BAB 1 PENDAHULUAN. Kehamilan yang Aman atau Making Pregnancy Safer (MPS) pada tanggal 12

dokumen-dokumen yang mirip
KARAKTERISTIK PENDERITA ABORTUS INKOMPLETUS DI RSUD DR.PIRNGADI KOTA MEDAN TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan tempat terjadinya kehamilan, yang disebabkan oleh kehamilan atau

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hamil normal adalah 280 hari dihitung dari hari pertama haid terakhir. Pada

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi kesehatan dunia memperkirakan diseluruh dunia setiap hari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan proses yang normal dan alamiah pada seorang wanita

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehamilan dan persalinan merupakan proses alamiah, tetapi bukannya tanpa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS FAKTOR RISIKO USIA KEHAMILAN DAN PARITAS TERHADAP KEJADIAN ABORTUS. La Ode Ali Imran Ahmad Universitas Haluoleo Kendari.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sektor kesehatan sebagaimana tercantum dalam program

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu perhatian dari World Health

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan persalinan yang ditolong tenaga kesehatan di. kesehatan meluncurkan upaya terobosan berupa Jaminan Persalinan

! 1! BAB 1 PENDAHULUAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) atau Maternal Mortality Rate (MMR) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. tahun Penurunan angka kematian ibu per kelahiran bayi. Millenium (Millenium Development Goals/MDGs).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. derajat kesehatan negara tersebut buruk. Hal ini disebabkan ibu hamil dan bersalin

BAB I PENDAHULUAN. tinggi rendahnya angka kematian ibu dan bayi. berkembang yaitu sebesar 99 persen (Wiknjosastro, 2002 hlm 23).

PENDAHULUAN. Sebagian besar kasus kematian ibu di dunia terjadi di negara- negara. bila dibandingkan dengan negara-negara lain. Berdasarkan Survei

BAB I PENDAHULUAN. Sampai saat ini Indonesia adalah salah satu negara yang masih belum

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah kondisi umum dari seseorang dalam semua aspek baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indikator derajat kesehatan masyarakat, tercermin dalam kondisi angka kematian,

HUBUNGAN UMUR DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN ABORTUS INKOMPLIT DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAHARIFIN ACHMAD PEKANBARU TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. penurunan angka kematian ibu (AKI) dan bayi sampai pada batas angka

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan suatu proses alamiah oleh setiap wanita. Pada

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN HUBUNGAN USIA IBU DENGAN KOMPLIKASI KEHAMILAN PADA PRIMIGRAVIDA

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dari 189 negara yang menyepakati

BAB 1 PENDAHULUAN. bermutu secara adil dan merata, serta mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan AKI di negara-negara ASEAN, penolong persalinan adalah hal yang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kewajiban negara dalam upaya pemenuhannya. Kesehatan juga

BAB I PENDAHULUAN. perubahan kondisi sosial ekonomi masyarakat. makin besar dengan adanya anemia 51%, nifas 45%.

BAB I PENDAHULUAN. dalam Millenium Development Goals (MDG) yaitu goal ke-4 dan ke-5. Target

BAB I PENDAHULUAN. komunitas miskin dan berpendidikan rendah. Meningkatnya kesehatan ibu

BAB 1 : PENDAHULUAN. derajat kesehatan wanita. Menurut World Health Organization (WHO), setiap hari

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diterjemahkan sebagai Tujuan Pembangunan Milenium yang

BAB I PENDAHULUAN. Pemeriksaan kehamilan adalah pengawasan kehamilan untuk. kehamilan, menegakan secara dini komplikasi kehamilan, dan menetapkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO) merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. sejak lama telah menjadi masalah, khususnya di negara-negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. dalam pertumbuhan dan perkembangan putra-putrinya, kesejahteraan anak

BAB 1 PENDAHULUAN. atau lebih dikenal dengan istilah Millenium Development Goals (MDGs) yang

BAB I PENDAHULUAN. perbaikan kesehatan yang bersifat menyeluruh dan lebih bermutu.

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. yaitu 359 kematian ibu per kelahiran hidup. AKI kembali. hidup pada tahun 2015 (Kemenkes, 2015:104).

