BAB III METODOLOGI. Peta lokasi pengambilan sampel biomassa jenis nyirih di hutan mangrove Batu Ampar, Kalimantan Barat.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PE ELITIA

III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan tempat 3.2 Alat dan bahan 3.3 Pengumpulan Data

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2. Bahan dan Alat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan tempat penelitian 3.2 Alat dan bahan 3.3 Metode pengambilan data

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Pengambilan Data 3.2 Alat dan Objek Penelitian 3.3 Metode Penelitian Pemilihan Pohon Contoh

III. METODE PENELITIAN. Waktu penelitian dilaksanakan dari bulan Mei sampai dengan Juni 2013.

LAMPIRAN. Lampiran 1. Dokumentasi Penelitian di Lapangan dan Laboratorium

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat Penelitian 3.3 Metode Penelitian Pengumpulan Data

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada Oktober November 2014 di Desa Buana Sakti, Kecamatan Batanghari, Kabupaten Lampung Timur.

III. METODE PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

V HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. METODE PENELITIAN

Topik : PERSAMAAN ALOMETRIK KARBON POHON

III. METODE PENELITIAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN

ESTIMASI STOK KARBON PADA TEGAKAN POHON Rhizophora stylosa DI PANTAI CAMPLONG, SAMPANG- MADURA

III. BAHAN DAN METODE

3 METODE. Waktu dan Tempat. Rancangan Sampling. Jumlah anakan Intensitas sampling (ind)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2015 bertempat di kawasan sistem

II. TINJAUAN PUSTAKA Biomassa

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 7 Matrik korelasi antara peubah pada lokasi BKPH Dungus

Kegiatan konversi hutan menjadi lahan pertambangan melepaskan cadangan

BAB III METODE PENELITIAN

MODEL PENDUGAAN BIOMASSA SENGON PADA HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN KOLAKA SULAWESI TENGGARA

POTENSI SIMPANAN KARBON PADA HUTAN TANAMAN MANGIUM (Acacia mangium WILLD.) DI KPH CIANJUR PERUM PERHUTANI UNIT III JAWA BARAT DAN BANTEN

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELlTlAN

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

MODEL ALOMETRIK BIOMASSA PUSPA (Schima wallichii Korth.) BERDIAMETER KECIL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI RENDY EKA SAPUTRA

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis regresi (regression analysis) merupakan suatu teknik untuk membangun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Lampiran 1. Data Pengukuran Tanaman Contoh Nomor Umur (tahun) Berat Basah (gram) Diameter (cm) Plot Tinggi Total (cm) Luas Tajuk (cm²) Pohon

IV METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE

MODEL PENDUGA BIOMASSA MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT HARLYN HARLINDA

III. METODE PENELITIAN

PERSAMAAN ALOMETRIK UNTUK PENDUGAAN BIOMASSA KAYU DI ATAS PERMUKAAN TANAH PADA POHON BERDIRI JENIS PINUS (Pinus merkusii) DI KPH LAWU DS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI. Tabel 6 Ukuran Contoh Uji Papan Partikel dan Papan Serat Berdasarkan SNI, ISO dan ASTM SNI ISO ASTM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru 2 )Mahasiswa Jurusan Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan. Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru ABSTRACT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3. Bagaimana cara mengukur karbon tersimpan?

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dan kuantitatif.

BAB IV METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Bahan dan Alat 4.3 Metode Pengambilan Data Analisis Vegetasi

MODEL PENDUGAAN BIOMASSA POHON MAHONI

Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. 6 No. 1 : 1-5 (2000)

III. MATERI DAN METODE. Agrostologi, Industri Pakan dan Ilmu Tanah dan 2). Laboratorium Ilmu Nutrisi

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif karena penelitian ini hanya

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian a. Bahan

I. BAHAN DAN METODE. Soebrantas KM. 15 Panam, Pekanbaru. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan

III. MATERI DAN METODE

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

I. BAHAN DAN METODE. dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru,

POHON REBAH PADA TEGAKAN HUTAN RAKYAT

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Pengambilan Data Metode Pengumpulan Data Vegetasi :

METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan September 2015 di

BAB III METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

III. BAHAN DAN METODE

MODEL PENDUGAAN ISI POHON JENIS TOREM (Manilkara kanosiensis, H.J. Lam & B.J.D. Meeuse) DI PULAU YAMDENA KABUPATEN MALUKU TENGGARA BARAT

