAN Trichophyton rubrum SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Candida albicans merupakan jamur yang dapat menginfeksi bagian- bagian

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mamalia. Beberapa spesies Candida yang dikenal dapat menimbulkan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Mikroorganisme terdapat dimana-mana, seperti di dalam tanah, atmosfer, dari puncak gunung dan di dasar lautpun mungkin dijumpai.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. baik usia muda maupun tua (Akphan dan Morgan, 2002). Kandidiasis oral

BAB 1 PENDAHULUAN. Kandidiasis adalah istilah yang dipakai untuk infeksi kulit dan selaput lendir

UJI AKTIVITAS ANTIJAMUR EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steen) TERHADAP Candida albicans SERTA SKRINING FITOKIMIANYA SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. rongga mulut. Kandidiasis oral paling banyak disebabkan oleh spesies Candida

BAB I PENDAHULUAN. mikron atau lebih kecil lagi. Yang termasuk golongan ini adalah bakteri,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

FORMULASI SALEP MINYAK ATSIRI RIMPANG TEMU GIRING

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kandidiasis adalah infeksi yang disebabkan oleh. jamur Candida sp. Kandidiasis merupakan infeksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tumbuhan yang memiliki bunga banyak, serta daun dari bunga bakung ini memilki

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme di Indonesia masih mengkhawatirkan kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MIKROBIOLOGI BAKTERI

AKTIVITAS ANTIFUNGI ISOLAT ACTINOMYCETES DARI SAMPEL PASIR GUNUNG MERAPI DENGAN LAMA FERMENTASI YANG BERBEDA TERHADAP Candida albicans

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. V.1 Seleksi aktinomisetes yang memiiiki aktivitas terhadap R. Solani

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan kandidiasis. Dermatomikosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab keputihan ini antara lain bakteri, virus, jamur (Ayuningtyas, 2011). Jenis

BAB I PENDAHULUAN. Candida yang dapat menyebabkan infeksi kulit dan selaput lendir. C. albicans

I. PENDAHULUAN. berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi untuk tanaman dan

Pendahuluan. UNSYIAH Universitas Syiah Kuala 9/28/2016. Pohon Kehidupan. Tiga Domain Kehidupan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dicampurkan dengan bahan-bahan lain seperti gula, garam, dan bumbu,

FARMAKOTERAPI PADA PENYAKIT INFEKSI JAMUR. dr. Agung Biworo, M.Kes

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah kesehatan. Hal ini cukup menguntungkan karena bahan

BAB I PENDAHULUAN. Mikroorganisme ada yang berupa bakteri, protozoa, virus ataupun cendawan,

COCCIDIOIDES IMMITIS

I. PENDAHULUAN. Mikroorganisme merupakan bagian dari kekayaan dan keragaman hayati

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ditempati oleh berbagai penyakit infeksi (Nelwan, 2006).

BAB 1 PENDAHULUAN. cara menimbang bahan yang akan diekstraksi lalu mencampur bahan dengan air

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

FARMAKOTERAPI PADA PENYAKIT INFEKSI JAMUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang kini mulai ditanam di beberapa daerah dataran tinggi di Indonesia.

TINJAUAN PUSTAKA. bekas tambang, dan pohon peneduh. Beberapa kelebihan tanaman jabon

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh berbagai spesies mikroorganisme, yang dalam konsentrasi rendah. mampu menghambat pertumbuhan mikroorganisme lainnya.

PEMANFAATAN JERAMI PADI DAN PENAMBAHAN KOTORAN AYAM SEBAGAI MEDIA PERTUMBUHAN JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. yang besar bagi kepentingan manusia (Purnobasuki, 2005).

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.A. Latar Belakang Permasalahan. Infeksi jamur patogen masih menjadi permasalahan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

FARMASI USD Mei Oleh : Yoga Wirantara ( ) Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Jumlah Jamur yang Terdapat pada Dendeng Daging Sapi Giling dengan Perlakuan dan Tanpa Perlakuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kaktus adalah nama yang diberikan untuk anggota tumbuhan berbunga family

I. PENDAHULUAN. Bacillus thuringiensis merupakan salah satu bakteri patogen serangga yang

I. PENDAHULUAN. alam. Sebagai salah satu negara yang memiliki wilayah pantai terpanjang dan

BAB I PENDAHULUAN. turun temurun sudah dimanfaatkan oleh masyarakat. Bahkan saat ini banyak industri

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (Mukarlina et al., 2010). Cabai merah (Capsicum annuum L.) menjadi komoditas

PENICILLIUM CHRYSOGENUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Candida (Brown dan Bums, 2005; Siregar, 2005). Rosalina dan Sianipar (2006)

I.PENDAHULUAN. karena merupakan penyebab kematian paling tinggi (Ahira, 2013). Data

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman binahong (Andredera cordifolia (Tenore) Steen) dan bertekstur kasar (Rochani N, 2009).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Jamur menyerap nutrien melalui dinding selnya, mengekskresikan enzim-enzim

AKTIVITAS ANTIJAMUR EKSTRAK ETANOL DAUN BENALU JAMBU AIR (Dendrophthoe falcata (L.f.) Ettingsh) TERHADAP Trichophyton rubrum DAN Candida albicans

GUNAKAN ALAS KAKIMU ATAU..

membunuh menghambat pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. setiap tahunnya terjadi di Afrika, Asia dan Amerika Tengah dan Selatan.