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia pada ibu hamil

BAB I PENDAHULUAN. berkembang organ demi organ lengkap dengan segala fungsi masing-masing, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan Amerika Latin dan Karibia 85/ KH, Amerika Utara 23/ KH

BAB I PENDAHULUAN. Di seluruh dunia, diperkirakan ibu meninggal karena komplikasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yaitu meningkatnya status kesehatan dan gizi masyarakat antara lain dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Atau buah kehamilan belum mampu

BAB I PENDAHULUAN. menilai derajat kesehatan. Kematian Ibu dapat digunakan dalam pemantauan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang penting, jika tidak ditanggulangi bisa menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan tekanan darah di atas batas normal, hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. Sasaran Pembangunan Millenium Development Goals (MDGS) adalah 102 per

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 307 per kelahiran hidup (KH). Data AKI tahun 2009 sebesar

BAB 1 PENDAHULUAN. besar. Berdasarkan data UNICEF, WHO, UNFPA dan Bank Dunia tren angka

BAB I PENDAHULUAN. merupakan persalinan normal, hanya sebagian saja (12-15%) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. positif bagi ibu maupun bayinya dengan cara membina hubungan saling percaya

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Millennium Development Goals (MDGs) sebagai road map atau arah

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh Konstitusi Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO 1948), Undang-Undang Dasar

BAB l PENDAHULUAN. Angka Kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan tekanan darah dan proteinuria yang muncul ditrimester kedua

B AB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam menilai derajat kesehatan masyarakat, terdapat beberapa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di seluruh dunia, perempuan meninggal. setiap hari sebagai akibat kehamilan, persalinan, maupun

BAB I PENDAHULUAN. dapat terwujud (Kemenkes, 2010). indikator kesehatan dari derajat kesehatan suatu bangsa, dimana kemajuan

GAMBARAN UMUR DAN PARITAS IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN ABORTUS INKOMPLIT DI RUMAH SAKIT MUHAMADIYAH PALEMBANGTAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan pelayanan maksimal dari petugas kesehatan. Salah satu bentuk

BAB I PENDAHULUAN. yang terkait dengan kehamilan dan persalinan, dengan kata lain 1400 perempuan

BAB I PENDAHULUAN. pada generasi mendatang. Angka kematian ibu ( AKI ) merupakan salah

MASALAH KEBIDANAN DI KOMUNITAS

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab tingginya angka kematian ibu terutama disebabkan karena faktor

BAB 1 PENDAHULUAN. terdapat kemungkinan suatu keadaan yang dapat mengancam jiwa ibu dan

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan 20 minggu hingga 37 minggu dihitung dari hari pertama haid

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya kehamilan merupakan hal yang paling membahagiakan bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi merupakan salah satu topik penting di bidang

KERANGKA ACUAN KEMITRAAN BIDAN DAN DUKUN

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular atau NCD (Non-Communicable Disease) yang ditakuti karena

BAB I PENDAHULUAN. masih jauh dari target yang ditetapkan untuk Indonesia, baik target Millennium

BAB I PENDAHULUAN. di negara berkembang. Di negara miskin sekitar 25-50% kematian wanita usia subur

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak. 1. perkembangan, dan peningkatan kualitas anak berperan penting sejak masa dini

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada tahun 2008 dilaporkan bahwa jumlah kematian. ibu di 172 negara di seluruh dunia sebesar 358.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang dapat dilakukan adalah pengendalian penyakit tidak menular. 2

BAB 1 PENDAHULUAN. Kematian ibu masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia, hal ini

TUJUAN 5. Meningkatkan Kesehatan Ibu

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan suatu negara. Angka Kematian Ibu (AKI) adalah indikator di bidang kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. utama dalam pembangunan sektor kesehatan sebagaimana tercantum dalam Program

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah yang terjadi di dunia saat ini adalah menyangkut kemiskinan,

BAB I PENDAHULUAN. tuanya kehamilan dan tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri kehamilan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berdasarkan data World Health Organization (WHO) 2015, terlihat

BAB I PENDAHULUAN. Negara dengan Angka Kematian Ibu (AKI) terendah pada tahun 2011