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Tanjungpinang Timur,

Transkripsi:

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di kawasan hutan mangrove di hutan alam Batu Ampar Kalimantan Barat. Pengambilan data di lapangan dilaksanakan dari bulan Januari Februari 2008, pengujian sampel dilakukan di Laboratorium Kayu Solid Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor selama bulan Maret 2008. Pengolahan data dan analisis data dilaksanakan April Mei 2008. Titik titik lokasi pengambilan sampel di lapangan secara detail dapat diamati pada Gambar 1. Gambar 1 Peta lokasi pengambilan sampel biomassa jenis nyirih di hutan mangrove Batu Ampar, Kalimantan Barat. 3.2 Alat dan Bahan Untuk menduga besarnya biomassa yang terkandung dalam tegakan mangrove digunakan alat berupa GPS, chain saw, phi band, timbangan kasar

(kapasitas 100 kg), gergaji tangan, golok, kampak, alat pemangkas daun, kalkulator, plastik berukuran 0,25 kg, 0,5 kg, 1 kg, dan 2 kg, tali tambang dan rafia. Pengujian sampel uji untuk mendapatkan nilai kadar air yang dilakukan di laboratorium menggunakan alat-alat seperti kertas koran, timbangan analitik, oven, gergaji kayu, plastik, alat tulis dan tally sheet. 3.3 Metode Penelitian 3.3.1 Kerangka Pendekatan Penelitian Biomassa yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah biomassa yang berada di atas permukaan tanah (above ground biomass) yaitu biomasa yang terdiri dari : a. Biomassa batang+kulit : total berat kering batang utama keseluruhan dan kulit b. Biomassa cabang : total berat kering bagian cabang keseluruhan c. Biomassa ranting : total berat kering bagian ranting keseluruhan d. Biomassa daun : total berat kering bagian daun keseluruhan Secara garis besar, penelitian yang dilakukan meliputi kegiatan pengumpulan data dan sampel di lapangan, pengujian sampel di laboratorium, pengolahan data dan analisis data menggunakan program analisis statistika Minitab 14. Tahapan kerja secara umum dapat diamati dalam diagram alir pada Gambar 2.

Mulai Pemilihan pohon contoh Pengukuran Dimensi Pohon Berdiri (DBH, H, Hbc) Penebangan Pohon Pemisahan bagianbagian pohon (btang, cabang, ranting, daun Batang Cabang, Ranting, Daun Pengukuran diameter dan penimbangan berat basah Penimbangan berat basah Penentuan Kadar Air dan Kerapatan kayu Penentuan Kadar Air Biomassa Berdasarkan Bagian-bagian Pohon dan Biomass Expansion Factor Pemodelan Biomassa B = f (Diameter dan Tinggi) Uji Nilai t R2, R2 adj, s MAE, SR, SA Tidak Persamaan Terbaik, Kriteria Uji statistik Pertimbangan Kepraktisan dan Efisiensi Ya Persamaan penduga Biomassa Terpilih Gambar 2 Diagram alir tahapan kerja penelitian persamaan penduga biomassa jenis nyirih di hutan mangrove Batu ampar, Kalimantan Barat. 3.3.2 Pengumpulan Data 1. Pemilihan pohon contoh Memilih pohon contoh yang akan ditebang dilakukan dengan memperhatikan beberapa syarat dan kritera pohon yang baik. Secara fisik, pohon