BAB 1 PENDAHULUAN. menurun, maka sifat komensal candida ini dapat berubah menjadi. disebabkan oleh Candida albicans, sisanya disebabkan oleh Candida

karena itu, beberapa penelitian dikembangkan untuk terus menemukan bahan yang dapat menghambat pertumbuhan C.albicans dengan memanfaatkan bahanbahan a

I. TINJAUAN PUSTAKA. 1.1 Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.)

II. TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk meningkatkan aktivitas proses komposting. Bioaktivator

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sumber karbon dan sumber energi (Hardjo et al., 1994: 15).

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang 70 % dari wilayahnya terdiri dari

bahan yang diperoleh adalah tetap dalam isopropil alkohol dan udara kering menengah diikuti oleh budidaya pada Sabouraud agar.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Transkripsi:

ISOLASI RARE ACTINOMYCETES DARI PASIR PANTAI DEPOK DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA YANG BERPOTENSI ANTIFUNGI TERHADAP Candida albicans SKRIPSI Oleh: NUR AINI MAR ATUS SHOLICHAH K.100.060.203 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2010

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara tropis dengan kondisi udara panas dan lembab. Keadaan tersebut menyebabkan mudah berkembangnya penyakit infeksi yang disebabkan oleh jamur (fungi). Pada sepuluh tahun terakhir, terjadi peningkatan kasus infeksi secara signifikan oleh jamur, terutama spesies Candida albicans (C. albicans) (Tjay dan Rahardja, 2003). Candida albicans dapat menimbulkan berbagai penyakit, diantaranya yaitu kandidiasis. Kandidiasis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh jamur Candida terutama spesies C. albicans yang dapat menginfeksi vagina, mulut, saluran pencernaan, dan kulit (Anonim, 2007). Selain itu, C.albicans juga menyebabkan balanitis pada laki-laki dan infeksi oportunistik pada orang yang mengalami gangguan kekebalan (immunocompromised) (Gould dan Brooker, 2003). Pengobatan penyakit akibat infeksi jamur menggunakan obat antifungi, namun obat antifungi yang beredar di masyarakat sangat toksik dan sedikit yang tersedia tanpa resep. Dan apabila penggunaannya tidak tepat dapat menimbulkan resistensi. (Sanjaya, 2007). Penelitian yang dilakukan Kuntaman (2001) di dua rumah sakit besar di Jawa Timur dan Jawa Tengah menunjukkan bahwa penggunaan antimikrobia secara tidak bijak mencapai 80%. Kasus di RSU dr 1

2 Soetomo, angka resistensi terhadap antimikrobia lini pertama (penyakit infeksi ringan) bisa mencapai 90% dan lini kedua (infeksi sedang) mendekati 50% (Sanjaya, 2007). Terjadinya resistensi jamur terhadap antijamur menuntut ditemukannya antijamur baru yang memiliki potensi tinggi (Widjajanti, 1999). Oleh sebab itu, sangat diperlukan eksplorasi galur-galur mikroba baru yang menghasilkan antijamur dengan potensi lebih tinggi dalam mematikan penyebab penyakit. Kira kira 70% antibiotik dihasilkan oleh Actinomycetes, 20% fungi dan 10% oleh bakteri (Suwandi, 1989). Sebagian besar anggota Actinomycetes hidup bebas, tersebar luas di tanah, air, dan berasosiasi dengan tanaman tingkat tinggi (rizosfer). Rizosfer kaya akan bahan organik sehingga memungkinkan pertumbuhan yang optimal bagi Actinomycetes. Pada tanah yang miskin unsur hara atau lingkungan yang ekstrim (misalnya pasir), Actinomycetes tumbuh dalam jumlah yang kecil (rare Actinomycetes). Rare Actinomycetes adalah bakteri gram positif, filamentus, membentuk spora dan mempunyai kandungan G+C tinggi (57-75%), prokariotik, hidup bebas, saprofit, tersebar luas di tanah, air, dan mempunyai kemampuan memproduksi senyawa antimikrobia yang bermanfaat (Zotchev, 2004). Rare Actinomycetes diperoleh dari lingkungan yang ekstrim dan sebelumnya tidak dikenal sebagai penghasil senyawa bioaktif. Rare Actinomycetes sangat potensial sebagai penghasil senyawa bioaktif termasuk senyawa antibiotik (Gathogo, et al., 2004). Oleh karena itu penelitian ini difokuskan pada isolasi dan