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 1997 yaitu 334 per 100.000 kelahiran hidup telah melatarbelakangi pemerintah untuk mencanangkan Gerakan Nasional Kehamilan yang Aman atau Making Pregnancy Safer (MPS) pada tanggal 12 Oktober 2003 sebagai strategi pembangunan kesehatan masyarakat menuju Indonesia Sehat. 1 Menurut ICD-X (International Classification of Diseases-X) dalam WHO tahun 2007, AKI adalah kematian wanita yang terjadi selama masa hamil, bersalin, dan masa nifas oleh karena hal yang berhubungan dengan kehamilan atau penanganan kehamilan, tetapi bukan karena suatu kecelakaan. Pelaksanaan program MPS dan Safe Motherhood merupakan salah satu upaya terpenting dalam penurunan AKI yang bertujuan untuk melindungi hak reproduksi dan hak asasi manusia. AKI dihitung berdasarkan jumlah seluruh kematian maternal selama periode satu tahun per 100.000 kelahiran hidup di suatu wilayah, misalnya provinsi, kabupaten, atau kota. AKI nasional, dalam hal ini Indonesia, dihitung berdasarkan rata-rata AKI seluruh provinsi di Indonesia. 2,3 Berdasarkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2005, AKI di dunia sebesar 420 per 100.000 kelahiran hidup. 4 Menurut CIA World Factbook di dunia pada tahun 2010, Indonesia menduduki urutan ke-51 dari 183 negara di dunia dengan laju AKI sebesar 220 per 100.000 kelahiran hidup. Di Asia pada tahun 2010,

Indonesia masuk dalam 11 besar negara Asia yang masih mempunyai AKI tinggi di atas 102 per 100.000 kelahiran hidup. 5,6 Di Indonesia laju AKI cenderung menurun, tetapi masih tinggi. Berdasarkan SDKI tahun 2007 AKI di Indonesia sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Kemudian pada tahun 2010 menjadi 220 per 100.000 kelahiran hidup. Angka tersebut masih belum sesuai dengan kesepakatan Millenium Development Goal (MDG) pada tahun 2015, yaitu 115 per 100.000 kelahiran hidup. 7,8 Provinsi Sumatera Utara termasuk salah satu dari 20 provinsi di Indonesia dengan laju AKI yang masih tinggi. 9 Berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara tahun 2007, tercatat laju AKI di Provinsi Sumatera Utara sebesar 132 per 100.000 kelahiran hidup, dan laju AKI di Kota Medan sebesar 27 per 100.000 kelahiran hidup. 10 Pada tahun 2009, penyebab kematian ibu di Indonesia adalah perdarahan (30%), Infeksi (12%), eklampsi (25%), abortus (5%), partus lama (5%), emboli obstetrik (3%), komplikasi masa nifas (8%), dan penyebab lainnya (12%). Komplikasi terbanyak pada kehamilan ialah terjadinya perdarahan. Perdarahan dapat terjadi pada setiap usia kehamilan. Perdarahan yang terjadi pada umur kehamilan yang lebih tua terutama setelah melewati trisemester III disebut perdarahan antepartum. Pada kehamilan muda sering dikaitkan dengan kejadian abortus, miscarriage, early pregnancy loss. 11 Abortus adalah masalah kesehatan yang terjadi pada ibu hamil juga pada janin yang dikandungnya, dimana usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat badan janin kurang dari 500 gram. Selain itu, abortus juga berarti terhentinya proses kahamilan sebelum fetus mampu hidup di luar kandungan ibunya dengan alat bantu

atau tanpa alat bantu. 12,13 Abortus bisa terjadi karena kondisi ibu yang lemah, kehamilan yang tidak diinginkan. Menurut SDKI tahun 1997 menunjukkan bahwa wanita berstatus menikah melakukan abortus masih tinggi, yaitu berkisar 9,2% dengan alasan tidak menggunakan alat kontrasepsi. 14 Kehamilan yang tidak diinginkan akan membawa risiko tambahan karena wanita dengan kehamilan yang tidak diinginkan tersebut mempunyai kemungkinan yang kecil untuk mencari pelayanan prenatal dengan tenaga kesehatan yang terlatih. 15 Pada tahun 2000, WHO memperkirakan 2/3 kehamilan di dunia merupakan kehamilan yang tidak diinginkan, yaitu sekitar 50 juta per tahun. Sebanyak 60% mendapatkan pertolongan yang aman dan 40% mendapat pertolongan yang tidak aman. Hal ini menyumbang AKI sebanyak 15-20%, artinya diperkirakan sekitar 70.000 wanita meninggal dunia per tahun akibat abortus tidak aman. 16 Menurut The Lancet tahun 2007, jumlah aborsi di dunia tahun 1995 sebesar 45,6 juta kasus, kemudian di tahun 2003 sebesar 41.6 juta kasus, dan di tahun 2008 sebesar 43,8 juta kasus. Di negara maju pada tahun 2008 tercatat jumlah kasus aborsi sebesar 6 juta kasus, sedangkan di negara berkembang 37,8 juta kasus. Di Asia, tercatat kasus aborsi sebesar 27,3 juta kasus. 17 Menurut KomNas Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) tahun 2011, dalam kurun tiga tahun selama tahun 2008 2010 terus terjadi peningkatan kasus aborsi. Pada tahun 2008 tercatat kasus aborsi sebesar 2 juta kasus, kemudian pada tahun 2009 terjadi peningkatan menjadi 2,3 juta kasus, dan pada tahun 2010 menjadi 2,5 juta kasus aborsi. 18