harus tumbuh sehat, tidak berlubang atau terkena penyakit. Jumlah pohon yang ditebang sebanyak 30 pohon contoh. Pohon dipilih dari berbagai ukuran kelas yang telah ditetapkan dengan distribusinya yaitu kelas diameter 5-10 cm (8 pohon); kelas diameter 11 20 cm (12 pohon); 21-30 cm (7 pohon); kelas diameter 31-40 cm (1 pohon) dan kelas diameter > 41 cm (2 pohon). 2. Pengukuran di lapangan a. Sebelum pohon ditebang, pada saat pohon masih berdiri dilakukan pengukuran terhadap diameter pada ketinggian 1,30 m (setingggi dada) dan tinggi bebas cabang menggunakan pita ukur. b. Menebang pohon dengan batas terdekat dari permukaan air atau permukaan tanah (tempat tumpuan batang pada sistem perakaran). c. Memisahkan tiap bagian pohon dari batang utamanya, yaitu bagian cabang, ranting dan daun. d. Membagi batang dan cabang-cabang menjadi sortimen-sortimen berukuran ± 1 m. e. Mengukur dimensi diameter dan panjang sortimen (khusus untuk batang dan cabang), berat basah setiap bagian pohon secara keseluruhan. f. Mengambil sampel uji kadar air. Untuk batang dan cabang diambil masingmasing 1 buah potongan kayu berbentuk piringan (disc) setebal ± 3 cm pada bagian pangkal, tengah dan ujung batang masing-masing 1 buah. Untuk sampel uji ranting dan daun, dari tiap pohon diambil contoh sebanyak ± 300 gram. Pengambilan sampel ini hanya dilakukan pada 11 pohon contoh. g. Setiap contoh uji dikemas dalam plastik transparan untuk mencegah pembusukan dan kerusakan pada sampel. 3. Pengukuran di Laboratorium a. Dari setiap piringan yang telah diambil, contoh uji dibuat berbentuk kubus dengan ukuran 2 x 2 x 2 cm. Dari masing-masing piringan, diambil contoh uji sebanyak 6 buah b. Setiap contoh uji ditimbang berat basah menggunakan timbangan analitik c. Pengeringan dilakukan dengan memasukkan contoh uji ke dalam oven. Untuk pengujian KA daun suhu yang diguanakan sebesar ± 80 0 C sampai berat mencapai konstan.

d. Khusus untuk contoh uji kayu (batang, cabang dan ranting), contoh ujinya dikering tanurkan pada suhu 102 ± 3 0 C sampai sampel uji mencapai berat konstan. e. Menimbang berat kering contoh setelah diuji menggunakan timbangan analitik. 3.3.3 Pengolahan Data a. Perhitungan Kadar Air Penentuan Kadar Air (KA) dilakukan dengan menggunakan rumus (Haygreen & Bowyer 1989) : BBc BKc % KA = 100 BKc % KA = persen kadar air (%) BBc = berat basah contoh (gram) BKc = berat kering contoh (gram) b. Perhitungan Biomassa Bagian-Bagian Pohon Berdasarkan Data Kadar Air Dari perolehan data Kadar Air (KA), penentuan biomassa dapat dilakukan dengan menggunakan rumus (Haygreen & Bowyer 1989) : BB BK = % KA 1 100 BK = berat kering (kg) BB = berat basah (kg) % KA = persen kadar air (%) c. Perhitungan Nilai BEF (Biomass Expansion Factor) Nilai BEF (Biomass Expansion Factor) dihitung dengan rumus (Brown 1997) : Btotal BEF = Bbtg BBtotal : Biomassa total (kg) : Biomassa batang (kg) BBbtg d. Perhitungan Volume

Pendugaan biomassa secara tidak langsung dapat didekati dari nilai volumenya menggunakan nilai Biomass Expansion Factor. Adapun nilai volume sampel kayu yang diuji dihitung menurut dimensinya menggunkan rumus (Haygreen & Bowyer 1989) : v = p x l x t v = volume (cm 3 ) p = panjang (cm) l = lebar (cm) t = tinggi (cm) Penentuan besarnya volume batang utama dihitung menggunakan rumus Smallian : Dengan rumus luas bidang dasar adalah : v = volume (m 3 ) g l = luas permukaan pangkal log (m 2 ) g s = luas permukaan ujung log (m2) L = panjang log (m) ( gl g s ) v xl 2 1 2 g. d. t. f 4 e. Perhitungan Kerapatan Kayu Khusus untuk bagian batang, selain kadar air kerapatan kayu contoh uji kayu juga perlu diketahui untuk perhitungan biomassa bagian batang utama melalui pendekatan olume kayu. Perhitungan kerapatan kayu dilakukan dengan menggunakan rumus (Haygreen & Bowyer 1989) : m R v Menghitung biomassa dengan menggunakan data volume pohon : B = V x R B = biomassa (kg) R = kerapatan contoh uji (kg/m 3 ) V = volume pohon (m 3 ) m = massa contoh uji kayu (kg) v = volume contoh uji (m 3 ) 3.3.4 Analisis Data