3 skrining antibiotik dari isolat-isolat rare Actinomycetes yang berpotensi menghasilkan senyawa antibiotik baru. Penelitian tentang skrining antibiotik dari rare Actinomycetes di Indonesia masih sangat terbatas, padahal Indonesia mempunyai keanekaragaman hayati yang melimpah (termasuk rare Actinomyetes) karena berada di daerah tropis. Kondisi ini sangat menguntungkan dan belum banyak dilakukan eksplorasi. Fiedler et al., 2005 yang mengisolasi Actinomycetes dari sedimen laut di beberapa tempat lautan Pasifik dan Atlantik. Memperoleh sekitar 600 isolat dan diantaranya merupakan genus baru yang menghasilkan senyawa bioaktif baru potensial. Pisano et al., 1986, melakukan isolasi Actinomycetes dari sedimen laut di New Jersey dengan perlakuan panas dan penambahan fenol. Dari isolasi tersebut diperoleh 120 isolat, 19 isolat diantaranya berpotensi antimikrobia kuat terhadap bakteri gram positif. Pada penelitian lain, Actinomycetes juga diperoleh dari pasir pantai di Chonburi Thailand yaitu strain Actinomycetes yang termotoleran penghasil enzim N-axylamino acid racemase (Srivibool et al., 2004). Metode isolasi selektif rare Actinomycetes dilakukan dengan perlakuan panas terhadap sampel tanah dan plating dalam medium Gauze 1 dengan penambahan nistatin, nalidixic acid, rubomycin. Pretreatment ini untuk meningkatkan jumlah Actiomadura dan menurunkan jumlah Streptomyces (Zakharova et al., 2003; Jadambaa, 2006). Hasil isolat yang diperoleh : Saccahromonospora, Saccharopolyspora, Microbiospora, Microtetraspora, Streptosporangium, Thermomonospora, Actinomadura, Nocardioides, Nocardia dan Dactylosporangium (Jadambaa, 2006). Pretreatment yang dapat dilakukan untuk

4 meningkatkan populasi rare Actinomycetes dan mengurangi populasi Streptomyces dan bakteri lain adalah dengan perlakuan panas 120 o C selama 1 jam dan 70 o selama 1 jam (Zotchev, 2004). B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Apakah pasir pantai Depok Daerah Istimewa Yogyakarta dapat diperoleh isolat-isolat rare Actinomycetes yang berpotensi antifungi terhadap C. albicans? 2. Bagaimana potensi isolat rare Actinomycetes terhadap C. albicans? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu: 1. Memperoleh isolat-isolat rare Actinomycetes yang berpotensi antifungi terhadap C. albicans. 2. Mengetahui potensi isolat rare Actinomycetes terhadap C. albicans D. Tinjauan Pustaka 1. Rare Actinomycetes Rare Actinomycetes adalah Actinomycetes yang tumbuh dalam jumlah kecil. Actinomycetes merupakan organisme tanah yang memiliki sifat-sifat yang umum dimiliki oleh bakteri dan jamur tetapi juga memiliki ciri khas yang cukup berbeda yang membatasinya menjadi satu kelompok yang jelas berbeda (Rao, 1994). Karakterisasi Actinomycetes berbentuk miselium uniseluler, susunan hifa yang memperlihatkan benar-benar bercabang. Hifanya agak panjang dan

5 umumnya dengan diameter 0,5-0,8 µ. Miselium berkembang dalam lapisan bawah atau pada permukaan lapisan bawah, tumbuh menjulang ke udara bagaikan antena. Miselium tersebut memisah dalam fragmen-fragmen yang pendek sehingga akan tampak bagaikan cabang atau batang-batang pada bakteri (Sutedjo, dkk., 1991). Actinomycetes banyak ditemukan di tanah rizosfer. Rizosfer kaya akan bahan organik sehingga memungkinkan pertumbuhan yang optimal bagi Actinomycetes. Pada tanah yang miskin unsur hara atau lingkungan yang ekstrim (misalnya pasir), Actinomycetes tumbuh dalam jumlah yang kecil (rare Actinomycetes). rare Actinomycetes diperoleh dari lingkungan yang ekstrim dan sebelumnya tidak dikenal sebagai penghasil senyawa bioaktif. Rare Actinomycetes sangat potensial sebagai penghasil senyawa bioaktif termasuk senyawa antibiotik (Gathogo, et al., 2004). Rare Actinomycetes merupakan bakteri gram positif, filamentus, membentuk spora dan mempunyai kandungan G+C tinggi (57-75%), prokariotik, hidup bebas, saprofit, tersebar luas di tanah, air, dan mempunyai kemampuan memproduksi senyawa antimikrobia yang bermanfaat (Zotchev, 2004). Rare Actinomycetes mempunyai sifat-sifat yang umum dimiliki oleh bakteri dan jamur. Pada medium agar, rare Actinomycetes mudah dibedakan dengan bakteri yang sebenarnya. Tidak seperti koloni bakteri yang jelas berlendir dan tumbuh dengan cepat, koloni rare Actinomycetes muncul perlahan, menunjukkan konsistensi berbubuk dan melekat erat pada permukaan agar. Pengamatan menggunakan mikroskop stereo menunjukkan adanya miselium ramping bersel satu yang bercabang yang membentuk spora aseksual untuk