Menurut Badan Kordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) tahun 2006 kasus aborsi di Indonesia mencapai 2 juta kasus setiap tahunnya, kemudian pada tahun 2008 kasus aborsi di Indonesia meningkat menjadi 2,3 juta kasus setiap tahunnya dan dari jumlah itu terjadi aborsi tidak aman (unsafe abortion) mencapai 55%. Dari jumlah tersebut, angka kematian ibu yang disebabkan karena aborsi tidak aman sebesar 5%. Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2006 diperoleh bahwa terdapat 42.354 kasus abortus dari 117.228 total persalinan. Berdasarkan profil kesehatan Provinsi Sumatera Utara tahun 2000, diperoleh bahwa terdapat 469 kasus abortus dari 6.323 total persalinan. 14,19 Kematian akibat abortus yang tidak aman (unsafe abortion) merupakan masalah serius di dunia karena memiliki risiko maternal 100 500 kali lebih tinggi daripada safe abortion. Abortus ilegal termasuk unsafe abortion yang dilakukan bukan atas dasar pertimbangan medis yang sah sehingga dilarang oleh hukum. 20 Menurut Undang-Undang Kesehatan tahun 2009, abortus buatan atau tindakan yang disengaja untuk menghentikan proses kehamilan dilarang karena dianggap suatu kejahatan, kecuali dilakukan sebagai tindakan menyelamatkan jiwa dan kesehatan ibu. 10 Abortus sebenarnya mendekati angka 50% sebagai penyumbang AKI, namun lebih sering dilaporkan dalam bentuk perdarahan bukan dalam bentuk abortus. Banyak penelitian melaporkan bahwa kematian yang berhubungan dengan aborsi mengambil proporsi kematian ibu yang sangat besar. Sebagai contoh, lebih dari separuh kematian ibu yang terjadi dibeberapa kota di Amerika karena aborsi. 15

Jenis abortus yang paling sering terjadi adalah abortus inkompletus yang biasa disebut dengan aborsi tidak lengkap, dimana janin yang dikandungnya sudah keluar sebagian dan sebagian lagi tinggal di dalam rahim. Bila keguguran ini terjadi, maka harus segera ditangani untuk mengatasi perdarahan karena perdarahan yang banyak dapat menyebabkan kematian ibu. 12 Data kejadian abortus di Rumah Sakit Aliyah Kota Kendari menunjukkan bahwa dari 379 total kasus abortus, terdapat kasus abortus inkompletus sebanyak 160 kasus (42,21%), abortus imminens sebanyak 51 kasus (13,45%), abortus provokatus 51 kasus (13,45%) dan abortus komplit sebanyak 117 kasus (30,87%). Angka ini perlu diperhatikan karena kejadian abortus inkompletus dapat menyebabkan perdarahan, perforasi, sepsis dan syok yang dapat berakhir pada kematian ibu. 21 Menurut penelitian Pasabi di RS Elim Rantepao tahun 2009 bahwa terdapat kejadian abortus inkompletus sebesar 164 kasus dari total 172 kasus abortus. 22 Menurut penelitian Panggabean di RS Haji Medan tahun 2010 bahwa dari 81 wanita yang mengalami abortus, terdapat 52 kejadian abortus inkompletus. 23 Menurut data di Badan Rumah Sakit Umum 45 Kuningan tahun 2007, dari 138 kasus ibu hamil yang menjalani rawat inap, terdapat 94 kasus abortus (68,1%). Kasus yang paling tinggi adalah abortus inkompletus sebanyak 54 kasus (57,45%), missed abortus 27 kasus, (28,72%), blighted ovum 9 kasus (9,60%), dan abortus imminens 4 kasus (4,25%). 24 Menurut data yang diperoleh dari RSUD Labuang Baji Makassar, jumlah kasus abortus pada tahun 2012 sebanyak 270 kasus, dengan rincian kasus abortus inkompletus sebanyak 200 kasus, abortus imminens sebanyak 31 kasus, abortus komplet sebanyak 31 kasus, abortus insipiens sebanyak 5 kasus, abortus provokatus