1. Penyusunan Persamaan Alometrik Penduga Biomassa Biomassa di atas tanah sebuah pohon dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi biomassa daun, biomassa ranting, biomassa cabang, dan biomassa batang utama+kulit. Untuk tujuan pendugaan biomassanya maka dilakukan penyusunan model penduga biomassa yang terdiri dari : model penduga biomassa daun, model penduga biomassa ranting, model penduga biomassa cabang, model penduga biomassa batang utama+kulit serta model penduga biomassa total sebuah pohon (Total Above Ground Biomass/TAGB). Model yang diujicobakan terdiri dari empat model dengan menggunakan satu dan dua peubah bebas dalam bentuk linear dan non linear. Peubah bebas yang digunakan yaitu : diameter, diameter dan tinggi total, diameter dan tinggi bebas cabang, diameter dan diameter kuadrat. Model umum tersebut yaitu : 1. Model dengan satu peubah bebas a. B = ad b (Brown 1997 ) b. B = a + bd + cd 2 (Brown et al. 1989) 2. Model dengan dua peubah bebas a. B = ad b H c tot (Ogawa et al. 1965) b. B = a + bd 2 H tot (Brown et al. 1989) Penyusunan model menggunakan analisis regresi dengan metode pendugaan koefisien regresi dengan menggunakan metode OLS (ordinary Least Squares) atau metode kuadrat terkecil. Metode ini merupakan metode untuk memilih garis regresi yang membuat jumlah kuadrat jarak vertikal dari titik y pengamatan ke garis regresi sekecil mungkin. Metode kuadrat terkecil ini dapat digunakan jika asumsi-asumsi regresi terpenuhi, yaitu tiap nilai variabel bebas independen terhadap variabel bebas lainnya., nilai sisaan bersifat acak serta distribusi normal dengan rata-rata nol dan variasinya konstan (Draper & Smith 1992). 2. Pemilihan Model Terbaik Untuk memilih atau membandingkan persamaan regresi terbaik dari modelmodel hipotetik di atas (regresi linear) harus memperhatikan standar kriteria perbandingan model, yaitu: koefisien determinasi (R 2 ), nilai sisaan/simpangan baku (s) dan nilai koefisien determinasi yang disesuaikan (R 2 adjusted). Dari 3 kriteria di atas model yang terbaik adalah model yang memiliki R 2 dan R 2 adjusted terbesar. Model yang baik akan dapat digunakan jika memenuhi asumsi

kenormalan sisaan dan keaditifan model. Selain kriteria di atas, pertimbangan kepraktisan penggunaan model juga perlu diperhatikan. a. Perhitungan Koefisien Determinasi (R 2 ) Koefisien determinasi R 2 adalah perbandingan antara jumlah kuadrat regresi (JKR) dengan jumlah kuadrat total yang terkoreksi dan biasanya R 2 dinyatakan dalam persen (%). Nilai R 2 ini mencerminkan seberapa besar keragaman peubah tak bebas Y dapat dijelaskan oleh suatu peubah bebas X. nilai R 2 berkisar antar 0% sampai 100%. Makin besar R 2 akan makin besar total keragaman yang dapat diterangkan oleh regresinya (semakin tinggi keragaman peubah tak bebas Y dapat dijelaskan oleh peubah bebas X), berarti bahwa regresi yang diperoleh makin baik. Perhitungan besarnya nilai R 2 dapat dilakukan dengan rumus (Walpole 1993) : R 2 JKregresi = dengan JK total terkoreksi untuk rataan JKtotal Perhitungan nilai R 2 adalah untuk melihat tingkat ketelitian dan keeratan hubungan antara peubah bebas dan tidak bebas. b. Perhitungan Koefisien Determinasi Terkoreksi (R 2 adjusted) Koefisien determinasi terkoreksi (R 2 a ) adalah koefisien determinasi yang telah dikoreksi oleh derajat bebas dari JKS dan JKTT nya. Perhitungan koefisien determinasi terkoreksi ini dapat dilakukan dengan rumus (Walpole 1993) : R adj 2 = 1- JKS n p 100% JKTT n1 JKS = Jumlah Kuadrat Sisa JKTT = Jumlah Kuadrat Total Terkoreksi (n-p) = dbs = derajat bebas sisaan (n-1) = dbt = derajat bebas total Semakin tinggi R 2 adjusted semakin tinggi pula keeratan hubungan antara peubah tak bebas Y dan peubah bebas X. c. Perhitungan Simpangan Baku (s) Nilai simpangan baku ditentukan dengan rumus (Walpole 1993) :