6 perkembangbiakannya. Rare Actinomycetes berbeda dengan jamur karena tidak mempunyai kitin dan selulosa pada dinding selnya (Rao, 1994). Rare Actinomycetes tumbuh pada ph optimal antara 6,5-8,0 dan pada suhu optimal antara 25-30 o C (Rao, 1994). 2. Antifungi Antifungi atau Antijamur merupakan bagian antibiotik yang membunuh (fungisidal) atau memperlambat (fungistatik) pertumbuhan jamur (Anonim, 2005). Jamur atau fungi merupakan tumbuhan yang tidak memiliki klorofil sehingga tidak mampu melakukan fotosintesis. Oleh karena itu, jamur hanya bisa hidup sebagai parasit pada organisme hidup lain atau sebagai saprofit pada benda organik mati (Tjay dan Rahardja, 2003). Mekanisme antijamur dapat dikelompokkan menjadi: a. Gangguan pada membran sel Gangguan ini terjadi karena adanya ergosterol dalam sel jamur, ini adalah komponen sterol yang sangat penting sangat mudah diserang oleh antibiotik turunan polien. Kompleks polien-ergosterol yang terjadi dapat membentuk suatu pori dan melalui pori tersebut konstituen essensial sel jamur seperti ion K, fosfat anorganik, asam karboksilat, asam amino dan ester fosfat bocor keluar hingga menyebabkan kematian sel jamur. Contoh: Nistatin, Amfoterisin B dan Kandisidin. b. Penghambatan biosintesis ergosterol dalam sel jamur Mekanisme ini merupakan mekanisme yang disebabkan oleh senyawa turunan imidazol karena mampu menimbulkan ketidakteraturan membran

7 sitoplasma jamur dengan cara mengubah permeabilitas membran dan mengubah fungsi membran dalam proses pengangkutan senyawa-senyawa essensial yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan metabolik sehingga menghambat pertumbuhan atau menimbulkan kematian sel jamur. Contoh: Ketokonazol, Klortimazol, Mikonazol, Bifonazol. c. Penghambatan sintesis asam nukleat dan protein jamur Mekanisme ini merupakan mekanisme yang disebabkan oleh senyawa turunan pirimidin. Efek antijamur terjadi karena senyawa turunan pirimidin mampu mengalami metabolisme dalam sel jamur menjadi suatu antimetabolit. Metabolik antagonis tersebut kemudian bergabung dengan asam ribonukleat dan kemudian menghambat sintesis asam nukleat dan protein jamur. d. Penghambatan mitosis jamur Efek antijamur ini terjadi karena adanya senyawa antibiotik Griseofulvin yang mampu mengikat protein mikrotubuli dalam sel, kemudian merusak struktur spindle mitotic dan menghentikan metafasa pembelahan sel jamur (Siswandono dan Soekardjo, 1995). 3. Candida albicans Klasifikasi Candida albicans adalah sebagai berikut: Divisio Subdivisio Classis Ordo Familia Genus Spesies : Thallophyta : Fungi : Deuteromycetes : Moniliales : Cryptococcaceae : Candida : Candida albicans (Frobisher, 1983).

8 C. albicans adalah suatu ragi lonjong, bertunas yang menghasilkan pseudomiselium baik dalam biakan maupun dalam jaringan, merupakan flora normal selaput mukosa saluran pernapasan, saluran pencernaan, dan genitalia wanita. Kadang-kadang C. albicans menyebabkan penyakit sistemik progresif pada penderita yang sistem imunnya tertekan (Jawetz et al., 1996). C. albicans dapat menimbulkan serangkaian penyakit, antara lain kandidiasis mulut (sariawan), kandidiasis vagina (vaginitis), kandidiasis kulit. kandidiasis sistemik (Tjay dan Rahardja, 2003). E. Keterangan Empiris Dari penelitian ini diharapkan dapat memperoleh isolat-isolat rare Actinomycetes yang berpotensi sebagai antifungi terhadap Candida albicans.