sebanyak 1 kasus, dan missed abortus sebanyak 2 kasus. 25 Menurut hasil penelitian Panjaitan di RS Martha Friska Medan tahun 2011 bahwa berdasarkan klasifikasi abortus secara klinis dari 175 penderita abortus, proporsi tertinggi adalah abortus inkompletus, yaitu 105 penderita (57,4%). 26 Mengacu pada hasil penelitian-penelitian diatas, dapat dikatakan bahwa kejadian abortus inkompletus menempati 50% dari total kejadian abortus. Komplikasi dini yang paling sering adalah sepsis yang disebabkan oleh abortus inkompletus. 15 Kematian ibu berkaitan erat abortus oleh karena abortus merupakan salah satu penyebab yang menyumbang AKI. AKI tersebut merupakan indikator utama dalam menilai derajat kesehatan suatu bangsa. Jadi, apabila AKI di suatu wilayah/negara semakin tinggi, maka dapat diasumsikan semakin buruknya kondisi kesehatan, pelayanan kesehatan, dan sumber daya di wilayah tersebut. Selain itu, AKI juga dijadikan indikator utama oleh dunia internasional dalam menentukan Indeks Pembangunan Manusia atau Human Development Index (HDI) suatu negara. Tinggi rendahnya HDI suatu negara digunakan untuk mengklasifikasikan apakah suatu negara tersebut termasuk ke dalam kelompok maju, berkembang, atau terbelakang. 3,27 Hal ini dikarenakan kematian ibu jelas berkaitan dan mencerminkan keadaan sosialekonomi suatu wilayah/ negara. Pada tahun 2010 indonesia menempati ranking 111 dari 187 negara, namun saat ini Indonesia menempati ranking ke-121 dari 187 negara di dunia dengan HDI sebesar 0.629. Indonesia memiliki HDI dibawah rata-rata regional Asia, yaitu 0.683. Penyebab utama penurunan ini karena datarnya angka kependidikan dan AKI di Indonesia. 28,29

Uraian-uraian diatas telah mendorong penulis untuk melakukan penelitian mengenai abortus inkompletus. Berdasarkan survei yang dilakukan tanggal 04 12 September 2012 pada Bidang Pengolahan Data & Rekam Medik di RSUD Dr.Pingadi Kota Medan diperoleh data abortus inkompletus sebesar 100 kasus selama tahun 2010 2011, yaitu tercatat masing-masing 50 kasus pada tahun 2010 dan tahun 2011. 1.2 Rumusan Masalah Belum diketahuinya karakteristik penderita abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan pada tahun 2010 2011. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui bagaimana karakteristik penderita abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan tahun 2010 2011. 1.3.2 Tujuan Khusus a. Mengetahui distribusi proporsi penderita abortus inkompletus berdasarkan sosiodemografi (umur, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, agama, tempat tinggal). b. Mengetahui distribusi proporsi penderita abortus inkompletus berdasarkan faktor mediko obstetrik (usia kehamilan, paritas, riwayat kehamilan, riwayat tindakan kehamilan, riwayat kejadian abortus, riwayat penyakit, komplikasi). c. Mengetahui distribusi proporsi penderita abortus inkompletus berdasarkan status rawatan (penatalaksanaan medis, lama rawatan rata-rata, keadaan sewaktu pulang).

d. Mengetahui distribusi riwayat kehamilan penderita abortus inkompletus berdasarkan pekerjaan. e. Mengetahui distribusi paritas penderita abortus inkompletus berdasarkan kategori risiko umur. f. Mengetahui distribusi riwayat kehamilan penderita abortus inkompletus berdasarkan paritas. g. Mengetahui distribusi paritas penderita abortus inkompletus berdasarkan riwayat kejadian abortus. h. Mengetahui distribusi penatalaksanaan medis penderita abortus inkompletus berdasarkan keadaan sewaktu pulang. i. Mengetahui distribusi lama rawatan rata-rata penderita abortus inkompletus berdasarkan usia kehamilan. 1.4 Manfaat Penelitian a. Sebagai bahan masukan untuk pihak institusi terkait agar tetap menjaga dan terus meningkatkan pelayanan kesehatan, khususnya di bidang pertolongan persalinan dan perawatan ibu bersalin. b. Menambah khasanah ilmu pengetahuan bagi pihak akademik, dalam hal ini FKM USU, serta dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya sehubungan dengan abortus inkompletus. c. Membuka dan memperluas wawasan pengetahuan peneliti mengenai masalah kesehatan, khususnya yang berkaitan dengan abortus inkompletus.