s = Y a Y n p i 2 s = simpangan baku Y a = nilai biomassa sesungguhnya Y i = nilai biomassa dugaan (n-p) = derajat bebas sisa. Simpangan baku adalah ukuran besarnya penyimpangan nilai dugaan terhadap nilai sebenarnya. Semakin kecil nilai s semakin mendekati aktual atau nilai yang sebenarnya. Selain kriteria nilai statistik, dilakukan juga uji validasi persamaan untuk menentukan persamaan alometrik yang terbaik. Kriteria yang diperhitungkan adalah nilai ketepatan dari suatu persamaan dalam menduga nilai yang sebenarnya. Semakin kecil nilai simpangan, maka penduga tersebut akan semakin tinggi ketepatannya. Semakin sempit sebaran simpangan maka akan semakin tinggi ketelitiannya dan semakin kecil kesalahan sistematiknya, maka penduga tersebut semakin tidak bias (Muhdin 1999). d. Uji nilai t Untuk menguji besar pengaruh penambahan peubah bebas secara statistik terhadap peningkatan ketelitian sebuah persamaan jika di dalam persamaan telah terdapat peubah X 1 dalam hal ini adalah diameter, digunakan uji nilai t. Untuk mendapatkan nilai t hitung dapat digunakan rumus (Walpole 1993) : t hitung = Hipotesis yang digunakan : H0 : 1 = 0 H1 : 1 0 s n ( b ) x 1 0 Apabila t hitung > t tabel atau nilai p < 0,05 pada taraf nyata 5 % maka tolak H0 yang berarti penambahan peubah tinggi tidak signifikan terhadap peningkatan ketelitian persamaan. Artinya bahwa persamaan tersebut dapat menduga kurang lebih sama tepatnya dengan walaupun hanya menggunakan satu peubah bebas. e. Perhitungan ketepatan dugaan biomassa s e

Istilah ketepatan berkaitan dengan besarnya simpangan suatu nilai dugaan terhadap nilai yang sebenarnya. Ketepatan adalah kombinasi antara bias dan ketelitian di dalam menggambarkan jauh dekatnya nilai-nilai hasil pengamatan terhadap nilai yang sebenarnya. Untuk membandingkan ketepatan dugaan biomassa antar persamaan, rata-rata bias (error) absolut (MAEj) dari dugaan biomassa pada setiap persamaan dihitung dengan menggunakan rumus (Muhdin 1999) : e / MAEj = ij n j eij a i ti MAEj = Mean Average Error (rata-rata bias absolut) persamaan ke-j (kg/pohon) e ij = simpangan biomassa pohon ke-i dan pada persamaan ke-j Y ai = biomassa aktual (kg) Y ti = biomassa dugaan (kg) n j = jumlah data rumus ke-j Bi = nilai biomassa pohon ke-i Persamaan yang memiliki nilai MAE yang lebih kecil (jika dibandingkan dengan persamaan lain), menunjukkan bahwa dugaa biomassa dengan persamaan tersebut lebih tepat. f. Perhitungan simpangan rata-rata (SR) dan simpangan agregat (SA) Kriteria simpangan rata-rata (SR) dan simpangan agregat dalam penelitian ini tidak digunakan sebagai kriteria utama untuk menentukan persamaan penduga biomassa terbaik. Untuk pengujian validasi lebih diutamakan dengan melihat nilai MAE persamaan tersebut. Kriteria SA dan SR disertakan hanya sebagai pembanding untuk melihat nilai simpangan persamaan baik rata-ratanya maupun secara agregat. Persamaan yang baik sebaiknya mempunyai SA tidak lebih dari 1% dan nilai SR < 10% (Chapman dan Meyer 1949 diacu dalam Imanuddin dan Wahjono 2002). SR dan SA ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus : SR = BBai BBti N B Bti Bti x100 % B B ai ti ai N = biomassa aktual ke-i (kg) = biomassa dugaan ke-i (kg) = jumlah data SA B ti x100%